***“Semuanya sudah bagus, saya tinggal menunggu presentasi dari kalian. Nanti untuk jadwalnya saya akan menghubungi kalian lagi,” ucap Yamazaki, ia menyerahkan masing-masing paper pada Albert dan Deborah. Namun ada hal yang aneh, keduanya belum juga beranjak dari kursinya dan membuat Kento kebingungan karena mereka saling menatap satu sama lainnya dengan tatapan bingung. “Ada hal yang ingin kalian sampaikan?”tanyanya.“Iya, Sensei. Masalah izin untuk beberapa hari,” balas Deborah cepat.“Kamu ingin mengambil cuti untuk alasan apa?”“Bukan saya, tapi izin untuk semuanya, Sensei,” sahut Deborah.Kening Kento mengerut. “Untuk semuanya? Maksud kamu semua mahasiswa yang saya bimbing ingin mengajukan cuti?”“Iya, Sensei. Kami ingin liburan sejenak ke Sapparo. Hanya izin dua hari, kita ingin cuti karena selama ini selalu sibuk dengan pekerjaan di laboratorium dan juga riset. Sekalian untuk merayakan kedatangan Gadis dan merayakan hari raya agamanya. Apa Sensei mengizinkannya?” terang Debora
***Gadis sudah berada di rumah mewah milik kedua orang tua Yamazaki dan Harumi yang berada di Gaienmae dan Aoyama-itchome dan terletak dekat satu sama lain dengan Omotesando. Keduanya merupakan lingkungan kelas atas dengan jalan-jalan yang mengesankan seperti Icho Namiki Avenue yang juga dikenal sebagai “Golden Street” karena terdapat pohon-pohon ginkgo kuning emas di sepanjang jalan tersebut. Gadis tentu saja tak bisa menyembunyikan kekagumannya melihat rumah mewah yang berada di Gaiaenmae dan Aoyama-itchome. Gadis menilai lingkungan ini berdiri sebagai lambang perkembangan Tokyo. Tempat-tempat tersebut tidak hanya memiliki butik mewah, restoran, dan rumah modern, tapi juga taman hijau yang mengesankan dan memiliki bisnis futuristik.“Kenapa hanya makan sedikit?” tanya Fumie, ia langsung duduk di sebelah Gadis yang dari tadi memisahkan diri dari kerumunan.“Saya kenyang, Ma. Begitu banyak makanan yang ingin saya cicipi, tapi apa daya kalau perut saya enggak kuat,” balas Gadis.“Kena
***Gadis dan Yamazaki saat ini sedang menatap langit malam yang penuh dengan bintang-bintang cantik. Mereka tak sengaja berbicara karena tadi tiba-tiba Fumie dan yang lainnya mendadak meninggalkan mereka tanpa sebab. Entah apa yang sedang direncanakan mereka, Gadis merasa ada sesuatu yang janggal. Apalagi melihat senyum Harumi yang tak mudah ia tebak.“Setelah melaksanakan shalat Idul Fitri, kita semua akan bergegas pergi ke Sapparo,” ucap Yamazaki, lelaki itu tak menatap Gadis, pandangannya lurus ke depan menatap pekatnya langit malam.“Sensei mau ikut juga?” tanya Gadis.“Tentu saja saya ikut karena saya pun ingin berlibur dengan mahasiswa-mahasiswa saya,” balas Yamazaki. “Apa kamu merasa terusik dengan kehadiranku?”“Tidak sama sekali. Saya senang karena Sensei juga ikut,” balas Gadis dengan cepat.Yamazaki menghela napasnya. “Terkadang kita sulit untuk mengungkapkan apa yang ada di hati dan pikiran kita karena takut. Ketakutan itulah yang terkadang membunuh kesempatan itu,” ujarn
***Gadis menatap layar laptop dengan perasaan sedih setelah mengkahiri video call bersama kedua orang tuanya. Hari ini, bertepatan dengan hari raya Idul Fitri, ia tidak berkumpul bersama kedua orang tua dan keluarga besarnya. Gadis merasakan ada sisinya yang hilang, ia mengheka napas, saat ini butuh tenaga untuk memulai aktifitasnya kembali. Mungkin sebelum ke kampus, ia berjalan-jalan dahulu untuk menikmati kota Tokyo sejenak. Idul fitri di Tokyo sangat berbeda, tidak ada acara kumpul bersama ataupun mudik. Setelah shalat Idul Fitri, ia langsung pulang ke apartemennya.Bel apartemen berbunyi, Gadis langsung membuka pintu dan terkejut melihat kedatangan teman lamanya yang sudah lama mereka tak saling menyapa karena dulu keduanya sempat bersitegang.“Ratu!” seru Gadis terkejut, kedua matanya membulat.“Aduh, kamu dari dulu kenapa ngegemesin sih!” balas Ratu sambil mencubit kedua pipi Gadis.Gadis mencebik, ia memanyunkan bibirnya karena Ratu dari dulu tidak pernah mengubah kebiasaanny
***Seharian ini Gadis dan teman-teman kampus bimbingan Yamazaki menikmati liburan musim panas di kota Sapporo. Sapporo adalah kota istimewa di Hokkaido yang penuh dengan daya tarik untuk wisata dengan adanya alam yang luas, makanannya yang lezat, dan karya seni yang mengagumkan. Gadis pergi ke Taman Odori. Taman Odori adalah taman yang dibangun di jalanan utama Kota Sapporo. Taman ini memisahkan antara Sapporo bagian selatan dan utara. Di sudut taman yang sangat besar ini, berdiri Menara TV Sapporo. Pada malam harinya ia menikmati Festival kembang api di kota Sapporo. Festival Kembang Api Makomanai adalah festival kembang api terbesar di Hokkaido yang diselenggarakan di Taman Makomanai, dengan 22.000 lebih kembang api tanpa henti. Di pusat kota Sapporo, tak jauh dari Jembatan Selatan Sungai Toyohira, diadakan Festival Kembang Api Doshin-UHB yang menjadi favorit warga Sapporo. Di Taman Moerenuma, kembang api dipadukan dengan musik dalam ajang Kembang Api Artistik Moerenuma Kemeriahan
***“Sekarang giliran aku!” seru Paula, ia langsung memutar botol bekas dan akhirnya mengarah pada Gadis. “Yess!” girangnya. “Aku mau bertanya padamu, Gadis. Sebutkan nama lelaki yang saat ini sering kamu pikirkan?” tanyanya dengan serius.Gadis terkejut mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Paula. Haruskah ia jujur? Gadis tidak ingin mengungkapkan nama lelaki yang saat ini ada di hatinya karena lelaki itu saat ini sedang menatap kearahnya. “Aku mau menyelesaikan tantangan darimu saja,” balas Gadis tersenyum tipis.“Kenapa sangat sulit menyebutkan nama lelaki itu? Apa kita mengenalnya?” tanya Paula penasaran.“Sebutkan saja apa yang harus aku lakukan,” balas Gadis dengan cepat.“Oke. Aku ingin kamu meminum segelas sake ini, bagaimana?”Gadis terperanjat dengan apa yang Paula pinta darinya. Apa ia salah dengar barusan? Paula menyuruhnya meminum sake atau Nihon Shu, minuman beralkohol. “Kamu serius memintaku untuk meminum ini?” tanyanya menatap Paula tak percaya.Paula mengangguk. “Iy
***“Lagu tadi, aku nyanyikan dari lubuk hatiku terdalam untuk seorang perempuan yang telah mencuri hatiku dan dia tidak adalah perempuan yang membuat tidurku tak lagi nyenyak,” ujar Albert pada semuanya. Lalu ia melanjutkan, “Harusnya pencuri itu bertanggung jawab, bukan? Aku ingin perempuan itu pun bertanggung jawab dan berharap dia mengembalikan hatiku dengan hatinya.”Semua yang mendengar Albert berbicara seperti itu langsung saling berbisik satu sama lainnya. Deborah pun langsung menyikut lengan Gadis dengan pelan. “Sepertinya Albert malam ini sedang menyatakan perasaannya pada perempuan yang dia sukai. Kamu harus bersiap-siap!” godanya. Gadis hanya menyimpulkan senyum dan berharap bukan dirinya lah perempuan yang dimaksud oleh Albert.Albert langsung menghampiiri Gadis dan ia berdiri di depan perempuan itu sambil membawa sebuket bunga gardenia yang menandakan kemurnian, kecantikan, cinta yang tulus dan tak pernah padam dan arti lainnya bunga gardenia adalah kepercayaan, harapan,
***Setelah penolakan malam itu di Sapporo, sikap Albert tentu saja berubah. Lelaki itu tidak pernah lagi menyapa teman-teman yang lainnya, Albert kembali lagi jadi sosok yang mengasingkan dirinya. Kecuali pada Gadis, lelaki itu hanya menunduk setiap melihat Gadis. Penolakan Gadis membuatnya sempat down, ia pun tak mengerti kenapa perempuan itu bisa mengalihkan dunianya dan mencuri ketenangan hidupnya.“Ini minum!” Paula menyerahkan sebotol minuman dingin pada Albert, ia duduk di samping Albert di taman kampus.“Terima kasih,” balas Albert tanpa menatap Paula sedikitpun.“Kenapa kamu jadi lemah dan bodoh begini?” tanya Paula tiba-tiba.“Dari dulu pun aku disebut seorang pecundang, kan?” balas Albert tak peduli,“Mereka mengatakan hal itu karena ingin menjatuhkan mentalmu agar kamu dicoret dari garis bangsawan. Apa kamu mau mereka yang tak suka kamu menendangmu ke luar?”“Aku tak peduli! Aku tidak menikmati sama sekali gelar itu!”“Kamu harus menjadi salah satu turunan dari keluarga Fi