Share

Menghindar Dari Kenyataan

Author: JolaSky
last update Last Updated: 2024-04-15 22:48:00

Setelah puas menikmati sarapan dengan berbagai menu khas Korea, di sinilah Angga berada. Menyusuri setiap lorong swalayan yang berada tepat di sebelah restoran yang ia sambangi tadi.

Deretan buah dan sayuran menjadi pemandangan yang menyejukkan mata. Berbeda dengan suasana kota Jakarta yang lebih riuh dengan kesibukan orang-orang di jam kerja. Sesuatu berbeda dirasakan oleh Mario di sini. Dimana ia bisa bebas melakukan apapun tanpa khawatir akan penilaian orang lain tentangnya.

Hanya bermodalkan satu troli besi yang mengikuti langkahnya menyusuri setiap sudut swalayan, Angga mengambil beberapa barang yang merupakan kebutuhannya selama di negeri ginseng ini.

Beberapa warga lokal diam-diam menaruh kagum pada sosoknya yang tinggi semampai dan tak lupa–tampan. Meski begitu, setidaknya Angga tidak merasa dirugikan sama sekali. Ia kembali memacu langkahnya mencari barang-barang yang mengisi daftar belanjanya hari ini. Sampai langkahnya terhenti otomatis ketika tak sengaja, ujung trolinya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Orang Asing

    BAB 204Nova lari sekencang kilat menerobos kerumunan orang-orang yang mengantri di kasir. Untungnya, ia belum sempat mengambil benda apapun kecuali troli yang bertabrakan langsung dengan troli milik Angga. Sebuah insiden sepele namun mampu membuat sekujur tubuh Nova mati rasa. Orang-orang memandangnya dengan tatapan aneh. Seolah Nova adalah buronan yang melakukan tindak kejahatan paling kejam. Tetapi masa bodoh. Menghilangkan jejak dari Angga adalah pilihan terbaik saat ini. “Permisi-permisi,” ucapnya melewati segerombol orang yang sedang menunggu anggota keluarga mereka membayar tagihan di kasir swayalan. Satu lagi keberuntungan yang patut Nova syukuri saat ini. Ia tidak membawa barang apapun kecuali sebuah dompet kecil yang berada dalam genggamannya sehingga, ia bisa lolos dari dugaan pencurian barang dari toko itu. “Ada apa dengan wanita itu? Gelagatnya aneh sekali,” ucap salah satu pengunung swayalan sambil menggelengkan kepala bingung. Risih melihat kehebohan yang disebabkan

    Last Updated : 2024-04-16
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Sang Penguasa

    “Apa kepentingan anda datang ke Korea?” “Untuk kepentingan bisnis.” “Darimana Anda mengenal wanita tadi? Jelas-jelas beliau tidak mengenal anda sama sekali.” Angga menggeram kesal. Beberapa kali ketahuan menghela napas jengah. Di depannya. sosok pria berseragam lengkap tak kunjung puas melontarkan berbagai pertanyaan yang menurut Angga konyol. “Dia istri saya. Apa saya salah kalau saya mengenali istri saya sendiri?” jawab Angga malas. Tidak suka bertele-tele. Semua alat komunikasi disita secara paksa. Setelah Angga menghubungi satu nama yang tiba-tiba melintas di pikirannya. Berharap dengan kehadirannya nanti bisa membebaskan Angga dari kurungan pertanyaan bodoh yang masuk ke telinganya sejak tadi. Ia memutar bola matanya malas. Menjawab setiap pertanyaan tanpa gairah. Di sisi lain, hatinya disambar rasa penasaran yang bertubi-tubi. Melihat sosok sang istri yang berkeliaran dengan bebas menciptakan sedikit ruang untuk perasaan lega di dadanya. Meski sebentar, melihat Nova dalam k

    Last Updated : 2024-04-17
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Rahasia Masa Lalu

    Sudah hampir satu jam lamanya Xavier menunggu kedatangan seseorang di ruang kerja salah satu dokter forensik wanita yang pernah ia kencani. Namun, Wanita itu tidak kunjung menampakkan batang hidungnya hingga saat ini. Ini sudah ke sepuluh kalinya Xavier memutar pergelangan tangannya. Kembali melirik arloji, menghitung setiap detik dan menit yang berlalu. Sialnya terasa lama dan membuatnya mual. Dua orang lain yang merupakan dokter Koas, diam-diam menaruh perhatian. Raut wajah serius seakan sengaja dipamerkan untuk memberikan citra yang baik di hadapan seorang jaksa muda yang terkenal dengan ketegasannya ini. Ceklek. Suara langkah terburu-buru disusul dengan suara kenop pintu yang dibuka, membuat Xavier menoleh. Di sana, Rossie menyandarkan tubuhnya pada sisi bingkai pintu. Napas tersengal seperti habis lari marathon. “Xavier, maaf sudah membuatmu menunggu,” kata Rossie di tengah napas yang terasa di ujung tenggorokkan. Butuh waktu untuk menjangkau ruang kerja ini dari ruang otop

    Last Updated : 2024-04-18
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Harapan

    Dua buah manik mata keoranyean menatap sendu pada layar ponsel yang sejak tadi dalam genggaman. Seorang wanita duduk di balik jendela yang membatasi dirinya dengan hiruk pikuk orang-orang yang mencari tempat berteduh. Rintik hujan semakin mendukung perasaannya saat ini. Patah hati terdalam sepanjang sejarah perjalanan cinta Aurora. Bahkan segelas cappucino panas tak mampu melegakan sedikit saja sesak di dada. “Kemana kamu pergi Hyunjin? Kenapa kamu menghilang begitu saja? Apa salahku?” Pertanyaan-pertanyaan itu sontak keluar dari bibir titip yang dipoles lipgloss warna baby pink. Duduk sendiri di sudut cafe, Aurora masih menyimpan banyak teka-teki dalam benaknya. Kepergian sang kekasih membuat separuh nyawanya seolah dicabut paksa. Sudah Dua tahun, sang kekasih hilang entah kemana. Tanpa pamit bahkan tanpa memberikan petunjuk apapun. “Permisi, satu kentang goreng, silahkan, selamat menikmati,” ucap seorang pelayan cafe mengantarkan pesanan Aurora. Lamunannya tentang Hyunjin seket

    Last Updated : 2024-04-19
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Gagal Masalah Hati

    Lima orang tim forensik keluar dari ruang rapat di ujung lorong. Dua diantaranya adalah sosok senior, melangkah lebih dulu disusul Rossie dan Javier di belakang mereka. Salah satu dokter senior berbalik ketika teringat sesuatu, yang lantas juga menghentikan langkah sepasang sahabat itu. “Kalian berdua, tolong berikan laporan kasus ini padaku segera. Pihak kepolisian akan menutup kasus jika terbukti kasus ini murni kecelakaan,” katanya. Tatapan pria berusia sekitar empat puluh tahun, kilau rambut putih yang nampak malu-malu diantara rambutnya yang hitam, dan sneli putih bertuliskan nama Frans. “Baik, dok. Kami usahakan laporan akan selesai kurang dari satu minggu. Bukan begitu, Ros?” itu Javier yang menjawab. Menoleh ke arah sosok wanita yang melamun sepanjang rapat–Rossie. Perlu upaya menyenggol lengan Rossie lebih dulu untuk membuatnya sadar akan realita. “I-iya, dok.”“Kamu kenapa kelihatan nggak fokus begitu? Nggak enak badan?” Lima pasang mata di sekitar Rossie kini menatapny

    Last Updated : 2024-04-20
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Sebuah Resiko

    Pagi hari sudah menyapa Xavier dengan sinar matahari yang menyelinap masuk dari sela-sela tirai jendela kamarnya. Bunyi alarm dari ponsel terus menggema beberapa kali tetapi Xavier masih betah bergumul di atas tempat tidur dengan selimut yang menutupi hampir sebagian tubuhnya. Segenap tenaga dikumpulkan, sebelah tangannya meraba sisi lain tempat tidur, mencari ponsel dan menekan ikon merah di layar. Baru jam enam pagi tapi rasanya baru sebentar ia memejamkan mata. Setelah membaca lebih dari dua ratus halaman buku hasil karya papanya. Sebuah kenyataan baru terkuak. Membuat kepala Xavier mendadak pening semalam dan memutuskan untuk tidur. “Akh! Kepalaku sakit banget!” Xavier mengerang. Kepalanya terasa berat. Sebelah tangannya menyanggah tubuh, sedangkan sau tangan lain memegangi kepala. Pandangan Xavier memudar. Kurang tidur adalah alasan utama Xavier bangu tidur dalam keadaan tidak segar seperti sekarang. Meski sakit kepala dan peningnya cukup membatasi pergerakannya, Xavier teta

    Last Updated : 2024-04-24
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Tuduhan Tak Berdasar

    “Terima kasih karena sudah memberikan aku tempat untuk menenangkan diri, Nyonya Mi Ra. Lain kali, mainlah ke unitku. Aku mengundangmu minum teh bersama.” Dua orang wanita berbeda generasi berjalan bersisian menuju pintu. Sebelum benar-benar membuka pembatas antara unit apartemen miliknya dan koridor di luar sana. “Pasti. Aku pasti akan mengunjungi nanti. Aku senang bisa mengenalmu, Nova.”“Aku juga senang bisa mengenalmu, nyonya Mi Ra. Maafkan sikapku yang sempat mencurigaimu,” kata Nova. Raut wajah bersalah menjadi beban paling berat yang Nova pikul saat ini. Terlalu banyak ditempa oleh rasa sakit membuat Nova hampir tidak memiliki sedikitpun celah dalam hatinya untuk mempercayai orang baru. Semua orang yang ia temui seakan berpotensi menyakitinya. Meninggalkan jejak luka yang begitu dalam di benaknya hingga membuat Nova trauma. Senyum tulus Mi Ra mengusik sedikit rasa bersalah. Pun, memaki Nova dengan sisi rasa bersalah yang tidak kunjung pudar. “Kalau begitu, aku pergi dulu. S

    Last Updated : 2024-04-26
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Perintah

    “Berita duka cita. Pada hari ini, keluarga besar Vineta Furniture harus kehilangan atasan tercinta kita, Pak Reno. Beliau meninggal dunia tadi malam karena kecelakaan. Manajemen memutuskan untuk menghentikan operasional serentak hari ini untuk memberikan penghormatan terakhir pada beliau. Saya harap semua karyawan meluangkan waktu untuk ikut pergi melayat ke rumah mendiang Pak Reno siang ini.” Jena menahan napas saat setiap kata terucap dari mulut sang manajer. Pria tampan itu berdiri di ujung meja di ruang rapat berkapasitas dua puluh orang ini. Wibawa Nathan bahkan masih mampu menghipnotis semua mata orang-orang yang ada di sana. Tidak terkecuali Jena. Jena hanyalah sebagian kecil dari sederetan jabatan yang disanding oleh orang-orang di ruangan ini. Hanya seorang asisten manajer baru yang direkrut seminggu lalu. Peluh di pelipis Jena mengalir deras. Dadanya mendadak sesak namun situasi memaksanya untuk tetap terlihat baik-baik saja. “Jena,” panggil Nathan. Pria itu memiringkan

    Last Updated : 2024-04-27

Latest chapter

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Obrolan Bermakna

    Kamar hotel yang Nova pijaki saat ini terlihat lebih layak untuk dihuni dirinya dan bayi mungil yang kini terlelap di dalam stroller. Ketika memasuki kamar itu, rasanya jauh lebih tenang dibandingkan kamar hotel yang Nova tinggali sebelumnya. Setelah perbincangan panjang yang ia lakukan dengan Angga, pada akhirnya Nova menyetujui ajakan Angga untuk meninggalkan tempat itu. Dua hari Angga memberikan Nova waktu untuk berpikir keputusan mana yang akan ia ambil antara menetap di Korea sendirian atau menerima ajakan Angga untuk kembali ke Indonesia. “Ini kamar yang akan kamu tempati selama tiga hari ke depan,” kata Angga. Pria itu mensejajarkan langkahnya dengan Nova ikut memindai desain interior yang estetik didominasi warna putih dan biru. “Berkas pemindahanmu sedang aku urus. Tiga hari lagi kamu bisa kembali ke Indonesia. Dan jika kamu butuh apapun, kamu bisa panggil aku. Kamarku ada di sebelah,” ucap Angga lagi. Ia tersenyum canggung pada Nova, dan dibalas dengan hal yang sama. “

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Kenyataan yang Harus Diterima

    Tidak ada sedikitpun kebohongan di mata Angga ketika Nova mencoba menjelajah titik kejujuran di iris hitam Angga. Pria itu, masih berdiri di posisi yang sama. Sorot matanya cukup mampu membuat nyali Nova menciut. Angga tidak hanya memaparkan sebuah fakta, melainkan juga membujuk Nova untuk mengakui ada sesuatu yang hilang dalam diri wanita itu.Nva berkata lirih, ketika ia sadar situasi tidak berpihak padanya. “Kalau kamu tahu aku yang membunuh adikmu, kenapa kamu tidak penjarakan aku saja alih-alih balas dendam?” tanya Nova.Angga masih menatapnya lamat, dari bagaimana pria itu bersikap Nova tahu Angga tidak memiliki sedikitpun niat untuk menjerumuskan ke dalam bui. “Menyeretmu ke dalam penjara juga butuh bukti dan pengakuan langsung. Aku sempat merencanakan itu sebelumnya tapi…” ucap Angga menjeda. Sesuatu di dadanya mulai mengusik. “Rasa cintaku padamu saat ini jauh lebih besar dari dendam yang pernah tertanam di hatiku.” Setitik euforia kecil bergema di hati Nova. Sebuah alasan y

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Flashback

    Hari itu, seharian langit tidak secerah biasanya. Rintih hujan terus membasahi setiap sudut kota dan menyelimutinya dengan aroma romantis. Seorang wanita berjalan di antara lalu lalang orang-orang yang sibuk menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Sedangkan dirinya, sepeninggalannya dari rumah tadi, hanya kekesalan yang berusaha ia kendalikan. Langkah kaki wanita itu terasa berat. Apalagi tiap kali melirik ke ponselnya dan membuka pesan berisi video yang membuat dadanya berkecamuk. Sesampainya di depan sebuah gedung kos, wanita itu melepas sepatu flatnya yang basah. Menggedor pintu kayu di depannya dengan tidak sabar. Tak lama, seorang pria keluar dari kamar itu sambil memamerkan raut wajah bingung. “Kamu mau kesini kenapa tidak bilang dulu, sayang?” tanya pria itu. “Kamu harus jelasin sama aku akan satu hal,” balas wanita didepannya. Sorot mata tajam menghunus langsung ke ulu hati Andre, pria itu. “Jelasin apa, Nova? Apa aku buat salah?” Alih-alih menjawab, Nova malah menero

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Pemintaan Pengakuan

    Sofa biru muda di depan ranjang menjadi tempat Nova singgah sejak beberapa saat lalu. Di depannya sudah tersaji sepiring pasta yang Angga beli dari layanan pesan antar. Pria itu, kini tengah disibukkan dengan teko portable yang mengeluarkan kepulan asap. Aroma kopi menguar memenuhi setiap sudut kamar ini. Pergerakan Angga diam-diam menjadi objek pengamatan Nova. Setiap hal yang pria itu lakukan kini menjadi perhatiannya. “Kenapa tidak dimakan? Apakah menunya tidak sesuai seleramu?” tanya Angga. Ia mengambil posisi duduk di depan Nova. Sambil menaruh secangkir kopi di hadapan wanita itu. “Aku kenyang. Kamu saja makan masakan buatanmu,” jawab Nova ketus. Pandangannya sengaja beralih ke arah lain demi menghindari sesuatu yang terasa menggetarkan dadanya tiap kali menatap Angga. Angga menarik piring pasta dari hadapan Nova. Mengaduk pasta itu perlahan, kemudian menyodorkannya ke hadapan Nova. “Biar aku suapi,” kata Angga. Nova terlalu lama tenggelam dalam lamunan, hingga ia tidak me

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Negosiasi Rasa

    Kata orang, cinta juga bisa datang terlambat. Sama halnya seperti momen ini. Momen dimana sekujur tubuh Nova mematung saat berhadapan dengan sosok yang menghujam hatinya dengan kerinduan mendalam. Otaknya terasa mati karena Nova tidak bisa mendeteksi perintah apapun dari sana. Sedang Nova bergeming, ada sosok yang kini menatapnya penuh harap. Sosok itu berdiri tegak. Setegar karang yang tak jera menghantamnya dengan gelombang. Banyak cara Nova lakoni untuk menghabiskan keberanian Angga agar tak lagi menemuinya. Berharap dengan memupuk benci, hal itu akan membuat jarak diantara mereka semakin panjang. Sayang, yang terjadi justru kebalikannya. Angga lantang menerabas gelombang, hingga sebagian kecil dari dirinya enyah. Tidak lagi Nova lihat sorot angkuh di mata Angga, pun gestur cinta berlebihan terhadap diri sendiri pada pria itu. Berat Nova mencoba untuk menelan ludah, tapi, Angga justru mulai kembali bersuara. “Aku tahu ini keterlaluan. Tapi aku mohon, kali ini kita bicarakan dar

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Mejemput Asa

    Secarik kertas di tangan Angga konsisten membuat pikiran pria itu terus berputar. Di dalam kursi pesawat, pemandangan kota-kota kecil di bawah sana sama sekali tidak menarik minat Angga untuk beralih sedetikpun dari kertas itu. “Kau sudah menatap kertas itu hampir satu jam lamanya, Tuan. Apa kau tidak ingin melihat pemandangan indah di luar jendela itu?” Suara Chris membuat Angga mendongak. Ia menatap sang asisten dengan sorot jengah seraya menghembuskan napas berat. “Kapan pesawat akan landing?” tanya Angga. Responnya sangat jauh dari konteks obrolan yang dibangun oleh Chris. “Bukannya ini sudah dua jam?” “Kurang lebih lima menit lagi kita mendarat, Tuan. Bersabarlah, kesabaran akan berbuah manis,” jawab Chris. Pria itu kembali memandang lurus ke depan. Dimana para pramugari tengah sibuk memberikan peringatan untuk mengencangkan sabuk pengaman. Angga kembali berkutat pada pikirannya. Bayangan ekspresi wajah Nova berubah-ubah di sana sesuai dengan asumsi-asumsi yang Angga ciptakan

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Sebuah Petunjuk

    Sudah satu minggu lamanya, Mario menetap di hotel yang sama dengan Nova. Menjadi garda terdepan bagi nova tanpa diminta. Sore ini langit cukup cerah namun perlahan beranjak mengabu sebelum matahari benar-benar pamit dari altarnya. Mario bangkit dari sofa, diikuti sang asisten di belakangnya. “Kau sudah dapat informasi yang aku minta?” tanyanya sambil melangkah menuju mini bar di sudut ruang santai. “Sudah, Tuan. Saya dihubungkan oleh asisten beliau yang kebetulan sedang berada di Korea saat ini. Menurut informasi, Pak Angga sedang sakit.” “Sakit?” Mario mengulang. “Iya, Pak. Saya sudah coba mencari tahu tentang penyakit beliau, tapi Asisten pribadinya tidak bersedia memberi informasi detail.” “Tapi, kau sudah lakukan apa yang aku minta ‘kan?” Sang asisten mengangguk mantap. “Sudah, Pak. Beliau bersedia untuk bertemu malam ini jam tujuh.” Melihat pemandangan di luar jendela besar kamar hotelnya, Mario beralih pada arloji di tangan. “Sudah pukul enam. Kita berangkat sekarang saj

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Jauh Rindu, Dekat Tabu

    Lampu remang-remang di dalam klub malam di tengah kota Seoul ini membatasi pandangan Chris yang masuk ke dalamnya. Muda-mudi berlenggak-lenggok di lantai dansa. Di bawah lampu sorot mengikuti irama musik beat yang menggila. Pandangan Chris mengedar ke segala penjuru. Ia langsung bergegas dari bandara ke sini setelah menghubungi Angga. Kabarnya, pria itu berada di sini, namun sampai sekarang Chris belum menemukan petunjuk tentang keberadaan bosnya. Pergerakan Chris di tengah kerumunan orang-orang yang berdansa, menarik perhatian beberapa wanita di sana. Sesekali terdengar mereka mencoba menggoda Chris dengan panggilan-panggilan nakal. “Hai, tampan. Kau sendiri saja?” Seorang wanita mendekati Chris. Dua bingkai lensa di mata Chris ia koreksi saat berhadapan dengan wanita itu. “Kalau kau datang sendiri, aku mau menemani,” ucap wanita itu lagi. Rambut panjangnya sengaja dikibaskan di depan wajah Chris. Aroma bunga menguar setelahnya. Jelas, wanita itu sedang berusaha untuk menarik perh

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Realita Yang Disanggah

    “Bagaimana bisa Anda membiarkan orang dengan kondisi mental yang terganggu, bepergian sendirian bahkan, mengurus bayi? Apalagi Anda bukan suaminya.” Seorang pria paruh baya dengan seragam kepolisian menginterogasi Mario dengan segerombol pertanyaan. Ia menghela napas panjang, hendak menyela ucapan sang polisi namun pria itu terus berceloteh, tidak memberikan kesempatan bagi Mario untuk menjelaskan. “Anda tahu ‘kan? Apa yang Anda lakukan bisa disebut sebagai bentuk kelalaian dan berpotensi menyakiti orang lain.” “Saya paham, Pak. Itu mengapa saya ada di sini sekarang. Saya akan menebus Nova dan mengikuti prosedur hukum yang berlaku. Tolong beri sedikit keringanan untuk Nova. Bagaimanapun dia masih punya tanggung jawab untuk mengurus anaknya yang masih bayi,” ucap Mario panjang lebar. Tidak akan ia sia-siakan kesempatan untuk bicara. Tujuannya saat ini adalah membebaskan Nova dari hukuman paling berat. Mario mengikuti semua prosedur hukum yang berlaku atas pelanggaran yang Nova laku

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status