Keyla berdiri dipintu lobi menunggu Qairo yang katanya akan datang menjenguk bu Fatma. Ia senang Qairo mau menemaninya barang hanya sebentar saja.
“Key, maaf ya lama.” “Gak papa. Ayo, kak, mumpung masih jam besuk, aku kenalin sama bu Fatma.” Qairo mengangguk. Ia menuntun Keyla yang masih belum berjalan normal. Sepanjang jalan mereka tak saling bicara. Keyla terlihat lebih murung dari biasanya. Entah ia sudah tahu atau belum mengenai rekaman suaranya dengan Arial yang tersebar di grup poli obgyn. “Itu ruangannya, kak.” “Oh iya.” Keyla membuka pintu, “Bu?’ “Key?” “Kak Qairo udah dateng. Dia boleh masuk gak, bu?” “Boleh dong. Ajakin kesini.” Keyla mengajak Qairo masuk, “Ayo, kak.” Qairo masuk. Ia tersenyum amat manis ketika melihat bu Fatma sedang makan disuapi anak panti usia lima belas tahunan. Ia menyimpan keranjang buah berukuran sedang di meja, “Halo, bu, kenalKeyla duduk diruang tunggu saat papa dan Arial masuk menemui bu Fatma. Ia sedang memikirkan ucapan Arial beberapa menit lalu mengenai permintaannya untuk mengaku pada semua orang bahwa mereka sebenarnya sudah menikah. Alasannya sungguh diluar nalar, bukan karena Arial mulai mencintainya, tapi karena Sarah menolak cintanya? Sungguh, Keyla yang malang, karena ia hanya dijadikan pelampiasan atas patah hatinya Arial. “...Kak Key ngelamun ya?” tanya anak perempuan yang tadi menyuapi bu Fatma. Keyla menoleh, “Eh, Gina? Kenapa, Gin?” “Aku dari tadi ngajak kakak ngobrol, kakak malah bengong aja.” Keyla tersenyum tidak enak, “Maaf ya, Gin, tadi kakak—” “Pacar-pacar kakak ganteng-ganteng banget sih.” celetuk Gina membuat Keyla kaget. “Hm? Pacar?” Gina mengangguk, “Yang tadi bawa buah pacar kakak ‘kan? Yang di dalem dateng sama papanya juga pacar kakak ‘kan?” “Bukan. Yang tadi itu atasan kakak dirumah sa
Rocky tak banyak bicara. Ia terus mengelus punggung Keyla yang bergerak naik turun karena menangis. Ucapan tante Puri sungguh keterlaluan dan kejam. Anak sebaik Keyla tidak pantas mendapatkannya. “Kak...” “Kamu yang tenang ya. Kamu gak perlu dengerin omongan tante Puri.” “Aku... takut.” Rocky menggeleng, “Gak akan terjadi apa-apa sama kamu. Tante Puri-- kita janji akan jaga kamu dari tante Puri.” Jasmine yang tak kunjung mendapati Keyla masuk ke ruang rawat inap bu Fatma sangat kesal padanya. Karenanya ia harus menunggu lama untuk pergi ke ponek karena ada yang harus dikerjakannya. “Si Keyla kemana sih, katanya udah di rumah sakit. Ah iya, pake cara find phone aja, bukannya ponsel di Keyla juga sama kayak ponsel gue?” Jasmine memainkan ponselnya dan mencari lokasi Keyla berada. Jasmine mengernyit melihat lokasi Keyla begitu dekat dengan posisi berdirinya di lorong rawat inap, “Ini dimana? Sebelah selatan?”
“Ky, jangan di ganggu.” Arial berjalan mendekati Rocky yang baru akan masuk ke ruang Rehabilitasi Medik. Rocky melepas handel pintu, “Bolehnya lo doang yang ganggu dia?” “Mau ngomong apa?” Rocky menunjuk ruang tunggu di pojok depan. Ia berjalan lebih dulu kesana, “Gue mau buat perhitungan sama lo.” “Perhitungan apa?” tanya Arial sambil menjatuhkan diri di kursi. Menatap Arial yang berwajah keras membuat Rocky mati kutu sendiri. Ia jelas tahu persis seperti apa amarah sahabatnya. Ia duduk disebelahnya, “Gue udah tahu Keyla bukan adik sepupu lo.” “Hm. Udah saatnya lo tahu juga.” “Santai banget. Lo gak merasa bersalah sama sekali atas apa yang lo lakuin sama Keyla?” “Ky, kalo lo kesini cuma buat ngomong ini gue mending balik dan tidur seharian. Akan percuma gue buat pembelaan apapun juga, lo gak akan pernah dengerin gue.” Arial bangkit. “Gue tadi sengaja nguping pembicaraan tante Puri s
Hari senin ini Keyla mulai ko-as. Meski ia harus berbeda kelompok dengan Jasmine, Cika dan teman lainnya, ia tak masalah sama sekali. Karena kondisi kesehatannya baru pulih, dan atas kesepakatan bersama antara ia, papa, dan ketua pelaksaan praktek klinis, ia harus memulai semuanya dari awal berbarengan dengan kelompok barunya.“Kamu udah siap?” tanya Arial saat mereka baru sampai parkiran basement.Keyla mengangguk, “Siap.”“Bagus. Apapun gosip yang kamu denger kamu gak perlu hiraukan. Fokus aja sama tugas kamu sebagai dokter muda di stase Obgyn. Nanti kita ketemu di poli.”“Oke, kak.”Arial mengacak-acak rambut Keyla gemas, “Semangat ya.”“Kakak juga.”Mereka keluar dari mobil bersamaan. Tapi Keyla berjalan lebih dulu karena enggan menjadi bahan gosip baru saat hari pertama ko-as. Ia berlari mengejar lift bsement yang belum tertutup dan masih muat untuk beberapa orang lagi.“Pagi, dok.” sapanya pada dua
Keyla mengikuti Arial untuk melakukan visit konsulen ke ruang bersalin bersama teman kelompoknya yang lain. Ia sudah membawa catatan seperti biasa. Tadi, saat menunggu Arial selesai operasi darurat, teman-teman kelompok barunya terus menyindir dengan kata-kata tidak sopan. Keyla terus dipojokkan dengan keadaan ia sendiri tidak tahu ada berita apa mengenai dirinya sehingga ia terus mendapatkan gunjingan itu. Untungnya Arial cepat datang sehingga mereka langsung diam tak berkutik. “Keyla, apa yang disebut kehamilan Aterm?” tanya Arial saat mereka berjalan menuju ruang bersalin. “Ehm, kehamilan ideal yang matang dengan waktu kehamilan tiga puluh tujuh sampai empat puluh minggu.” “Bagus.” Arial melirik anak koas lain, “Apa itu kehamilan Postterm?” Mereka saling lirik. “Belajar lagi ya.” Arial membuka pintu ruang bersalin dan menghampiri ranjang pertama, “Gimana bu kondisinya hari ini?” “Baik, dok, ta
Keyla menangis sejadi-jadinya membaca banyak komentar di web rumah sakit saat fotonya tengah memeluk papa tersebar disana. Tidak lupa foto-fotonya yang sedang berpelukkan dengan Qairo, Rocky dan Arial, beserta rekaman suara terkutuk itu. “Kak, aku... gak kuat lagi.” Keyla menutup laptop Qairo yang digunakan untuk melihat berita panas itu. Qairo memeluk Keyla, “Yang tenang, ya, Key, kita akan cari pelakunya sampe dapet.” “Heu heu heu. Siapa yang tega posting itu? Kasian papa. Papa pasti kaget lihat ini.” Rocky dan Qairo bertatapan. Keyla menangis karena memikirkan pak Prasetyo? Pintu ruangan Qairo yang terbuka membuat Arial bisa langsung masuk, “Key, kita pulang sekarang.” Keyla langsung berdiri dan menatap Arial, “Kak, papa gak papa ‘kan? Penyakit Jantung papa gak kambuh ‘kan?” “Papa gak papa. Justru papa khawatirin kamu. Kita pulang. Aku udah koordinasi sama ketua pelaksana ko-as, katanya lebih baik kamu i
Keyla baru saja kembali ke kamar setelah menemani papa sampai tertidur sehabis minum obat Jantungnya. Ia tak menyangka papa akan mendapatkan banyak telpon dari para petinggi rumah sakit, pemilik saham, dan rekan bisnisnya yang menanyakan status keberadaan dirinya. Hampir semua orang percaya bahwa ia adalah sugar baby papa. Sejujurnya meski sedih ia merasa tidak bisa terus-terusan menangis dan bersedih, karena ia memilki banyak orang-orang yang harus lebih dipedulikan. Contohnya ya papa dan bu Fatma. Menurutnya cepat atau lambat bu Fatma pasti akan tahu mengenai gosip itu dan beliau pasti sedih mengetahuinya. Keyla melotot ketika melihat Arial meringkuk dikasur, “Kak!” Arial tak bersuara dan bergerak sama sekali. “Kok tumben sih tidur di kasur?” “Kasur-kasur aku.” jawab Arial tanpa membuka matanya. Keyla menaikkan bibir atasnya kesal. Ia berdiri mengambil bantal dan bantal guling karena merasa masih kesal pada Arial.
Semua sudah duduk di meja makan untuk sarapan. Keyla yang sedari pagi buta sudah bangun terus melirik Arial yang baru bergabung dengannya dan papa. “Apa?” tanya Arial sinis. Keyla tak menjawab. Ia membawa dua telur rebus dan menaruhnya dekat piring Arial yang terisi beberapa Pancake dan potongan buah Strawberry serta Blueberry, “Bukain.” “Kamu banyak banget sih makan telur rebusnya. Nanti kentut terus tahu, bau!” Papa tertawa. “Cuma dimintain tolong bukain kulit telur aja susah banget.” “Bukan susah, tapi kamu ‘kan udah makan satu telur rebus dan Pancake. Kamu gak kenyang?” “Aku masih menstruasi. Dokter kandungan macem Beruang kutub ini mana ngerti sih kalau lagi menstruasi itu bawaannya laper terus?” “Bawa-bawa profesi terus ngeledek lagi, gak tahu malu banget sih!” “Makannya bukain!” “Iya-iya, Beruang kecil!” Keyla mendorong tubuh Arial, “Ih, nyebelin banget sih