***"Ibu..." Gadis menangis melihat Putri di layar gadget-nya."Assalamu'alaikum, Nak. Kenapa menangis?" tanya Putri, ia menahan tangisannya agar Gadis tidak semakin tambah menangis."Kangen sama Ibu," balas Gadis tersenyum. "Ibu apa kabar? Ayah di mana?" tanyanya."Alhamdulillah Ibu baik dan sehat. Ayahmu masih berbincang-bincang di masjid. Gimana puasa perdana kamu di Jepang? Di sana bukankah durasi puasanya lebih lama?""Iya, Bu. Terasa lemas dan masa harus sahur dimulai pukul 2.30 dini hari, apalagi puasa di sini bertepatan dengan musim panas. Kebayang iman kita di sini benar-benar diuji," jawab Gadis."Tapi kamu enggak bolong, kan?""Ya Allah, Ibu. Memangnya anakmu ini lemah dan manja! Alhamdulillah, puasa perdana Gadis lancar meski terasa lemas, namun ini jadi tantangan Gadis yang benar-benar harus menahan lapar dan dahaga. Sepertinya keislaman Gadis di sini lebih terasa. Oh, iya ini Gadis baru pulang dari acara buka puasa di masjid Camiii, Tokyo. Di sana banyak komunitas muslim
***Sepulang dari kampus wajah Gadis ditekuk, ia masih sebal dengan omongan Yamazaki yang menurutnya itu keterlaluan. Mana mungkin ia suka jika digoda sembarangan sama lelaki yang baru dikenalnya, meski ia seorang janda tapi ia masih punya harga diri.Gadis memencet bell apartemen Mesya, ia ingin menumpahkan kekesalannya pada sahabatnya itu."Baru pulang?""Iya. Nanti buka puasa mau di mana?""Di sini saja ya! Aku masak, ya meski hanya telor dadar sama sambal, lumayan. Kamu mau?""Iya, aku mau. Kita enggak buka puasa bareng lagi, kan?""Hari ini enggak, kemungkinan besok Insya Allah.""Besok buka puasa bersama lagi?" tanya Gadis terkejut."Iya, kebetulan ada yang mau masuk Islam besok. Jadi nanti kita menyaksikannya di masjid Camii.""Dia pasti ada ya?""Dia siapa?""Yamazaki-Sensei.""Oh, Yamazaki- san. Dia pasti ada lah, justru yang mau masuk Islam itu adalah adiknya!" seru Mesya."Adik kandungnya?""Iyalah, masa adik ketemu gede," balas Mesya. "Kenapa kamu tanyain dia ada atau engga
***Setelah Yamazaki memberi ceramah di masjid Asasuka. Yamazaki berbicara dengan ramah pada semua jamaah dan pengurus masjid. Gadis pun ikut nimbrung karena salah satu imam masjid itu adalah orang Indonesia."Alhamdulillah, terima kasih karena Sensei mau datang dan berceramah di sini," ucap Fatih, imam masjid Asasuka."Saya selalu merindukan masjid ini dan juga saudara-saudara saya yang sudah lama kita tidak berjumpa. Jadi saya senang sekali saat Fatih-San meminta saya untuk memberikan ceramah, meski sebenarnya saya jauh dari kata layak," balas Yamazaki."Sensei sangat layak, Masya Allah. Saya sangat kagum dengan banyaknya ilmu yang Sensei kuasai. Sensei pun bisa dengan mudah hapal Al-Qur'an," puji Fatih dan ia melihat Gadis yang daritadi datang bersama Yamazaki. "Sensei, ini adalah calon istrimu?" tanyanya tersenyum."Bukan. Dia juga salah satu mahasiswi dari Indonesia dan baru datang ke Jepang," jawab Yamazaki.Fatih langsung antusias saat tahu kalau perempuan yang datang bersama Y
***Gadis masih mendalami apa yang ia baca. Buku pemberian Yamazaki membuatnya penasaran dan tak pernah bisa berhenti untuk membaca tiap lembar yang ia baca. Gadis tidak bisa berhenti karena apa yang dibacanya sangat cocok untuk semua luka, ketakutan yang saat ini ia hadapi. Gadis menangis karena buku itu. Hatinya bimbang lagi, bisakah ia menjadi wanita yang paling bahagia? Bisakah ia melupakan kesedihan yang Devano dan Dhea torehkan padanya? Bisakah ia tidak mengeluh kenapa pernikahannya harus kandas?Gadis mengingat lagi apa yang telah ia baca: Apa faktor penyebab seorang wanita itu bahagia? Bahagia kah kehidupan Asiah Binti Muzahim, isteri Firaun, yang setiap masa dilimpahi kasih sayang bahkan harta yang melimpah ruah?. Sudah tentu tidak, Asiah mengingankan rumah indah di Taman syurga kepada Tuhannya.Wahai Muslimah Solehah, masih ada peluang untuk berubah, bertaubat kepangkal jalan, karena bahagia yang sebenar-benarnya ialah apabila engkau memperoleh ketenangan hati disaat musibah
***"Apa yang kamu bawa?" tanya Mesya, ia melihat paper bag yang Gadis bawa."Ini dari Yamazaki Sensei," balas Gadis."Sensei ngasih kamu apa?""Entahlah, katanya sih berguna untukku dan aku harus terus pakai," jawab Gadis."Kok bisa ya Sensei kasih kamu hadiah itu, jangan-jangan...""Jangan-jangan apa?""Enggak apa-apa," jawab Mesya tersenyum."Nanti lebaran mau pulang ke Jakarta atau di Tokyo?""Entahlah, sebagaimana di sini saja, jika Sensei membolehkanku pulang ya aku balik ke Jakarta. Tapi, sepertinya aku belum siap kembali ke kota yang membuatku mengingat hal yang pedih. Jujur pengkhianatan mereka dan hancurnya rumah tanggaku membuat aku takut dan trauma. Aku masih terbayang-bayang bagaimana mereka menertawakan lukaku. Aku masih takut, Mesya.""Jika memang kamu pulang ke Jakarta hanya akan membuatmu mengingat luka itu, lebih baik kamu tunda saja. Sembuhkan dulu lukamu di sini. Lebaran di Tokyo itu menyenangkan, nanti kita bisa melaksanakan shalat idul Fitri di Masjid Indonesia T
***Selepas Gadis pamit padanya, Yamazaki langsung terdiam di kamarnya. Ia merasa bersalah karena membuat Gadis menangis dan ketakutan. Yamazaki langsung mengutuk dirinya yang terlalu keras pada perempuan itu. “Aku memang bodoh! Harusnya tidak sekeras itu padanya,” gumamnya menyesal. Yamazaki langsung sadar bahwa Gadis terlalu rapuh, ia melihat Gadis menyimpan banyak luka di sorot matanya. Yamazaki penasaran dengan kehidupan Gadis dan ia langsung mencari nama ayah Gadis di internet.Prof. Dr. Hadi Rudyatmo, M.SIE adalah ayah kandung dari Gadis dan merupakan rektor salah satu universitas negeri top di Indonesia. Dan hal yang membuat Yamazaki terkejut adalah berita tentang perceraian Gadis yang heboh karena perselingkuhan suaminya. Kento menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa perempuan secantik dan sepintar Gadis diselingkuhi?Pintu kamar diketuk, ia melihat Harumi tersenyum di balik pintu dan langsung masuk ke kamarnya dan Kento langsung menutup laptopnya.“Kenapa Oniichan belum tidur
***Gadis memutuskan untuk bergabung dengan teman-temannya Mesya untuk berbuka puasa, meski ia datang agak terlambat. Ia memakai cardigan dan pashmina warna senada yang Kento hadiahkan untuknya. Gadis melihat lelaki itu sedang berbicara dengan Mesya dan lainnya. Entah kenapa wajah Yamazaki membuat hatinya teduh.“Gadis!” sapa Yamazaki, ia terkejut dengan kedatangan perempuan itu.“Assalamu’alaikum, Sensei,” sapa Gadis tersenyum.“Wa’alaikumussalam,” balas Yamazaki. “Kamu sudah sehat?”“Alhamdulillah. Sekarang sudah sehat,” jawab Gadis. “Sensei, di mana Harumi?”tanyanya, ia tidak melihat sosok gadis itu.“Tadi dia di sini, tapi temannya mendadak masuk ke rumah sakit. Jadi Harumi pamit duluan,” balas Yamazaki.“Wah, cantiknya kamu sayang, Masya Allah,” puji Mesya. ia takjub melihat jilbab yang melekat di kepala Gadis. Kali ini aura kecantikannya terpancar. “Yamazaki-San, Gadis kami sangat cantik kan memakai jilbab? Lihat anggun sekali ya dia!” ucapnya meminta pendapat Yamazaki.Yamazaki
***Gadis masih memikirkan apa yang dikatakan Eva semalam. Apa benar apa yang ia rasakan saat ini bukanlah hanya sekedar kagum saja pada lelaki itu? Apa benar ia memiliki perasaan yang lebih padanya? Gadis langsung menepis apa yang Eva tuduhkan, tidak mungkin ia bisa secepat itu untuk jatuh cinta. Gadis bergegas ke ruang lab 117 untuk memulai mengerjakan tugas yang diberikan Kento padanya.“Gadis!”Gadis menoleh dan ia pun tersenyum singkat dengan seseorang yang memanggil namanya. “Hai, Albert! Sepagi ini kamu sudah berada di lab,” balasnya.Albert terkejut dengan penampilan Gadis yang dipikirannya itu sebagai penutup kepala yang terbuat dari kain. “Kamu memakai kain di kepala saat ini?”Gadis tersenyum. “Ini jilbab namanya, bukan sekedar kain penutup kepala.”“Yeah, saya sering melihat beberapa perempuan dari Turki, Malaysia dan Indonesia memakainya. Kenapa kamu ikut-ikutan memakainya? Kamu cantik dengan rambut hitam yang tergerai,” balas Albert.“Bukan saya yang ikut-ikutan mereka,
Lima tahun kemudian...Musim gugur di Kyoto adalah selalu jadi impianku. Dulu aku ingat saat masih duduk dibangku menengah atas, aku hanya melihat di internet, bagaimana indahnya Kyoto. Salah satu tujuanku ke Jepang dulu, yaitu ingin melihat indahnya negara sakura ini.Dan saat ini... mimpiku satu per satu, Allah kabulkan. Bagaimana bisa aku tidak bersyukur dengan kebaikan Allah padaku? Sampai detik ini pun, aku masih merasa ini seperti mimpi.Lima tahun yang lalu, aku dan Yamazaki memutuskan untuk menetap di Kyoto dan aku memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, mengurus anakku, Yuichi. Hadirnya dia di hidup kami memberikan banyak warna.Aku bahkan sangat bersyukur karena dipercaya untuk menjadi ibunya. Kedua orang tua Haruka pun hanya mempercayakan pengasuhan Yuichi pada kami.Dan juga setelah dua tahun merawat Yuichi, tanpa pernah kami harapkan lagi, ternyata Allah memberi kado terindah bagi kami, kado indah di musim
***The University of Tokyo Hospital.Gadis dan lainnya sedang berdiri di pelataran rumah sakit tersebut. Dini hari tadi, dia terkejut mendapatkan kabar kalau Haruka masuk rumah sakit karena percobaan bunuh diri dan saat ini kondisinya sedang kritis karena wanita itu terlalu lama menghisap asap karbonmonoksida dari briket yang ia bakar.Tampak kedua orang tua Haruka sedang menangis sesenggukan, dan sangat jelas kesedihan dan rasa putus asa terlukis jelas di wajah kedua orang tua itu.Gadis di hatinya merasa menyesal karena kemarin mungkin ucapannya secara tidak langsung membuat batin Haruka tersiksa. Sungguh dia tidak ada niat untuk membuat Haruka terluka atas ucapannya.Yamazaki menatap Gadis yang tampak murung, lalu dia meremas bahu istrinya pelan.Gadis menoleh dan dia hanya tersenyum getir.“Jangan menyalahkan dirimu, Sayang.” Yamazaki seolah tahu apa yang istrinya sedan
***“Kamu memilih untuk masuk ke penjara?” tanya Fumie lirih.Yamazaki mengangguk. “Iya, Ma. Penjara lebih aku sukai, daripada aku harus menuruti fitnah yang keji ini,” balasnya. Lalu, pria itu mengenggam jemari ibunya. “Maafkan aku, Ma. Maafkan aku yang selalu membuat Mama, papa, dan Harumi kecewa. Masalahku ini malah melibatkan kalian, dan aku lah yang akan bertanggung jawab dan menyelesaikannya. Aku akan buktikan pada Mama dan semuanya kalau apa yang dituduhkan padaku itu fitnah. Doakan anakmu ini.”Fumie pun tak bisa menahan air matanya, dan dia hanya bisa menangis sesenggukan. Dia tidak sanggup berbicara dan membayangkan bagaimana nanti putra kesayangannya harus tinggal di penjara. Dia tahu bagaimana sifat putranya itu. Anak laki-lakinya itu bukan seorang kriminal! Dia adalah pemuda Tokyo yang membanggakan negaranya dan juga sudah melakukan kontribusi yang besar, tapi saat masalah ini muncul... satu titik noda itu malah m
***“Saya sudah tahu masalahnya dan juga masalah Sensei sudah menjadi isue publik saat ini.” Fatih menatap pria yang dihadapannya dengan prihatin.“Iya, dan saat ini pihak kampus pun meminta saya untuk cuti mengajar dan saya harus menyelesaikan masalah saya. Jika saya bisa membuktikan kalau saya tidak bersalah, maka saya bisa kembali mengajar, dan kamu tahu berapa hari yang mereka minta?”Fatih menggelengkan kepalanya.“Besok dan sampai saat ini saya belum bisa membuktikan kalau apa yang dituduhkan itu fitnah. Banyak orang yang meninggalkan saya dan saat ini mereka seperti menjauh, termasuk keluarga saya hanya karena fitnah ini.”“Bagaimana dengan istri Sensei?”Yamazaki tersenyum tipis. “Dia... saya tidak mau menganggunya dulu. Saya ingin memberikan sedikit waktu untuknya. Saya harap dia percaya pada saya, suaminya. Saya hanya ingin Allah menyentuh hatinya agar dia tida
***"Sayang, kamu percaya padaku, kan? Suamimu?Gadis mematung, matanya terasa kosong. Saat ini lidahnya terasa kelu untuk menjawabnya dan pikirannya pun berkecamuk." Huhuhu... " Haruka menangis sesenggukan sembari menutup sebagian tubuhnya dengan kedua tangannya.Semuanya pun tersadar, lalu Fumie membawa selimut dan menutupi tubuh polos wanita itu. Jelas sekali, di matanya menyimpan banyak kecewa."Bi... Bi... Maafkan aku... Aku... Aku... " Wanita itu mengatakannya dengan terbata-bata.Fumie menghela napas, dia malah bertanya. "Dimana bajumu?"Haruka langsung menunjuk ke arah ranjang. Lalu, Fumie melihatnya dan membawa baju Haruka. "Kamu pakai lagi, masuk lah ke kamar mandi dan kita pulang bersama."Haruka hanya mengangguk pasrah dan dia pun hanya menunduk.Di sisi lain, Yamazaki mematung di tempatnya, kedua matanya masih tertuju pada Gadis yang masih saja diam dengan tatapan kosong.Plak!Sebuah tamparan mendarat dengan mulus
***Dua jam yang lalu...Haruka menatap kosong Yamazaki yang sudah berbaring di atas kasur. Selama hampir satu jam, posisinya masih tetap duduk menatap pria itu. Dia memang sudah gila, merencanakan sandiwara dan jebakan ini dengan apik. Bahkan Haruka tak tanggung-tanggung membayar mahal untuk orang-orang yang terlibat dengan sandiwara yang dia lakukan.Posisi Haruka terjepit, dia tidak tahu lagi cara bagaimana agar dirinya bisa jadi milik pria itu. Dulu adalah kesalahannya, mengalah dan merelakan pria yang sangat dicintainya direbut oleh saudari kembarnya sendiri.Saat ini, dia tidak mau mengalah. Dia tidak mau ikhlas dan melepaskan lagi. Sudah cukup dia merasakan penyesalan luar biasa di hidupnya dulu. Saat ini dia tidak jahat, kan? Haruka tidak berniat untuk memisahkan Yamazaki dengan Gadis, dia hanya ingin menjadi salah satu bagian dari keduanya. Seharusnya tidak apa-apa, bukan?Haruka tersenyum menatap pria itu, lalu dia melihat
***Setelah selesai acara, Yamazaki langsung kembali ke ryokan. Ryokan adalah penginapan tradisional Jepang yang menakjubkan. Yamazaki memang sengaja memesan ryokan karena Gadis lebih senang menginap di sana daripada hotel. Dan sebenarnya saat ini dia diam-diam sedang memberi kejutan pada Gadis untuk merayakan empat tahun pernikahan mereka lusa. Yamazaki sengaja melarang Gadis ikut ke Kyoto karena ingin menyiapkan segalanya. Dia tidak boleh gagal lagi tahun ini karena saat tahun ketiga mereka menikah, Gadis langsung tahu kalau dia dulu telah menyiapkan kejutan. Tahun keempat ini ingin sekali merayakannya dengan cara yang indah. Tahun keempat, Yamazaki hanya ingin membuang sisa kesedihan di hati Gadis karena istrinya itu masih memikirkan kalau rumah tangga mereka belum juga dikarunia seorang anak.Yamazaki memilh Ryokan di Hoshinoya Kyoto. Hoshinoya adalah ryokan yang ada di tepi sungai Oigawara di kaki Gunung Arashiyama. Untuk bisa datang ke sini harus menaiki perahu d
***“Yamazaki kemana?” tanya Putri.“Oh, dia sedang ada tugas di Kyoto.”“Kamu nggak ikut, Nak?”Gadis menggelengkan kepalanya. “Tidak, Bu. Ini ada acara dari kekaisaran Jepang dan Yamazaki diundang secara khusus.”“Ah, iya. Suamimu itu kan salah satu aset Jepang dan juga kebanggaan dari negaranya,” puji Putri.Tiba-tiba Gadis ingat sesuatu tentang masalah Dhea yang mencoba meracuni Devano. “Ma, tadi Mesya cerita padaku kalau Dhea ada masalah, ya?”“Ah, iya. Nak. Dhea... saat ini dia sedang ada di kantor polisi. Dia ditahan karena percobaan pembunuhan pada Devano. Alhamdulillah... keadaan Devano sudah berangsur membaik dan saat ini sudah sadarkan diri. Ibu dan ayahmu besok Insya Allah mau jenguk.”“Astaghfirullah... Gadis juga terkejut saat Mesya cerita masalah Dhea. Gadis tidak menyangka kalau Dhea bisa sampai g
***Satu bulan telah berlalu...Haruka sudah pulih, dan anaknya pun sudah sehat. Dan selama itu juga tidak ada komunikasi dari Haruka pada keluarga Yamazaki. Dan seminggu itu membuat hati Yamazaki menjadi tenang karena tidak adanya desakan dari Haruka maupun Fumiko.Sedangkan Gadis, dia masih bimbang karena dia merasa akan ada rencana yang dipikirkan oleh Haruka padanya. Dia pun mencoba menenangkan hatinya, apalagi saat ini dia diminta Haruka untuk bertemu. Awalnya Gadis menolak, tapi akhirnya dia berubah pikiran karena penasaran apa yang ingin Haruka bicarakan padanya.“Oke. Aku ingin tahu apa yang nanti akan kamu lakukan untuk mengusik rumah tanggaku,” gumam Gadis. Lalu, dia meminum teh hangat untuk menenangkan hatinya.Tak menunggu lama, sosok wanita itu muncul di hadapan Gadis. Wajah Haruka terlihat lebih tirus dan juga kelelahan, mungkin wanita itu begadang karena mempunyai seorang bayi.“Maaf, aku datang sedi