***
Devano! Barusan kamu bicara apa?" tanya Dhea. Ia menatap Gadis dengan tatapan seperti seorang musuh.
Gadis langsung pergi meninggalkan keduanya. Mata dan telinganya bisa sakit kalau didekat mereka. Lebih baik ia gunakan waktu untuk bertemu Eva, sahabatnya sekaligus calon kakak iparnya.
Di teras rumah ia tak sengaja bertemu dengan mantan ibu mertuanya.
"Mama..." sapa Gadis, ia langsung mengecup punggung tangan Desi dengan sopan.
"Gadis! Ya Allah, Mama pangling. Kamu makin cantik dengan jilbab," puji Desi.
"Muslimah yang sudah baligh memang wajib memakai jilbab, Ma. Gadis hanya menjalankan apa yang Allah perintahkan," balas Gadis tersenyum.
"Bagaimana study-mu di Jepang? Lancar? Betah di sana?"
"Alhamdulillah risetnya lancar dan Gadis sangat betah, Ma. Banyak orang Indonesia di sana. Bahkan ada beberapa yang Gadis kenal," jawab Gadis.
Baru saja keduanya berbincang santai, kerabat Gadis datang ke rumah
***"Assalamu'alaikum... ""Wa'alaikumussalam..."Lelaki dengan penampilan ala boyband Korea Selatan tersenyum menatap Gadis dan ia langsung menyapa dan mengecup punggung tangan kedua orang tua Gadis dengan sopan."Sudah selesai urusannya di Bandung?" tanya Hadi dengan ramah."Alhamdulillah sudah selesai, Ayah," balas lelaki itu.Kening Gadis langsung mengerut, bagaimana bisa ayahnya begitu ramah dan mau saja dipanggil 'ayah' oleh lelaki itu."Ini Gadis yang sering Ayah, Ibu dan mas Elang ceritakan?" tanya lelaki itu, ia menatap Gadis dengan tatapan yang ramah."Iya. Ini anak bungsu Ibu yang sering diceritakan sama kamu," jawab Putri. "Gadis, kenalkan ini Ethan, dia itu temannya mas Elang," tambahnya mengenalkan lelaki itu pada Gadis.Gadis menyimpulkan senyum dan ia hanya mengangguk tanpa bersalaman dengan lelaki yang bernama Ethan itu."Mas sama Ethan enggak sengaja bertemu saat di Ked
***Meski aku dan kamu terpisah jarak ribuan kilometer, terpisah benua yang berbeda. Kita masih menatap langit yang sama dengan perasaan yang tak pernah bisa dihapus oleh jarak. Meski kamu menghilang dari jangkauan mata ini, potret dirimu utuh selalu dekat di hatiku. Kamu seperti detak jantung yang membuat hidup. Jatuh cinta padamu adalah hadiah terindah dan hidup bersamamu adalah tujuanku terlahir di dunia. Tuhan pun bercerita padaku, bahwa aku memang terlahir untuk menua bersamamu.***Hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi Elang dan Eva. Akhirnya ikatan Kebahagiaan mereka tertaut oleh pernikahan yang suci. Senyum pun tak pernah terlepas dari keduanya.Setelah acara pernikahan keduanya sukses di gelar di salah satu hotel di Jakarta, akhirnya Gadis pulang ke rumah. Di rumah sudah banyak sanak saudara yang masih tetap datang untuk memberi selamat pada keluarga besar Hadi."Jodoh itu ternyata dekat ya dan enggak sangka kal
***Tugasku terlahir di dunia salah satunya adalah untuk membahagiakanmu. Jika bukan karena itu, kenapa saat ini aku masih bisa bernapas?***Gadis terus saja menangis di kamarnya. Hari ini adalah babak awal ia akan berjalan menuju tangga bahagia bersama lelaki pilihan Allah. Lelaki yang mampu menghapus luka, menghilangkan segala ketakutan dan juga melalui Yamazaki ia menemukan Allah di hatinya.Gadis tak pernah bisa membayangkan sama sekali, jika takdir ternyata telah menyeleksi Kebahagiaan untuknya. Saat rumah tangganya hancur dengan Devano, dulu ia pikir bahwa semesta sedang menghukumnya karena ia hanya sibuk dengan urusan dunia dan mengabaikan Sang Pencipta. Dan saat ia bertemu dengan Yamazaki, entah kenapa hatinya merasakan debaran yang tak biasa, ia pun berpikir bahwa semesta sedang bercanda dengannya, bagaimana bisa dengan mudahnya jatuh cinta setelah jatuh terpuruk karena cinta itu sendiri. Ternyata Allah punya jala
***Hati ini selalu berkumandang memanggil namamu dan tidak pernah lelah bertakbir rindu. Esok sudah saatnya merayakan kemenangan atas rindu yang tertahan di hari bahagia. Di mana janji akad terucap menembus langit.Ya... Kekasihku, semoga luka pergi kabur, semoga bahagia menghambur dan segala tentangmu diingatanku tak pernah libur.***Esok adalah hari di mana bait-bait rindu yang tertulis akan menemukan pemiliknya. Besok, Gadis akan menikah dengan lelaki yang Allah pilihkan untuknya. Memang esok bukan pernikahannya yang pertama kali baginya, tapi rasanya pernikahan ini seperti berbeda, ia tak menyangka akan sebahagia ini. Menikah dengan lelaki asing, berbeda negara dan bahasa membuat Gadis tak percaya jika takdir semenarik itu. Gadis menghela napasnya dalam-dalam, ia tersenyum mengingat pertemuan pertamanya di bandara waktu itu. Ternyata di sana lah semesta bekerja dengan caranya dan takdir menyusun sk
***Meski musim semi telah usai, kau adalah bunga yang akan selamanya mekar di jantung hatiku. Meski nanti rambut kita gugur berjatuhan karena angka-angka bertambah pada usia, namun cintaku tidak akan pernah berguguran.***Hari kedua setelah akad...Menjelang adzan subuh berkumandang, Yamazaki terbangun lebih awal. Ia tersenyum melihat Gadis yang ada di sisinya saat pertama kali membuka kedua matanya. Yamazaki terus saja menatap wajah teduh istrinya, wajah yang bebas ia nikmati dan ia puja saat ini.Yamazaki tersenyum mengingat hal indah semalam saat ia dan Gadis menyatu dalam cinta."Sudah bangun, Humaira..." Yamazaki memanggil Gadis begitu karena pipi Gadis selalu bersemu merah jika sedang malu.Gadis terkejut karena Yamazaki saat ini menatapnya dengan hangat. "Kenapa sudah bangun, Sensei?" tanyanya dengan suara resak.Raut wajah Yamazaki berubah muram. "Aku ini suamimu, saya
***"Aku tidak bisa memilih untuk melabuhkan hati pada siapa. Aku pun tidak bisa menolak satu nama yang sudah ditulis takdir untuk menjadi duniaku. Bagaimana pun takdir bekerja dengan caranya untuk kita dan semesta tahu bagaimana cara kita dipertemukan dengan begitu indah. Aku bahagia karena takdir berperan dengan baik dan menjadikan kita sebagai tokoh utama dalam cerita yang indah."***Aku tidak menyangka jika saat ini kebahagiaan telah pulang kembali, bahkan bahagia itu menetap, bukan hanya sekedar singgah. Lelaki asing yang dulu aku benci karena dia adalah salah satu lelaki yang paling menyebalkan dan satu-satunya lelaki yang dingin pada perempuan secantik aku!Opss! Aku terlalu percaya diri memang menyebut diri ini cantik, tapi katanya dia memang mengakui dan memuji kecantikanku saat dulu kita pertama kali bertemu di bandara. Bahkan saat aku memakai jilbab untuk pertama kalinya, dia mengatakan aku seperti bidadari berm
Menatapnya adalah cahaya yang membuatku ingin selalu saja di sisinya. Dia seperti purnama yang cahayanya membuat candu dan rindu. Kenapa ada wanita seindah dia di dunia ini? Sepertinya keindahannya memang Allah ciptakan dengan sempurna. Sesempurna aku memeluk bahagia bersamanya. Kekasih hatiku, teruslah berada di sisiku. Aku ingin mencapai surga-Nya bersamamu.***Aku terus saja menatap wanita yang saat ini sedang fokus memasak. Dia terus saja berjibaku di dapur agar bisa memasak makanan kesukaanku. Gadis... dia adalah wanita yang memang pantang menyerah, aku sudah bilang padanya untuk tidak merisaukan dirinya yang memang tak bisa memasak karena aku menikahinya bukan untuk meminta dia untuk menyiapkan makanan untukku atau melayaniku, aku hanya ingin menua bersamanya! Tapi Gadis selalu bilang kalau dia ingin menyiapkan makanan untukku, wanita itu memang keras kepala. Kutatap wajahnya yang melukis senyum, aku tebak jika Gadis pasti sudah menemukan bumbu ra
***Tiga tahun kemudian...Waktu terus saja berjalan dengan cepat dan tak terasa selama empat musim dilalui bersama. Gadis dan Yamazaki melalui tiga tahun bersama dengan perasaan yang bahagia, namun terkadang ada kesedihan karena tiga tahun bersama tidak ada tanda-tanda bahwa Gadis hamil.Gadis menghela napas panjang saat melihat satu garis lagi. “Kapan ya bisa berubah jadi dua garis,” gumamnya.“Ada apa?” tanya Yamazaki.Gadis tersenyum tipis. “Anata, maafkan aku... “Kening Yamazaki mengernyit. “Kenapa minta maaf, Sayang?”Gadis langsung menyerahkan hasil tespack ke tangan Yamazaki.Yamazaki tersenyum, dan dia membelai puncak kepala Gadis lembut. “Belum saatnya, Sayang. Jangan terus bersedih, ya! Kita usaha lagi, kita doa lagi. Insya Allah kalau sudah waktunya pasti kita diberi rezeki anak.”
Lima tahun kemudian...Musim gugur di Kyoto adalah selalu jadi impianku. Dulu aku ingat saat masih duduk dibangku menengah atas, aku hanya melihat di internet, bagaimana indahnya Kyoto. Salah satu tujuanku ke Jepang dulu, yaitu ingin melihat indahnya negara sakura ini.Dan saat ini... mimpiku satu per satu, Allah kabulkan. Bagaimana bisa aku tidak bersyukur dengan kebaikan Allah padaku? Sampai detik ini pun, aku masih merasa ini seperti mimpi.Lima tahun yang lalu, aku dan Yamazaki memutuskan untuk menetap di Kyoto dan aku memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, mengurus anakku, Yuichi. Hadirnya dia di hidup kami memberikan banyak warna.Aku bahkan sangat bersyukur karena dipercaya untuk menjadi ibunya. Kedua orang tua Haruka pun hanya mempercayakan pengasuhan Yuichi pada kami.Dan juga setelah dua tahun merawat Yuichi, tanpa pernah kami harapkan lagi, ternyata Allah memberi kado terindah bagi kami, kado indah di musim
***The University of Tokyo Hospital.Gadis dan lainnya sedang berdiri di pelataran rumah sakit tersebut. Dini hari tadi, dia terkejut mendapatkan kabar kalau Haruka masuk rumah sakit karena percobaan bunuh diri dan saat ini kondisinya sedang kritis karena wanita itu terlalu lama menghisap asap karbonmonoksida dari briket yang ia bakar.Tampak kedua orang tua Haruka sedang menangis sesenggukan, dan sangat jelas kesedihan dan rasa putus asa terlukis jelas di wajah kedua orang tua itu.Gadis di hatinya merasa menyesal karena kemarin mungkin ucapannya secara tidak langsung membuat batin Haruka tersiksa. Sungguh dia tidak ada niat untuk membuat Haruka terluka atas ucapannya.Yamazaki menatap Gadis yang tampak murung, lalu dia meremas bahu istrinya pelan.Gadis menoleh dan dia hanya tersenyum getir.“Jangan menyalahkan dirimu, Sayang.” Yamazaki seolah tahu apa yang istrinya sedan
***“Kamu memilih untuk masuk ke penjara?” tanya Fumie lirih.Yamazaki mengangguk. “Iya, Ma. Penjara lebih aku sukai, daripada aku harus menuruti fitnah yang keji ini,” balasnya. Lalu, pria itu mengenggam jemari ibunya. “Maafkan aku, Ma. Maafkan aku yang selalu membuat Mama, papa, dan Harumi kecewa. Masalahku ini malah melibatkan kalian, dan aku lah yang akan bertanggung jawab dan menyelesaikannya. Aku akan buktikan pada Mama dan semuanya kalau apa yang dituduhkan padaku itu fitnah. Doakan anakmu ini.”Fumie pun tak bisa menahan air matanya, dan dia hanya bisa menangis sesenggukan. Dia tidak sanggup berbicara dan membayangkan bagaimana nanti putra kesayangannya harus tinggal di penjara. Dia tahu bagaimana sifat putranya itu. Anak laki-lakinya itu bukan seorang kriminal! Dia adalah pemuda Tokyo yang membanggakan negaranya dan juga sudah melakukan kontribusi yang besar, tapi saat masalah ini muncul... satu titik noda itu malah m
***“Saya sudah tahu masalahnya dan juga masalah Sensei sudah menjadi isue publik saat ini.” Fatih menatap pria yang dihadapannya dengan prihatin.“Iya, dan saat ini pihak kampus pun meminta saya untuk cuti mengajar dan saya harus menyelesaikan masalah saya. Jika saya bisa membuktikan kalau saya tidak bersalah, maka saya bisa kembali mengajar, dan kamu tahu berapa hari yang mereka minta?”Fatih menggelengkan kepalanya.“Besok dan sampai saat ini saya belum bisa membuktikan kalau apa yang dituduhkan itu fitnah. Banyak orang yang meninggalkan saya dan saat ini mereka seperti menjauh, termasuk keluarga saya hanya karena fitnah ini.”“Bagaimana dengan istri Sensei?”Yamazaki tersenyum tipis. “Dia... saya tidak mau menganggunya dulu. Saya ingin memberikan sedikit waktu untuknya. Saya harap dia percaya pada saya, suaminya. Saya hanya ingin Allah menyentuh hatinya agar dia tida
***"Sayang, kamu percaya padaku, kan? Suamimu?Gadis mematung, matanya terasa kosong. Saat ini lidahnya terasa kelu untuk menjawabnya dan pikirannya pun berkecamuk." Huhuhu... " Haruka menangis sesenggukan sembari menutup sebagian tubuhnya dengan kedua tangannya.Semuanya pun tersadar, lalu Fumie membawa selimut dan menutupi tubuh polos wanita itu. Jelas sekali, di matanya menyimpan banyak kecewa."Bi... Bi... Maafkan aku... Aku... Aku... " Wanita itu mengatakannya dengan terbata-bata.Fumie menghela napas, dia malah bertanya. "Dimana bajumu?"Haruka langsung menunjuk ke arah ranjang. Lalu, Fumie melihatnya dan membawa baju Haruka. "Kamu pakai lagi, masuk lah ke kamar mandi dan kita pulang bersama."Haruka hanya mengangguk pasrah dan dia pun hanya menunduk.Di sisi lain, Yamazaki mematung di tempatnya, kedua matanya masih tertuju pada Gadis yang masih saja diam dengan tatapan kosong.Plak!Sebuah tamparan mendarat dengan mulus
***Dua jam yang lalu...Haruka menatap kosong Yamazaki yang sudah berbaring di atas kasur. Selama hampir satu jam, posisinya masih tetap duduk menatap pria itu. Dia memang sudah gila, merencanakan sandiwara dan jebakan ini dengan apik. Bahkan Haruka tak tanggung-tanggung membayar mahal untuk orang-orang yang terlibat dengan sandiwara yang dia lakukan.Posisi Haruka terjepit, dia tidak tahu lagi cara bagaimana agar dirinya bisa jadi milik pria itu. Dulu adalah kesalahannya, mengalah dan merelakan pria yang sangat dicintainya direbut oleh saudari kembarnya sendiri.Saat ini, dia tidak mau mengalah. Dia tidak mau ikhlas dan melepaskan lagi. Sudah cukup dia merasakan penyesalan luar biasa di hidupnya dulu. Saat ini dia tidak jahat, kan? Haruka tidak berniat untuk memisahkan Yamazaki dengan Gadis, dia hanya ingin menjadi salah satu bagian dari keduanya. Seharusnya tidak apa-apa, bukan?Haruka tersenyum menatap pria itu, lalu dia melihat
***Setelah selesai acara, Yamazaki langsung kembali ke ryokan. Ryokan adalah penginapan tradisional Jepang yang menakjubkan. Yamazaki memang sengaja memesan ryokan karena Gadis lebih senang menginap di sana daripada hotel. Dan sebenarnya saat ini dia diam-diam sedang memberi kejutan pada Gadis untuk merayakan empat tahun pernikahan mereka lusa. Yamazaki sengaja melarang Gadis ikut ke Kyoto karena ingin menyiapkan segalanya. Dia tidak boleh gagal lagi tahun ini karena saat tahun ketiga mereka menikah, Gadis langsung tahu kalau dia dulu telah menyiapkan kejutan. Tahun keempat ini ingin sekali merayakannya dengan cara yang indah. Tahun keempat, Yamazaki hanya ingin membuang sisa kesedihan di hati Gadis karena istrinya itu masih memikirkan kalau rumah tangga mereka belum juga dikarunia seorang anak.Yamazaki memilh Ryokan di Hoshinoya Kyoto. Hoshinoya adalah ryokan yang ada di tepi sungai Oigawara di kaki Gunung Arashiyama. Untuk bisa datang ke sini harus menaiki perahu d
***“Yamazaki kemana?” tanya Putri.“Oh, dia sedang ada tugas di Kyoto.”“Kamu nggak ikut, Nak?”Gadis menggelengkan kepalanya. “Tidak, Bu. Ini ada acara dari kekaisaran Jepang dan Yamazaki diundang secara khusus.”“Ah, iya. Suamimu itu kan salah satu aset Jepang dan juga kebanggaan dari negaranya,” puji Putri.Tiba-tiba Gadis ingat sesuatu tentang masalah Dhea yang mencoba meracuni Devano. “Ma, tadi Mesya cerita padaku kalau Dhea ada masalah, ya?”“Ah, iya. Nak. Dhea... saat ini dia sedang ada di kantor polisi. Dia ditahan karena percobaan pembunuhan pada Devano. Alhamdulillah... keadaan Devano sudah berangsur membaik dan saat ini sudah sadarkan diri. Ibu dan ayahmu besok Insya Allah mau jenguk.”“Astaghfirullah... Gadis juga terkejut saat Mesya cerita masalah Dhea. Gadis tidak menyangka kalau Dhea bisa sampai g
***Satu bulan telah berlalu...Haruka sudah pulih, dan anaknya pun sudah sehat. Dan selama itu juga tidak ada komunikasi dari Haruka pada keluarga Yamazaki. Dan seminggu itu membuat hati Yamazaki menjadi tenang karena tidak adanya desakan dari Haruka maupun Fumiko.Sedangkan Gadis, dia masih bimbang karena dia merasa akan ada rencana yang dipikirkan oleh Haruka padanya. Dia pun mencoba menenangkan hatinya, apalagi saat ini dia diminta Haruka untuk bertemu. Awalnya Gadis menolak, tapi akhirnya dia berubah pikiran karena penasaran apa yang ingin Haruka bicarakan padanya.“Oke. Aku ingin tahu apa yang nanti akan kamu lakukan untuk mengusik rumah tanggaku,” gumam Gadis. Lalu, dia meminum teh hangat untuk menenangkan hatinya.Tak menunggu lama, sosok wanita itu muncul di hadapan Gadis. Wajah Haruka terlihat lebih tirus dan juga kelelahan, mungkin wanita itu begadang karena mempunyai seorang bayi.“Maaf, aku datang sedi