Share

Bab 6. Investasi

Автор: Talaka
last update Последнее обновление: 2024-10-29 19:42:56

Kembali ke rumah kecilnya, Asrina mengepak beberapa pakaian dan yang lainnya ke dalam koper. Selesai berkemas Asrina menarik kopernya keluar dan bertemu dengan mamanya yang baru saja pulang dari pasar.

"Kamu mau kemana bawa koper segala sayang?" tanya Bu Kinanti menatap koper di belakang putrinya dengan bingung.

"Asri mau pindah ke rumah teman, Ma," jawab Asrina.

"Loh, kok tiba-tiba. Memangnya ada apa?" Bu Kinanti meletakkan belanjanya di atas meja.

"Maafin Asri ya, Ma. Sebenarnya Asri diam-diam cari kerja tanpa memberitahu mama dan papa. Kebetulan hari ini Asri keterima dan rumah teman Asri sangat dekat dengan perusahaan. Jadi, Asri akan tinggal di sana untuk sementara," jelas Asrina.

Menjadi kekasih kontrak Arbian juga merupakan pekerjaan kan? Arbian membayarnya gaji yang sangat mahal sebagai istri kontrak, ini namanya kerja juga kan? Meskipun dalam bentuk lain. Anggap sajalah seperti itu. Jangan sampai orang tuanya khawatir.

Dia tidak boleh menambah beban orang tuanya sekarang. Yang harus dia lakukan adalah membantu mereka.

Bu Kinanti sangat terkejut dengan perkataan putrinya. Meskipun Asrina lulus dari universitas ternama dan nilai yang tinggi, dia tidak pernah sekali pun mencari pekerjaan atau bekerja di perusahaan papanya.

Masalah kebangkrutan keluarga pasti sangat menstimulasi putri kesayangannya. Putrinya yang tidak pernah bekerja sekarang harus banting tulang mencari pekerjaan hanya untuk membantu mereka.

Bu Kinanti melangkah mendekati putrinya sambil memegangi tangannya. "Kenapa minta maaf, Sayang? Mama justru merasa sangat bersalah kamu harus pergi bekerja seperti ini. Mama hanya ingin kamu hidup dengan bebas dan riang tanpa rasa khawatir. Sama seperti dulu," ucap Bu Kinanti.

"Mama senang. Setidaknya kamu sudah jadi lebih dewasa sekarang," lanjut Bu Kinanti.

"Mama baik-baik ya di rumah bersama papa selama Asri tinggal di luar. Mama tenang saja, Asri pasti akan selalu kembali ke rumah ini setiap beberapa hari," ucap Asrina tersenyum pada mamanya.

"Asri pergi dulu ya, Ma." Asrina mencium tangan mamanya dan keluar dari rumah bersama kopernya.

Pak Dodi yang menunggu di dalam mobil melihat Asrina keluar dari rumah segera membuka pintu dan turun. Dia mengambil koper dari tangan Asrina dan memasukkannya ke dalam bagasi. Sementara itu, Asrina masuk ke kursi penumpang belakang.

Tiba di vila Arbian, Asrina menagamati vila itu yang akan ditinggalinya selama satu tahun ke depan.

"Selamat datang, Nona. Mari saya bawa koper Nona ke kamar," sambut Bibi Yupi senang dengan kedatangan Asrina.

Akhirnya tuan memiliki pasangan juga. Apa lagi nona muda itu sangat cantik, lembut dan ramah.

Asrina memberikan kopernya pada Bi Yupi dan mengikutinya menunju kamar di lantai 2.

Asrina ingat kalau kamar itu adalah ruangan yang ditempatinya terkahir kali.

"Saya akan membantu Nona memasukkan pakaian ke dalam lemari," kata Bi Yupi menarik koper ke depan lemari.

"Terima kasih Bi," ucap Asrina duduk di tempat tidur.

"Apa itu pakaian Arbian, Bi?" tanya Asrina melihat gantungan pakaian pria saat Bi Yupi membuka lemari.

"Iya, Nona. Ini pakaian Tuan," jawab Bi Yupi sambil menggantung pakaian Asrina.

Jadi, ini kamar pria itu. Benar-benar harus tinggal sekamar seperti ini?

Alis Asrina berkerut erat memikirkan harus tinggal dalam satu kamar dengan pria yang bukan suami sahnya.

Asri Corporation.

"Pak, banyak karyawan yang mengundurkan diri dan menuntut perusahan. Apa yang harus kita lakukan, Pak?" Sekretaris Pak Morael melaporkan dengan berat hati.

Dia tidak menyangka perusahaan bosnya akan bangkrut sekarang. Apa benar mereka hanya bisa menjual perusaan yang hanya cangkang kosong saat ini.

"Berapa banyak karyawan yang masih bertahan sekarang?" Morael merasa kepalanya sangat berat mendengarkan laporan sekretarisnya. Semua usahanya selama ini sia-sia hanya karena kepercayaannya pada satu orang.

Evan benar-benar pria brengsek!

Saat keluarganya berada di atas, dia mengusulkan pertunangan dengan putrinya dan bekerjasama antara dua perusahaan. Dia tidak pernah menyangka kalau semua itu hanya tipu muslihat mereka untuk menghancurkan perusahannya.

Asri Corporation bergerak di bidang perumahan dan perlengkapannya. Tiga tahun terakhir mereka mencoba memasuki industri IT dengan mengembangkan perangkat lunak yang bekerja sama dengan perusahaan Andreas. Sebuah terobosan besar terjadi baru-baru ini perusahaan berhasil membuat chip untuk robot pembantu rumah tangga. Sayangnya Andreas Corporation menipu dan mengambil chip itu untuk keuntungan mereka sendiri.

Pabrik produksi robot sedang dalam tahap pembangunan dan bahan baku untuk memproduksi robot menumpuk di pelabuhan perlu segera di ambil. Sayangnya uang pembangunan pabrik dan bahan baku hilang digelapkan juga oleh Andreas Corporation. Kini dia harus mencari cara untuk melunasi tanah, bahan baku, dan gaji karyawan.

"Hanya ada 8 karyawan termasuk saya, Pak."

"Semua anggota tim R&D juga pergi"

"Mereka semua pergi bersama asisten Pak Evan kemarin."

"Si brengsek itu bahkan tidak melepaskan karyawan perusahaan!" Morael meremas dokumen ditangannya sangat marah dengan perilaku pencuri Evan.

"Tok... tok... tok...."

Suara ketukan pintu membuat Morael dan sekretarisnya terdiam mendengarkan suara itu.

Sekretaris pergi membuka pintu dan terkejut melihat kedua orang yang berdiri di luar pintu. "Bapak Arbian, silakan masuk." Sekretaris berkata dengan hormat.

Arbian datang ke Asri Corporation bersama sekretarisnya sesuai janjinya dengan Asrina.

Mendengar kata Arbian membuat Morael langsung berdiri dari kursi buru-buru menyambut tamu penting itu. "Pak Arbian, silakan duduk."

"Bapak mau minum apa? Kopi? Teh?" Moerael merasa tersanjung pengusaha muda ini datang ke kantornya. Meskipun Arbian jauh lebih muda darinya, tapi dalam industri pengusaha pemuda ini lebih tinggi darinya. Moerael sangat kagum dan hormat pada pemuda berbakat ini.

"Hanya air putih, Pak Arbian tidak minum kopi atau teh." Doni, sekretaris Arbian segera menjawab.

"Kalau begitu saya akan ambilkan air putih," ucap Sekretaris Pak Morael berlari menuju dispenser air yang ada di dalam ruangan.

"Saya tidak menyangka Pak Arbian akan datang sendiri," salut Moerael. Dia tahu Arbi Company ingin mengakuisisi perusaannya, tapi dia tidak menyangka Arbian sangat mementingkan hal ini sehingga datang sendiri.

"Saya ingin berinvestasi dengan perusahan Bapak." Arbian langsung mengutarakan niatnya.

"Apa? Berinvestasi? Bukankah mengakuisisi?" ceplos sekretaris saat menyajikan air putih.

Morael juga tercengang, dia tidak salah dengar kan?

"Saya akan berinvestasi 100 miliar sebagai gantinya 50 persen saham perusahaan," jelas Arbian.

Awalnya dia memang ingin mengakuisisi Asri Corporatio. Pertemuan dengan Asrina membuat keputusannya berubah, tidak perlu mengakuisisi, dia hanya akan berinvestasi.

"Anda serius? 100 miliar? Itu lebih dari dana untuk membeli perusahaan ini saat masih di masa jayanya." Morael tidak begitu percaya Arbian akan berinvestasi sebanyak itu untuk perusahaan yang diambang gulung tikar. Sebagai pengusaha dia tahu betul tidak ada durian jatuh begitu saja di industri ini.

"Sebagai investor saya berpandangan jauh ke depan. Asri Corporation pasti akan mendatangkan untung lebih dari yang saya investasikan hari ini." Arbian mengatakan analisisnya tentang Asri Corporation.

Setelah pertimbangan yang matang Moerael akhirnya setuju dengan usulan Arbian untuk berinvestasi pada perusahaannya. Dia percaya dengan visi Arbian dan dengan dana sebanyak itu perusaan pasti akan bersinar lagi.

ꕤꕤꕤꕤꕤ

Related chapter

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 7. Kohabitasi

    Malam hari, meja makan. Duduk di meja makan Asrina menatap sekeliling mencoba mencari keberadaan Arbian. Setelah beberapa saat dia tidak melihat orang itu datang. "Bi, apa Arbian belum pulang?" tanya Asrina pada Bi Yupi. "Belum, Nona. Hari ini Tuan ada makan malam dengan klien jadi pulangnya larut. Nona makan saja, tidak perlu menunggu Tuan," jawab Bi Yupi melihat makanan di atas meja belum tersentuh. "Baik, Bi." Asrina pun menggerakkan sendoknya dan makan perlahan. Setelah makan malam Asrina pergi mandi, lalu duduk di atas tempat tidur selesai mengeringkan rambutnya. Bermain dengan ponsel Asrina menjelajahi internet mencari informasi tentang Arbian dan perusahaannya. Dia ingin mengenal pria itu lebih baik lagi. Ada baiknya jika dia berhati-hati. "Kenapa tidak ada anggota keluarga yang dicamtumkan di biografinya, ya? Ah, sudahlah lebih baik aku tidur saja. Hoaaamhh...." Asrina menguap tidak sanggup menahan kantuk. Padahal dia ingin menunggu pria itu pulang, tapi apa daya kantuk

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 8. Ke Butik

    Setelah mandi dan berpakaian Asrina turun ke lantai bawah menuju meja makan dimana sudah ada Arbian duduk di sana. "Selamat pagi," sapa Asrina dengan senyum lembut dan duduk di samping Arbian. "Pagi," gumam Arbian sebagai tanggapan. Keduanya sarapan dalam diam, Asrina tidak tahu harus berbicara apa dengan pria itu. Sementara Arbian tidak suka bicara saat makan. "Bisakah aku ikut dengan mobilmu?" tanya Asrina tiba-tiba menghentikan Arbian yang bagun dari kursi. "Kemana?" tanya Arbian. "Aku ingin ke Wedding Butik. Bisakah?" ucap Asrina menatap Arbian sedikit takut. Melihat wajah pria itu yang selalu terlihat dingin membuat Asrina takut. Dia takut akan membuat pria itu marah. "Oke," angguk Arbian. Asrina segera berjalan mengikuti Arbian dan masuk ke dalam mobil. "Aku sudah bertemu Pak Morael kemarin. Dan uang itu sudah aku berikan padanya. Ini dokumen perjanjian kerja sama dan 50% saham atas namamu," ucap Arbian mengeluarkan dokumen dari dalam tasnya dan memberikannya pada Asri

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 9. Lamaran?

    Setelah berpisah dari teman-temannya Asrina tidak langsung kembali ke vila Arbian, tapi pergi ke rumah orang tuanya. Dia masih memikirkan tawaran Arbian untuk mengadakan pesta pernikahan. "Asri, kapan kamu datang? Kenapa hanya berdiri di situ? Ayo masuk," Kinanti terkejut dengan kedatangan putrinya segera memintanya masuk ke dalam rumah. Asrina sadar mendengar suara mamanya, dia pun tersenyum dan memasuki rumah. "Bagaimana pekerjaanmu? Apa kamu betah? Apa pekerjaannya sulit?" tanya Kinanti khawatir. "Tidak, Ma. Pekerjaannya sangat mudah," jawab Asrina duduk di kursi. "Baguslah kalau begitu," kata Kinanti berjalan ke dapur. Beberapa saat kemudian dia keluar sambil membawa nampan berisi teh dan kue. "Nih, minum dulu." Asrina mengambil cangkir yang di serahkan mamanya dan meletakkannya di atas meja. Kemudian, dia meraih tangan Kinanti dan memegangnya dengan kedua tangannya sedikit melamun. "Ada apa sayang? Kamu terlihat punya banyak pikiran seperti itu. Kalau ada masalah kamu bi

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 10. Beneran di Lamar

    Asrina menatap berbagai macam hadiah yang dibawa oleh sekretaris Arbian dengan bingung. "Untuk apa semua ini?" tanyanya menghentikan Doni yang tengah sibuk menghitung hadiah. "Nona, ini semua adalah hadiah lamaran yang diperintahkan oleh Pak Arbian," terang Doni. "Hadiah lamaran?" gumam Asrina tidak mengerti. Untuk apa hadiah lamaran? Siapa yang mau dia lamar? "Kamu tidak ingin bersiap?" Asrina terkejut mendengar suara itu segera berbalik dan melihat Arbian berpakaian rapih, entah sejak kapan berdiri di belakangnya. "Bersiap untuk apa?" tanyanya menatap Arbian penuh tanya. "Untuk melamar ke rumahmu," jawab Arbian berjalan ke sofa dan duduk di sana. Ucapan Arbian membuat Asrina tertegun, apakah dia tidak salah dengar? Pria itu benar-benar ingin melamarnya? "Aku akan menunggumu setengah jam. Cepat berganti pakaian," kata Arbian sambil melirik arloji yang melingkari pergelangan tangan kirinya. "Ah, oke. Aku akan segera berganti pakaian," ujar Asrina segera berlari menuju lantai

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 11. Beli Cincin

    Andreas Corporation, kantor CEO. Seorang pria paruh baya mengenakan setelan jas duduk di kursi CEO sementara Evan duduk di depannya. "Bagaimana hal ini bisa terjadi?" tanya pria paruh baya itu yang tidak lain adalah papa Evan, Davis Andreas. "Aku tidak tahu, Pa. Aku merasa ada yang menargetkan perusahaan kita," jawab Evan. Pak Davis melemparkan dokumen ke depan Evan. "Saham perusahaan menurun tajam dan kamu tidak tahu! Bukankah perusahaan kita bekerja sama dengan perusahaan Asri Corporation. Perusahaan itu berkembang pesat baru-baru ini. Kenapa kamu tidak meminta bantuannya?" Evan mengepalkan tinjunya mendegar ucapan papanya. Dia tidak tahu bagaimana bisa perusahaan yang sudah akan bangkrut itu bisa melakukan serangan balik dan bahkan terus meningkat. Rencananya selama ini semuanya sia-sia. "Aku sudah memutuskan pertunangan dengan Asrina, Pa." Kata-kata putranya membuat Pak Davis sangat marah. "Dasar anak bodoh! Kamu melepaskan peluang yang sangat besar seperti itu. Pokoknya pa

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 12. Pernikahan Widy

    "Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu di sini. Kenapa kamu memblokir nomorku? Aku mencarimu ke rumahmu, tapi rumahmu sudah di jual. Kamu tinggal di mana sekarang?" Atas perintah papanya Evan telah berusaha menghubungi Asrina. Tidak pernah terpikir olehnya tunangannya yang polos ini benar-benar berani memblokir nomor ponselnya. "Kamu tidak perlu tahu di mana aku tinggal. Kita sudah tidak ada hubungan lagi." Asrina berkata berjalan menghindari Evan. Melihat sikap acuh Asrina membuat Evan kesal dan menghentikan langkah gadis itu. "Kamu tunanganku! Hubungan kita sangat jelas." "Pertunangan kita sudah putus. Kamu sendiri yang mengatakan itu," tangkas Asrina. "Aku hanya bercanda waktu itu. Bisakah kamu melupakannya. Saat itu aku sedang dalam suasana hati yang buruk, jadi mengatakan hal seperti itu." Evan buru-buru menjelaskan secara asal. Asrina menatap pria yang telah menjadi tunangannya selama 3 tahun. Satu-satunya pria yang sangat dekat dengannya dan dia berikan kepercayaan un

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 13. Mobil Baru

    Arbian duduk di meja makan tanpa menyentuh sarapan yang sudah disajikan di atas meja. Dia sedang menunggu Asrina untuk sarapan bersama."Selamat pagi?" Sapa Asrina baru saja turun."Pagi. Kamu mau kemana?" tanya Arbian melihat Asrina yang sudah berpakaian rapi. Tinggal bersama membuat Arbian mengerti kebiasaan gadis itu. Saat berpakaian rapi dan cantik dia akan keluar, sementara saat hanya tinggal di rumah dia hanya berpakaian seadanya tanpa merias wajah."Hilya akan membuka cabang di Grandmall. Sebagai teman dan mitra aku akan datang ke pembukaannya," jelas Asrina sambil menarik kursi dan duduk."Ini untukmu." Arbian meletakkan kunci mobil di depan Asrina."Apa ini? Kamu memberiku mobil?" Asrina memegang kunci mobil menatap Arbian terkejut. Hari ini bukan hari ulang tahunnya, buat apa memberi hadiah mobil?"Ya. Kamu bisa menggunakan mobil itu untuk bepergian saat aku tidak bersamamu," jelas Arbian. Asrina selalu menggunakan mobil online saat keluar atau menumpang mobilnya. Dengan mo

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 14. Bertemu Seseorang yang Tidak Menyenangkan

    Memasuki kafe Asrina memimpin memilih meja kosong, Hilya dan Vany saling memandang dan mengikuti Asrina. Asrina memanggil pelayan dan memesan teh susu dan kue black forest. Sebenarnya dia merasa sedikit haus dan dia tahu kalau pasti akan menghabiskan banyak air liur untuk berbicara dengan kedua sahabatnya itu. Jadi, Asrina menghentikan Hilya dan Vany yang akan berbicara dan meminta mereka untuk memesan juga. Pembukaan toko Hilya masih ada satu jam lagi, dia bisa memanfaatkan waktu ini untuk berbicara dengan keduanya. Setelah pelayan itu pergi Hilya dan Vany tidak sabar mendengar pengakuan dari Asrina yang menyulut rasa ingin tahu mereka. "Oke, jadi dari mana kamu dapat mobil mewah itu? Jangan mencoba bicara yang berputar-putar dan jangan mengalihkan pembicaraan lagi." Hilya tidak dapat menahan rasa penasarannya. Menunggu penjelasan Asrina dari pintu masuk mal hingga memesan makanan dan minuman sudah menghabiskan banyak kesabarannya. Asrina selalu menunda-nunda dan mengalihkan pemb

Latest chapter

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 14. Bertemu Seseorang yang Tidak Menyenangkan

    Memasuki kafe Asrina memimpin memilih meja kosong, Hilya dan Vany saling memandang dan mengikuti Asrina. Asrina memanggil pelayan dan memesan teh susu dan kue black forest. Sebenarnya dia merasa sedikit haus dan dia tahu kalau pasti akan menghabiskan banyak air liur untuk berbicara dengan kedua sahabatnya itu. Jadi, Asrina menghentikan Hilya dan Vany yang akan berbicara dan meminta mereka untuk memesan juga. Pembukaan toko Hilya masih ada satu jam lagi, dia bisa memanfaatkan waktu ini untuk berbicara dengan keduanya. Setelah pelayan itu pergi Hilya dan Vany tidak sabar mendengar pengakuan dari Asrina yang menyulut rasa ingin tahu mereka. "Oke, jadi dari mana kamu dapat mobil mewah itu? Jangan mencoba bicara yang berputar-putar dan jangan mengalihkan pembicaraan lagi." Hilya tidak dapat menahan rasa penasarannya. Menunggu penjelasan Asrina dari pintu masuk mal hingga memesan makanan dan minuman sudah menghabiskan banyak kesabarannya. Asrina selalu menunda-nunda dan mengalihkan pemb

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 13. Mobil Baru

    Arbian duduk di meja makan tanpa menyentuh sarapan yang sudah disajikan di atas meja. Dia sedang menunggu Asrina untuk sarapan bersama."Selamat pagi?" Sapa Asrina baru saja turun."Pagi. Kamu mau kemana?" tanya Arbian melihat Asrina yang sudah berpakaian rapi. Tinggal bersama membuat Arbian mengerti kebiasaan gadis itu. Saat berpakaian rapi dan cantik dia akan keluar, sementara saat hanya tinggal di rumah dia hanya berpakaian seadanya tanpa merias wajah."Hilya akan membuka cabang di Grandmall. Sebagai teman dan mitra aku akan datang ke pembukaannya," jelas Asrina sambil menarik kursi dan duduk."Ini untukmu." Arbian meletakkan kunci mobil di depan Asrina."Apa ini? Kamu memberiku mobil?" Asrina memegang kunci mobil menatap Arbian terkejut. Hari ini bukan hari ulang tahunnya, buat apa memberi hadiah mobil?"Ya. Kamu bisa menggunakan mobil itu untuk bepergian saat aku tidak bersamamu," jelas Arbian. Asrina selalu menggunakan mobil online saat keluar atau menumpang mobilnya. Dengan mo

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 12. Pernikahan Widy

    "Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu di sini. Kenapa kamu memblokir nomorku? Aku mencarimu ke rumahmu, tapi rumahmu sudah di jual. Kamu tinggal di mana sekarang?" Atas perintah papanya Evan telah berusaha menghubungi Asrina. Tidak pernah terpikir olehnya tunangannya yang polos ini benar-benar berani memblokir nomor ponselnya. "Kamu tidak perlu tahu di mana aku tinggal. Kita sudah tidak ada hubungan lagi." Asrina berkata berjalan menghindari Evan. Melihat sikap acuh Asrina membuat Evan kesal dan menghentikan langkah gadis itu. "Kamu tunanganku! Hubungan kita sangat jelas." "Pertunangan kita sudah putus. Kamu sendiri yang mengatakan itu," tangkas Asrina. "Aku hanya bercanda waktu itu. Bisakah kamu melupakannya. Saat itu aku sedang dalam suasana hati yang buruk, jadi mengatakan hal seperti itu." Evan buru-buru menjelaskan secara asal. Asrina menatap pria yang telah menjadi tunangannya selama 3 tahun. Satu-satunya pria yang sangat dekat dengannya dan dia berikan kepercayaan un

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 11. Beli Cincin

    Andreas Corporation, kantor CEO. Seorang pria paruh baya mengenakan setelan jas duduk di kursi CEO sementara Evan duduk di depannya. "Bagaimana hal ini bisa terjadi?" tanya pria paruh baya itu yang tidak lain adalah papa Evan, Davis Andreas. "Aku tidak tahu, Pa. Aku merasa ada yang menargetkan perusahaan kita," jawab Evan. Pak Davis melemparkan dokumen ke depan Evan. "Saham perusahaan menurun tajam dan kamu tidak tahu! Bukankah perusahaan kita bekerja sama dengan perusahaan Asri Corporation. Perusahaan itu berkembang pesat baru-baru ini. Kenapa kamu tidak meminta bantuannya?" Evan mengepalkan tinjunya mendegar ucapan papanya. Dia tidak tahu bagaimana bisa perusahaan yang sudah akan bangkrut itu bisa melakukan serangan balik dan bahkan terus meningkat. Rencananya selama ini semuanya sia-sia. "Aku sudah memutuskan pertunangan dengan Asrina, Pa." Kata-kata putranya membuat Pak Davis sangat marah. "Dasar anak bodoh! Kamu melepaskan peluang yang sangat besar seperti itu. Pokoknya pa

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 10. Beneran di Lamar

    Asrina menatap berbagai macam hadiah yang dibawa oleh sekretaris Arbian dengan bingung. "Untuk apa semua ini?" tanyanya menghentikan Doni yang tengah sibuk menghitung hadiah. "Nona, ini semua adalah hadiah lamaran yang diperintahkan oleh Pak Arbian," terang Doni. "Hadiah lamaran?" gumam Asrina tidak mengerti. Untuk apa hadiah lamaran? Siapa yang mau dia lamar? "Kamu tidak ingin bersiap?" Asrina terkejut mendengar suara itu segera berbalik dan melihat Arbian berpakaian rapih, entah sejak kapan berdiri di belakangnya. "Bersiap untuk apa?" tanyanya menatap Arbian penuh tanya. "Untuk melamar ke rumahmu," jawab Arbian berjalan ke sofa dan duduk di sana. Ucapan Arbian membuat Asrina tertegun, apakah dia tidak salah dengar? Pria itu benar-benar ingin melamarnya? "Aku akan menunggumu setengah jam. Cepat berganti pakaian," kata Arbian sambil melirik arloji yang melingkari pergelangan tangan kirinya. "Ah, oke. Aku akan segera berganti pakaian," ujar Asrina segera berlari menuju lantai

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 9. Lamaran?

    Setelah berpisah dari teman-temannya Asrina tidak langsung kembali ke vila Arbian, tapi pergi ke rumah orang tuanya. Dia masih memikirkan tawaran Arbian untuk mengadakan pesta pernikahan. "Asri, kapan kamu datang? Kenapa hanya berdiri di situ? Ayo masuk," Kinanti terkejut dengan kedatangan putrinya segera memintanya masuk ke dalam rumah. Asrina sadar mendengar suara mamanya, dia pun tersenyum dan memasuki rumah. "Bagaimana pekerjaanmu? Apa kamu betah? Apa pekerjaannya sulit?" tanya Kinanti khawatir. "Tidak, Ma. Pekerjaannya sangat mudah," jawab Asrina duduk di kursi. "Baguslah kalau begitu," kata Kinanti berjalan ke dapur. Beberapa saat kemudian dia keluar sambil membawa nampan berisi teh dan kue. "Nih, minum dulu." Asrina mengambil cangkir yang di serahkan mamanya dan meletakkannya di atas meja. Kemudian, dia meraih tangan Kinanti dan memegangnya dengan kedua tangannya sedikit melamun. "Ada apa sayang? Kamu terlihat punya banyak pikiran seperti itu. Kalau ada masalah kamu bi

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 8. Ke Butik

    Setelah mandi dan berpakaian Asrina turun ke lantai bawah menuju meja makan dimana sudah ada Arbian duduk di sana. "Selamat pagi," sapa Asrina dengan senyum lembut dan duduk di samping Arbian. "Pagi," gumam Arbian sebagai tanggapan. Keduanya sarapan dalam diam, Asrina tidak tahu harus berbicara apa dengan pria itu. Sementara Arbian tidak suka bicara saat makan. "Bisakah aku ikut dengan mobilmu?" tanya Asrina tiba-tiba menghentikan Arbian yang bagun dari kursi. "Kemana?" tanya Arbian. "Aku ingin ke Wedding Butik. Bisakah?" ucap Asrina menatap Arbian sedikit takut. Melihat wajah pria itu yang selalu terlihat dingin membuat Asrina takut. Dia takut akan membuat pria itu marah. "Oke," angguk Arbian. Asrina segera berjalan mengikuti Arbian dan masuk ke dalam mobil. "Aku sudah bertemu Pak Morael kemarin. Dan uang itu sudah aku berikan padanya. Ini dokumen perjanjian kerja sama dan 50% saham atas namamu," ucap Arbian mengeluarkan dokumen dari dalam tasnya dan memberikannya pada Asri

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 7. Kohabitasi

    Malam hari, meja makan. Duduk di meja makan Asrina menatap sekeliling mencoba mencari keberadaan Arbian. Setelah beberapa saat dia tidak melihat orang itu datang. "Bi, apa Arbian belum pulang?" tanya Asrina pada Bi Yupi. "Belum, Nona. Hari ini Tuan ada makan malam dengan klien jadi pulangnya larut. Nona makan saja, tidak perlu menunggu Tuan," jawab Bi Yupi melihat makanan di atas meja belum tersentuh. "Baik, Bi." Asrina pun menggerakkan sendoknya dan makan perlahan. Setelah makan malam Asrina pergi mandi, lalu duduk di atas tempat tidur selesai mengeringkan rambutnya. Bermain dengan ponsel Asrina menjelajahi internet mencari informasi tentang Arbian dan perusahaannya. Dia ingin mengenal pria itu lebih baik lagi. Ada baiknya jika dia berhati-hati. "Kenapa tidak ada anggota keluarga yang dicamtumkan di biografinya, ya? Ah, sudahlah lebih baik aku tidur saja. Hoaaamhh...." Asrina menguap tidak sanggup menahan kantuk. Padahal dia ingin menunggu pria itu pulang, tapi apa daya kantuk

  • Pernikahan Kontrak 100 Miliar   Bab 6. Investasi

    Kembali ke rumah kecilnya, Asrina mengepak beberapa pakaian dan yang lainnya ke dalam koper. Selesai berkemas Asrina menarik kopernya keluar dan bertemu dengan mamanya yang baru saja pulang dari pasar. "Kamu mau kemana bawa koper segala sayang?" tanya Bu Kinanti menatap koper di belakang putrinya dengan bingung. "Asri mau pindah ke rumah teman, Ma," jawab Asrina. "Loh, kok tiba-tiba. Memangnya ada apa?" Bu Kinanti meletakkan belanjanya di atas meja. "Maafin Asri ya, Ma. Sebenarnya Asri diam-diam cari kerja tanpa memberitahu mama dan papa. Kebetulan hari ini Asri keterima dan rumah teman Asri sangat dekat dengan perusahaan. Jadi, Asri akan tinggal di sana untuk sementara," jelas Asrina. Menjadi kekasih kontrak Arbian juga merupakan pekerjaan kan? Arbian membayarnya gaji yang sangat mahal sebagai istri kontrak, ini namanya kerja juga kan? Meskipun dalam bentuk lain. Anggap sajalah seperti itu. Jangan sampai orang tuanya khawatir. Dia tidak boleh menambah beban orang tuanya sekaran

DMCA.com Protection Status