Share

Satu Untuk Istriku

Penulis: JolaSky
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-03 22:00:55

“Pak Angga, kau darimana saja?”

Angga baru saja masuk ke area ruang tamu rumahnya dan pertanyaan Chris menjadi sambutan atas kedatangannya.

Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan, pukul sepuluh malam dan kedua matanya masih betah terjaga setelah berkendara mengelilingi kota.

“Mencari udara segar. Kenapa kau masih di sini?” Angga bertanya balik. “Bukankah jam kerjamu sudah berakhir tiga jam lalu?”

“Kau tidak menjawab pertanyaanku, pak. Hari ini kau menghilang begitu saja tanpa kabar.” Chris terlihat frustasi. Pria itu mengikuti langkah Angga menuju ruang kerjanya. Sudah larut malam pun Ambisi Angga untuk bekerja masih berkobar.

Tidak ada pelampiasan lain dari penuhnya kepala yang diisi oleh bayangan sang istri. Menenggelamkan diri pada tumpukan dokumen dan menghadiri rapat-rapat penting adalah upaya Angga untuk mengurangi sakit di dada.

Sakit jantungnya tidak seberapa mematikan dibandingkan sakit hati karena kehilangan sang istri.

Angga duduk di kursi kebesarannya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Ilusi

    “Sayang, aku sudah membuatkanmu sup buntut. Lihatlah, penampilannya menggugah selera, bukan?” Chris duduk di kursi salah satu sisi meja makan. Ia menelan salivanya dengan berat. Pemandangan di depannya membuat Chris mematung tak menyangka.Ia hendak menyuap kembali sesendok nasi lengkap dengan sup buntut ketika seseorang di sampingnya bersuara. Ya, Angga. Pria itu terlihat asik bermonolog ke arah kursi kosong di seberangnya. Perlu beberapa kali bagi Chris mengucek kedua matanya saat melihat pemandangan memiluka itu. “Bagaimana? Enak tidak?” kata Angga lagi pada satu titik yang sama. Lidah Chris kelu, kata-kata yang menumpuk di kepalanya tidak ada satupun yang terungkap. Matanya masih awas memantau gelagat aneh bosnya. Entah apa yang terjadi dengan pria itu setelah menghilangkan jejak seharian ini. Puas bermonolog, Angga beralih pada Chris di sampingnya. Gerakan kepala Angga perlahan memutar dan berhenti tepat di depan wajah Chris. Sorot mata Angga kosong, dengan serabut merah ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Di Ujung Jurang

    Nova kalah dengan tekadnya sendiri. Apalagi ketika Chris melayangkan permohonan berkali-berkali bahkan rela bersimpuh di hadapan Nova. Disinilah Nova berada sekarang. Bagaikan dejavu, Nova dibawa kembali pada situasi dimana dirinya dikelilingi oleh sekelompok orang yang memandangnya rendah. “Eomma, aku sudah membawanya kemari. Kau harus mengenalnya dulu.” Mark tidak memberi jarak sedikitpun pada Nova yang berdiri di belakangnya. Pria itu nampaknya benar-benar menepati janjinya untuk membuat keluarganya yakin akan hubungan mereka.Ya, pada akhirnya Nova luluh dengan permohonan maaf Mark beberapa hari lalu. Tentunya, dengan beberapa kesepakatan yang sudah disetujui oleh keduanya.Meski bukan yang pertama kalinya Nova akan berhadapan pada keluarga sosialita ini, jantungnya belum bisa berpacu normal apalagi membiasakan diri untuk berbaur dengan situasi saat ini.Seorang wanita paruh baya, dan pria yang duduk di samping wanita itu kompak mengangkat kepalanya. Kedatangan putra mereka bers

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Tanpa Restu

    Suasana di ruang makan seketika berubah hening setelah Mark menyatakan sebuah pernyataan yang mencengangkan banyak pihak. Tidak terkecuali Nova yang duduk di sampingnya. Dahi Nova berkerut heran. Tidak menyangka Mark akan mengucapkan itu disaat mereka telah membuat komitmen untuk menghindarinya. Tidak hanya Nova, kedua orang tua pria itu juga tak kalah terkejut. Namun masing-masing dari mereka memiliki caranya sendiri untuk mengekspresikannya. “Jadi, kamu benar-benar sudah menodai Nova dengan nafsumu, Mark?” tanya papa Mark dengan wajah yang sudah berubah jadi merah padam. Nova khawatir, setelah ini akan terjadi pertumpahan darah antara ayah dan anak. Papa Mark bahkan sampai bangkit dari posisi duduknya. Bersiap untuk melampiaskan emosinya pada sang putra. “I-iya, Appa. Aku kalah dengan nafsuku sendiri hingga menghamili Nova. Tapi kumohon jangan salahkan Nova. Aku yang memaksanya saat itu dan aku gelap mata,” balas Mark panjang lebar. Pria itu nampak tak takut dengan ancaman amar

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Keraguan

    Sepanjang perjalanan pulang menuju apartemen, suasana di dalam mobil yang Nova tumpangi hening. Menatap ke luar jendela mobil, pemandangan kota ternyata jauh lebih indah dibandingkan bayangan masa depannya bersama sosok pria di samping Nova sekarang.Tidak ada yang menjamin pernikahannya dengan Mark berujung bahagia di tengah restu yang tak kunjung terikat di dalam hubungan mereka.Sesuai dugaan Nova sebelumnya. Pertemuan kedua dengan orang tua Mark kali ini akan berakhir sama. Sama-sama merendahkan harga diri Nova. Nova mendesis ketika desakan di perutnya terasa semakin brutal. Kegelisahan yang sedang ia rasakan berdampak pada reaksi janin dalam kandungannya.“Nova, kamu kenapa? Perutmu sakit?” Suasana berubah cair karena pergerakan Nova terlihat tak nyaman. Sambil mengendalikan kemudi mobil, sesekali pandangan Mark beralih pada jalanan dan Nova secara bergantian. Sebelah tangannya terulur mengelus perut buncit Nova. Sekedar memberikan ketenangan pada malaikat kecil yang bersemayam

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Terpesona Tetangga Baru

    Lift membawa Nova bersama sosok pria asing yang tiba-tiba menyapanya. Kernyitan di dahi Nova semakin rapat, berusaha menggilir ulang jejak ingatan pada beberapa momen sebelumnya.“Maaf, apa kamu mengenal saya?” tanyanya. Sudah tahu memori otaknya belakangan ini tidak bekerja cukup baik, Nova masih memaksa ingatannya untuk bekerja lebih keras. Menimbulkan efek pening yang menjalar hingga ke belakang lehernya. Tubuh Nova hampir oleng, kurang istirahat adalah salah satu dari sekian banyak alasan menurunnya imun. Tangan besar di punggungnya sigap menahan, seakan tahu kondisi kesehatan Nova sedang tidak baik-baik saja. “Kamu baik-baik saja?” tanya pria itu. Sorot dari bola mata keabuan miliknya memeluk Nov dengan hawa panas dan dingin secara bergantian. Otot-otot di tubuh Nova seolah kaku saat pandangannya bertemu dengan manik indah di depannya selama beberapa detik–tak kunjung bangkit dari posisi nyaman dalam kurungan bisep kekar itu. Sadar ini salah, Nova lantas menarik tubuhnya. Berp

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Tanda Perkenalan

    Degup jantung berdetak kencang. Buru-buru kunci unit apartemennya dikunci dua kali. Nova membangun dinding pembatas antara dirinya dengan pria yang tinggal disebelah.“Memalukan! Kapan sih kamu tidak bersikap ceroboh, Nova?” Nova merutuki sekian banyak kebodohan yang sudah ia lakukan tadi. Bermonolog sepanjang koridor lantai ini. Membahas hal-hal absurd yang tiba-tiba melintas di pikirannya begitu saja, tanpa tahu kalau di belakangnya, sosok pria yang baru ia kenal mengikuti langkah Nova. Dadanya masih bergemuruh ketika Nova memutuskan untuk membersihkan diri di kamar mandi. Tumpukkan handuk di lemari dirampas salah satunya, dan ditenteng menuju ruangan besar dekat tempat tidur. Guyuran air shower seolah meluruhkan segala pikiran Nova tentang Mario. Pria yang kini hanya dibatasi oleh sekat dinding yang cukup tebal. Bersyukurlah, unit apartemen ini memiliki kualitas yang sangat baik dalam hal memberikan kenyamanan sekaligus melindungi privasi penghuninya.Enyahnya pikiran tentang Mar

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-10
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Flashback

    Kenyataan hidup terlalu kejam hingga Angga hampir tak bisa menyeimbangkan antara realita dan ilusi. Ditinggal sosok yang ia cintai jauh lebih sakit dibandingkan kehilangan keluarga. Menatap nanar pemandangan kota di siang hari. Bersama secangkir kopi panas yang ia bikin dengan mesin kopi otomatis, di sinah Angga berada sekarang. Berdiri tegap di sisi jendela besar yang membatasinya dengan hiruk kota. Pandangan Angga memindai suasana bawah sana, orang-orang sibuk berlalu lalang. Berlomba dengan waktu hanya untuk menikmati udara segar barang sekejap. Sambil menyesap sisa kopinya hingga tandas, Angga menarik ingatannya pada momen awal dimana untuk pertama kalinya, Angga mengenal sosok sang istri. Lima tahun lalu..Semua orang berlomba-lomba untuk menemukan peruntungan dari setiap ketukan pintu lobi. Barisan orang-orang terlihat menatap khawatir ke arah resepsionis di dalam salah satu gedung paling ikonik diantara deretan gedung dengan popularitas yang tak kalah epik. Angga baru saja

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Sosok Asing

    “Pak Angga, rapat akan segera dimulai. Apakah bapak sudah siap?” Suara Chris berhasil memecah keheningan yang menyelimuti ruangan itu. Angga berbalik, seiringan dengan serpihan lamunan yang buyar berserakan di kepalanya. “Aku sudah siap.” Ruang rapat Sudah dihadiri oleh beberapa.komisaris perusahaan. Semua mata tertuju pada Angga ketika langkah kakinya memasuki ruangan besar itu.Sorot keji dan tak suka sudah menghujani Angga sejak kedatangannya beberapa saat lalu. “Selamat pagi dan selamat datang di rapat pemulihan kali ini. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih pada semua pihak yang sudah menyempatkan waktu untuk hadir di sini.”Dibalik podium, dalam balutan jas biru tua dan dasi putih berbahan satin. Rambut kecoklatan mengkilap elegan terkena sinar matahari yang menyibak dari balik jendela besar di belakangnya. Penuh percaya diri, Angga menyapu pandanganya pada wajah-wajah yang hampir hengkang dari atas kursi yang mereka tempati. “Bagi siapapun yang sudah berniat untuk mencabut

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15

Bab terbaru

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Obrolan Bermakna

    Kamar hotel yang Nova pijaki saat ini terlihat lebih layak untuk dihuni dirinya dan bayi mungil yang kini terlelap di dalam stroller. Ketika memasuki kamar itu, rasanya jauh lebih tenang dibandingkan kamar hotel yang Nova tinggali sebelumnya. Setelah perbincangan panjang yang ia lakukan dengan Angga, pada akhirnya Nova menyetujui ajakan Angga untuk meninggalkan tempat itu. Dua hari Angga memberikan Nova waktu untuk berpikir keputusan mana yang akan ia ambil antara menetap di Korea sendirian atau menerima ajakan Angga untuk kembali ke Indonesia. “Ini kamar yang akan kamu tempati selama tiga hari ke depan,” kata Angga. Pria itu mensejajarkan langkahnya dengan Nova ikut memindai desain interior yang estetik didominasi warna putih dan biru. “Berkas pemindahanmu sedang aku urus. Tiga hari lagi kamu bisa kembali ke Indonesia. Dan jika kamu butuh apapun, kamu bisa panggil aku. Kamarku ada di sebelah,” ucap Angga lagi. Ia tersenyum canggung pada Nova, dan dibalas dengan hal yang sama. “

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Kenyataan yang Harus Diterima

    Tidak ada sedikitpun kebohongan di mata Angga ketika Nova mencoba menjelajah titik kejujuran di iris hitam Angga. Pria itu, masih berdiri di posisi yang sama. Sorot matanya cukup mampu membuat nyali Nova menciut. Angga tidak hanya memaparkan sebuah fakta, melainkan juga membujuk Nova untuk mengakui ada sesuatu yang hilang dalam diri wanita itu.Nva berkata lirih, ketika ia sadar situasi tidak berpihak padanya. “Kalau kamu tahu aku yang membunuh adikmu, kenapa kamu tidak penjarakan aku saja alih-alih balas dendam?” tanya Nova.Angga masih menatapnya lamat, dari bagaimana pria itu bersikap Nova tahu Angga tidak memiliki sedikitpun niat untuk menjerumuskan ke dalam bui. “Menyeretmu ke dalam penjara juga butuh bukti dan pengakuan langsung. Aku sempat merencanakan itu sebelumnya tapi…” ucap Angga menjeda. Sesuatu di dadanya mulai mengusik. “Rasa cintaku padamu saat ini jauh lebih besar dari dendam yang pernah tertanam di hatiku.” Setitik euforia kecil bergema di hati Nova. Sebuah alasan y

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Flashback

    Hari itu, seharian langit tidak secerah biasanya. Rintih hujan terus membasahi setiap sudut kota dan menyelimutinya dengan aroma romantis. Seorang wanita berjalan di antara lalu lalang orang-orang yang sibuk menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Sedangkan dirinya, sepeninggalannya dari rumah tadi, hanya kekesalan yang berusaha ia kendalikan. Langkah kaki wanita itu terasa berat. Apalagi tiap kali melirik ke ponselnya dan membuka pesan berisi video yang membuat dadanya berkecamuk. Sesampainya di depan sebuah gedung kos, wanita itu melepas sepatu flatnya yang basah. Menggedor pintu kayu di depannya dengan tidak sabar. Tak lama, seorang pria keluar dari kamar itu sambil memamerkan raut wajah bingung. “Kamu mau kesini kenapa tidak bilang dulu, sayang?” tanya pria itu. “Kamu harus jelasin sama aku akan satu hal,” balas wanita didepannya. Sorot mata tajam menghunus langsung ke ulu hati Andre, pria itu. “Jelasin apa, Nova? Apa aku buat salah?” Alih-alih menjawab, Nova malah menero

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Pemintaan Pengakuan

    Sofa biru muda di depan ranjang menjadi tempat Nova singgah sejak beberapa saat lalu. Di depannya sudah tersaji sepiring pasta yang Angga beli dari layanan pesan antar. Pria itu, kini tengah disibukkan dengan teko portable yang mengeluarkan kepulan asap. Aroma kopi menguar memenuhi setiap sudut kamar ini. Pergerakan Angga diam-diam menjadi objek pengamatan Nova. Setiap hal yang pria itu lakukan kini menjadi perhatiannya. “Kenapa tidak dimakan? Apakah menunya tidak sesuai seleramu?” tanya Angga. Ia mengambil posisi duduk di depan Nova. Sambil menaruh secangkir kopi di hadapan wanita itu. “Aku kenyang. Kamu saja makan masakan buatanmu,” jawab Nova ketus. Pandangannya sengaja beralih ke arah lain demi menghindari sesuatu yang terasa menggetarkan dadanya tiap kali menatap Angga. Angga menarik piring pasta dari hadapan Nova. Mengaduk pasta itu perlahan, kemudian menyodorkannya ke hadapan Nova. “Biar aku suapi,” kata Angga. Nova terlalu lama tenggelam dalam lamunan, hingga ia tidak me

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Negosiasi Rasa

    Kata orang, cinta juga bisa datang terlambat. Sama halnya seperti momen ini. Momen dimana sekujur tubuh Nova mematung saat berhadapan dengan sosok yang menghujam hatinya dengan kerinduan mendalam. Otaknya terasa mati karena Nova tidak bisa mendeteksi perintah apapun dari sana. Sedang Nova bergeming, ada sosok yang kini menatapnya penuh harap. Sosok itu berdiri tegak. Setegar karang yang tak jera menghantamnya dengan gelombang. Banyak cara Nova lakoni untuk menghabiskan keberanian Angga agar tak lagi menemuinya. Berharap dengan memupuk benci, hal itu akan membuat jarak diantara mereka semakin panjang. Sayang, yang terjadi justru kebalikannya. Angga lantang menerabas gelombang, hingga sebagian kecil dari dirinya enyah. Tidak lagi Nova lihat sorot angkuh di mata Angga, pun gestur cinta berlebihan terhadap diri sendiri pada pria itu. Berat Nova mencoba untuk menelan ludah, tapi, Angga justru mulai kembali bersuara. “Aku tahu ini keterlaluan. Tapi aku mohon, kali ini kita bicarakan dar

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Mejemput Asa

    Secarik kertas di tangan Angga konsisten membuat pikiran pria itu terus berputar. Di dalam kursi pesawat, pemandangan kota-kota kecil di bawah sana sama sekali tidak menarik minat Angga untuk beralih sedetikpun dari kertas itu. “Kau sudah menatap kertas itu hampir satu jam lamanya, Tuan. Apa kau tidak ingin melihat pemandangan indah di luar jendela itu?” Suara Chris membuat Angga mendongak. Ia menatap sang asisten dengan sorot jengah seraya menghembuskan napas berat. “Kapan pesawat akan landing?” tanya Angga. Responnya sangat jauh dari konteks obrolan yang dibangun oleh Chris. “Bukannya ini sudah dua jam?” “Kurang lebih lima menit lagi kita mendarat, Tuan. Bersabarlah, kesabaran akan berbuah manis,” jawab Chris. Pria itu kembali memandang lurus ke depan. Dimana para pramugari tengah sibuk memberikan peringatan untuk mengencangkan sabuk pengaman. Angga kembali berkutat pada pikirannya. Bayangan ekspresi wajah Nova berubah-ubah di sana sesuai dengan asumsi-asumsi yang Angga ciptakan

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Sebuah Petunjuk

    Sudah satu minggu lamanya, Mario menetap di hotel yang sama dengan Nova. Menjadi garda terdepan bagi nova tanpa diminta. Sore ini langit cukup cerah namun perlahan beranjak mengabu sebelum matahari benar-benar pamit dari altarnya. Mario bangkit dari sofa, diikuti sang asisten di belakangnya. “Kau sudah dapat informasi yang aku minta?” tanyanya sambil melangkah menuju mini bar di sudut ruang santai. “Sudah, Tuan. Saya dihubungkan oleh asisten beliau yang kebetulan sedang berada di Korea saat ini. Menurut informasi, Pak Angga sedang sakit.” “Sakit?” Mario mengulang. “Iya, Pak. Saya sudah coba mencari tahu tentang penyakit beliau, tapi Asisten pribadinya tidak bersedia memberi informasi detail.” “Tapi, kau sudah lakukan apa yang aku minta ‘kan?” Sang asisten mengangguk mantap. “Sudah, Pak. Beliau bersedia untuk bertemu malam ini jam tujuh.” Melihat pemandangan di luar jendela besar kamar hotelnya, Mario beralih pada arloji di tangan. “Sudah pukul enam. Kita berangkat sekarang saj

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Jauh Rindu, Dekat Tabu

    Lampu remang-remang di dalam klub malam di tengah kota Seoul ini membatasi pandangan Chris yang masuk ke dalamnya. Muda-mudi berlenggak-lenggok di lantai dansa. Di bawah lampu sorot mengikuti irama musik beat yang menggila. Pandangan Chris mengedar ke segala penjuru. Ia langsung bergegas dari bandara ke sini setelah menghubungi Angga. Kabarnya, pria itu berada di sini, namun sampai sekarang Chris belum menemukan petunjuk tentang keberadaan bosnya. Pergerakan Chris di tengah kerumunan orang-orang yang berdansa, menarik perhatian beberapa wanita di sana. Sesekali terdengar mereka mencoba menggoda Chris dengan panggilan-panggilan nakal. “Hai, tampan. Kau sendiri saja?” Seorang wanita mendekati Chris. Dua bingkai lensa di mata Chris ia koreksi saat berhadapan dengan wanita itu. “Kalau kau datang sendiri, aku mau menemani,” ucap wanita itu lagi. Rambut panjangnya sengaja dikibaskan di depan wajah Chris. Aroma bunga menguar setelahnya. Jelas, wanita itu sedang berusaha untuk menarik perh

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Realita Yang Disanggah

    “Bagaimana bisa Anda membiarkan orang dengan kondisi mental yang terganggu, bepergian sendirian bahkan, mengurus bayi? Apalagi Anda bukan suaminya.” Seorang pria paruh baya dengan seragam kepolisian menginterogasi Mario dengan segerombol pertanyaan. Ia menghela napas panjang, hendak menyela ucapan sang polisi namun pria itu terus berceloteh, tidak memberikan kesempatan bagi Mario untuk menjelaskan. “Anda tahu ‘kan? Apa yang Anda lakukan bisa disebut sebagai bentuk kelalaian dan berpotensi menyakiti orang lain.” “Saya paham, Pak. Itu mengapa saya ada di sini sekarang. Saya akan menebus Nova dan mengikuti prosedur hukum yang berlaku. Tolong beri sedikit keringanan untuk Nova. Bagaimanapun dia masih punya tanggung jawab untuk mengurus anaknya yang masih bayi,” ucap Mario panjang lebar. Tidak akan ia sia-siakan kesempatan untuk bicara. Tujuannya saat ini adalah membebaskan Nova dari hukuman paling berat. Mario mengikuti semua prosedur hukum yang berlaku atas pelanggaran yang Nova laku

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status