***
Setelah pulang dari rumah mantan suaminya, Gadis mengurung diri di kamar. Sulit baginya untuk berpura-pura kuat, tetap saja hatinya rapuh. Memang benar, ia bisa menipu banyak orang dengan senyumannya. Tapi Gadis tak bisa menipu dirinya sendiri. Tetap saja hatinya masih belum menerima kecewa itu datang, tetap saja ia patah hati. Pernikahan impiannya harus hancur seketika hanya karena perempuan lain, perempuan yang selama ini sengaja berpura-pura baik dan peduli padanya agar bisa merebut segala miliknya.Gadis melangkahkan kaki dengan berat, ia membawa kotak besar dan berjalan menuju pekarangan belakang rumahnya. Gadis membuka satu per satu kenangan manis yang pernah ia rasakan saat bersama Devano. Mulai dari surat cinta pertama kali yang diberikan lelaki itu, bahkan tiket bioskop pun ia simpan dengan rapi.Gadis membakar semuanya, tak tersisa. Baginya lebih baik menghilangkan kenangan yang menyakitkan itu tanpa jejak, jika ia hanya menyimpannya. Kelak Gadis takut lemah dan tanpa sadar ia membuka kembali kenangan itu dan menangis lagi."Sudah makan? Mas bawakan kupat tahu kesukaanmu, pedasnya sesuai seleramu," ucap Elang. Elang adalah saudara satu-satunya Gadis."Hmm.. setelah membakar semua ini nanti Gadis makan, Mas," balas Gadis."Mau Mas hajar lelaki itu, boleh? Mas sudah memukulnya sekali, tapi kurang puas karena ayah menahannya," ucap Elang."Tindakan ayah benar, Mas. Jangan kotori tanganmu untuk menyentuhnya. Nanti tanganmu jadi kotor dan jangan juga nodai citramu sebagai abdi negara yang berprestasi" balas Gadis."Lelaki itu dan keluarganya tak tahu malu. Apalagi orang tuanya Dhea, mereka saat ini sibuk menyiapkan pesta resepsi pernikahan anaknya. Anak mereka akhirnya bisa menikah dengan menantu yang mereka idam-idamkan.""Dhea dan kedua orang tuanya memang selalu iri kan sama keluarga kita. Dari dulu selalu begitu, saat ayah menjadi rektor pun, mereka irinya luar biasa. Saat Mas jadi lulusan terbaik di akademi militer dan dapat penghargaan dari presiden pun, keluarga mereka kepanasan. Gadis dan ibu hanya bisa tertawa dengan tuduhan mereka yang mengatakan bahwa Mas masuk Akmil karena campur tangan ayah. Padahal mereka saudara kita, kok bisa ya, Mas punya kecemburuan yang luar biasa dan berapi-api seperti itu.""Namanya sudah iri dan mereka tak pandai bersyukur ya mana bisa melihat nikmat orang lain. Mereka dari dulu memang begitu, panasan dan mudah iri. Untuk itu harusnya kita jangan terlalu dekat. Mas sebenarnya enggak sreg kamu dekat banget sama Dhea.""Kupikir Dhea itu berbeda dari kedua orang tuanya, Mas. Ternyata sama saja! Sepertinya Gadis saat ini harus lebih bahagia dan menampar mereka dengan kesuksesan. Biar mereka makin panas," ujar Gadis agak kesal.Elang tersenyum menatap adiknya, ia sebenarnya masih marah karena adik perempuan satu-satunya dilukai dan ditinggalkan dengan cara yang tak pantas."Mas kapan mau kembali ke Libanon?" tanya Gadis."Masih beberapa bulan lagi. Mas masih ada urusan di sini.""Mas, terima kasih ya sudah menjadi kakak yang luar biasa dan menjagaku tanpa henti. Gadis bersyukur karena jadi adikmu, Mas. Luka ini tak begitu terasa perih," ucap Gadis lirih."Jika mau menangis. Menangislah, jangan tahan! Kamu boleh menangis sesukamu, tapi hanya di depan kami. Di hadapan orang lain, jangan! Kamu harus tegakan kepalamu dan berjalan lah tanpa memperlihatkan kelemahanmu," ujar Elang.Tangis Gadis akhirnya pecah, ia memang masih terluka. Gadis masih belum melupakan pengkhianatan dari kedua orang yang ia sangat percaya dan dulu pernah ia sayangi. "Mas, kenapa dada ini masih terasa perih dan sesak. Gadis belum bisa menyembuhkan luka yang masih basah ini? Kenapa Gadis masih merasa kalau ini hanyalah mimpi, Gadis masih merasa kalau Devano adalah suami Gadis. Harusnya saat ini kita berbahagia, kenapa bahagia itu cepat usai? Kenapa yang datang malah luka?"Elang memeluk adiknya erat, ia marah dan tak terima kalau adik kesayangannya begitu terguncang karena pernikahan yang kandas dan singkat.Samar-samar terdengar seperti ada suara yang ribut di ruang keluarga. Gadis dan Elang saling menatap dan tanpa aba-aba langsung menuju ke ruang keluarga.***"Tolong dong, Mas bilang sama Gadis jangan ganggu rumah tangga Dhea dan Devano. Kemarin Gadis datang ke rumah mereka berdua dan membuat Dhea terus menangis! Apa yang Gadis katakan pada Dhea membuatnya tak mau makan," ucap Rista kesal."Anakku enggak akan pernah melakukan hal yang merendahkan seperti itu! Tanyakan saja pada anakmu, apa dia mengarang cerita. Anakku sudah tak mau ada urusan apapun dengan kalian," tukas Hadi membela anak kandungnya."Alah... Kalau enggak ada urusan lagi, kenapa dia kemarin datang ke rumah anak dan mantuku?" sindir Rista."Gadis ke sana bawa dokumen penting dan bukan untuk menganggu Dhea dan bekas suamiku," timpal Gadis, ia datang menghampiri tantenya itu."Kenapa kamu enggak minta Dhea saja yang beresin dokumen itu dan nanti pasti dia kirim. Kamu sengaja kan datang ke sana untuk menarik simpati ibunya Devano. Kamu enggak malu datang ke rumah mereka?""Tunggu... Tunggu," potong Gadis. "Rumah mereka? Lho mereka beli rumah itu dari hasil uang siapa? Tante Rista yang baik... rumah yang saat ini mereka tempati adalah rumahku juga, aku berhak atas rumah itu karena sebagian pembelian rumah itu adalah dari uangku. Dan asal Tante tahu saja, sebagai tambahan informasi untuk Tante. Sertifikat rumah itu ditulis atas namaku–Gadis Maheswari. Jadi, bisa saja kan aku mendepak mereka dari rumah itu karena secara hukum rumah itu adalah milikku." Gadis tersenyum, senyuman yang mematikan untuk Rista."Gadis, maksud tantemu bukan seperti itu. Tantemu hanya tidak ingin nama keluarga besar kita jadi buruk karena persoalan kalian yang akhir-akhir ini mencuat di publik. Apalagi kan ayahmu adalah rektor dari universitas ternama dan Mas-mu adalah tentara yang berprestasi, Om dan tante hanya tak ingin citra keduanya hancur saja," timpal Andri, suami Rista."Om Andri perhatian sekali dengan citra keluarga kita ya! Tapi, tenang saja Om. Ayah dan Mas Elang enggak malu karena masalah itu bukan salahnya Gadis. Masyakarat pun bisa menilai kok, mana perempuan elegan dan mana perempuan murahan!" sindir Gadis dengan pedas."Kamu!!" teriak Rista, ia geram karena Gadis mulai kurang ajar. Rista tak bisa melanjutkan kata-katanya, ia pergi begitu saja dengan kemarahannya."Mas Hadi, saya pamit pulang dulu ya. Maafkan kelakuan Rista. Nanti saya bicara lagi dengannya," pamit Andri dan ia pun melangkahkan kakinya menyusul istrinya pergi."Mereka urat malunya kenapa enggak putus ya! Masa mereka marah-marah, harusnya keluarga kita lah yang marah sama mereka. Aneh!" kesal Gadis."Sudah, jangan diurus, Nak. Kita jangan sama kampungannya dengan mereka," celetuk Putri."Kebetulan kalian kumpul di rumah. Ayah mau bicara dengan kalian, terutama denganmu, Gadis." Hadi langsung duduk dan menyuruh kedua anaknya duduk di hadapannya."Ayah mau bicara apa?" tanya Gadis penasaran."Kamu sudah memutuskan mau melanjutkan program magister di mana?" tanya Hadi.Gadis menggelengkan kepalanya. "Masih belum kepikiran mau di mana, masih cari-cari universitas yang cocok.""Kalau Ayah nawarin kamu untuk melanjutkan di Jepang. Kamu mau?"******"Ke Jepang? Ayah serius?" tanya Gadis menatap tak percaya."Ayah serius. Kalau kamu mau, nanti Ayah cari informasi universitas di sana buat kamu," jawab Hadi."Ibu setuju kalau Gadis kuliah di Jepang? Bukannya Ibu dan ayah selalu menolak rencana Gadis kalau mau sekolah di luar," ujar Gadis memastikan."Ibu dan ayah hanya khawatir sama kamu. Apalagi di negara orang, takut ada orang yang berniat jahat sama kamu. Tapi, akhirnya kami sadar kalau menahan mimpimu saja sama membunuhmu pelan-pelan, mematikan doamu. Jadi, sekarang kalau kamu mau kuliah di mana tak masalah, asal kamu bisa menjaga diri dan menjunjung kehormatanmu."Gadis langsung tersenyum sumringah. "Sebenarnya Gadis sudah setahun lalu mengajukan beasiswa ke beberapa universitas di luar negeri. Kemarin baru saja ada email dari salah satu universitas dan Gadis mendapatkan beasiswa penuh di sana.""Benar kah? Di universitas mana?" tanya Hadi begitu antusias."Alhamdulillah, Gadis diterima di University of Tokyo. Di sana ada p
***"Bu, tadi Gadis enggak sengaja ketemu sama mama Desi saat lagi makan dengan Eva," ucap Gadis."Pasti Dhea ikut ya?"Gadis menganggguk. "Devano juga ikut, Bu. Tadi mama Desi nyapa dan katanya nenek pingin ketemu, tadinya mau ajak Gadis ke Bandung, tapi Gadis enggak balas pesannya. Malah bilang kalau nenek mau ke Jakarta dan suruh Gadis main ke rumah mama Desi, ya Gadis tolak lah karena bertepatan dengan kepergian Gadis ke Jepang," tuturnya. "Dan Ibu tahu enggak gimana reaksi si Dhea?" tanyanya dan Putri menggelengkan kepalanya. "Wajahnya kayak kepiting rebus, merah merona bukan karena cantik ya! Tapi, karena dia panas. Iri karena mama Desi masih perhatian sama mantan menantunya ini." Gadis terkekeh."Memang mamanya Devano sering chat Ibu, dia menyesal dan terus minta maaf dengan kelakuan Devano pada kita, terlebih dengan kamu. Desi memang perempuan yang baik," tukas Putri."Memang harus Gadis akui, kalau selama mengenal mama Desi, dia memang mertua yang baik dan enggak banyak nuntu
***Gadis melangkahkan kakinya di bandara internasional Soekarno-Hatta, hari ini dimulainya lembaran baru dan juga sosok Gadis yang baru. Tidak ada lagi sosok Gadis yang mudah dibohongi dan mudah dimanfaatkan. Hari ini ia terlahir menjadi Gadis yang tidak akan jadi perempuan naif lagi dan tentunya ia mungkin tak lagi percaya dengan namanya apa itu cinta.Putri terus saja menangis, ia tak pernah melepas anak perempuan satu-satunya untuk pergi jauh darinya, apalagi pergi ke negara orang."Sudah, Bu. Jangan nangis terus! Kan Gadis juga nanti sering video call Ibu. Nanti Gadis pasti sering curhat sama Ibu."Putri menganggguk. "Ibu hanya belum terbiasa melepaskan anak manja seperti kamu. Kalau mau makan kadang kamu minta disuapin, apalagi kalau Mas-mu pulang, kamu minta dikelonin terus sama dia. Ibu hanya khawatir, di sana kamu apa-apa serba sendiri."Gadis terkekeh, memang benar ia adalah tipe anak yang sangat manja. Mungkin sifat manjanya yang terlalu over itulah membuat Devano lari ke p
***Pagi ini di Tokyo, Gadis bangun dengan suasana yang berbeda. List hari ini, ia akan pergi ke kampusnya untuk bertemu dengan calon dosen pembimbingnya dan melihat bagaimana kampus yang kelak akan ia isi dengan cerita baru di lembar kehidupannya.Ditemani Mesya yang sudah siap menemaninya untuk sekedar jadi tour guide baginya yang memang tidak bisa berbahasa Jepang sama sekali. Konon katanya orang-orang Jepang lebih mencintai bahasa mereka sendiri dan adapun yang bisa berbahasa Inggris hanya orang-orang tertentu dan Bahasa Jepang punya pelafalan khas, yang aspek bunyinya memang agak jauh dari pelafalan bahasa Inggris. Jadi, sangat sulit bagi orang Jepang untuk mengubah pelafalan."Kamu jangan jauh-jauh dariku!" pinta Gadis pada Mesya."Kamu saat ini sulit ya jauh dariku? Sudah bergantung banyak padaku. Baik-baik ya sama aku, jangan buat kesel lagi, kalau kamu buat kesel nanti aku tinggalkan kamu!" seloroh Mesya."Sial kamu! Kamu mau jadi si demit Devano, Ha! Cukup dia dan si gatal s
***Gadis membuka laptopnya dan ia membaca profil calon profesor pembimbingnya itu. Namanya Kento Yamazaki berumur tiga puluh tahun satu tahun, lulusan dari MIT yang menyabet gelar S2 dan S3 dengan nilai sempurna. MIT adalah institut teknik terbaik di dunia. Kento Yamazaki telah menerbitkan lebih dari tiga puluh publikasi ilmiah sampai saat ini. menjadi reviewer di jurnal-jurnal berkualitas di bidang teknik sipil. Dan di dalam profil yang dibacanya, lelaki itu adalah anak kedua dari dua bersaudara dan ibunya perpaduan Jepang-Rusia. Gadis baru paham, kenapa wajah Yamazaki itu sangat menawan dan di matanya tak membosankan, sebab lelaki itu terlahir dari perpaduan yang sempurna! Kento Yamazaki memang sempurna, dari fisik dan juga otak! Gadis merasa ia harus dibimbing oleh profesor muda itu terlepas bagi dirinya, lelaki itu menyebalkan.Ada email masuk dan ia terkejut saat membaca isi email-nya. Gadis keterima menjadi mahasiswa yang riset master-nya dibimbing oleh Prof. Yamazaki.Harus se
***"Nanti Yamazaki-san mampir deh ke Indonesia. Di sana kalau berbuka puasa pasti banyak banget takjil yang menggugah selera. Pastinya kalau sore suka jadi macet," ucap Mesya."Ya. Saya pernah juga mendengar di sana itu ada istilah ngabuburit. Teman saya juga mengatakan bahwa di Indonesia itu kalau buka puasa do sana sangat menyenangkan," balas Yamazaki."Ke sana saja, Yamazaki-san. Siapa tahu jodohnya dari sana," celetuk Mesya.Yamazaki tersenyum dan membuat Gadis tertegun. Bagaimana bisa si dingin itu begitu ramah dan hangat pada Mesya, sedangkan dengan dirinya lelaki itu sangat dingin. Bahkan untuk sekedar senyum saja, Yamazaki tak pernah menunjukan padanya.Gadis tak habis pikir kenapa dirinya korban dari wajah dingin itu. Apa memang sebenarnya lelaki itu tak menyukainya dari awal?Yamazaki akhirnya pamit dari hadapan Mesya dan Gadis untuk menyapa teman-teman lainnya dan setelah lelaki itu pergi, Mesya menatap Gadis yang dari tadi hanya diam saja."Kamu kenapa sih berubah jadi pa
***"Ibu..." Gadis menangis melihat Putri di layar gadget-nya."Assalamu'alaikum, Nak. Kenapa menangis?" tanya Putri, ia menahan tangisannya agar Gadis tidak semakin tambah menangis."Kangen sama Ibu," balas Gadis tersenyum. "Ibu apa kabar? Ayah di mana?" tanyanya."Alhamdulillah Ibu baik dan sehat. Ayahmu masih berbincang-bincang di masjid. Gimana puasa perdana kamu di Jepang? Di sana bukankah durasi puasanya lebih lama?""Iya, Bu. Terasa lemas dan masa harus sahur dimulai pukul 2.30 dini hari, apalagi puasa di sini bertepatan dengan musim panas. Kebayang iman kita di sini benar-benar diuji," jawab Gadis."Tapi kamu enggak bolong, kan?""Ya Allah, Ibu. Memangnya anakmu ini lemah dan manja! Alhamdulillah, puasa perdana Gadis lancar meski terasa lemas, namun ini jadi tantangan Gadis yang benar-benar harus menahan lapar dan dahaga. Sepertinya keislaman Gadis di sini lebih terasa. Oh, iya ini Gadis baru pulang dari acara buka puasa di masjid Camiii, Tokyo. Di sana banyak komunitas muslim
***Sepulang dari kampus wajah Gadis ditekuk, ia masih sebal dengan omongan Yamazaki yang menurutnya itu keterlaluan. Mana mungkin ia suka jika digoda sembarangan sama lelaki yang baru dikenalnya, meski ia seorang janda tapi ia masih punya harga diri.Gadis memencet bell apartemen Mesya, ia ingin menumpahkan kekesalannya pada sahabatnya itu."Baru pulang?""Iya. Nanti buka puasa mau di mana?""Di sini saja ya! Aku masak, ya meski hanya telor dadar sama sambal, lumayan. Kamu mau?""Iya, aku mau. Kita enggak buka puasa bareng lagi, kan?""Hari ini enggak, kemungkinan besok Insya Allah.""Besok buka puasa bersama lagi?" tanya Gadis terkejut."Iya, kebetulan ada yang mau masuk Islam besok. Jadi nanti kita menyaksikannya di masjid Camii.""Dia pasti ada ya?""Dia siapa?""Yamazaki-Sensei.""Oh, Yamazaki- san. Dia pasti ada lah, justru yang mau masuk Islam itu adalah adiknya!" seru Mesya."Adik kandungnya?""Iyalah, masa adik ketemu gede," balas Mesya. "Kenapa kamu tanyain dia ada atau engga
Lima tahun kemudian...Musim gugur di Kyoto adalah selalu jadi impianku. Dulu aku ingat saat masih duduk dibangku menengah atas, aku hanya melihat di internet, bagaimana indahnya Kyoto. Salah satu tujuanku ke Jepang dulu, yaitu ingin melihat indahnya negara sakura ini.Dan saat ini... mimpiku satu per satu, Allah kabulkan. Bagaimana bisa aku tidak bersyukur dengan kebaikan Allah padaku? Sampai detik ini pun, aku masih merasa ini seperti mimpi.Lima tahun yang lalu, aku dan Yamazaki memutuskan untuk menetap di Kyoto dan aku memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, mengurus anakku, Yuichi. Hadirnya dia di hidup kami memberikan banyak warna.Aku bahkan sangat bersyukur karena dipercaya untuk menjadi ibunya. Kedua orang tua Haruka pun hanya mempercayakan pengasuhan Yuichi pada kami.Dan juga setelah dua tahun merawat Yuichi, tanpa pernah kami harapkan lagi, ternyata Allah memberi kado terindah bagi kami, kado indah di musim
***The University of Tokyo Hospital.Gadis dan lainnya sedang berdiri di pelataran rumah sakit tersebut. Dini hari tadi, dia terkejut mendapatkan kabar kalau Haruka masuk rumah sakit karena percobaan bunuh diri dan saat ini kondisinya sedang kritis karena wanita itu terlalu lama menghisap asap karbonmonoksida dari briket yang ia bakar.Tampak kedua orang tua Haruka sedang menangis sesenggukan, dan sangat jelas kesedihan dan rasa putus asa terlukis jelas di wajah kedua orang tua itu.Gadis di hatinya merasa menyesal karena kemarin mungkin ucapannya secara tidak langsung membuat batin Haruka tersiksa. Sungguh dia tidak ada niat untuk membuat Haruka terluka atas ucapannya.Yamazaki menatap Gadis yang tampak murung, lalu dia meremas bahu istrinya pelan.Gadis menoleh dan dia hanya tersenyum getir.“Jangan menyalahkan dirimu, Sayang.” Yamazaki seolah tahu apa yang istrinya sedan
***“Kamu memilih untuk masuk ke penjara?” tanya Fumie lirih.Yamazaki mengangguk. “Iya, Ma. Penjara lebih aku sukai, daripada aku harus menuruti fitnah yang keji ini,” balasnya. Lalu, pria itu mengenggam jemari ibunya. “Maafkan aku, Ma. Maafkan aku yang selalu membuat Mama, papa, dan Harumi kecewa. Masalahku ini malah melibatkan kalian, dan aku lah yang akan bertanggung jawab dan menyelesaikannya. Aku akan buktikan pada Mama dan semuanya kalau apa yang dituduhkan padaku itu fitnah. Doakan anakmu ini.”Fumie pun tak bisa menahan air matanya, dan dia hanya bisa menangis sesenggukan. Dia tidak sanggup berbicara dan membayangkan bagaimana nanti putra kesayangannya harus tinggal di penjara. Dia tahu bagaimana sifat putranya itu. Anak laki-lakinya itu bukan seorang kriminal! Dia adalah pemuda Tokyo yang membanggakan negaranya dan juga sudah melakukan kontribusi yang besar, tapi saat masalah ini muncul... satu titik noda itu malah m
***“Saya sudah tahu masalahnya dan juga masalah Sensei sudah menjadi isue publik saat ini.” Fatih menatap pria yang dihadapannya dengan prihatin.“Iya, dan saat ini pihak kampus pun meminta saya untuk cuti mengajar dan saya harus menyelesaikan masalah saya. Jika saya bisa membuktikan kalau saya tidak bersalah, maka saya bisa kembali mengajar, dan kamu tahu berapa hari yang mereka minta?”Fatih menggelengkan kepalanya.“Besok dan sampai saat ini saya belum bisa membuktikan kalau apa yang dituduhkan itu fitnah. Banyak orang yang meninggalkan saya dan saat ini mereka seperti menjauh, termasuk keluarga saya hanya karena fitnah ini.”“Bagaimana dengan istri Sensei?”Yamazaki tersenyum tipis. “Dia... saya tidak mau menganggunya dulu. Saya ingin memberikan sedikit waktu untuknya. Saya harap dia percaya pada saya, suaminya. Saya hanya ingin Allah menyentuh hatinya agar dia tida
***"Sayang, kamu percaya padaku, kan? Suamimu?Gadis mematung, matanya terasa kosong. Saat ini lidahnya terasa kelu untuk menjawabnya dan pikirannya pun berkecamuk." Huhuhu... " Haruka menangis sesenggukan sembari menutup sebagian tubuhnya dengan kedua tangannya.Semuanya pun tersadar, lalu Fumie membawa selimut dan menutupi tubuh polos wanita itu. Jelas sekali, di matanya menyimpan banyak kecewa."Bi... Bi... Maafkan aku... Aku... Aku... " Wanita itu mengatakannya dengan terbata-bata.Fumie menghela napas, dia malah bertanya. "Dimana bajumu?"Haruka langsung menunjuk ke arah ranjang. Lalu, Fumie melihatnya dan membawa baju Haruka. "Kamu pakai lagi, masuk lah ke kamar mandi dan kita pulang bersama."Haruka hanya mengangguk pasrah dan dia pun hanya menunduk.Di sisi lain, Yamazaki mematung di tempatnya, kedua matanya masih tertuju pada Gadis yang masih saja diam dengan tatapan kosong.Plak!Sebuah tamparan mendarat dengan mulus
***Dua jam yang lalu...Haruka menatap kosong Yamazaki yang sudah berbaring di atas kasur. Selama hampir satu jam, posisinya masih tetap duduk menatap pria itu. Dia memang sudah gila, merencanakan sandiwara dan jebakan ini dengan apik. Bahkan Haruka tak tanggung-tanggung membayar mahal untuk orang-orang yang terlibat dengan sandiwara yang dia lakukan.Posisi Haruka terjepit, dia tidak tahu lagi cara bagaimana agar dirinya bisa jadi milik pria itu. Dulu adalah kesalahannya, mengalah dan merelakan pria yang sangat dicintainya direbut oleh saudari kembarnya sendiri.Saat ini, dia tidak mau mengalah. Dia tidak mau ikhlas dan melepaskan lagi. Sudah cukup dia merasakan penyesalan luar biasa di hidupnya dulu. Saat ini dia tidak jahat, kan? Haruka tidak berniat untuk memisahkan Yamazaki dengan Gadis, dia hanya ingin menjadi salah satu bagian dari keduanya. Seharusnya tidak apa-apa, bukan?Haruka tersenyum menatap pria itu, lalu dia melihat
***Setelah selesai acara, Yamazaki langsung kembali ke ryokan. Ryokan adalah penginapan tradisional Jepang yang menakjubkan. Yamazaki memang sengaja memesan ryokan karena Gadis lebih senang menginap di sana daripada hotel. Dan sebenarnya saat ini dia diam-diam sedang memberi kejutan pada Gadis untuk merayakan empat tahun pernikahan mereka lusa. Yamazaki sengaja melarang Gadis ikut ke Kyoto karena ingin menyiapkan segalanya. Dia tidak boleh gagal lagi tahun ini karena saat tahun ketiga mereka menikah, Gadis langsung tahu kalau dia dulu telah menyiapkan kejutan. Tahun keempat ini ingin sekali merayakannya dengan cara yang indah. Tahun keempat, Yamazaki hanya ingin membuang sisa kesedihan di hati Gadis karena istrinya itu masih memikirkan kalau rumah tangga mereka belum juga dikarunia seorang anak.Yamazaki memilh Ryokan di Hoshinoya Kyoto. Hoshinoya adalah ryokan yang ada di tepi sungai Oigawara di kaki Gunung Arashiyama. Untuk bisa datang ke sini harus menaiki perahu d
***“Yamazaki kemana?” tanya Putri.“Oh, dia sedang ada tugas di Kyoto.”“Kamu nggak ikut, Nak?”Gadis menggelengkan kepalanya. “Tidak, Bu. Ini ada acara dari kekaisaran Jepang dan Yamazaki diundang secara khusus.”“Ah, iya. Suamimu itu kan salah satu aset Jepang dan juga kebanggaan dari negaranya,” puji Putri.Tiba-tiba Gadis ingat sesuatu tentang masalah Dhea yang mencoba meracuni Devano. “Ma, tadi Mesya cerita padaku kalau Dhea ada masalah, ya?”“Ah, iya. Nak. Dhea... saat ini dia sedang ada di kantor polisi. Dia ditahan karena percobaan pembunuhan pada Devano. Alhamdulillah... keadaan Devano sudah berangsur membaik dan saat ini sudah sadarkan diri. Ibu dan ayahmu besok Insya Allah mau jenguk.”“Astaghfirullah... Gadis juga terkejut saat Mesya cerita masalah Dhea. Gadis tidak menyangka kalau Dhea bisa sampai g
***Satu bulan telah berlalu...Haruka sudah pulih, dan anaknya pun sudah sehat. Dan selama itu juga tidak ada komunikasi dari Haruka pada keluarga Yamazaki. Dan seminggu itu membuat hati Yamazaki menjadi tenang karena tidak adanya desakan dari Haruka maupun Fumiko.Sedangkan Gadis, dia masih bimbang karena dia merasa akan ada rencana yang dipikirkan oleh Haruka padanya. Dia pun mencoba menenangkan hatinya, apalagi saat ini dia diminta Haruka untuk bertemu. Awalnya Gadis menolak, tapi akhirnya dia berubah pikiran karena penasaran apa yang ingin Haruka bicarakan padanya.“Oke. Aku ingin tahu apa yang nanti akan kamu lakukan untuk mengusik rumah tanggaku,” gumam Gadis. Lalu, dia meminum teh hangat untuk menenangkan hatinya.Tak menunggu lama, sosok wanita itu muncul di hadapan Gadis. Wajah Haruka terlihat lebih tirus dan juga kelelahan, mungkin wanita itu begadang karena mempunyai seorang bayi.“Maaf, aku datang sedi