Kaivan diam tidak bergerak di lorong bagian perlengkapan bayi, ia menatap serius sepasang suami istri yang tengah mengajak bayi mereka bercanda. Tawa menggemaskan bayi itu benar-benar membuat Kaivan merasa nyaman dan bahagia, meskipun bayi itu bukan anaknya. Dulu daat hubungannya dengan Agatha sedang manis-manisnya dan Agatha belum begitu terobsesi menjadi model, Agatha pernah mengatakan jika ia ingin menikah dengan Kaivan dan memiliki banyak anak. Tapi melihat Agatha yang sekarang Kaivan tidak yakin jika itu akan terjadi, melihat berat badannya naik satu kilo atau ada satu jerawat di wajahnya saja Agatha langsung panik luar biasa. "Kai, kamu sedang apa?" Lamunan Kaivan buyar saat Karina menepuk bahunya, "Tidak, apa kamu sudah selesai memilih yang ingin kamu beli?" Dua buah kantong berisi daging sapi ia tunjukkan di depan Kaivan, "Sudah!" Bayi itu tiba-tiba tertawa dan membuat perhatian Karina teralihkan padanya, kini gantian Karina yang melihat keharmonisan keluarga kecil
Sesuai janjinya, oma Gia kini sudah ada di lobby apartemen tepat pukul tujuh pagi dan Kaivan bahkan terpaksa harus menginap disini, demi tidak ketahuan jika mereka tidak tinggal bersama. Karina masih terlihat mengantuk, semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan soal resepsi pernikahannya yang akan dilaksanakan ulang. Jika pernikahan ini nyata tentu ia akan senang, tetapi pernikahan ini hanya sandiwara dan Karina khawatir ketika mereka bercerai nanti akan ada masalah yang muncul. Apalagi keluarga Bimantara termasuk orang yang terpandang dan cukup berpengaruh, ketika ada sebuah masalah di dalamnya maka akan ada saja orang yang berusaha ingin tau, atau mungkin akan ada gosip yang tersebar seperti kemarin. "Kai tolong tanda tangani ini," sebuah maps dengan sampul bergambar lautan dan villa diserahkan ke tangannya. "Apa ini oma?" "Itu surat pengurusan booking hotel, paspor dan segalanya untuk kalian bulan madu di Maldives. Biar Randy yang mengurusnya," Kaivan menghela nafa
"Bukankah kamu bilang dia benar-benar sudah tidak memiliki apapun? lalu apa ini Ran?" "Maaf nyonya, sepertinya saya kecolongan." Karina mendecih kesal, ia berjalan tergesa-gesa ke dalam ruang meeting sambil membaca laporan terbaru perusahaan. Saat Karina masuk ke ruang rapat, suasana disini terasa begitu mengintimidasinya terutama tatapan sengit dari para pemegang saham. Ada satu orang yang kini duduk di salah satu kursi sambil tersenyum licik menyambut kedatangannya, tatapannya pada Karina jelas seperti membuktikan bahwa ia siap membuka medan perang yang sempat tertutup. Karina duduk di kursi utama, mencoba mengatur rasa gugup dan khawatir yang kini memenuhi hatinya. "Selamat datang nyonya Karina, maksud ku Karina." sapa Adimas dengan tatapan merendahkan, baginya Karina hanya seorang gundik dan tidak pantas mendapatkan penghormatan. Usaha Adimas untuk memantik emosi Karina jelas tidak berhasil, kini Karina malah terlihat sibuk dengan dokumen di tangannya dan menganggap se
Setelah menjemput Karina, mereka kembali ke hotel karena oma Gia sudah menunggu mereka, tetapi Kaivan harus kembali ke kamar untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda. Kaivan menyewa lagi satu kamar dengan alasan untuk Randy, tetapi sebenarnya ia yang memakai kamar itu. Kaivan baru saja membuka pintu kamarnya setengah, namun tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang dan Kaivan bisa mengenalinya dari cincin yang wanita itu kenakan. Kaivan segera menariknya ke dalam kamar sebelum ada yang melihatnya, akan lebih berbahaya lagi jika oma Gia yang melihatnya. "Kai, apa perlu sampai seperti ini? bukankah kamu sudah berjanji kalau hanya aku yang akan mendapatkan wedding dream ini?" tanyanya, kelopak matanya terlihat sangat sembab bahkan bau alkohol tercium menyengat dari mulutnya. "Ini permintaan oma," "Tapi kamu sudah berjanji, Kai." "Maaf Agatha, aku tidak bisa menolak permintaan oma. Tapi kalau kamu mau aku bisa membuatmu mengenakan gaun pengantin itu besok, dengan satu
Oma Gia kembali ke tempat dimana Karina dan Randy berada, langkahnya lesu dengan pikiran yang kacau karena ucapan Agatha terus berputar di dalam kepalanya. Ternyata sangat sulit untuknya memisahkan Kaivan dan Agatha, sekarang oma Gia malah mempertanyakan keputusannya untuk tetap mempertahankan Karina di sisi Kaivan atau sebaiknya melepaskannya saja. Oma Gia hanya takut Karina akan tersiksa jika terus berada di sisi Kaivan dan melihat apa yang Kaivan dan Agatha lakukan, tetapi di sisi lain ia juga berat melepas wanita sebaik Karina. "Ran, oma mau bicara." ujarnya menyela Randy yang tengah sibuk mencoba cincin, sepertinya ia lebih antusias daripada Kaivan soal pernikahan ini. Randy menyusul oma Gia keluar dan meminta Karina untuk tetap memilih cincin saja, melihat ekspresi wajah oma yang murung Randy sepertinya bisa menduga jika oma kini tengah memikirkan sesuatu. "Ran, tolong antar oma ke tempat ini." pintanya sambil memberikan sebuah alamat ke tangan Randy. "Oma mau apa ke t
"Suruh adikmu keluar dari sana, dasar keluarga tidak beradab!" Adimas bangkit dari kursinya, telinganya panas mendengar hinaan wanita di hadapannya. "Jaga ucapan anda nyonya!" "Kenapa anda kesal? apa yang saya katakan adalah sebuah fakta. Adikmu itu pelakor, kamu tukang selingkuh dan ibumu suka bermain-main dengan pria muda. Benar-benar keluarga yang luar biasa, luar biasa hina!" tawanya sinis. Wajah Adimas memerah dengan urat yang menegang di kepalanya, emosinya sudah memuncak dan tidak bisa ia tahan lagi. Sedangkan Imah, ia kini sudah tidak mampu lagi menampakkan wajahnya di hadapan semua orang yang kini tengah mencibir keluarganya. Adimas menarik paksa Anindya keluar dari kolong meja, ia harus memastikan jika ucapan wanita ini tidak benar. "Nin, apa benar yang wanita ini katakan kalau kamu adalah pelakor?" Bukannya menjawab, Anindya justru malah ingin kabur tapi sayangnya Adimas sudah lebih dulu menggenggam tangannya erat. "Adimas, sebaiknya kita pergi saja. Kita
"Aku tidak mau tau mas! istrimu mempermalukan aku dan keluargaku dihadapan orang banyak! kamu harus menceraikannya sebagai kompensasi atas harga diriku yang dia hancurkan!" amuk Anindya di apartemen Damar. Damar menghela nafas berat, menceraikan Renata bukan hal yang bisa ia lakukan dengan mudah. Anindya tidak tahu saja jika Damar tanpa Renata hanya seorang pria kantoran biasa yang gajinya pas-pasan, jika bukan karena pengaruh keluarga Renata mana mungkin ia bisa menyandang status sebagai bos besar perusahaan konstruksi. "Mas! ceraikan Renata!" bentaknya membuat Damar semaking jengkel. Damar bangkit dari sofa dengan kedua tangan diselipkan ke saku celana, "Bukankah sejak awal sudah aku katakan bahwa jangan pernah menuntut lebih dari hubungan ini? kamu sudah mendapatkan uang yang kamu inginkan, jadi jangan melunjak." "Mas!" "Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikan Renata, sadarlah kalau aku mengencanimu hanya untuk mencari sepuluh persen yang tidak ada di Renat
Kaivan terbangun di pagi hari setelah telinganya mendengar suara berisik dari luar kamar, suara seorang wanita yang sedang marah-marah karena Kaivan tidak datang ke kamarnya semalam. Kaivan akhirnya lebih memilih melanjutkan kembali tidurnya daripada menemui Agatha karena tubuhnya masih terasa lemas, Kaivan tidak menyangka bahwa dirinya bisa seliar itu tadi malam tidak seperti biasanya. Saat bersama Agatha Kaivan masih bisa mengontrol dirinya tetapi semalam ia seperti tidak mengenali dirinya sendiri, entah karena efek obat atau memang Karina berbeda dari Agatha. Kaivan bangkit dari tempat tidur setelah suara Agatha tidak terdengar lagi diluar sana, ia malas menemui Agatha dalam keadaan seperti ini karena Agatha pasti hanya akan semakin marah jika tau apa yang sudah ia lakukan dengan Karina semalam. Pintu kamar terbuka, Karina muncul dari balik pintu sambil membawa sebuah baki berisi roti isi daging dan susu untuk Kaivan. Wajahnya nampak murung, Kaivan bisa menebak jika mood Karina p
Beberapa hari berlalu, Anindya masih belum juga menunjukkan perubahan meskipun sudah mendapatkan penanganan dari dokter kejiwaan. Setiap hari yang ia lakukan hanya diam, menangis dan berbicara sendiri di kamar rawatnya. Anindya masih belum bisa menerima kenyataan jika ia dicampakkan oleh Damar, ia masih terus bermimpi untuk menjadi nyonya Wibowo. Bertahun-tahun mengejar dan memoroti uang para pria kaya, hanya Damar yang benar-benar ia cintai dan ia inginkan selain uangnya. Anindya tidak hanya memandang Damar sebagai mesin pencetak uangnya, tetapi ia juga memandang Damar sebagai cinta terakhirnya. "Bu.." panggil Anindya. Imah segera bangkit menghampiri putrinya lalu ia usap lembut pucuk kepala Anindya, meskipun sejujurnya Imah masih merasa kecewa dengan apa yang putrinya lakukan selama ini dibelakangnya. "Bu, temani aku pergi ke butik ya hari ini." "Ke butik? kamu mau apa ke butik Nin?" tanya Imah balik. "Loh, ibu gimana sih? sebentar lagi aku kan mau menikah dengan mas
Kaivan terjatuh di pelukan Agatha setelah pintu terbuka, tangannya memeluk erat pinggang Agatha dengan tarikan nafas berat seperti sedang menahan emosi di dadanya. Agatha balik memeluknya, jika Kaivan sudah seperti ini pasti ada masalah berat yang sedang ia hadapi. Agatha menggiringnya masuk ke dalam, ia biarkan Kaivan menenangkan dulu badai di dalam kepalanya dan tidak bertanya sepatah katapun. "Agatha, jika aku kehilangan segalanya, apakah kamu bersedia untuk tetap di sisiku dalam keadaan apapun?" tanya Kaivan tiba-tiba setelah sekian lama diam. "Apa maksudmu Kai?" "Jika aku menceraikan Karina dan lebih memilih bersamamu, oma akan menghapusku dari daftar pewaris kekayaan keluarga Bimantara." Dihapus dari pewaris kekayaan keluarga Bimantara? Agatha jelas tidak menginginkan itu, Agatha tidak siap hidup miskin meskipun itu bersama Kaivan, pria yang ia cintai. Memangnya Kaivan pikir apa yang membuatnya bertahan di hubungan ini ketika keluarga Kaivan tidak menyukainya, bahkan
"Dan akhirnya nama Alya juga kalung itu diberikan kepadamu, awalnya ibu tidak berpikir macam-macam saat bibimu memberikannya kepada ibu, sampai akhirnya Yudhana datang mencari putrinya yang bernama Alya." sambung Rahmi sebagai penutup kisah hidup adik iparnya. Alya akhirnya mengerti, kisah mereka cukup rumit dan Yudhana datang tanpa rasa malu setelah membuang istri dan anaknya begitu saja. "Biarkan aku menjadi Alya bu, putri dari Yudhana Prabha Renjana. Biarkan aku menipunya sebagai balasan dari kesalahannya di masa lalu kepada bibi Kalila, juga agar kita bisa mendapatkan kekayaannya." Alya tersenyum sinis dengan kedua tangan menyilang di dada. Bagi Alya, kekayaan Yudhana yang akan ia nikmati tidak sebanding dengan rasa sakit hati dan penderitaan bibinya. Lagipula Karina juga sudah menikah dengan Kaivan, pria konglomerat itu pasti sudah cukup memberikan banyak uang padanya, jadi Karina tidak akan membutuhkan kekayaan ayah kandungnya lagi. ******* Agatha masih kesal setelah
"Sudah mas katakan sejak awal, dia itu pria brengsek! sekarang dia malah meninggalkan mu dalam keadaan hamil!" bentak Lingga. Lingga berkacak pinggang sambil terus mengatur amarahnya yang meledak-ledak di dalam dadanya, ia tidak menyangka bahwa kekhawatirannya soal hubungan Kalila dan Yudhana benar-benar terjadi. Mereka nekat menikah secara siri karena orangtua Yudhana tidak merestui hubungan mereka, Lingga juga terpaksa menikahkan mereka karena adik perempuannya itu sampai berlutut dan memohon di bawah kakinya demi dinikahkan dengan Yudhana. Kalila tidak sedang hamil, hanya saja saat itu Kalila terlalu bodoh soal cinta dan Yudhana adalah cinta pertamanya. "Ayo, mas temani kamu menemui Yudhana." "Tidak perlu mas, aku sudah mencobanya dan Yudhana tetap tidak mau menemuiku." Lingga semakin frustasi mendengar jawaban Kalila, ia tidak bisa membiarkan Yudhana pergi begitu saja tanpa beban setelah mencampakkan adiknya. "Mas Lingga, lebih baik aku kembali ke kontrakan saja. Ak
Setelah membuat keributan di perusahaan Jaya Reksana, Adimas kini tengah mencoba menerobos masuk ke kediaman keluarga Wibowo. Adimas menabrak pagar setinggi dua meter itu tanpa ragu, tidak perduli seberapa hancur mobilnya yang terpenting ia bisa memberikan pelajaran pada orang yang sudah merusak adiknya. Adimas turun sambil membawa sebuah senjata tajam, ia mengancam siapapun yang berani mendekatinya dan menghalangi jalannya. "Nyonya, kakak dari pelakor itu datang dan mengamuk di luar!" lapor salah satu art Renata. Renata yang sedang menikmati perawatan kukunya mendecih kesal atas keributan yang Adimas buat, dengan sangat terpaksa ia keluar dari ruangan pribadinya dengan didampingi beberapa pengawal, mereka takut Adimas akan mencelakai Renata jika Renata menghadapi Adimas seorang diri. "Akhirnya kamu keluar juga," ujar Adimas dengan tawa sinis penuh dendam. Renata tidak menujukkan ekspresi apapun di depan Adimas, tidak ada rasa takut atau merasa bersalah di matanya. Renata
Kaivan terbangun di pagi hari setelah telinganya mendengar suara berisik dari luar kamar, suara seorang wanita yang sedang marah-marah karena Kaivan tidak datang ke kamarnya semalam. Kaivan akhirnya lebih memilih melanjutkan kembali tidurnya daripada menemui Agatha karena tubuhnya masih terasa lemas, Kaivan tidak menyangka bahwa dirinya bisa seliar itu tadi malam tidak seperti biasanya. Saat bersama Agatha Kaivan masih bisa mengontrol dirinya tetapi semalam ia seperti tidak mengenali dirinya sendiri, entah karena efek obat atau memang Karina berbeda dari Agatha. Kaivan bangkit dari tempat tidur setelah suara Agatha tidak terdengar lagi diluar sana, ia malas menemui Agatha dalam keadaan seperti ini karena Agatha pasti hanya akan semakin marah jika tau apa yang sudah ia lakukan dengan Karina semalam. Pintu kamar terbuka, Karina muncul dari balik pintu sambil membawa sebuah baki berisi roti isi daging dan susu untuk Kaivan. Wajahnya nampak murung, Kaivan bisa menebak jika mood Karina p
"Aku tidak mau tau mas! istrimu mempermalukan aku dan keluargaku dihadapan orang banyak! kamu harus menceraikannya sebagai kompensasi atas harga diriku yang dia hancurkan!" amuk Anindya di apartemen Damar. Damar menghela nafas berat, menceraikan Renata bukan hal yang bisa ia lakukan dengan mudah. Anindya tidak tahu saja jika Damar tanpa Renata hanya seorang pria kantoran biasa yang gajinya pas-pasan, jika bukan karena pengaruh keluarga Renata mana mungkin ia bisa menyandang status sebagai bos besar perusahaan konstruksi. "Mas! ceraikan Renata!" bentaknya membuat Damar semaking jengkel. Damar bangkit dari sofa dengan kedua tangan diselipkan ke saku celana, "Bukankah sejak awal sudah aku katakan bahwa jangan pernah menuntut lebih dari hubungan ini? kamu sudah mendapatkan uang yang kamu inginkan, jadi jangan melunjak." "Mas!" "Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikan Renata, sadarlah kalau aku mengencanimu hanya untuk mencari sepuluh persen yang tidak ada di Renat
"Suruh adikmu keluar dari sana, dasar keluarga tidak beradab!" Adimas bangkit dari kursinya, telinganya panas mendengar hinaan wanita di hadapannya. "Jaga ucapan anda nyonya!" "Kenapa anda kesal? apa yang saya katakan adalah sebuah fakta. Adikmu itu pelakor, kamu tukang selingkuh dan ibumu suka bermain-main dengan pria muda. Benar-benar keluarga yang luar biasa, luar biasa hina!" tawanya sinis. Wajah Adimas memerah dengan urat yang menegang di kepalanya, emosinya sudah memuncak dan tidak bisa ia tahan lagi. Sedangkan Imah, ia kini sudah tidak mampu lagi menampakkan wajahnya di hadapan semua orang yang kini tengah mencibir keluarganya. Adimas menarik paksa Anindya keluar dari kolong meja, ia harus memastikan jika ucapan wanita ini tidak benar. "Nin, apa benar yang wanita ini katakan kalau kamu adalah pelakor?" Bukannya menjawab, Anindya justru malah ingin kabur tapi sayangnya Adimas sudah lebih dulu menggenggam tangannya erat. "Adimas, sebaiknya kita pergi saja. Kita
Oma Gia kembali ke tempat dimana Karina dan Randy berada, langkahnya lesu dengan pikiran yang kacau karena ucapan Agatha terus berputar di dalam kepalanya. Ternyata sangat sulit untuknya memisahkan Kaivan dan Agatha, sekarang oma Gia malah mempertanyakan keputusannya untuk tetap mempertahankan Karina di sisi Kaivan atau sebaiknya melepaskannya saja. Oma Gia hanya takut Karina akan tersiksa jika terus berada di sisi Kaivan dan melihat apa yang Kaivan dan Agatha lakukan, tetapi di sisi lain ia juga berat melepas wanita sebaik Karina. "Ran, oma mau bicara." ujarnya menyela Randy yang tengah sibuk mencoba cincin, sepertinya ia lebih antusias daripada Kaivan soal pernikahan ini. Randy menyusul oma Gia keluar dan meminta Karina untuk tetap memilih cincin saja, melihat ekspresi wajah oma yang murung Randy sepertinya bisa menduga jika oma kini tengah memikirkan sesuatu. "Ran, tolong antar oma ke tempat ini." pintanya sambil memberikan sebuah alamat ke tangan Randy. "Oma mau apa ke t