***
"Hari ini tidak pergi ke kampus?" tanya Mesya
"Memang tidak ada jadwal," jawab Gadis, ia merapikan beberapa bajunya yang belum sempat ia lipat.
"Tumben, biasanya walau tidak ada jadwal kamu selalu rajin pergi ke perpustakaan kampus," ucap Mesya. "Kamu lagi menghindari seseorang ya?" Mesya menatap Gadis curiga.
"Memang hari ini niatnya mau beres-beres di apartemen. Aku selalu sibuk dan tak sempat membereskannya, Alhamdulillah ada kamu jadi bisa bantuin aku,"balas Gadis sambil nyengir.
"Dasar ya dari dulu tak pernah berubah!" sungut Mesya sambil berpura-pura kesal. "Lalu bagaimana dengan jawabanmu pada Yamazaki-san? Apa kamu sudah memutuskannya?"
Gadis mengangguk. "Aku akan kirim pesan sama Sensei nanti malam saja."
"Lho kenapa lewat pesan? Kenapa tidak langsung bicara saja? Jangan-jangan kamu mau menolak Kento-san?" Mesya terkejut dan menatap Gadis tak percaya.
"Mau menerima atau menolak, memang ba
***"Sensei!Yamazaki langsung menghentikan langkahnya dan ia berbalik melihat siapa orang yang memanggilnya. Yamazaki melihat Aisyah dan Noor sedang berjalan menghampirinya."Assalamu'alaikum, Sensei..." sapa Noor dengan ramah."Wa'alaikumussalam," balas Yamazaki."Sensei tumben ada di sini? Tidak sibuk di kampus?" tanya Noor."Hari ini kebetulan jadwalnya tidak terlalu padat dan bisa menyempatkan datang ke sini menemui Fatih," jawab Yamazaki."Kalau begitu saat ini ada waktu?" tanya Noor."Memangnya ada apa?""Hari ini kak Aisyah sedang milad dan Alhamdulilah kita mau berkumpul untuk makan-makan. Mungkin kehadiran Sensei bisa jadi kado terindah untuk kak Aisyah," balas Noor sambil melirik ke arah Aisyah.Yamazaki tersenyum tipis. "Maaf, sepertinya tidak bisa.""Kenapa?" tanya Noor terkejut karena baru kali ini Yamazaki menolak permintaan
***Pagi ini Gadis sedikit terlambat datang ke ruang laboratorium karena semalam suntuk, Ratu menginap di apartemennya dan membuka sesi curhat padanya. Gadis langsung masuk dan tersenyum pada semuanya. "Selamat pagi!" sapanya sambil duduk di mejanya."Pagi, Gadis. Tumben hari ini sedikit terlambat," balas Deborah."Semalam ada temanku yang menginap dan kamu tahu kalau para perempuan berkumpul pasti mereka melupakan semuanya, termasuk waktu," balas Gadis sambil tersenyum."Pantas saja matamu terlihat lelah. Nanti kita ke Coffee Shop ya biar kamu tak lelah lagi," ajak Deborah dan Gadis mengangguk."Gadis, kamu melupakan chat yang aku kirimkan semalam?" Albert berbisik memberitahukannya.Gadis langsung menepuk jidatnya. "Astaghfirullah... Aku lupa! Semalam sempat baca dan saat aku mau balas ponselku tiba-tiba mati, jadi aku lupa mau balas lagi tadi," ujarnya. "Maaf ya..."Albert mengangguk. "Enggak masalah, kam
***Setelah cerita banyak dengan Fatih dan juga Raisya. Gadis hendak pamit, namun sapaan seseorang membuatnya langsung melihat ke arah sumber suara."Harumi!" seru Gadis dengan hangat, ia senang bertemu dengan perempuan itu yang mungkin sebentar lagi jadi adik iparnya."Assalamu'alaikum, Kakak cantik,"sapa Harumi sambil memeluk hangat.Sapaan Harumi tentu saja membuat wajah Gadis merona malu karena orang lain pun mendengarnya."Wa'alaikumussalam. Kamu sudah kembali ke Jepang ternyata, bukankah pas terakhir kita chat kamu berencana kembali ke Jepang bulan depan?""Rencananya memang seperti itu, tapi saat mendengar kabar bahagia dari oniichan membuatku mempercepat rencana kembali ke sini. Aku bahagia sekali. Alhamdulillah... Doaku pun Allah ikut kabulkan. Terima kasih ya!" Harumi menatap Gadis dengan penuh haru."Kenapa harus berterima kasih segala," tukas Gadis."Karena mau menerima
***Pagi ini Gadis masih menunggu kabar dari Indonesia. Gadis gelisah karena semalam ibunya memberi kabar bahwa Hadi-ayahnya terlibat kecelakaan dan saat ini masih berada di rumah sakit dan ia belum mendapatkan kabar terbaru dari ibunya. Gadis menangis terus menerus dari tadi karena masih khawatir dengan kondisi ayahnya.Ponselnya berbunyi dan ia langsung mengangkatnya."Assalamu'alaikum," ucap Gadis dengan suara terisak."Wa'alaikumussalam... Gadis, kamu di mana?""Masih di apartemen. Eva, aku bisa minta bantuan kamu? Ayahku kecelakaan dan sampai saat ini aku masih sulit menghubungi ibu. Aku takut ada apa-apa. Bisa tolong lihat bagaimana kabar ayah?""Aku justru mau ngasih tahu kamu, Gadis. Saat ini aku lagi menemani ibu di rumah sakit," balas Eva."Alhamdulillah... Bagaimana kabar ayah? Ayah enggak apa-apa, kan?" tanya Gadis dengan cepat."Ayah masih di IGD. Makanya ibu belum b
"Aku kan mahasiswi yang dibimbingnya? Kenapa kamu bertanya seperti itu?""Iya aku tahu kalau kamu mahasiswi yang dibimbing Sensei. Aku bukan menanyakan hubungan yang umum itu. Kamu dan Sensei, apa kalian sedang menjalin hubungan lebih dari sekedar dosen dan mahasiswi yang dibimbing ya?""Maksud kamu apa?" tanya Gadis, ia semakin tidak mengerti dengan pernyataan Albert."Kamu dan Sensei berpacaran?" Albert langsung bertanya tanpa basa-basi.Gadis terkejut, bagaimana bisa Albert berpikiran seperti itu. "Aku dan Sensei tidak berpacaran! Kenapa kamu bisa berpikir bahwa kami mempunyai hubungan seperti itu?""Sangat terlihat dengan jelas dari sikap kamu dan Sensei yang berbeda dan juga tatapan kalian yang seperti berbicara ada cinta. Apa alasan kamu menolakku karena Sensei saat ini?"Gadis mengehela napasnya dan ia menggelengkan kepalanya. "Ada Sensei atau tidak, aku memang pasti akan menolakmu, Albert!
***Beberapa hari terakhir ini Albert tak bisa tidur dengan nyenyak. Ia masih saja memikirkan hubungan Yamazaki dan Gadis. Albert yakin keduanya terlibat romansa karena melihat keduanya canggung satu sama lainnya dan Gadis lebih banyak diam saat berbicara dengan Yamazaki.Albert menatap langit malam dengan tatapan sendu. Jika memang keduanya saling mencintai, apa ini adalah kekalahannya? Apa ia harus menyerah begitu saja? Haruskah ia bersaing dengan lelaki yang selama ini ia hormati?Albert menghela napas, ia menyalakan sebatang rokok untuk menghapus segala sesak di dadanya."Aku dari tadi mencarimu, Albert. Ternyata kamu melamun di balkon selarut ini," ucap Paula, ia duduk sejajar dengan Albert yang masih saja mengedarkan pandangannya ke langit malam. Paula memang sudah terbiasa masuk ke apartemen Albert. Entah itu untuk memasak atau mengantarkan keperluan Albert. Paula seperti keluarga bagi Albert dan ia membebaskan perempuan itu masuk ke apartemen pribadinya."Aku sulit tidur beber
***Gadis memutuskan untuk menyelusuri Tokyo seorang diri. Ia tidak ingin larut dalam kesedihan dan merasa menyesal karena tidak bisa berada di Jakarta menemani kedua orang tuanya.Baru saja Gadis menginjakkan kaki di salah satu mal, seseorang menepuk bahunya yang membuatnya otomatis membalikkan tubuhnya. "Mama!" "Gadis!" Fumie tersenyum. "Kamu sama siapa?""Sendirian, Ma. Mama sama siapa?" tanya Gadis, ia berharap Fumie tidak bersama dengan Kento."Mama sama Aisyah. Kebetulan tadi ada acara bareng dengannya, jadi pulang sekalian mampir ke sini untuk makan. Aisyah sedang bicara dulu sama temannya," jawab Fumie. "Bagaimana kalau kamu ikut makan dengan kita? Mama ingin ngobrol juga dengan kamu," ajaknya.Gadis mengangguk ragu-ragu, sebenarnya ia ingin menolak karena ada Aisyah bersama Fumie. Tapi Gadis tidak tega menolak permintaan calon ibu mertuanya. Ehemm... Maksud Gadis permintaan ibu dari dosen pembimbingnya.Gadis sudah duduk di sebelah Fumie dan perempuan paruh baya itu memesan
*** Gadis mau langsung pulang ke apartemen pagi ini. Namun saat ia mau pamit Fumie langsung mencegahnya. "Jangan pulang dulu! Hari ini ada kumpul keluarga dan Mama mau ajak kamu.""Tapi Gadis enggak bawa baju lagi, Ma. Masa pakai baju yang kemarin," balas Gadis berusaha menolak."Tenang saja, nanti Harumi bawa ke sini. Dia sama kamu sepertinya badannya sama. Mama sudah bilang sama Harumi bawa semuanya termasuk dalaman kamu," bisik Fumie tersenyum."Tapi ini kan acara keluarga besar Mama. Apa enggak apa-apa Gadis ikut? Gadis kan bukan bagian dari keluarga besar Mama.""Kata siapa kamu bukan bagian dari keluarga Mama? Kamu kan anak Mama mulai detik ini. Iya, kan Yamazaki?" tanya Fumie melirik ke arah anak laki-lakinya yang sedang duduk menghabiskan sarapan paginya."Iya, Ma," balas Yamazaki pelan."Tunggu saja Harumi datang. Kita saat ini sarapan dulu dan berbicara santai ya! ajak Fumie.Gadis hanya bisa pasrah dengan permintaan Fumie. Harusnya hari ini ia bisa merebahkan diri di atas