“Eh ada tamu.”
Qairo berdiri dan menghampiri papa untuk menyalami beliau, “Selamat malam om, apa kabar?” “Om baik. Kabar kamu sendiri gimana?” “Baik juga, om.” “Udah lama loh kamu gak maen kesini.” “Hehe, iya, om.” Papa melirik Keyla, “Makasih ya udah nganterin anak om pulang. Arial pasti sibuk dirumah sakit.” Qairo juga melirik Keyla, “Sama-sama, om. Kebetulan jalannya satu arah jadi saya sekalian nganterin Keyla aja.” “Iya. Mbok tolong siapin minum. Sekalian makan malamnya. Kalian belum makan ‘kan?” Qairo menggeleng, “Gak usah repot-repot, saya mau langsung aja, om.” “Loh, kenapa buru-buru? Baru juga sampai. Temenin Keyla makan dulu aja. Ini juga belum terlalu malam.” “Saya pingin banget, om, tapi mama sendirian di rumah. Kebetulan mama lagi kurang sehat, jadi saya emang niat pulang cepet buat nemenin mama.” “Ah, iya, mamamu apa kabar? Om juga sudah bKeyla masuk ke dalam gedung rumah sakit lebih dulu dari Arial karena banyak staf poli kandungan yang baru berganti shift. Ia yang melihat itu mengusulkan agar mereka tidak masuk bersama, karena tidak ingin gosip yang ada semakin merebak, meski sejujurnya perlakuan orang-orang padanya tidak seperti kemarin. Sebelum praktek rawat jalan Rocky dimulai, Keyla masih sempat ke ruang Ponek untuk menyerahkan catatan rekam medis pada kepala residen. Kondisi Ponek cukup sepi, hanya ada beberapa pasien disana. “Dokter Keyla?” panggil perawat pada Keyla yang celingukan mencari kepala residen. “Iya, sus?” “Cari siapa?” “Dokter Ina kemana ya, sus?” “Oh, dokter Ina lagi di UGD, ketemu temennya. Mau setor rekam medis ya?” “Iya nih, sus.” “Ya udah simpen aja disitu, nanti saya sampaikan.” “Eum... saya ke UGD aja, kebetulan ada yang mau ditanyakan.” “Oh ya sudah kalau begitu.” Begitu keluar dari Ponek, Keyla bertemu Arial yang bertugas jaga disini sampai jam prakteknya datang. Mer
Senyum Qairo merekah. Ia menghampiri bu Puri, “Mama kenal sama Keyla?” Bu Puri melirik Keyla dan tersenyum, “Baru ketemu hari ini. Kamu kenal sama Keyla?” Qairo mengangguk, “Keyla dokter ko-as, sekarang lagi tugas di stase obgyn, sama Arial dan Rocky. Nanti setelah ini Keyla bagian di stase Bedah Anak.” “Waaah, mama seneng banget dengernya.” Bu Puri kembali melirik Keyla, “Saya gak nyangka loh ternyata kamu udah kenal sama Qairo.” “Hehehe, iya, bu.” “Panggil tante aja.” “Oh iya, tante.” Mereka berjalan beriringan menuju poli bedah Saraf. Sepanjang jalan Qairo terus tersenyum dan melirik Keyla. Begitu pun dengan Keyla. Ia tak bisa berhenti mengucapkan kata syukur setelah tahu kalau bu Puri yang satu jam ini berbincang dengannya adalah ibu dari Qairo. Di persimpangan jalan, mereka bertemu Arial yang berkacak pinggang menahan marah. Ia baru tersenyum terpaksa saat melihat gerombolan Keyla dan Qairo
Keyla dan semua teman kelompoknya tengah tertawa apalagi saat melihat laporan baik dari residen dan konsulen Obgyn di grup chat. Mereka tak menyangka, rasa lelah, tangisan, amarah yang ditujukkan pada mereka membuahkan hasil baik. “Kalian jangan seneng dulu, nilai paripurna itu setelah ujian beres stase obgyn. Tapi aku doain nilai kalian bagus semua.” cuap Rocky di amini semua. “Kalian makannya harus cepet, bentar lagi pasti ditelpon perawat di Ponek.” potong Jasmine menyadarkan teman kelompok mereka yang berjaga di ponek minggu ini. “Ah iya. Ayo cepet-cepet, abisin.” “Ya ampun, perut kalian kecil tapi kok muat banyak ya. Aku bingung harus kagum atau takut.” Ucapan Rocky disambut tawa semua orang di meja. Ia memang pintar mencairkan suasana. Jasmine yang duduk menghadap pintu masuk kantin melambaikan tangan pada Arial yang baru datang. Ia harus membantu proses persalinan dulu sehingga baru bisa bergabung sekarang.
Seorang Janitor berteriak minta tolong di toilet perempuan. Ia yang akan membereskan alat pel disebelah toilet merasa heran dengan tempelan kertas di pintu yang mengatakan toilet sedang rusak. Ia membuka kertas itu dan membuka kunci pintu utama toilet. Betapa terkejutnya ia, dini hari begini dalam keadaan lampu toilet padam, kakinya tidak sengaja merasakan sesuatu seperti tubuh manusia. Setelah menyalakan senter ia baru bisa melihat ada yang pingsan. “Ya ampun, orang-orang kemana sih. Toloooong!” teriak Janitor untuk kesekian kali sambil memeluk Keyla. Sarah yang kebetulan akan ke toilet setelah melakukan operasi darurat, langsung berlari setelah mendengar teriakan. Begitu sampai di muka toilet, Sarah melotot karena melihat orang yang membutuhkan pertolongan ternyata adalah Keyla yang terlihat dari cahaya bilik wc. “Bu, tolong bantu baringkan. Saya kenal sama orang ini.” “Baik, dok.” Janitor membantu membaringkan Keyla sehingga aka
Keyla sudah melewati masa kritisnya. Kini ia masih ada diruang ICU, nanti sore kalau kondisinya sudah stabil ia sudah boleh pindah ke ruang perawatan biasa. Hal tersebut membuat papa sangat senang. Papa tidak sedikit pun meninggalkan Keyla. Beliau terus menunggu didepan ruang ICU. “Pa, sarapan dulu yuk.” “Kamu aja, papa gak laper.” Papa masih berdiri didepan ruang ICU. “Pa, Keyla pasti marah banget loh kalo papa gak makan karena nungguin dia.” Papa menoleh, “Papa makan sebentar lagi.” “Aku bakal tunggu papa sampe papa mau makan.” “Arial, kamu ‘kan ada praktek rawat jalan sekarang, udah sana, kamu sarapan duluan aja.” Arial menggeleng. Papa menatap Arial kesal, “Keras kepala kamu ya.” “Sama kayak papa ‘kan?” Papa membuang nafas pelan. “Om, udah makan dulu sana. Keyla biar saya yang temenin.” kata Rocky yang baru datang. “Ky?” Rocky melongokan wajahnya ke ruang ICU, “Jadwal besuknya belum ya?” “Sudah tadi. Om cuma pengen nunggu Keyla disini.” Rocky menatap
Rocky berjalan dengan riang di lorong poli setelah jam prakteknya selesai. Ia yang akan jaga malam ini merasa senang setelah sadar ia memiliki banyak waktu bersama Keyla. Adik sepupu sahabatnya itu sudah dipindahkan ke ruang rawat inap sehingga ia bisa lebih sering menjenguknya. Jasmine yang masih merasa bersalah dan hanya diam merenung, melihat Rocky bagaikan oasis dipadang pasir. Ia berlari menghampirinya, “Dokter Rocky?” “Hm?” “Dokter Rocky udah besuk Keyla?” “Belum, aku baru selesai praktek. Kenapa?” “Kalau dokter jengukin dia bisa ‘kan?” “Bisa.” “Saya pengen ikut, dok.” “Jumlah pembesuk masih di batasi, kalo mau kamu besuk aja sekarang. Aku masih ada kerjaan.” “Ehm, saya....” “Dia udah gak di ICU kok. Oyah, kalo mau besuk barengan ajak aja Arial. Dia kayaknya udah luang sekarang.” “Oh gitu ya. Ya udah makasih ya, dok.” “Oke.” Jasmine be
Arial membuka nurse cup selesai operasi. Ia berjalan cepat membawa ponselnya dari rak. “Dokter,” panggil Jasmine dari dalam ruang operasi. Arial menoleh, “Kenapa?” “Saya boleh ikut dokter gak?” “Kemana?” “Jenguk Keyla.” Arial diam sejenak, “Emang siapa yang mau jenguk Keyla?” “Ehm...” “Saya pergi.” Arial pergi meninggalkan Jasmine. “Yaaah, gue ditinggal.” Dengan senyum merekah Arial kembali ke ruangan pribadinya. Ia langsung berganti baju casual karena malam ini ia barter jaga malam dengan dokter lainnya. Setelah mengambil semua barangnya, ia keluar dan hampir teriak melihat Rocky berdiri didepan pintu. “Lo mau bunuh gue!” Rocky melihat tangannya yang kosong, “Pake apa?” “Lo bikin gue kaget, Ky!” “Ah, iya sori. Lo mau kemana?” “Kemana lagi? Nemenin Keyla lah.” Rocky menggaet tangan Arial, “Gue ikuuut.”
Keyla mengeratkan kedua tangannya. Durasi ciuman itu cukup lama baginya, sekitar lima belas detik. Ia mati-matian menahan nafas karena tidak tahu harus bagaimana. Ini adalah ciuman pertamanya, jelas Keyla bingung, entah untuk Arial. Tapi ia yakin ini bukanlah ciuman pertamanya. Arial akhirnya mengangkat kepalanya. Ia menatap Keyla yang baru membuka mata. Mata mereka kembali beradu. Perlahan, tangannya mengelus bibir Keyla, “Bagus.” “Hm?” “Refleks kamu bagus.” Arial bangkit dan terduduk tegap memunggungi Keyla. Keyla kembali menutup matanya. Ia menarik dan menghembuskan nafasnya perlahan untuk mengganti oksigen lima belas detik yang tidak bisa ia hirup. Namun matanya langsung terbuka saat kedua tangan Arial memegangi kepalanya dan kembali menciumnya. Yang pertama tadi bukanlah ciuman, Arial hanya menempelkan bibirnya. Kini baru namanya ciuman, karena Arial melumat bibir istrinya itu dalam dan lama, lebih dari lima belas detik.