Semua orang kini sedang mendudukkan dirinya masing-masing di kursi meja makan, tak terkecuali Rara dan juga baby D, anak ganteng yang lagi tiduran santai kayak di pantai di atas stroller nya.
Suara bel yang berbunyi itu mengurungkan niat tuan rumah untuk menyantap sarapannya. Enyak Rodiah yang kebetulan masih di meja makan itu pun berjalan ke depan membukakan pintu untuk tamu.
Tak lama Enyak Rodiah pun kembali dengan diikuti tiga cewek dan tiga cowok di belakangnya yang sudah sangat dikenal oleh semua orang dimeja makan itu.
"Tamu kayak gini gak ada sopan sopannya, datangnya kurang pagi. Kenapa gak sekalian dini hari?" sindir Rara ketika melihat teman-temannya itu.
Semua tamu tak di undang itu hanya tertawa mendengar sindiran Rara. "Kalau dini hari ya tambah gak sopan," sahut Andri.
"Udah tau enggak sopan, masih aja datang. Lagian kalian ngapain sih pagi-pagi udah main ke rumah orang?" tanya Jodi.
"Etapi ini personil loe pada kurang satu kay
"Jodi kok enggak keliatan di kampus ya, Des?" tanya Sesil sambil merapikan rambutnya yang tidak berantakan. Gadis itu berdiri di depan pintu lobi untuk menyambut kedatangan sang pujaan hati."Dia kuliah siang mungkin," jawab Desika yang sudah merasa kesal karena telah diajak berdiri Sesil selama hampir setengah jam. Iya setengah jam karena gadis itu berangkat sejak empat puluh lima menit lebih cepat dari biasanya."Ih, enggak mungkin. Ini pasti lagi dihalangi jalannya sama senior gila si Sonya itu," gerutu Sesil dengan begitu kesalnya."Tadi kayaknya ada yang nyebut nyebut nama gue nih, pake ngatain gila lagi kayak situ waras aja," ujar seseorang dengan nada bicara santai namun penuh dengan kekesalan.Sesil dan Desika yang mendengar suara yang sangat familiar itu pun membulatkan matanya, " eh, kak Sonya udah lama kak?" tanya Desika sambil nyengir setelah tubuhnya kini tengah berdiri berhadapan dengan Sonya."Lumayan," jawab Sonya sinis kemudian ber
Sesampainya di basecamp mantan jomblo, Jodi membuka jas yang ia kenakan, menggantungkan di tempat semestinya.TokTokTokPintu yang diketuk serta terbuka secara bersamaan setelah pemilik ruangan itu mempersilahkan. Terlihat seorang lelaki bertubuh tegap dan memiliki sorot mata tajam memasuki ruangan."Sorry bro, gue tadi dapat kabar dari Dodit kalo dia gak bisa temuin klien di Mojarela restauran untuk bahas desain buatan loe," ucap lelaki itu. Lelaki itu adalah Andri yang hari ini mendapatkan giliran standby di kantor mini mereka."Emang si Rafli sama Sam kemana?" tanya Jodi."Loe kayak kagak tau aja tuh kelakuan bocah lagi mepet gebetan," ujar Andri setengah kesal karena urusan hati membuat pekerjaan bersama mereka agak tersendat."Oh, loe sendiri gak ikutan mepet Siska?" telak Jodi. Mendengar ucapan itu Andri terdiam tanpa ada keinginan membalas sindiran sahabatnya itu."Sukses dulu bro, nanti urusan cewek mah kalo ud
Jodi masuk ke dalam kamarnya, lelaki itu baru saja pulang dari meeting. Hal pertama yang ia dapati ialah istrinya yang sedang duduk selonjoran sambil memainkan ponselnya. Sepertinya wanita itu tidak menyadari kedatangan suaminya.Jodi menutup pintu dengan sangat pelan, ia kemudian meletakkan tas kerjanya di atas meja rias, melepaskan jas yang melekat pada tubuhnya dan melemparkan ke sembarang arah.Jodi kemudian berjalan menghampiri istrinya yang masih asyik dengan kegiatannya. "Kenapa sih dari tadi senyum senyum aja sendiri?" tanya Jodi sambil mendudukkan dirinya di sebelah ibu muda itu. Rara yang mendengar suara Jodi itu pun mendongakkan wajahnya menatap Jodi yang juga menatapnya."Enggak, katanya kamu pulang telat kok sekarang udah nyampe di rumah?" tanya Rara. Ibu muda itu meletakkan ponselnya di atas nakas."Iya sengaja, kangen sama baby D," jawab Jodi sambil melepas kancing tangan kemejanya."Baby D doang nih yang dikangenin," gerutu Rara ser
Beberapa bulan kemudian"Berat bener nih ninggalin si ganteng buat kuliah," ucap Rara sambil menatap baby D yang kini sedang berada dalam gendongan Enyak Halimah."Udah, orang cuma beberapa jam doang, nanti juga ketemu lagi," balasa Enyak Halimah. Wanita paruh baya itu sedang menimang sang cucu yang terlihat anteng dalam gendongannya.Rara menatap bayi menggemaskan itu dengan tatapan lesu, berat hati bercampur malas meninggalkan sang buah hati. Itu lah yang ia rasakan sekarang setelah berbulan-bulan hanya tinggal di rumah.Rara juga mencium kening dan juga kedua pipi baby D. "Ibu pergi dulu ya sayang, mau menuntut ilmu," ucap Rara yang malah ia akhiri dengan kekehan kecil, hingga membuat Enyak Halimah, Enyak Rodiah, Babeh Sabeni dan Babeh Rojak heran akan perubahan Rara. Ibu muda itu merasa geli ketika menyebutkan dirinya ibu dan di akhiri dengan menuntut ilmu."Ya udah buruan, nanti loe berdua telat lagi ke kampus," titah Babeh Rojak
Rara masuk ke dalam kelas yang sama dengan Jodi. Ya, kebetulan mata kuliahnya adalah mata kuliah umum bagi semua mahasiswa karena ada pada hampir semua program studi. Jadi, walaupun Rara baru selesai cuti kuliah dan berbeda program studi, dia dapat bersama dengan suaminya kini dalam satu kelas yang sama. Kehadiran Rara berhasil mencuri perhatian semua orang yang ada di dalam kelas tersebut terutama para lelaki, tak terkecuali Jodi. Senyum manis terlihat dari bibirnya disertai sapaan singkat. Dengan santai dan penuh percaya diri Rara melangkahkan kakinya menghampiri Jodi. Rara mendudukkan dirinya di sebelah Jodi yang kebetulan sebelahnya masih kosong. "Kenapa lama banget?" tanya Jodi begitu Rara sudah mendudukkan dirinya. "Biasalah cewek kalo di kamar mandi gak afdol kalo sebentar," kilah Rara sambil tersenyum. "Baru masuk jangan kebanyakan tebar pesona," ujar Jodi yang menyadari akan tatapan mata para lelaki di kelas itu. Rara pun hanya mengan
Motor Jodi sudah memasuki area ruko sekaligus basecamp mantan jomblo yang juga merupakan tempatnya mengais rejeki. Jodi memparkirakan motornya di tempat yang sudah disediakan. Jodi turun terlebih dahulu, kemudian membantu Rara membuka helm dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Jodi dan Rara bergandengan tangan dan masuk ke dalam ruko. Sapaan dari Mbak Karti yang sedang membersihkan ruangan hanya dibalas dengan senyuman dan anggukan kepala oleh Jodi. "Kamu masuk dulu ke ruangan aku, aku mau ngomong dulu sama Mbak Karti," titah Jodi pada Rara saat mereka sudah berada tepat di depan ruangan kerja Jodi. "Ya udah." Rara pun membuka pintu bercat coklat dan masuk ke dalamnya. "Ada yang bisa saya bantu Mas Jodi?" tanya Mbak Karti. "Mbak, tolong cariin gaun untuk cewek tadi ya," pinta Jodi yang mengetahui latar belakang Mba Karti seorang penjahit. Mba Karti tersenyum. "Oh, itu tadi istrinya Mas Jodi ya?" tanya Mbak Kart
Waktu terus berjalan, detik demi detik menjadi menit, menit demi menit pun berlalu menjadi jam. Sekarang sudah pukul 18.46 Semua sahabatnya telah meninggalkan basecamp mantan jomblo sejam yang lalu. Jodi beranjak dari kursi kerjanya. Ia berjalan melangkah menuju ke dalam kamar mini yang masih menyatu dengan ruang kerjanya. Dilihatnya Rara yang masih tertidur dengan begitu pulas nya di balik balutan selimut yang menutupi tubuhnya sampai dengan dada. Jodi mendudukkan dirinya di sebelah istrinya. Ia menatap dengan lekat wajah polos Rara yang sedang tertidur dengan pulas dan tampak beberapa helai rambut yang menutupi sebagian wajahnya. Tangan Jodi pun bergerak untuk menyingkirkan helaian anak rambut istrinya. Dia cium kening istrinya penuh cinta. "Sayang bangun," bisik Jodi tepat di telinga istrinya. Rara pun mengerjakan matanya, mencoba menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke dalam indra penglihatannya. "Hng, jam berapa sekarang?
"Jodi," ujar Sonya, Vina dan Dewi secara bersamaan."Loe disini juga?" tanya Sonya basa-basi seraya memamerkan senyum manisnya.Namun bukannya menjawab pertanyaan Sonya, Jodi justru menanyakan hal lain. "Gue denger loe tadi loe nyebut kata incar, incar apa maksud loe?" tanya Jodi pada Sonya.Oh itu, cewek itu udah buat masalah sama gue, loe tau sendiri seperti apa gue di kampus, siapapun yang cari masalah sama gue, bakalan gue incar terus," jelas Sonya sambil menatap penuh permusuhan kepada Rara. Sedangkan Rara yang ditatap hanya menatap hanya memasang muka datar bagai aspal."Buat masalah apa?" tanya Jodi sambil menatap Rara dengan tatapan yang sulit di artikan. Rara yang di tatap seperti itu pun sedikit gugup bercampur takut, mengingat sebelumnya Jodi selalu berkata agar dia tidak membuat keributan dengan siapapun di kampus."Dia lepasin cewek yang mau gue kasih hukuman karena udah numpahin ice cream ke sepatu gue," jelas Sonya."Hm, terus
Beberapa hari kemudianHari ini suasana di kediaman Dodit dan Dina tampak semarak dengan kehadiran para personil para mantan jomblo beserta keluarga kecil masing-masing. Ya, mereka datang ingin melihat sosok penghuni baru nan menggemaskan itu.Bayi mungil bernama Zayn Fayyad Alvarendra Hadiningrat yang artinya adalah laki-laki yang memiliki keindahan, baik, dermawan, murah hati, cerdas dan beruntung yang merupakan keturunan Hadiningrat. Sebuah nama yang mewakili doa dan harapan kedua orang tua dan semua sanak saudaranya.Meski di awal para sahabat dari bayi menggemaskan itu awalnya tidak diperkenankan untuk datang menjenguk ke rumah sakit, tapi masih bisa datang ke rumah untuk merasakan kebahagiaan yang sama."Gimana rasanya jadi orang tua baru?" tanya Rosa yang memang belum dikaruniai buah hati."Nikmat banget. Loe lihat sendiri nih mata panda gue. Sehari tidur bisa di hitung cuman berapa jam," curhat Dina."Baru satu aja loe udah ngeluh, pegimana gue yang otewe mau tiga ini?" sambar
Setahun kemudian Hari itu, Eyang Soeroso menemui putra sambungnya, Bambang di kantor polisi. Wajah anak sambungnya itu terlihat kusut dan lusuh. Hilang sudah jejak kesombongan dari wajah pria itu tergerus keadaan di dalam jeruji besi.Cukup rumit dampak dari penangkapan Bambang karena setelahnya sang Ibu, Ambar dan cucunya Panji malah ingin melepaskan diri dari status mereka sebagai bagian dari keluarga Hadiningrat. Hal ini sangat mengejutkan Eyang Soeroso hingga akhirnya terpaksa menyetujui keinginan istri dan cucu sambungnya tersebut.Bambang memang belum di pindah ke rumah tahanan karena berkas kasus pria itu baru naik ke kejaksaan dan sedang di proses.Mereka duduk di ruangan khusus, Eyang Soeroso melihat Bambang yang mengenakan pakaian tahanan sebenarnya sangat sedih. Ya, biar bagaimanapun mereka telah puluhan tahun menjadi satu keluarga.Terkadang Eyang Soeroso merasa tak habis pikir mengapa putra sambungnya ini tidak pernah bersyukur dengan semua fasilitas dan kemewahan yang i
Berita mengenai cucu menantunya yang mengalami keguguran membuat murka seorang pria paruh baya yang masih berkuasa penuh dalam keluarga Hadiningrat, Eyang Soeroso."Saya tidak mau tahu temukan motor yang telah menabrak cucu menantu saya! Dan bawa orangnya kesini!"Eyang Soeroso berdiri membelakangi tiga laki-laki bertubuh gempal dengan baju seragam serba hitam. Saat ini mereka sedang berada di ruang kerjanya.Kedua laki-laki bertubuh gempal berseragam itu terlihat menunduk patuh. "Baik, Tuan. Akan saya laksanakan."Eyang Soeroso melirik sekilas, "Saya tidak main-main, kalau kalian tidak bisa mendapatkannya, maka kepala kalian adalah bayarannya!"Pria paruh baya yang masih tampak berwibawa itu memutar dirinya ke arah kedua laki-laki berseragam itu. Dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celananya. Menatap lekat dan tegas kepada keduanya, menghadirkan rasa segan dan takut secara bersamaan."Ba-baik, Pak."Merasa puas dengan ekspresi yang ditampilkan kedua manusia itu. Eyang Soeros
"DOKTER!!?" teriakan pilu Dodit di sebuah pintu masuk rumah sakit terdengar jelas oleh petugas medis yang mendapat shift malam itu.Terlihat Dodit wara-wiri dengan baju yang penuh darah. Saat menggendong wanita yang sangat dicintainya itu. Beruntung rumah sakit 24 jam ini memang di dukung penuh oleh Soeroso grup. Sehingga teriakan Dodit langsung mendapat tanggapan positif dan tindakan cepat untuk segera membawa Dina ke ruang IGD."Dodit! Ada apa ini, nak?" Hanafi dan istrinya datang, bersama Pandu, Panji dan Yola. Mereka terlihat panik.Dodit hanya terdiam, dan menunduk dalam. Membuat mereka paham kalau saat ini Dodit masih terpukul atas kecelakaan yang baru saja menimpa sang istri."Ada apa, nak? Kenapa jadi seperti ini?"Dodit masih terdiam. Kedua tangannya terlihat gemetar. Kedua matanya menatap kosong pada lantai yang ia pijak, lalu detik kemudian ia memeluk sang ibu dengan isakan pilu.Keadaan rumah sakit yang sepi, karena jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Membuat rasa
"Padit! Aku mau wedang ronde!" Dina sengaja menggunakan panggilan Padit yang menurut pasutri ini artinya Papa Dodit lantaran menginginkan sesuatu.Rengekan Dina terdengar cukup nyaring sehingga Dodit yang tengah tertidur mengerjapkan kedua matanya. Menatap ke arah jarum jam dinding yang berdetak menunjukkan pukul satu dini hari."Ini jam satu malam, kamu mau wedang ronde?"Sungguh tak habis pikir pada wanita terkasihnya itu. Kenapa ia harus dibangunkan, tepat saat ia mau bermimpi indah?"Madin, sekarang udah malam banget, sayang ... " Dodit pun kali ini sengaja menggunakan panggilan Madin yang artinya Mama Dina.Dina pun menggembungkan kedua pipinya yang semakin chubby semenjak dirinya hamil. "Aku gak peduli pokoknya aku mau wedang ronde!"Lihat bagaimana keras kepalanya wanita yang dicintainya itu. Membuat Dodit pusing sekali. Kenapa minta hal yang aneh-aneh di tengah malam seperti ini."Aku enggak tau cara bikinnya sayang. Lagian, kalau malam gelap begini gak ada yang jualan."Menco
Ambar yang lebih dari separuh hidupnya dihabiskan dengan ambisi menguasai harta dan tahta keluarga Hadiningrat merasa sangat kesal sekaligus kecewa lantaran gagal membujuk cucu kandungnya, Panji agar tidak memilih melanjutkan pendidikan ke luar negeri dan memutuskan untuk tidak menuruti semua keinginan pemuda itu melepaskan status sosial sebagai seorang penerus klan Hadiningrat.Puluhan tahun Ambar menggantungkan harapan bahwa kelak anak keturunannya akan hidup secara terhormat dan makmur dalam keluarga Hadiningrat. Sayangnya hanya Panji saja yang mau menjadi penerus ambisinya dalam melakukan semua hal, termasuk menyingkirkan anak keturunan Tantri yang merupakan nenek kandung Dodit.Selama ini dia memang sudah tidak bisa menaruh harapan pada Pandu, sang cucu pertama yang dari awal tidak pernah mau menjadi cucu yang penurut baginya. Lihat saja, ketimbang menjadi pengusaha kini Pandu malah berprofesi sebagai dosen. Ya, walaupun hal tersebut bukan hal yang buruk, tapi jelas naluri wanita
"Kalau kamu tidak mampu bersaing secara terbuka, coba sekarang bermain cantik. Dekati wanita itu dan jadilah sahabatnya agar kamu lebih tahu banyak semua kekurangannya untuk menjadi senjata kamu mengembalikan hati suaminya menjadi milikmu!" seru Ambar memberikan petuah sesat kepada cucunya, Yola.Sejak itulah Yola mendekati Dina. Yola memulai dengan permintaan maaf. Awalnya Yola mengira Dina si cewek bar-bar itu akan menolak mentah-mentah dirinya, namun siapa sangka justru sosok itu membuka tangannya lebar-lebar dan resmi menjadikannya adik sepupunya terdekat.Setiap hari mereka berbagi cerita dan saling berkunjung atau hang out bersama. Seperti kegiatan yang kali ini mereka lakukan di sebuah pusat perbelanjaan."Bumil, astaga tenaganya kuat sekali tak kenal lelah menjelajah hampir setiap sudut mall ini," sindir Yola yang cenderung malas sebenarnya mengikuti semua keinginan Dina sehingga sengaja mengajaknya untuk makan siang di sebuah restoran western."Ya loe tau sendirilah gimana be
Dodit dan Andri sudah kembali pada rutinitas mereka, bekerja. Rupanya koneksi persahabatan antara sesama sahabat mantan jomblo masih berlanjut hingga kini mereka menjalin kerjasama dengan perusahaan milik keluarga Riko.Untuk itulah hari ini rencananya mereka sebagai perwakilan kedua perusahaan akan melakukan pertemuan bisnis sekaligus merajut silaturahmi yang sempat merenggang karena jarak dan kesibukan masing-masing.Sebelum memulai pembicaraan serius, mereka berkumpul di cafetaria perusahaan."Kayaknya hari ini udah gak ada yang kekurangan pupuk sama air lagi deh," ujar Dina menyindir sikap ceria Riko."Ho'oh lihat tuh mukanya si duda kayak lampu baru di ganti," sahut Dodit menyambung sindiran sang istri."Silau, Men. Hahaha...." Andri latah menimpali ledekan duet maut pasutri sahabatnya itu."Yes ... Kita gak bakalan dapat curhatan sendu nan manjah lagi nih," ucap Dina sambil tersenyum sumringah."Apaan sih kalian," sahut Riko bak kura-kura dalam perahu.Sudah bukan rahasia umum l
Kebahagiaan yang terpancar dari wajah Andri dan Siska berbanding terbalik dengan sang kakak, Sandra, tetapi dia juga tidak mau di cap sebagai penghambat pernikahan keduanya. Tatapannya menatap lirih Jaka, perjaka yang tak memiliki urat malu sedikitpun mengutarakan perasaannya.Huh, bagaimana bocah tengil ini bisa punya pikiran mau serius komitmen sama gue? oke, untuk saat ini aja deh gue iya in aja lantaran gue gak bisa biarin Siska terhalang dapat jodoh karena gue. Batin Sandra dengan berpura-pura tersenyum ramah kepada para tamunya.Acara itu sekaligus juga menjadi ajang reuni para mantan jomblo dan keluarganya. Hilda yang sedang menghitung hari hendak melahirkan menjadi sosok yang begitu antusias bercerita."Bro, sorry ya kayaknya anak gue kecapean nih jadi gue balik duluan ya?" Pamit Jodi saat melihat Dira tertidur pulas di pangkuannya.Sementara Rara sejak tadi memang sedang asyik gosip sana sini sambil mengusap punggung Rani yang sejak tadi tertidur dalam gendongannya."Oh, ya