"Kamu tega melakukan itu padaku, Dhea?" tanya Gadis dengan lirih, ia tak sengaja berpapasan dengan saudara sepupunya itu di salah satu pusat pembelanjaan.
"Bukan salahku, Gadis. Salahmu karena kamu tak bisa menjaga suamimu dengan baik. Seharusnya kamu memperhatikan mas Devano dengan baik, jangan sibuk dengan duniamu. Dia butuh seorang istri di rumah, bukan istri yang sibuk di luar," jawab Dhea tanpa merasa bersalah.Gadis tersenyum satir. "Jadi apa yang aku lakukan adalah salah? Jadi perselingkuhan itu dibenarkan karena salah satu pihak tak puas dengan pasangannya? Jadi, kamu menganggap kalau pernikahan itu bukan sesuatu yang sakral? Kamu dengan mudah menghancurkan pernikahan seseorang yang sudah diberi sumpah di hadapan Allah. Hanya karena satu kekuranganku itu bisa menghancurkan rumah tanggaku? Kamu itu perempuan, Dhea. Jika kamu ada diposisiku, kamu mau menerima diceraikan begitu saja?" teriak Gadis, ia tak peduli lagi orang-orang memperhatikan mereka berdua."Jangan salahkan Devano! Dia hanya ingin kamu di rumah saja, tapi kamu malah tak menuruti apa yang suami kamu inginkan," ujar Dhea membela diri.Gadis tertawa. "Kamu itu enggak tahu apa-apa! Dari awal kita berkomiten kalau aku boleh melanjutkan study-ku. Jadi, apa yang harus aku katakan lagi? Aku terkejut saat Devano menceraikanku tiba-tiba, kita tak ada masalah apapun. Hal yang membuat aku lebih terkejut lagi adalah mas Devano memberiku talak tiga! Semua itu pasti karena kamu! Kamu lah perebut suami orang! Kamu lah perempuan penggoda itu!" suara Gadis lebih meninggi.Orang-orang langsung berbisik satu sama lainnya, tak jarang mereka merekam drama antara seorang istri sah dan perempuan penggoda suaminya. Hal itu membuat Dhea malu, ia langsung pergi dan tidak lagi menggubris omelan dari Gadis. Gadis langsung menjambak rambut Dhea dan membuat ia meringis kesakitan."Dasar penggoda! Kamu merebut suami saudara kamu sendiri! Kamu perempuan iblis!" racau Gadis, ia mencakar wajah Dhea dengan membabi buta.Dhea tak bisa melawan karena jika ia melawan, maka citranya akan semakin buruk. Ia pasrah dan akhirnya petugas keamanan dan orang-orang melerai mereka berdua dan berhasil, akhirnya ia terbebas dari jambakan dan cakaran yang Gadis berikan padanya.***Gadis langsung pulang bersama kedua orang tuanya. Sepanjang perjalanan, ayahnya terus saja memarahinya habis-habisan. Gadis tak menggubrisnya."Kenapa kamu malah memalukan keluarga kita dengan bertingkah konyol seperti tadi, Ha? Kamu secara tidak langsung memberitahukan pada orang-orang bahwa rumah tanggamu diambang cerai! Keluarga kita tidak pernah melakukan tindakan yang memalukan seperti yang tadi kamu lakukan, ribut di depan umum! Kita ini berasal dari keluarga terpelajar dan harus mengerti tata krama dan sopan santun!" ucap Hadi, ayah Gadis."Perempuan gatal itu yang memulainya! Dia menghancurkan rumah tanggaku! Dia meminta suamiku untuk memberiku talak tiga! Jadi, gadis harus diam saja? Gadis enggak mau pernikahan ini hancur! Gadis enggak mau bercerita, Ayah!""Kamu harusnya diam saja! Biar Ayah yang urus. Tadi Ayah sudah bicara pada mertuamu dan mereka akan membujuk Devano agar mencabut talak cerainya padamu. Kamu harusnya bersabar, jangan malah menambah api dalam permasalahan kalian.""Jadi, Gadis harus diam saja saat melihat perempuan yang merebut suami Gadis?" tanya Gadis lirih."Ya! Kamu harusnya tadi bisa menahan dirimu, apalagi Dhea adalah saudaramu. Dia adalah anak dari tantemu sendiri," jawab Hadi."Ayah, anakmu itu saat ini sedang hancur karena ditalak setelah sembilan hari menikah, harusnya Ayah memberi tenang, bukan malah menyalakan sedih. Gadis ini anak kandungmu, bukan anak orang lain!" teriak Gadis protes dan ia pun ambruk tak sadarkan diri membuat ibunya histeris.***"Gimana keadaan Gadis? Dia masih belum sadar juga?""Belum. Tubuhnya masih lemas kata dokter," jawab Putri, ibunya gadis."Kasihan Gadis, Mbak. Dia ditalak tiga sama si Devano dan katanya keputusan Devano itu sudah bulat. Dia tidak mau mencabut talaknya di pengadilan. Tadi juga mas Wira dan mbak Keke sudah menasihati Devano, tapi lelaki itu tetap mau cerai dengan Gadis," ucap Nastiti, adik kandung Putri."Mas Hadi marah besar dan dia malah menyalahkan Gadis karena tadi ribut di mal dengan Dhea. Mbak ingin membela Gadis tadi, tapi jika Mbak bela Gadis, nanti yang ada mas Hadi malah marah besar," ujar Putri menahan tangisnya."Salahnya Gadis juga sih, Mbak. Kenapa dari awal pacaran terus saja mengajak Dhea. Pas nikah pun, si Dhea diajak pula pergi bulan madu. Harusnya jangan membiarkan perempuan manapun untuk hadir di kehidupan rumah tangga kita, pasti nanti syetan membuatnya semakin runyam.""Gadis itu anak yang baik dan juga tak mudah curiga. Mungkin Gadis pun tak menyangka kalau Dhea akan tega mengkhianatinya. Padahal mereka itu sangat dekat dari kecil, tak pernah terpisahkan. Tapi, kenyataannya...""Sudahlah, Mbak. Semua sudah terlanjur begini. Lebih baik dampingi Gadis agar lukanya sembuh. Siapapun akan stres, kalau pernikahannya hanya mampu bertahan sembilan hari. Saat ini yang Gadis butuhkan hanya dukungan dan cinta dari kita."***"Bu...""Alhamdulillah, kamu sudah sadar. Mau makan?" tanya Putri.Gadis menggelengkan kepalanya. "Ayah mana?""Ayahmu lagi bertemu dengan kedua orang tuanya Devano," jawab Putri."Suruh pulang saja, Bu. Jangan mengemis pada mereka. Ayah tak pernah mengemis pada siapapun. Gadis tidak mau wibawa ayah harus hancur karena Gadis," pinta Gadis."Ayahmu bukan mengemis, tapi hanya ingin menyelesaikan permasalahan rumah tangga kamu dan Devano. Insya Allah rumah tangga kalian bisa diselematkan."Gadis menggelengkan kepalanya. "Sudah hancur, Bu. Ikatan diantara kami sudah tak bisa disatukan lagi. Sudah bercerai berai dan juga Devano sudah memberi talak tiga lewat telepon kemarin, jadi buat apa harus mengemis memintanya untuk menyatukan ikatan ini. Gadis juga tak mau merendahkan diri di depannya dan keluarga besar dia.""Apa kamu benar-benar ingin bercerai?""Iya, Bu. Ikatan tali ini sudah putus dan tak bisa lagi disatukan. Gadis akan menerimanya dan tak mau lagi berurusan dengan mereka! Biarlah mereka menyatu agar bisa menjadi sampah yang bau.""Maafkan Ibu karena belum mampu menyelesaikan masalahmu. Maafkan ayah juga ya!" pinta Putri dengan perasaan yang sedih."Harusnya Gadis yang meminta maaf sama Ibu dan ayah. Keluarga kita harus menanggung malu karena rumah tangga Gadis hanya seumur jagung. Maafkan Gadis ya, Bu..." Gadis berkata dengan lirih."Sudah, Gadis. Kamu anak kebanggaan Ibu dan ayah. Kami bangga mempunyai anak cantik dan pintar seperti kamu.""Bu, ponselnya Gadis di mana?" tanya Gadis, ia tiba-tiba ingat sesuatu di ponselnya.Putri langsung mengambil ponsel Gadis di atas nakas dan ia langsung memberikannya.Ada chat masuk dari nomor asing. Gadis langsung membuka chat itu.'Kamu jangan mengemis-ngemis pada orang tua Devano! Hal itu tak akan berhasil, Devano sudah memberimu talak tiga! Saat ini aku sedang mengandung dan anak yang ada dalam rahimku itu adalah buah cinta dariku dan Devano! Jadi menyerahlah! Tinggalkan Devano demi kebahagiaanya!'"Kurang ajar kalian!" geram Gadis penuh amarah.******Aku ingin bertemu denganmu di cafe milik Intan. Aku tunggu besok jam 11 siang, jangan ngajak siapapun. Aku hanya ingin bicara berdua dengan kamu.Pesan yang Gadis baca adalah pesan pertama yang dikirim oleh Devano. Ia menatap ragu apa yang ia baca ratusan kali itu, pesan yang ia baca dari semalam. Apa benar Devano ingin bertemu dengannya? Apa Devano ingin menjelaskan semuanya? Apa lelaki itu mau meluruskan semua masalah yang mereka hadapi? Apa benar kalau Dhea saat ini mengandung buah cinta dari suaminya?Gadis menghela napas pendek, ia lantas mematut diri di depan cermin, ia poles bibirnya dengan lipstik warna merah dan ia pulas wajahnya dengan bedak. Hari ini ia harus tampil cantik di depan suaminya itu, ia ingin Devano menyesal karena tanpa sebab telah menalaknya.Gadis melihat Devano duduk di pojok cafe milik Intan. Intan adalah teman akrab dari Devano sejak dulu, mereka memang sudah saling mengenal sejak kecil.Gadis duduk dan Devano menatapnya dengan datar."Apa kamu sudah m
***"Di mana ya ijazah dan dokumen penting lainnya!" gerutu Gadis pada diri sendiri."Cari apa?" tanya Putri."Ijazah S1-ku, Bu. Gadis mau lanjutin magister. Dokumen penting lainnya juga kenapa enggak ada ya. Ibu simpan enggak?""Lho, bukannya waktu kamu nikah semuanya di bawa ya? Belum kamu ambil?"Gadis langsung menepuk jidatnya. "Astaghfirullah... Iya, Bu. Ada di sana. Harus Gadis ambil sekarang, takutnya mereka buang sembarangan.""Mau Ibu atau Mas-mu antar?" tawar Putri.Gadis menggelengkan kepalanya. "Enggak usah, Bu. Gadis kan sudah dewasa, bisa ambil sendirian ke sana.""Tapi Dhea katanya sudah tinggal di sana. Tadi Ibu lihat status whataspp-nya. Kamu beneran enggak mau Ibu temani. Takutnya Dhea macam-macam sama kamu.""Bu mana bisa si gatal itu bikin perhitungan dengan Gadis. Yang ada Gadis yang sudah bikin dia kayak krupuk! Dia enggak berani, dia itu pencuri. Maling suami orang, maling kebahagiaan orang dan juga maling dosa orang," celetuk Gadis."Maling dosa orang? Maksudmu
***Setelah pulang dari rumah mantan suaminya, Gadis mengurung diri di kamar. Sulit baginya untuk berpura-pura kuat, tetap saja hatinya rapuh. Memang benar, ia bisa menipu banyak orang dengan senyumannya. Tapi Gadis tak bisa menipu dirinya sendiri. Tetap saja hatinya masih belum menerima kecewa itu datang, tetap saja ia patah hati. Pernikahan impiannya harus hancur seketika hanya karena perempuan lain, perempuan yang selama ini sengaja berpura-pura baik dan peduli padanya agar bisa merebut segala miliknya.Gadis melangkahkan kaki dengan berat, ia membawa kotak besar dan berjalan menuju pekarangan belakang rumahnya. Gadis membuka satu per satu kenangan manis yang pernah ia rasakan saat bersama Devano. Mulai dari surat cinta pertama kali yang diberikan lelaki itu, bahkan tiket bioskop pun ia simpan dengan rapi.Gadis membakar semuanya, tak tersisa. Baginya lebih baik menghilangkan kenangan yang menyakitkan itu tanpa jejak, jika ia hanya menyimpannya. Kelak Gadis takut lemah dan tanpa sa
***"Ke Jepang? Ayah serius?" tanya Gadis menatap tak percaya."Ayah serius. Kalau kamu mau, nanti Ayah cari informasi universitas di sana buat kamu," jawab Hadi."Ibu setuju kalau Gadis kuliah di Jepang? Bukannya Ibu dan ayah selalu menolak rencana Gadis kalau mau sekolah di luar," ujar Gadis memastikan."Ibu dan ayah hanya khawatir sama kamu. Apalagi di negara orang, takut ada orang yang berniat jahat sama kamu. Tapi, akhirnya kami sadar kalau menahan mimpimu saja sama membunuhmu pelan-pelan, mematikan doamu. Jadi, sekarang kalau kamu mau kuliah di mana tak masalah, asal kamu bisa menjaga diri dan menjunjung kehormatanmu."Gadis langsung tersenyum sumringah. "Sebenarnya Gadis sudah setahun lalu mengajukan beasiswa ke beberapa universitas di luar negeri. Kemarin baru saja ada email dari salah satu universitas dan Gadis mendapatkan beasiswa penuh di sana.""Benar kah? Di universitas mana?" tanya Hadi begitu antusias."Alhamdulillah, Gadis diterima di University of Tokyo. Di sana ada p
***"Bu, tadi Gadis enggak sengaja ketemu sama mama Desi saat lagi makan dengan Eva," ucap Gadis."Pasti Dhea ikut ya?"Gadis menganggguk. "Devano juga ikut, Bu. Tadi mama Desi nyapa dan katanya nenek pingin ketemu, tadinya mau ajak Gadis ke Bandung, tapi Gadis enggak balas pesannya. Malah bilang kalau nenek mau ke Jakarta dan suruh Gadis main ke rumah mama Desi, ya Gadis tolak lah karena bertepatan dengan kepergian Gadis ke Jepang," tuturnya. "Dan Ibu tahu enggak gimana reaksi si Dhea?" tanyanya dan Putri menggelengkan kepalanya. "Wajahnya kayak kepiting rebus, merah merona bukan karena cantik ya! Tapi, karena dia panas. Iri karena mama Desi masih perhatian sama mantan menantunya ini." Gadis terkekeh."Memang mamanya Devano sering chat Ibu, dia menyesal dan terus minta maaf dengan kelakuan Devano pada kita, terlebih dengan kamu. Desi memang perempuan yang baik," tukas Putri."Memang harus Gadis akui, kalau selama mengenal mama Desi, dia memang mertua yang baik dan enggak banyak nuntu
***Gadis melangkahkan kakinya di bandara internasional Soekarno-Hatta, hari ini dimulainya lembaran baru dan juga sosok Gadis yang baru. Tidak ada lagi sosok Gadis yang mudah dibohongi dan mudah dimanfaatkan. Hari ini ia terlahir menjadi Gadis yang tidak akan jadi perempuan naif lagi dan tentunya ia mungkin tak lagi percaya dengan namanya apa itu cinta.Putri terus saja menangis, ia tak pernah melepas anak perempuan satu-satunya untuk pergi jauh darinya, apalagi pergi ke negara orang."Sudah, Bu. Jangan nangis terus! Kan Gadis juga nanti sering video call Ibu. Nanti Gadis pasti sering curhat sama Ibu."Putri menganggguk. "Ibu hanya belum terbiasa melepaskan anak manja seperti kamu. Kalau mau makan kadang kamu minta disuapin, apalagi kalau Mas-mu pulang, kamu minta dikelonin terus sama dia. Ibu hanya khawatir, di sana kamu apa-apa serba sendiri."Gadis terkekeh, memang benar ia adalah tipe anak yang sangat manja. Mungkin sifat manjanya yang terlalu over itulah membuat Devano lari ke p
***Pagi ini di Tokyo, Gadis bangun dengan suasana yang berbeda. List hari ini, ia akan pergi ke kampusnya untuk bertemu dengan calon dosen pembimbingnya dan melihat bagaimana kampus yang kelak akan ia isi dengan cerita baru di lembar kehidupannya.Ditemani Mesya yang sudah siap menemaninya untuk sekedar jadi tour guide baginya yang memang tidak bisa berbahasa Jepang sama sekali. Konon katanya orang-orang Jepang lebih mencintai bahasa mereka sendiri dan adapun yang bisa berbahasa Inggris hanya orang-orang tertentu dan Bahasa Jepang punya pelafalan khas, yang aspek bunyinya memang agak jauh dari pelafalan bahasa Inggris. Jadi, sangat sulit bagi orang Jepang untuk mengubah pelafalan."Kamu jangan jauh-jauh dariku!" pinta Gadis pada Mesya."Kamu saat ini sulit ya jauh dariku? Sudah bergantung banyak padaku. Baik-baik ya sama aku, jangan buat kesel lagi, kalau kamu buat kesel nanti aku tinggalkan kamu!" seloroh Mesya."Sial kamu! Kamu mau jadi si demit Devano, Ha! Cukup dia dan si gatal s
***Gadis membuka laptopnya dan ia membaca profil calon profesor pembimbingnya itu. Namanya Kento Yamazaki berumur tiga puluh tahun satu tahun, lulusan dari MIT yang menyabet gelar S2 dan S3 dengan nilai sempurna. MIT adalah institut teknik terbaik di dunia. Kento Yamazaki telah menerbitkan lebih dari tiga puluh publikasi ilmiah sampai saat ini. menjadi reviewer di jurnal-jurnal berkualitas di bidang teknik sipil. Dan di dalam profil yang dibacanya, lelaki itu adalah anak kedua dari dua bersaudara dan ibunya perpaduan Jepang-Rusia. Gadis baru paham, kenapa wajah Yamazaki itu sangat menawan dan di matanya tak membosankan, sebab lelaki itu terlahir dari perpaduan yang sempurna! Kento Yamazaki memang sempurna, dari fisik dan juga otak! Gadis merasa ia harus dibimbing oleh profesor muda itu terlepas bagi dirinya, lelaki itu menyebalkan.Ada email masuk dan ia terkejut saat membaca isi email-nya. Gadis keterima menjadi mahasiswa yang riset master-nya dibimbing oleh Prof. Yamazaki.Harus se
Lima tahun kemudian...Musim gugur di Kyoto adalah selalu jadi impianku. Dulu aku ingat saat masih duduk dibangku menengah atas, aku hanya melihat di internet, bagaimana indahnya Kyoto. Salah satu tujuanku ke Jepang dulu, yaitu ingin melihat indahnya negara sakura ini.Dan saat ini... mimpiku satu per satu, Allah kabulkan. Bagaimana bisa aku tidak bersyukur dengan kebaikan Allah padaku? Sampai detik ini pun, aku masih merasa ini seperti mimpi.Lima tahun yang lalu, aku dan Yamazaki memutuskan untuk menetap di Kyoto dan aku memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, mengurus anakku, Yuichi. Hadirnya dia di hidup kami memberikan banyak warna.Aku bahkan sangat bersyukur karena dipercaya untuk menjadi ibunya. Kedua orang tua Haruka pun hanya mempercayakan pengasuhan Yuichi pada kami.Dan juga setelah dua tahun merawat Yuichi, tanpa pernah kami harapkan lagi, ternyata Allah memberi kado terindah bagi kami, kado indah di musim
***The University of Tokyo Hospital.Gadis dan lainnya sedang berdiri di pelataran rumah sakit tersebut. Dini hari tadi, dia terkejut mendapatkan kabar kalau Haruka masuk rumah sakit karena percobaan bunuh diri dan saat ini kondisinya sedang kritis karena wanita itu terlalu lama menghisap asap karbonmonoksida dari briket yang ia bakar.Tampak kedua orang tua Haruka sedang menangis sesenggukan, dan sangat jelas kesedihan dan rasa putus asa terlukis jelas di wajah kedua orang tua itu.Gadis di hatinya merasa menyesal karena kemarin mungkin ucapannya secara tidak langsung membuat batin Haruka tersiksa. Sungguh dia tidak ada niat untuk membuat Haruka terluka atas ucapannya.Yamazaki menatap Gadis yang tampak murung, lalu dia meremas bahu istrinya pelan.Gadis menoleh dan dia hanya tersenyum getir.“Jangan menyalahkan dirimu, Sayang.” Yamazaki seolah tahu apa yang istrinya sedan
***“Kamu memilih untuk masuk ke penjara?” tanya Fumie lirih.Yamazaki mengangguk. “Iya, Ma. Penjara lebih aku sukai, daripada aku harus menuruti fitnah yang keji ini,” balasnya. Lalu, pria itu mengenggam jemari ibunya. “Maafkan aku, Ma. Maafkan aku yang selalu membuat Mama, papa, dan Harumi kecewa. Masalahku ini malah melibatkan kalian, dan aku lah yang akan bertanggung jawab dan menyelesaikannya. Aku akan buktikan pada Mama dan semuanya kalau apa yang dituduhkan padaku itu fitnah. Doakan anakmu ini.”Fumie pun tak bisa menahan air matanya, dan dia hanya bisa menangis sesenggukan. Dia tidak sanggup berbicara dan membayangkan bagaimana nanti putra kesayangannya harus tinggal di penjara. Dia tahu bagaimana sifat putranya itu. Anak laki-lakinya itu bukan seorang kriminal! Dia adalah pemuda Tokyo yang membanggakan negaranya dan juga sudah melakukan kontribusi yang besar, tapi saat masalah ini muncul... satu titik noda itu malah m
***“Saya sudah tahu masalahnya dan juga masalah Sensei sudah menjadi isue publik saat ini.” Fatih menatap pria yang dihadapannya dengan prihatin.“Iya, dan saat ini pihak kampus pun meminta saya untuk cuti mengajar dan saya harus menyelesaikan masalah saya. Jika saya bisa membuktikan kalau saya tidak bersalah, maka saya bisa kembali mengajar, dan kamu tahu berapa hari yang mereka minta?”Fatih menggelengkan kepalanya.“Besok dan sampai saat ini saya belum bisa membuktikan kalau apa yang dituduhkan itu fitnah. Banyak orang yang meninggalkan saya dan saat ini mereka seperti menjauh, termasuk keluarga saya hanya karena fitnah ini.”“Bagaimana dengan istri Sensei?”Yamazaki tersenyum tipis. “Dia... saya tidak mau menganggunya dulu. Saya ingin memberikan sedikit waktu untuknya. Saya harap dia percaya pada saya, suaminya. Saya hanya ingin Allah menyentuh hatinya agar dia tida
***"Sayang, kamu percaya padaku, kan? Suamimu?Gadis mematung, matanya terasa kosong. Saat ini lidahnya terasa kelu untuk menjawabnya dan pikirannya pun berkecamuk." Huhuhu... " Haruka menangis sesenggukan sembari menutup sebagian tubuhnya dengan kedua tangannya.Semuanya pun tersadar, lalu Fumie membawa selimut dan menutupi tubuh polos wanita itu. Jelas sekali, di matanya menyimpan banyak kecewa."Bi... Bi... Maafkan aku... Aku... Aku... " Wanita itu mengatakannya dengan terbata-bata.Fumie menghela napas, dia malah bertanya. "Dimana bajumu?"Haruka langsung menunjuk ke arah ranjang. Lalu, Fumie melihatnya dan membawa baju Haruka. "Kamu pakai lagi, masuk lah ke kamar mandi dan kita pulang bersama."Haruka hanya mengangguk pasrah dan dia pun hanya menunduk.Di sisi lain, Yamazaki mematung di tempatnya, kedua matanya masih tertuju pada Gadis yang masih saja diam dengan tatapan kosong.Plak!Sebuah tamparan mendarat dengan mulus
***Dua jam yang lalu...Haruka menatap kosong Yamazaki yang sudah berbaring di atas kasur. Selama hampir satu jam, posisinya masih tetap duduk menatap pria itu. Dia memang sudah gila, merencanakan sandiwara dan jebakan ini dengan apik. Bahkan Haruka tak tanggung-tanggung membayar mahal untuk orang-orang yang terlibat dengan sandiwara yang dia lakukan.Posisi Haruka terjepit, dia tidak tahu lagi cara bagaimana agar dirinya bisa jadi milik pria itu. Dulu adalah kesalahannya, mengalah dan merelakan pria yang sangat dicintainya direbut oleh saudari kembarnya sendiri.Saat ini, dia tidak mau mengalah. Dia tidak mau ikhlas dan melepaskan lagi. Sudah cukup dia merasakan penyesalan luar biasa di hidupnya dulu. Saat ini dia tidak jahat, kan? Haruka tidak berniat untuk memisahkan Yamazaki dengan Gadis, dia hanya ingin menjadi salah satu bagian dari keduanya. Seharusnya tidak apa-apa, bukan?Haruka tersenyum menatap pria itu, lalu dia melihat
***Setelah selesai acara, Yamazaki langsung kembali ke ryokan. Ryokan adalah penginapan tradisional Jepang yang menakjubkan. Yamazaki memang sengaja memesan ryokan karena Gadis lebih senang menginap di sana daripada hotel. Dan sebenarnya saat ini dia diam-diam sedang memberi kejutan pada Gadis untuk merayakan empat tahun pernikahan mereka lusa. Yamazaki sengaja melarang Gadis ikut ke Kyoto karena ingin menyiapkan segalanya. Dia tidak boleh gagal lagi tahun ini karena saat tahun ketiga mereka menikah, Gadis langsung tahu kalau dia dulu telah menyiapkan kejutan. Tahun keempat ini ingin sekali merayakannya dengan cara yang indah. Tahun keempat, Yamazaki hanya ingin membuang sisa kesedihan di hati Gadis karena istrinya itu masih memikirkan kalau rumah tangga mereka belum juga dikarunia seorang anak.Yamazaki memilh Ryokan di Hoshinoya Kyoto. Hoshinoya adalah ryokan yang ada di tepi sungai Oigawara di kaki Gunung Arashiyama. Untuk bisa datang ke sini harus menaiki perahu d
***“Yamazaki kemana?” tanya Putri.“Oh, dia sedang ada tugas di Kyoto.”“Kamu nggak ikut, Nak?”Gadis menggelengkan kepalanya. “Tidak, Bu. Ini ada acara dari kekaisaran Jepang dan Yamazaki diundang secara khusus.”“Ah, iya. Suamimu itu kan salah satu aset Jepang dan juga kebanggaan dari negaranya,” puji Putri.Tiba-tiba Gadis ingat sesuatu tentang masalah Dhea yang mencoba meracuni Devano. “Ma, tadi Mesya cerita padaku kalau Dhea ada masalah, ya?”“Ah, iya. Nak. Dhea... saat ini dia sedang ada di kantor polisi. Dia ditahan karena percobaan pembunuhan pada Devano. Alhamdulillah... keadaan Devano sudah berangsur membaik dan saat ini sudah sadarkan diri. Ibu dan ayahmu besok Insya Allah mau jenguk.”“Astaghfirullah... Gadis juga terkejut saat Mesya cerita masalah Dhea. Gadis tidak menyangka kalau Dhea bisa sampai g
***Satu bulan telah berlalu...Haruka sudah pulih, dan anaknya pun sudah sehat. Dan selama itu juga tidak ada komunikasi dari Haruka pada keluarga Yamazaki. Dan seminggu itu membuat hati Yamazaki menjadi tenang karena tidak adanya desakan dari Haruka maupun Fumiko.Sedangkan Gadis, dia masih bimbang karena dia merasa akan ada rencana yang dipikirkan oleh Haruka padanya. Dia pun mencoba menenangkan hatinya, apalagi saat ini dia diminta Haruka untuk bertemu. Awalnya Gadis menolak, tapi akhirnya dia berubah pikiran karena penasaran apa yang ingin Haruka bicarakan padanya.“Oke. Aku ingin tahu apa yang nanti akan kamu lakukan untuk mengusik rumah tanggaku,” gumam Gadis. Lalu, dia meminum teh hangat untuk menenangkan hatinya.Tak menunggu lama, sosok wanita itu muncul di hadapan Gadis. Wajah Haruka terlihat lebih tirus dan juga kelelahan, mungkin wanita itu begadang karena mempunyai seorang bayi.“Maaf, aku datang sedi