Pernikahan Kedua Bab 16Kemarahan Ayah NirmalaPov RiriHeran dengan Mas Tama dan Ibunya, apa mereka tak malu meminta rujuk padaku? Aneh sekali, bahkan dia tak peduli pada Nirmala yang sudah hamil. Dasar! Manusia tamak."Papa senang, Kamu menolaknya. Laki-laki seperti itu tak baik dijadikan suami. Papa tau, mereka itu kesini karena sudah tau kalau Kamu itu anak papa." Benar memang, tak salah lagi apa yang di katakan papa barusan."Sudah menghamili anak orang kok, bisa-bisanya minta rujuk lagi sama, Kamu." Mama ikut menimpali.Tak ada lagi alasan untukku kembali pada Mas Tama. Saatnya aku memikirkan masa depanku sendiri. Surat putusan cerai sudah keluar, tinggal menunggu masa iddah saja. Mas Tama tak hadir di pengadilan, ia hanya mewakilkan pada pengacaranya. Aku langsung ke kantor, kulihat Nirmala sedang Melamun, Risti hari ini izin tidak masuk. Tak ada semangat di wajah cantiknya, Ia tampak lesu dan sedih."Nirmala, Kamu sakit?" Ia langsung menoleh padaku, lalu menggeleng. "K
Pernikahan KeduaDi PenjaraBab 17Pov TamaSialan!Nirmala kenapa secepat ini berubah? Dia menolakku. Awas saja Kamu Nirmala, tak akan ada laki-laki yang sudi menerima wanita rusak sepertimu."Nggak perlu kesal begitu, Tam. Masih banyak wanita diluar sana yang lebih dari dia. Yang terpenting uang kita sudah balik. Ibu justru bersyukur, Tam. Melihat ayahnya sombong sekali, anak sudah rusak kok nggak di izinin nikah." Ibu benar, ayah Nirmala itu yang bodoh."Iya, Bu. Toh kita nggak rugi juga kan?" Aku menimpali. Ibu mengangguk."Sekarang, fokus Kamu untuk Riri saja, pikirkan caranya biar dia balikan sama Kamu.""Ah iya, hampir saja aku lupa, Bu." Aku tersenyum penuh arti. "Kamu kok senyum-senyum sih, abis kesambet apa?" Ibu menatapku heran."Aku sudah punya cara untuk mendapatkan Riri, Bu. Do'akan saja aku berhasil." Doa ibu biasanya pasti mustajab. Lihat saja Nirmala pasti menyesal sudah melepaskan aku. "Pasti, Ibu selalu mendoakan anak-anak ibu." Ibu mengelus kepalaku.Besok aku
Pernikahan Kedua Bab 18Cari KerjaPov AuthorSudah dua hari sejak kejadian itu, Riri tidak masuk ke kantor. Sungguh ia tak menyangka Tama tega melakukan hal sekeji itu. Segitu gilanya mantan suaminya itu pada hartanya. Tama pikir Riri tidak tahu motif yang sebenarnya. Tanpa memikirkan keadaan Nirmala pula. Ceklek"Mama!" sebut Riri. Mamanya datang kekamar melihat keadaannya. "Memarnya sudah hilang?" Sang mama duduk disamping Riri. "Mulai Samar, Ma," jawab Riri. "Syukurlah, Tama memang keterlaluan, bisa-bisanya dia berbuat begitu padamu." Mama masih tampak geram mengingat cerita papa tempo hari padanya. "Riri juga nggak nyangka, karena harta ia nekat menyakiti Riri. Padahal calon istrinya sedang hamil, Ma." Riri pun masih tak habis pikir dengan kelakuan Tama. "Sudahlah, yang terpenting, kalian sudah cerai sekarang." Aku mengangguk. "Boleh mama bicara?" Riri menatap mamanya. Kalau sudah bertanya pasti ini hal yang sensitif. Riri mengangguk siap mendengarkan apa yang akan di
Pernikahan KeduaMenjenguk GilangBab 19Pagi ini Riri akan ke kantor, bersama Papanya. Sudah hampir satu bulan ia berdiam diri dirumah.Selama itu pula ia tak pernah melihat Gilang. Mungkinkah pria itu menyerah karena memang Riri belum memberikan kepastian apapun."Selamat pagi Bu Riri!" sambut Nirmala dan Risti. Mereka kompak berdiri, Risti memegang buket bunga lalu Nirmala membawa kue.Riri tersenyum. "Aduh, kok pake kue segala, nggak ulang tahun loh saya," canda Riri. Hatinya menghangat mendapat sambutan dari bawahannya yang baik. "Untuk menyambut ibu, dan sekaligus merayakan pemindahan kami, Bu." Risti memberikan buketnya pada Riri. Di ikuti Nirmala yang meletakkan kue di atas meja."Oh, ya, Kalian sudah resmi jadi karyawan di kantor pusat?" Riri ikut senang mendengarnya. Keduanya mengangguk senang."Bu! Kami turut prihatin ya, kami udah dengar kejadian yang menimpa ibu," ucap Risti.Riri terdiam, ia menatap ke arah sofa dimana Tama yang ingin melecehkannya waktu itu"Bu Riri,
Pernikahan KeduaTama Tak Tahu MaluBab 20Sudah sebulan Tama kesana kemari mencari pekerjaan, namun tak ada yang menerima. Banyak pekerjaan yang tidak memakai ijazah, tapi Tama enggan mengerjakannya.Serasa turun harga dirinya harus bekerja di luaran, bukan di gedung-gedung bertingkat.Tama sengaja keluar pagi-pagi. Dirumah hanya disuguhi ceramah ibunya, yang membuatnya semakin suntuk.Keluarga mereka semakin berantakan, Mita sekarang lebih banyak mengurung diri setelah aktivitasnya diluar. Rumah itu jarang terisi karena kerap di datangi oleh debt colektor.Pihak bank sudah tak bisa lagi memberikan tenggang waktu. Berulang kali Tama menyuruh ibunya menjual mobilnya untuk menutupi angsuran bank. Ibunya selalu menolak dan menyuruh mobil Tama yang harus dijual. Kini Tama baru paham, ibunya tak sebaik yang ia pikirkan. Tama mengingat Riri yang selalu di jelek-jelekan ibunya. Ternyata semua berbanding terbalik.Menyesal pun percuma, andai dia lebih bisa memahami Riri dulu tentu mereka m
Pernikahan KeduaMengikuti MitaBab 21Sepulang dari kantor Riri mampir di super market membeli beberapa kebutuhannya. Riri memasukkan dua kantong blanjaan di bangku belakang.Riri melajukan mobilnya, terbersit ingin menjenguk Gilang, tapi ada rasa sungkan dihati. Riri membelokan mobilnya, ingin melihat keramaian taman kota. Rasanya sudah lama tak melewati jalan itu.Riri mampir di pedagang makanan yang berjejer di pinggiran taman. Dulu dia sering jajan kesitu bersama Tama. Riri rindu makanan-makanan yang ada disana.Kerak telor, cilok, dan makanan lain nya. Setelah merasa kenyang Riri memutuskan untuk pulang. Waktu maghrib begini jalanan lumayan macet. Riri mengambil jalan alternatif, jalan yang tidak terlalu sering dilewati orang, karena lokasinya.Banyak toko-toko berjejer, tapi kosong. Hari yang hampir gelap membuat Riri sedikit takut, ia melaju dengan kecepatan tinggi.Sekilas ada yang melintas. Riri menoleh kesamping. Seorang wanita diseret paksa oleh dua orang pria berjaket ku
Pernikahan KeduaTertangkapBab 22Kini Riri di ikat sama dengan Mita, mulutnya disumpal dengan lakban hitam, karena Riri selalu memaki mereka. Mita sudah tak berdaya habis dipukul oleh mereka, karena meminta agar Riri di lepaskan.Para preman itu menyeringai puas. Sebentar lagi Bos Bondan akan datang. Uang mereka akan bertambah, sembari menunggu mereka minum dan merokok sambil menjaga dua wanita yang menjadi tawanan mereka.Bondan datang dengan seorang teman nya. Ia langsung memperhatikan Riri dengan seksama. Karena minimnya cahaya dia tak mengenali wajah itu."Bagaimana, Bos? Apa Bos suka?" teman Jarot menaik turunkan alisnya dengan senyum terkembang di bibirnya."Ya ya ya, tak rugi aku mempekerjakan kalian. Berikan uang mereka!" perintah Bondan pada asistennya.Asisten itu segera merogoh sakunya, uang dua gepok masing-masing sepuluh juta kini sudah berpindah tangan pada Jarot dan temannya."Terimakasih, Bos!" ucap mereka bersamaan."Cari sebanyak-banyaknya, maka bonus kalian akan
Peenikahan KeduaMencari BondanBab 23Sebagai seorang teman, Ayu sudah pernah menasihati Mita, tak baik pacaran dengan pria tua dan beristri. Mita tak peduli, karena pacaran dengan sebaya tak seroyal om-om, begitu katanya dulu.Nasi sudah jadi bubur, kesalahan itu berakibat fatal akhirnya. Tak bisa saling menyalahkan, karena ia pun turut memancing hal buruk itu terjadi padanya. Tama pulang dengan raut kecewa dan sedih sekaligus geram. Ia bertekad akan mencari Bondan tak peduli ia kaya atau pun berpengaruh. Tama ingin buat perhitungan. Bila perlu menghabisi pria itu.Sayangnya Ayu tidak begitu mengenal Bondan, dia hanya menyebut namanya saja. Tama mulai mencarinya, menurut ciri-ciri yang di katakan Ayu tadi, dia yakin takkan sulit mengenalinya. Dirumah"Ya ampun Mita, apa yang terjadi, Nak? Kenapa badanmu memar-memar begini?"Mita baru saja selesai mandi, saat hendak mengganti bajunya, Ibunya masuk kedalam kamarnya. Syok melihat luka lebam di bagian belakang tubuh putrinya."Jawab
Pernikahan Kedua (Ending) Semangat Demi AdeliaBab 150Kondisi Adelia benar-benar drop kali ini. Bahkan bobotnya turun drastis, hal itu sangat membuat kedua oran tuanya sedih, terlebih sang mama."Dok, apakah proses kelahiran anak ketigaku bisa di percepat?" Risti mendatangi dokter kandungan langganannya."Bisa saja, Bu. Tapi tentunya harus cesar. Apa ini terkait dengan kesehatan Adelia?" tanya Dokter Tiara.Risti yang bewajah sedih itu mengangguk disertai buliran bening yang turut meluncur di kedua pipinya. Dia mengusap dengan ujung jarinya."Baiklah, akan saya pastikan kapan waktu yang pas," kata Dokter Tiara. Dia, sangat memahami kondisi pasiennya ini sekarang. Tentu tidak mudah untuknya menghadapi ini. "Di usia kehamilan tiga puluh delapan minggu kita akan lakukan operasinya, saya tinggal mempersiapkan harinya saja," lanjut Dokter Tiara. "Baik, Dok. Saya permisi!" Risti pun pergi kembali keruangan dimana putrinya di rawat. "Aku sudah memutuskannya. Dua minggu lagi aku akan me
Pernikahan Kedua Masa Lalu Yang DatangBab 149"Oh ayolah, ini sudah hampir jam masukmu, Sayang!" Risti sedang memegang seragam sekolah Liu yang akan di pakaikan, namun Liu selalu menghindarinya. Entah sudah keberapa kali bujukan ini keluar dari bibir ibu dari dua anak itu."No, mama! Liu mau pindah sekolah saja." Dia menolak dengan tegas. Dia ternyata tidak main-main dengan ucapannya semalam."Kenapa harus pindah?" Risti bertanya lagi apa alasan putranya itu sebenarnya."Miss Sarah genit, dia mau merebut papa dari mama," katanya tegas.Risti yang sedang berdiri memegang baju sekolah Liu itu pun dibuat tak percaya oleh jawaban anaknya. Bisa-bisanya dia berpikir seperti itu.Liu berdiri di atas sofa menghindari sang mama yang sedang memaksanya memakai baju sekolah. Liu kini hanya memakai cd dan kaos tak berlengan saja.Risti mendesah. Anaknya ini memang susah untuk membujuknya. "Lalu apa yang akan Kau lakukan dirumah seharian ini?" Risti bertanya untuk memancingnya lagi."Aku akan
Pernikahan Kedua Jangan Sentuh Papaku! Bab 148Setelah dari rumah sakit keluarga itu langsung menuju mall, untuk menunaikan janji mereka.Adelia dan Liu boleh memilih apa saja untuk mereka dan bermain apa saja. Mereka begitu riang, terutama Liu yang sangat aktiv. Tony harus extra mengawasinya sedangkan Adelia hanya bermain yang ringan saja karena tidak boleh terlalu lelah."Hai Liu tampan!" O ow, semua menoleh ke asal suara sapaan itu terdengar."Oh, Hai Miss Sarah!" balasnya datar. Dia memang suka dibilang tampan, tapi Liu tidak menunjukkannya, dia bersikap seolah sudah dewasa."Kebetulan sekali kita bertemu disini. Oh iya, apa ini Daddymu?" Miss Sarah tak dapat untuk bertanya kala melihat Tony. Dia memang tahu, hanya basa basi saja karena terpesona dengan Tony yang terlihat matang. Meski sudah berusia empat puluham Tony memang terbilang masih macho, kekuatan uang menambah pesonanya."Bukan, dia papaku." Liu menjawab dengan dingin. Miss Sarah tertawa, dia terlalu gemes dengan a
Pernikahan Kedua Mama Takut Papa Akan LariBab 147Tidak terasa waktu terus bergulir. Risti telah melewati trimester pertamanya dan trimester kedua pun akan segera berakhir. Kini kehamilannya sudah berusia enam bulan. Adelia belum pernah lagi di rawat di rumah sakit. Hanya mengkonsumsi obat di rumah secara rutin dan kontrol rutin kepada dokternya yang datang khusus kerumah.Meski banyak drama setiap kali ingin meminum obatnya. Bayangan rumah sakit selalu menjadi momok menakutkan untuknya dan itu menjadi andalan mereka, Adelia akan takut bila dikatakan akan dibawa ke rumah sakit lalu akan meminum obatnya. Hari ini mereka akan melakukan pemeriksaan sekaligus ingin mengetahui jenis kelamin bayi ketiga mereka.Tony sudah tidak sabar ingin segera mengetahuinya. "Kira-kira apa ya Yang?" tanyanya seraya mempersiapkan diri. Dia baru saja selesai mandi dan tubuhnya hanya dibalut handuk saja. Risti duduk di depan meja rias, untuk mempercantik penampilannya. "Apapun itu, aku tidak terlalu p
Pernikahan Kedua Terlalu PosesifBab 146Tidak mudah memang membuat kedua bocah itu mengerti. Segala apapun yang ditawarkan sepanjang perjalanan pulang, tidak ada yang mengena dihati mereka.Di tawarkan ice cream, mainan serta ke taman hiburan, keduanya kompak menggeleng sambil mengerucutkan bibir.Sang papa sampai mengusap wajahnya berulang kali melihat kedua bocahnya yang tidak bisa menerima bahwa mereka akan punya adik.Risti tidak terlalu ambil pusing dia masih bisa tersenyum dan mengusap lengan suaminya. "Udah nggak usah di pikirin, Yang. Biasa itu terjadi, nanti pelan-pelan kita kasih penjelasan pasti ngerti." kata Risti menenangkan suaminya. "Kamu lihat itu bibir maju semua, heran aku, anak siapa sih mereka? Perasaan aku nggak gitu deh Yang," gerutu Tony."Haha, emang Kamu ingat Yang, Kamu pikir aku gitu? Aku ini anak yang baik budi loh waktu kecil, bahkan sampai dewasa?" tanya Risti tak percaya.Tony menggedikkan kedua bahunya.Kini mereka telah sampai dirumah. Kedua anakn
Pernikahan Kedua Astaga Sayang! Bagaimana Ini? Bab 145Tidak ada cara yang bisa membujuk Liu malam itu. Risti menemaninya di kamar bermain sebentar dan membacakan dongeng sebelum Liu tertidur.Risti bangkit dari tempat tidur setelah merasa Liu sudah terlelap. Dia segera beranjak keluar. Harus melihat kondisi putrinya. "Yah, Ras! Aku pergi dulu, kalau Liu bangun sebisa mungkin bujuk dia ya!" ucap Laras. Dia akan menyetir sendiri malam ini karena suaminya sudah pergi sejak tadi."Hati-hati Ris!" pesan ayahnya sebelum Risti berangkat. Liu benar-benar hanya ingin mamanya, bahkan dengan Tony pun dia tidak mau. Dia seperti anak yang takut di tinggalkan oleh sang mama. Tidak butuh waktu yang lama, Risti telah sampai dirumah sakit, dia langsung menuju kamar rawat Adelia. Disitu sudah ada suaminya yang sedang menatap putrinya dalam diam.Dia langsung menghampiri putrinya. "Bagaimana keadaannya, Sayang?" tanyanya sambil menatap wajah lelap Adelia. "Dia gelisah terus, mau tak mau dokter
Pernikahan Kedua Bisakah Aku Menunda Keberangkatanku? Bab 144Regi menolong Selo untuk bangkit dan hal itu di manfaatkan oleh Selo. Sedangkan Regi hanya karena kasihan."Ini terlalu sakit, Om. Bawa aku ke sofa saja!" pintanya. Regi menganggap ini hal biasa, dia pun melakukannya. Menganggap mungkin Selo sedang khilaf tadi.Regi mengangkat tubuh Selo ke depan tepatnya di sofa, Regi meletakkannya perlahan karena khawatir akan menambah rasa sakit Selo nantinya. Saat itu Selo bergerak cepat dan menarik Regi dalam pelukannya, hingga hal serupa terjadi. Selo menahan kepala Regi dengan kedua tangannya.Sedetik kemudia pikiran buruk merasuki Regi, dia terhanyut dan mengikuti keinginan Selomita. Sisi kelelakiannya muncul. Tidak cukup sampai disitu, Selo menuntut untuk lebih lagi, dia menarik tangan Regi menuju sesuatu yang berharga miliknya. Tiba-tiba Regi berdiri dan hal itu membuat Selomita kecewa. Regi menyadari perbuatannya. Dia segera masuk kedalam kamar dan langsung mengunci diri di
Pernikahan Kedua Lebay Banget Kamu SelBab 143Selomita tidak terlihat keluar dari kamarnya sejak Marco menyuruhnya masuk ke dalam kamar. Dia mengurung diri di dalam, dan ini sudah pukul tujuh malam, bahkan dia tidak turun untuk makan malam. Dia teramat takut papanya tidak menyetujuinya menikah dengan Regi.Ah, seandainya itu terjadi, Selomita harus apa? Dia teramat mencintai Regi. Dia tidak akan sanggup jauh dari pria itu. Di usia hampir dua puluh, baru ini dia merasakan ketertarikan dengan lawan jenis dan sayangnya itu Regi adik dari mama sambungnya sendiri. Selo membuka ponselnya, hari ini dia belum bertemu muka dengan pria yang di cintainya itu. Dia akan menghubungi nomornya setidaknya mendengar suaranya saja. Tidak di angkat, hingga lima kali dan yang keenam nomor itu sudah tidak aktiv lagi. Selomita kesal, dia pun menangis. Dia memang terlalu cengeng bila menyangkut masalah dengan pria itu. Kenapa Regi tidak mengangkat telponnya? Atau papanya sudah mengancam Regi? Selomita
Pernikahan Kedua Kau Wanita Luar Biasa, SayangBab 142Hari ini perasaan setiap orang campur aduk. Kekhawatiran akan kondisi Riri, takut terjadi apa-apa yang tidak diinginkan, namun ada rasa syukur atas kesembuhan Gilang.Yah, pria itu telah berjalan kembali. Setelah cukup melatih kakinya agar tidak kaku lagi. Kini dia duduk bersama kedua mertuanya. "Mama panik sekali saat Harsa menghubungi tadi tentang keadaan kalian. Mama benar-benar takut, Lang," ungkap Mama Anita. Tidak di pungkiri bahkan sampai sekarang dia masih syok."Saat itu tidak ada orang dirumah, Ma. Gilang baru saja keluar dari kamar, niatnya mau kasih makan ikan-ikan diluar, biar nggak bosan, tapi suara terjatuh disusul benda-benda lainnya membuat Gilang berputar ke arah dapur." Gilang pun masih merasa takut sekarang. Takut istrinya tidak bisa melewati persalinan ini.Gilang menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Dia menangis dan terisak. Betapa merasa bersalahnya dia sudah mengabaikan istrinya belakangan in