"Kenapa kamu berbuat seperti ini?" Ekspresi Robert terlihat datar.Wolter ingin membela Monica, tetapi Suzy menepuk pundaknya dan berbisik, "Kamu tidak penasaran kenapa dia menukar obatmu?"Wolter terdiam, tatapannya terlihat berkecamuk.Monica menarik napas panjang, dia mengumpulkan keberanian dan mengangkat kepalanya. Monica menatap botol obat yang dipegang Robert, cepat atau lambat hari ini pasti akan tiba.Monica merasa tidak perlu merahasiakannya lagi. Apalagi Suzy dan Robert sangat cerdas, mana mungkin mereka akan memercayai alasan Monica?Monica tersenyum kecut, lalu berkata, "Seorang wanita misterius menemui dan mengancamku. Seluruh nyawa anggota keluargaku berada di tangannya. Kalau aku tidak mematuhi perintahnya, dia akan membunuh keluargaku. Wanita itu yang memberikan obat palsu ini kepadaku. Aku sempat membawa obatnya ke laboratorium, obat itu cuma pil biasa dan tidak akan membahayakan nyawa Wolter. Aku ... aku terpaksa mematuhi perintah wanita itu.""Aku pikir semua akan b
"Suzy, aku baru mau meneleponmu. Kalian jam berapa sampai? Semua sudah siap." Suara Anna terdengar lembut."Sudah mau sampai, 5 menit lagi," jawab Suzy sambil melihat penunjuk arah. "Oh iya, mau titip sesuatu? Makanan atau buah?""Hehe, tidak perlu, kalian langsung ke sini saja. Oh iya, kalian mengajak Welly, 'kan?""Ada, kok. Baiklah, kami sudah mau sampai."Tadi pagi Anna mengirimkan pesan kepada Suzy. Anna mengajak Suzy makan hotpot di rumahnya sekaligus datang untuk melihat perkembangan gaun yang sedang dijahit.Suzy berpikir waktunya sangat pas. Dia makan siang bersama Anna setelah pulang menjenguk Wolter.Suzy, Robert, dan Welly tiba di rumahnya Anna. Mereka bertiga turun dari mobil dan beranjak ke lantai dua.Lantai satu dipenuhi bahan-bahan kain, patung, palet, dan berbagai pernak-pernik lainnya.Anna menggandeng tangan Suzy sambil menjelaskan, "Sekarang lagi banyak pesanan, lantai 1 jadi agak berantakan. Maaf ya, kita cuma bisa menggunakan lantai 2.""Tidak apa-apa. Oh iya, ka
Pada malam hari, Suzy mendapatkan pesan dari Monica. Monica sudah mengajak wanita itu untuk bertemu.[ Baik. ]Suzy hanya menjawab secara singkat, lalu meletakkan ponselnya dan masuk ke dalam kamar mandi bersama Robert. Sembari menggosok gigi, Suzy bertanya kepada Robert, "Menurutmu, apakah Wolter masih akan membiarkan Monica tinggal di sana?"Tanpa perlu berpikir, Robert langsung menjawab, "Bukankah sudah terlihat jelas? Kalau mau mengusir Monica, untuk apa Wolter membantu Monica berbohong?"Setelah selesai menjawab, Robert berkumur dan menyeka wajahnya yang basah."Kenapa Wolter bersikap begitu baik kepada Monica? Bukannya dulu mereka sering berantem?" Suzy kembali bertanya.Robert menyentil kening Suzy, lalu menjawab sambil tersenyum, "Orang-orang bilang kamu sangat peka, tapi kadang-kadang kamu juga bodoh. Kamu tidak pernah mendengar ungkapan cinta tumbuh seiring waktu?""Mereka berdua sudah kenal 8 tahun. Kalau memang cuma masalah persaingan kerja, mana mungkin Monica inisiatif me
Suzy berusaha tetap tenang, dia mengeluarkan sebuah botol dan bertanya, "Aku sudah bawa obatnya. Ayo, bicara sebentar?"Airin mengulurkan tangan dan hendak merebut obat tersebut, tetapi Suzy tidak langsung memberikannya.Suzy tidak memedulikan kekesalan Airin dan bertanya, "Obat ini untuk Raja?"Airin hanya menatap Suzy tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Suzy pun tidak mengharapkan jawaban Airin, lalu lanjut berkata, "Baiklah kalau kamu tidak mau jawab. Aku sudah berjanji akan membantu Raja, kamu bisa menemuiku secara langsung. Mulai sekarang, aku harap kamu tidak mengganggu dan jangan mengancam teman-temanku lagi!""Mengerti?" tanya Suzy sambil menatap Airin dengan tajam.Melihat Airin yang enggan membuka mulut, Suzy tersenyum dan berkata, "Kalau kamu tidak mengerti, aku akan menemui Raja dan memberitahunya secara langsung.""Mengerti," jawab Airin saat melihat Suzy yang hendak menyimpan kembali botol obatnya.Meskipun terdengar terpaksa, Suzy yakin bahwa Airin tidak akan berani bert
Ketika berjalan ke kamar, Robert dan Suzy melihat Lorraine sedang bermain dengan Welly di taman.Lorraine tidak bisa ikut sembahyang kubur karena dia bukanlah anggota keluarga inti. Ditambah, kondisi tubuh Lorraine juga lemah dan gampang kelelahan.Welly masih terlalu kecil, Lucy tidak berani membawa Welly ke tempat pemakaman, takutnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu Lorraine menemani Welly di rumah.Setelah menyapa Lorraine, Robert dan Suzy kembali ke kamar untuk berganti pakaian. Robert dan Suzy mengganti pakaian berwarna hitam, lalu masuk ke mobil dan pergi ke pemakaman.Sesampainya Robert dan Suzy, semua anggota Keluarga Calvin sudah lengkap.Sebagai kepala keluarga, Nenek Jenny berdiri di tengah, sedangkan Simon dan Lucy mendampingi di sisi kiri dan kanan.Begitu melihat kedatangan Robert dan Suzy, para kerabat pun memberikan jalan kepada mereka. Bagaimanapun Robert adalah pemegang saham terbesar, wajar saja semua orang menghormatinya.Suzy adalah istrinya Ro
"Kenapa?" tanya Robert melihat Suzy yang berhenti di tengah jalan.Setelah menunggu yang lain berjalan cukup jauh, Suzy baru menjawab, "Seingat aku kamu pernah masuk ke gua itu, 'kan? Kamu pernah cerita, katanya kamu melihat sebuah mayat wanita yang berbaring di dalam peti kristal?""Benar." Robert mengangguk. Dia mengerutkan alis, untuk apa Suzy menanyakan hal ini?"Kenapa? Kok tiba-tiba menanyakan gua itu?" Robert terlihat penasaran."Aku teringat sama istri Charles yang sudah meninggal. Kondisi kematian mendiang Ratu persis seperti mayat yang kamu temui di dalam sana. Salah seorang anggota Klan Youlan membangun makam untuk mendiang Ratu, tapi tidak ada yang tahu di mana keberadaan makamnya yang asli. Jangan-jangan ...." Suzy menjelaskan sambil menatap pohon besar yang terletak di sebelah gua."Jasad yang ada di dalam sana sudah membusuk, mayatnya sudah jadi debu. Sekarang yang tertinggal hanya peti kosong." Robert menggelengkan kepala, dia memahami maksud pikiran Suzy. Mayat yang ad
Suzy mengantar Lorraine ke kamar, lalu menemaninya mengobrol sebentar.Ketika hendak meninggalkan kamar, ternyata Welly tertidur di sudut kasur sambil memeluk bantal.Pipi Welly Pipi yang berwarna merah muda tampak sangat menggemaskan. Seiring dengan irama napas yang diembuskan, mulut kecil Welly mengeluarkan gelembung air liur.Suzy hendak menggendong Welly, tetapi tiba-tiba Lorraine bertanya, "Biarkan saja dia tidur di sini.""Jangan, nanti dia mengganggu Ibu," jawab Suzy.Lorraine menggelengkan kepala. "Tidak, kok. Kamu bawakan saja baju gantinya.""Baiklah." Suzy tidak tega memisahkan nenek dan cucunya ini. Apalagi Lorraine terlihat sangat menyukai Welly.Suzy pergi mengambil piyama Welly, lalu kembali ke kamar Lorraine untuk mengganti baju anaknya.Meskipun Suzy membolak-balik tubuh kecilnya, Welly sama sekali tidak terbangun. Tampaknya tidur Welly sangat nyenyak.Setelah Suzy selesai mengganti baju Welly, Lorraine menggenggam tangan Suzy dan berkata, "Sudah, kamu juga pasti capek
"Kalung ini?" Suzy sontak mengeluarkan kalung yang dikenakannya.Robert mengangguk. "Omong-omong, makam itu dibangun tak lama setelah kematian mendiang Ratu. Apakah di dunia ada kebetulan seperti ini? Jangan-jangan ... yang di dalam gua memang jasad mendiang Ratu?" Suzy sulit memercayainya, dia menatap Robert sambil tercengang."Harusnya benar ...." Robert menghela napas panjang. "Atau ... masih ada 1 kemungkinan lain.""Apa?" tanya Suzy.Robert menatap Suzy dan menjawab, "Kakek tidak mati.""Bagaimana mungkin?" Suzy hampir menjatuhkan gelas yang dipegangnya.Suzy menarik lengan Robert sambil menggelengkan kepala. "Kakek sudah meninggal 20 tahun yang lalu. Kenapa kamu berpikir seperti itu?""Karena Charles ...." Raut wajah Robert terlihat sangat serius. "Charles terinfeksi darah salamander 20 tahun yang lalu, wanita bernama Airin yang menyelamatkannya. Kakek juga terinfeksi darah salamander, apa mungkin wanita itu juga menyelamatkan Kakek?""Robert, kalau Kakek masih hidup, kenapa tid