Beranda / Romansa / Pernikahan Kedua Suamiku / Dimulainya Permainan

Share

Dimulainya Permainan

Penulis: Gyuu_Rrn
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-24 16:29:27

"Chandra, apa yang kamu lakukan di sini?" Kali ini Ibu keluar, mengagetkan dua sejoli yang sedang dimabuk cinta.

"Ah, i--itu, Bu, aku akan membelikan Mila dan Ibu hadiah, tapi karena kalian datang kemari, jadinya gagal, deh," bohong Mas Chandra sambil bersikap seolah-olah merasa kecewa. 

Dih! Berani sekali dia berbohong seperti itu. 

"Begitu, ya, jadi kami boleh dong, pilih-pilih tas di sini?" tanya ibu dengan mata berbinar. Sungguh, Ibu benar-benar sangat pintar.

Sementara itu, Dinda yang berdiri di samping Mas Chandra terlihat mati kutu. Mampus kamu Dinda! Ini baru permulaan.

"Tentu saja, pilih-pilih saja. Terserah kalian mau beli yang bagaimana."

"Bu, ini bagus. Kenapa tidak pilih itu saja?" ucap Dinda sambil menyerahkan tas yang ada di tangannya.

Kulihat Ibu tidak menghiraukan Dinda, dia lebih memilih melihat tas tersebut satu persatu. 

"Bu, itu--"

"Ada apa, Chandra? Sudah, Ibu sedang sibuk," jawab ibu dengan nada ketus.

Kembali aku menatap Dinda yang sedang memainkan bola mata, tapi saat dia menyadari tatapanku, dia bersikap seperti biasa lagi. 

"Ibu, mau pilih yang itu, gak?" Dinda menghampiri ibu, menggandeng tangannya secara tiba-tiba. 

Mungkin, dulu ibu menganggapmu anak, Dinda. Tapi, aku pikir tidak dengan sekarang.

Tentu saja ibu kaget, dia bahkan sampai menatap Dinda tajam. Kemudian, hal yang tidak disangka-sangka terjadi, ibu langsung menghempaskan tangan Dinda dengan kasar.

"Apaan, sih! So, akrab banget," ucap ibu tak kalah ketus, dia langsung menghampiriku. "Nak, itu bagus. Ibu, mau itu, ya."

"Iya, Bu. Aku juga pengen yang di sebelahnya."

Dari sudut mata, kulihat Dinda sempat menatapku sinis. Mungkin dia syirik, perlakuan Ibu padanya sedikit berbeda.

"Kok, belinya banyak banget, sih?" gerutu Mas Chandra sambil menatap ibu dan aku secara bergantian. Saat kamu sama-sama menenteng tiga buah tas mahal.

"Ya, gak papa, dong. 'Kan, kamu bekerja untuk kami, dari pada nanti tidak dipakai dan malah tergoda wanita apa tuh, ibu lupa namanya, Mila." Ibu melirikku yang sedang mengarahkan pandangan ke berbagai arah.

"Pelakor, Bu. Artinya perebut suami orang."

Ibu langsung manggut-manggut ketika mendengar jawabanku. 

"Benar! 'Kan bahaya. Mana banyak berkeliaran di mana-mana tuh wanita gak tahu diri." Ibu sengaja menekankan ucapannya diakhir kalimat.

Seperti mendapat pukulan telak, Dinda langsung menunduk dalam sambil memainkan kakinya. Baru beberapa detik kemudian, dia kembali mendongak. Bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun.

Sontak, aku langsung tercengang ketika melihat tingkahnya. Memang benar, wanita itu urat malunya sudah putus. 

"Chandra! Mana ATM-mu, Ibu mau bayar tas," tambah Ibu sambil menengadahkan tangannya di depan Mas Chandra.  

Hanya dalam hitungan detik, uang Mas Chandra lenyap begitu saja. Ibu sengaja tidak kembali memberikan ATM itu padanya melainkan padaku.

"Terima kasih." Ibu menyerahkan tas itu pada Mas Chandra. "Bawain, ya!"

Tanpa diduga-duga, ibu langsung menarik tangan Mas Chandra. Tapi, belum sempat kami kembali melangkah, ibu menoleh ke arah Dinda yang masih mematung.

"Dinda, nanti malam aku ingin mengajakmu makan malam di rumah kami. Bukan tanpa alasan, tapi karena kamu adalah adik sahabatku, jadi tidak ada salahnya jika aku mengundangmu ke acara Anniversary pernikahanku dengan Mas Chandra," ucapku saat melihat Dinda masih terdiam di dalam toko, wajahnya terlihat masam.

"Oh iya, jangan lupa bawa suamimu, ya! Perkenalkan pada kami," tambah Ibu dengan intonasi tinggi.

***

Setelah mengajak berkeliling mall dan belanja beberapa barang lainnya, akhirnya aku memilih untuk pulang. Selama itu juga, Mas Chandra tidak banyak bicara. Mungkin dia kesal, karena gagal memberikan hadiah pada sang pujaan hati.

"Bu, sudah pesan makanan belum?" tanyaku pada ibu, sementara itu Mas Chandra yang duduk di sampingku fokus mengendarai kendaraan..

"Tenang saja! Kamu jangan pikirkan apapun," balas Ibu dengan santainya. "Ah, Ibu benar-benar penasaran dengan suami Dinda. Dia tidak tahu diri, setelah Ibu membantunya, dia malah tidak mengundang Ibu pada acara pernikahannya."

"Memangnya, Ibu tahu dari mana Dinda sudah menikah?" Akhirnya suara yang ditunggu-tunggu pun terdengar.

"Sosial medianyalah," jawab Ibu sedikit judes.

"Mas, mau minum, gak?" tawarku sambil menyodorkan sebotol air mineral. "Tumben, wajah kamu pucat banget. Sakit, ya, Mas?"

"Tidak, Sayang. Mungkin aku masuk angin, Mil."

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu kembali menyimpan botol air mineral ke dasbor mobil, kemudian kembali sibuk pada gawai.

"Eh, kok, Dinda unggah foto di sosial media, captionnya berbunyi, kalau dia kesal sama dua orang perempuan." Aku menoleh ke Ibu dengan mata sedikit menyipit.

"Mungkin, itu captionnya iseng aja, Sayang," ucap Mas Chandra pelan.

"Halah, iseng apaan. Paling tuh cewek cari sensasi aja, biar banyak yang kasian gitu sama dia." Akhir-akhir ini, ucapan Ibu lebih pedas dari cabe rawit. 

"Apa jangan-jangan, itu maksudnya ke aku sama Ibu, ya?" 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
mati kutu tuh si candra
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pernikahan Kedua Suamiku   Pesta Anniversary

    Aku benar-benar tidak menduga akan rencana Ibu. Bahkan, akupun lupa jika hari ini adalah anniversary pernikahan kami. Mungkin, karena aku terlalu kecewa dengan Mas Chandra, sehingga tidak memperdulikan hal itu lagi.Saat mobil kami tiba di depan rumah, seketika aku langsung tercengang ketika melihat dekorasi rumah yang cukup mewah. Aku tidak menyangka, hanya dalam hitungan jam saja, para orang-orang suruhan Ibu sudah melaksanakan tugasnya dengan cukup baik.Kulirik Mas Chandra sekilas, laki-laki itu pun memperlihatkan ekspresi yang sama. Mungkin dia tidak menyangka, aku akan mempersiapkan hal seperti ini.Ya, tentu saja aku bisa! Setelah mengetahui perselingkuhan Mas Chandra dengan Dinda, aku semakin tidak bisa menahan diri. Aku tidak ikhlas, jika uang hasil jerih payah suamiku, di pakai poya-poya oleh orang lain selain istri dan keluarganya."Mas, kamu suka kejutan dariku dan ibu, 'kan?" Kulirik Ibu

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-24
  • Pernikahan Kedua Suamiku   Akting Kalian Kurang Bagus

    "Aku ikut, ya!" Sengaja aku menggandeng Mas Chandra dengan erat. Memperlihatkan kemesraanku pada Dinda."Iya, Sayang.""Bram, apa kabar?" sapa Mas Chandra pada seorang laki-laki yang diperkirakan seumuran dengannya."Baik, Dra." Laki-laki bernama Bram itu menatapku dari bawah hingga atas, membuatku sedikit risih. "Istrimu yang?" tanyanya dengan eskpresi sedikit terkejut.Ah, jadi dia yang bernama Bram. Aku ingat itu. Aku berpura-pura tidak mendengar pertanyaan Bram yang di ajukan pada Mas Chandra."Dia istriku satu-satunya," jawab Mas Chandra dengan cepat. Peringgainya tiba-tiba berubah, bahkan dia sampai terpejam dalam waktu yang cukup lama.Seperti baru menyadari situasi, Bram mengangguk cepat, dia menggaruk tengkuknya. "Ah, i-iya. Hai salam kenal, aku Bram."Ragu-ragu aku menjabat tangannya. "Mila.""Mas, kenapa di

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-24
  • Pernikahan Kedua Suamiku   Berujung ricuh

    Kuseret kakiku untuk segera menjauh dari tempat tersebut, sebelum hal yang lebih menyakitkan terlihat."Sayang, kamu dari mana?" Ibu segera menghampiriku yang tengah berjalan dari arah lain."Lihat, Bu." Aku menghidupkan gawai, lalu memperlihatkan video yang sempat aku rekam.Seketika, wajah Ibu langsung memerah, rahangnya mengeras. "Ini, tidak bisa dibiarkan, Mila."Ibu segera merongoh ponsel dari tas kecilnya dan menempelkan benda persegi itu di telinga."Halo, bagaimana urusan kantor, apa sudah selesai?"Aku tidak tahu Ibu menelpon siapa, namun yang pasti dia terlihat mengangguk selama beberapa saat."Bagus! Pastikan Chandra tidak mengetahui hal ini terlebih dahulu." Ibu menoleh ke arahku, bibirnya menyunggingkan senyuman. "Ya, benar. Kamu memang bisa di percaya.""Bagaimana, Bu?" tanyaku pada Ibu yang kembali memasukan ponsel berlogo apel ke tas mewahnya."Beres!" Ibu mengacungkan jempol. "Ayo! Acaranya inti akan segera di mulai. Tapi, sebelumnya kamu ingat 'kan, Nak, apa yang haru

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • Pernikahan Kedua Suamiku   Arisan

    Hampir semua ibu-ibu sosialita sudah berkumpul di rumahku. Dari pakaiannya saja, aku sudah bisa menebak, jika mereka bukan dari kalangan biasa saja. Perhiasan, hingga barang-barang bernilai jutaan rupiah melekat di tubuh mereka. Maka tidak heran, jika baru sampai saja, sudah saling memamerkan kekayaan masing-masing. "Eh, kalian tahu, gak? Katanya si Dinda mau ikut arisan, loh." Seketika aku langsung menoleh, saat secara tidak sengaja mendengar nama Dinda. Aku tidak menyangka, jika kulit wajahnya benar-benar tebal. "Beneran? Ih, jijik banget tau gak Jeng. Gak mau deket-deket aku sama dia, takut," tambah ibu-ibu yang lainnya. Ibu-ibu yang awalnya saling pamer harta, seketika langsung terdiam. Mereka langsung nimbrung, ketika membahas soal Dinda. Apa kataku kemarin, sepertinya Dinda tidak akan tahan hidup lama-lama di sini. Rasakan, Dinda! Julitan ibu-ibu lebih kejam dari apapun. "Eh, katanya lagi Bu Dea udah gugat cerai Pak Bram, loh." "Seriusan? Bagus, lah! Laki-laki kayak gitu

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-12
  • Pernikahan Kedua Suamiku   Kecelakaan

    "Ada apa, Mila?" Aku menoleh ke arah Ibu yang nampak kaget. "Mas Chandra kecelakaan, Bu." "Sri ... Sri," teriak Ibu dengan cukup nyaring. Dari arah dapur, datang seorang wanita paruh baya memakai daster batik. " Bi Ani, Tolong bilang ke Sri, jaga Faris sampai saya dan Mila kembali. Jangan khawatirkan soal upah." "Baik, Nyonya." "Aku tunggu di depan," ucapku pada Ibu, setelah sebelumnya menyambar dompet yang tergeletak di meja. "Panggil Pak Asep!" perintaku pada seorang satpam yang sedang duduk di teras. Tidak beberapa lama kemudian, seorang pria datang dengan tergopoh-gopoh. "Ada apa, Bu?" "Cepat, Panaskan mobil! Kita akan segera pergi ke rumah sakit." "Baik, Bu." Kutarik napas dalam selama beberapa kali, lalu menjatuhkan bokong di salah satu kursi kayu yang tertata dengan cukup rapih di teras. Keningku terasa berdenyut, jantung berdegup cukup kencang. Beberapa kali aku memijat pelipis sambil menunduk dalam. "Mila, cepat berangkat!" Aku mendongak, lalu segera bangkit, mengik

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Pernikahan Kedua Suamiku   Tidak Tahu Diri

    "Mas, ngapain Dinda ada sama kamu?" Mas Chandra yang sedang duduk di kursi penumpang, sepertinya sedikit tersentak dengan kedatanganku yang secara tiba-tiba. "A-aku mau nganter Din--" "Nganter Dinda ke mana?" tanyaku sambil melotot saat mendengar Mas Chandra gugup. "Ke hotel atau vila?" "Mila! Ngapain kamu ngomong begitu? Suami kena musibah, bukannya dirawat baik-baik, malah diomelin," gerutu Mas Chandra sambil beralih menatap ke luar jendela mobil. "Karma," celetukku tiba-tiba. "Apa?! Memangnya aku sudah lakuin kejahatan apa sama kamu?" Sontak, aku langsung menatap Mas Chandra sambil mengangkat kedua alisku. Apa aku tidak salah dengar atau memang dia yang tidak sadar diri. Ah, tapi menurut perkataan orang-orang juga, mana ada maling mau ngaku. Bisa-bisa di gebukin tuh dan itu sama halnya dengan Mas Chandra. Mana mau dia ngaku, suka nikah lagi dengan Dinda. Bisa-bisa reputasinya hilang. Tapi, memang hal itu akan segera terjadi, tinggal menunggu waktu saja. "Sudah beres, Bu?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Pernikahan Kedua Suamiku   Menemui Keluarga Dinda

    "Apa kabar Bu Aeni dan Pak Joko." Sontak, dua orang pria dan wanita paruh baya yang sedang memunggungi kami langsung menoleh. Mata keduanya nampak terbelalak saat melihat kedatangan kami bertiga. Di kejauhan, kulihat Dinda sedang duduk di atas kursi roda, di bawah terik matahari. Dia yang awalnya terpejam, ikut menoleh saat menyadari kedatangan kami. "Ba-baik, Bu. Ibu Rina bagaimana?" Bu Aeni--ibu Dinda terlihat hendak menyalami ibuku. Tapi, ibu dengan cepat langsung menyilangkan tangannya di dada. "Seperti yang kalian lihat," jawab Ibu simpel. Bu Aeni nampak begitu canggung, sesekali dia terlihat menatap Mas Chandra yang menunduk tepat di sampingku. Baru beberapa saat kemudian, matanya melebar sempurna, mulutnya terbuka lebar ketika melihat perutku yang nampak besar. Ibu sengaja menyuruhku memakai daster yang tidak terlalu longgar. "Non Mila, hamil?" pertanyaan itu akhirnya lolos juga dari mulutnya. Membuat Pak Joko yang berdiri di samping Bu Aeni menatap tidak percaya ke arahk

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Pernikahan Kedua Suamiku   Jebakan Kami

    "Nanti malam, tolong ambil dompet, perhiasan dan kunci mobil milikku yang ada di laci dekat ranjang," ucapku dengan nada rendah kepada seseorang melalui sambungan telepon. "Baik, Bu," jawabku cepat. Aku mengangguk pelan, satu sudut bibirku terangkat. "Bagus! Kamu dan temanmu tidak usah khawatir akan tertangkap, karena kami sudah mengatur semuanya." Aku terdiam sejenak, mendengarkan derap langkah yang semakin mendekat. "Ingat! Ikuti rute yang aku arahkan." Segera kumatikan sambungan telepon. Lalu, mengarahkan jari ke salah satu aplikasi berjualan online, berpura-pura menggulir layar, memperhatikan satu-persatu barang yang sebenarnya tidak aku butuhkan. Aku berpura-pura tetap diam, saat pintu kamar terbuka, menampilkan seorang yang memang ingin aku hindari. "Sayang, sedang apa?" Mas Chandra mendekat, merebahkan diri di sampingku. Dia nampak sedikit mengintip layar ponselku. "Mau belanja online, Mas," jawabku tanpa mengalihkan sedikitpun pandangan dari layar ponsel. "Tumben, meman

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20

Bab terbaru

  • Pernikahan Kedua Suamiku   Aku Menerimamu

    Tidak di rasa, percakapanku dengan kedua orang tua Rama berlanjut dengan sedikit intens, tidak ayal bahkan Om Seto menceritakan bagaimana awal mula dia mengenal Ayahku.Sejujurnya, aku bahkan tidak bisa menahan tangis, ketika Om Seto bercerita tentang kebaikan Ayahku, rasanya aku begitu bangga, meskipun Ayah sudah tiada, tetapi jasa dan perbuatan baiknya masih di ingat oleh orang-orang yang dulu mengenalnya."Semenjak Om dan Tante sibuk bekerja, kadang sampai pergi ke luar negeri selama beberapa tahun, kami sudah tidak pernah berkomunikasi lagi dan sekarang Om tidak menyangka, akan bertemu dengan putri dari teman baik, Om, dulu.""Saya juga tidak menyangka, akan bertemu dengan teman baik, Ayah."Om Seto tersenyum lebar, dia menyandarkan punggungnya pad kursi."Pertemuan ini benar-benar mengejutkan, seketika saja Om kembali teringat dengan janji semasa kuliah dulu."

  • Pernikahan Kedua Suamiku   Sikap Baik Orangtua Rama

    Sebenarnya aku tidak mengerti dengan apa yang Ibu rencanakan, masalahnya aku dan Mas Chandra belum resmi bercerai, jadi aku sedikit malu jika harus bertemu dengan keluarga Rama.Takutnya mereka berpikir, jika aku sengaja mendekati anaknya yang masih melajang, karena sebentar lagi statusku berubah."Mil, kenapa wajahnya di tekuk seperti itu. Ada masalah?"Kebetulan karena malam ini hujan, jadinya aku terlalu sibuk mendengarkan suara rintikannya."Tidak ada, aku baik-baik saja."Sengaja aku tidak berkata yang sebenarnya pada Rama, karena memang tidak mungkin aku jujur padanya, jika aku sedikit tidak enak jika bertemu kedua orangtuanya.Tidak terasa, mobil yang di kendarai Rama mulai memasuki pekarangan rumah yang cukup luas. Aku tidak tahu, jika Rama memiliki rumah semewah ini.Perlahan aku keluar dari mobil, mematung di s

  • Pernikahan Kedua Suamiku   Rencana Makan Malam

    "Mau apa kalian ke sini?"Aku yang sedang asyik memainkan ponsel, lantas menoleh. Hari ini di rumah, hanya ada aku dan Ibu, sementara Faris pergi menginap dari kemarin dan sampai hari ini belum ada tanda-tanda dia akan segera pulang."Pergi! Untuk apa kalian menginjakkan kaki di sini."Mendengar Ibu yang terus berteriak, aku langsung menyimpan ponsel di atas meja dan segera bergegas keluar rumah.Kondisi Ibu memang belum sepenuhnya pulih. Lusa, Rama datang ke sini dan memeriksa kesehatan Ibu. Katanya Ibu hanya banyak pikiran dan kecapean saja, jadinya penyakit darah tingginya ikut kumat.Seketika aku langsung merasa bersalah pada Ibu, karena gara-gara aku, kondisinya jadi memburuk seperti itu."Bu, ada apa?" tanyaku dari ambang pintu, saat melihat Ibu sedang berdiri di depan pagar.Aku sedikit menyipit, ketika meli

  • Pernikahan Kedua Suamiku   Maafkan, Ibu, Nak

    "Mil, barusan siapa? Kayaknya itu bukan mobil Rama." Ibu yang baru saja pulang dari supermarket lantas langsung bertanya."Bram."Seketika Ibu langsung terbelalak saat mendengar ucapanku. "Apa! Untuk apa dia datang kemari? Mila, kamu tidak apa-apa, 'kan. Maksud ibu, dia tidak melakukan tindak kejahatan seperti waktu itu.""Tidak, Bu. Bram datang untuk meminta maaf."Ibu yang sedang berdiri, segera menghempaskan tubuh ke atas sopa. Hembusan napas berat terdengar, dia beberapa melirikku yang masih mematung."Rasanya Ibu tidak ingin percaya padamu. Tapi ... ah, yasudahlah syukur jika dia tidak melakukan kejahatan padamu."Seketika aku langsung menyunggingkan senyuman sambil menghampiri Ibu yang wajahnya nampak masam.Tanpa basa-basi, aku langsung memeluk tubuh wanita yang sudah melahirkanku sampai bertaruh nyawa. Wanita paruh baya yang

  • Pernikahan Kedua Suamiku   Obrolan Panjang

    "Bram! Apa yang membawamu datang kemari?" tanyaku pada sosok pria berkemeja biru dongker yang di padukan langsung dengan celana jeans hitam. "Tidak ada. Aku ... hanya ingin berkunjung saja." Aku mengangguk pelan, lalu segera mempersilahkan Bram masuk. Sebenarnya, aku sedikit takut dengannya, takut dia merencanakan hal buruk seperti beberapa saat yang lalu. Seperti menyadari ketakutanku, Bram langsung berkata, "Tidak usah takut atau canggung denganku. Aku kemari untuk meminta maaf padamu soal kejadian yang telah menimpamu." Aku sempat terdiam selama beberapa saat, sebenarnya aku masih marah dan kesal dengannya. Bagaimana bisa, Bram bertindak gila seperti itu, ditambah lagi posisiku saat itu sedang mengandung. Jika di pikirkan kembali, ingin sekali rasanya aku mencabik wajah dan mulutnya yang seenak jidatnya meminta maaf, padahal tindakannya sudah hampir mengancam n

  • Pernikahan Kedua Suamiku   Rama

    "Rama, kapan kamu datang?" tanyaku pada sosok dokter muda yang tengah mengobrol dengan Ibu di ruang tengah. Penampilannya memang tidak jauh berbeda dari biasanya, tetap sama.Tampan dan menawan."Mungkin setengah jam yang lalu," jawab Rama sambil menoleh ke arahku, tidak lupa kedua sudut bibirnya ikut tertarik ke atas, membentuk sebuah senyuman.Aku menghampiri keduanya, lalu duduk tepat di hadapan Rama. "Ah, begitu. Maaf, aku baru sempat menemuimu sekarang. Tadi, aku harus mengurus Faris terlebih dahulu.""Tidak apa-apa, Mila. Aku paham keadaanmu. Tapi, Faris di mana? Kenapa dia tidak kelihatan." Rama nampak celingak-celinguk, memperhatikan seisi ruangan."Faris sedang bermain sepeda-sepedaan di taman belakang. Kamu mau menemuinya?""Tentu saja." Entah hanya penglihatanku saja atau bukan, tapi Rama nampak begitu berbinar. "Tan, saya permisi dulu, ya!"

  • Pernikahan Kedua Suamiku   Pertemuan Tak Terduga

    "Mila, apa yang kamu lakukan padaku. Mila, cepat kembalikan semua milikku." Laki-laki yang tidak lain adalah Mas Chandra, langsung meraih tanganku menggenggamnya dengan cukup erat. "Milikmu apa? Coba jelaskan padaku." Aku menatapnya dengan cukup tajam, tidak peduli dengan Mas Chandra yang terus memelas sambil memohon-mohon padaku. "Ayah, kerja di sini? Kenapa Ayah gak pernah mau ketemu lagi sama Faris?" Aku yang awalnya sempat bersitegang dengan Mas Chandra, langsung menoleh ke arah Faris yang duduk di samping Ibu. Sebisa mungkin, Ibu nampaknya mengalihkan perhatian Faris dari Ayahnya, tapi sayangnya itu tidak berhasil. "Nak, maafkan Ayah. Tapi, Ayah janji, Ayah akan pulang." Mas Chandra menghampiri Faris, memeluknya dengan cukup erat. Hampir saja aku luluh, apalagi ketika melihat Faris begitu merindukan Ayahnya, tapi ketika mengingat kembali perbuatan buruk yang telah

  • Pernikahan Kedua Suamiku   Menemui Dinda

    Sudah satu bulan semejak kejadian tersebut, tidak banyak yang berubah dariku, hanya saja aku masih sedikit agak terpuruk.Namun, di sisi lain aku berusaha untuk tetap kuat dan tegar, karena bagaimanapun itu aku masih memiliki Faris, anak laki-lakiku yang harus aku urus dengan begitu baik."Bu, kita jadi menemui Dinda di tahanan?" tanyaku pada Ibu yang terlihat sibuk membolak-balikkan halaman majalah.Seketika Ibu langsung menoleh, setelah sebelumnya menghentikan pergerakan tangannya, saat aku mendaratkan bokong tepat di sampingnya. "Kamu yakin ini menemui Dinda kali ini?"Aku mengangguk pelan. "Tentu saja! Aku sudah siap sekarang. Aku--" tanpa terasa, mataku sedikit memanas. "Ingin menemui pembunuh dari anakku."Ibu sempat terdiam saat mendengar penuturannya. Hingga hembusan napas berat terdengar."Baiklah, kamu siap-siap dulu. Ibu tunggu di

  • Pernikahan Kedua Suamiku   Keguguran

    "Aku tidak mau pergi dari rumah ini! Lagipula, ini adalah rumah yang suamiku belikan untukku," pekik Dinda sambil berbalik, dia menatapku tajam, tangannya terkepal kuat."Maaf, sebelumnya ada kesalahan. Suamimu tidak membelikannya, tapi mencicilnya." Sontak saja, wajah Dinda dan kedua orangtuanya langsung memerah padam setelah mendengar sindiran Ibu.Dinda segera menghampaskan tangan pria yang mencengkramnya, dia kembali berlari masuk ke halaman rumah dan tanpa di duga-duga, dia langsung mendorong tubuhku hingga perutku jatuh mengenai sisi teras."Ah, tolong." Aku meringis sambil memegang perut yang terasa begitu sakit."Mila!" pekik Ibu yang berada tepat di sampingku.Aku berusaha bangkit, di bantu oleh Bang Chandra dan Beberapa warga lainnya. Seketika aku langsung mematung, mulutku terbuka lebar, saat melihat cairan kental berwarna merah meluncur membasahi betisku.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status