Jodi menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Iya kamu nyebelin. Tapi aku suka. Suka banget," ujar Jodi kembali menarik Rara ke dalam pelukannya.
"Kamu ngeselin," ucap Rara sembari membalas pelukan suaminya."Tapi kamu suka kan?" tanya Jodi.Rara menganggukkan kepalanya. "Iya suka benget.""Sekarang kalau ada apa-apa yang mengganjal di hati, kamu harus cerita sama aku. Kalau ada y ngomong aneh-aneh, kamu juga ngomong sama aku. Jangan suka bikin aku bingung dengan perubahan sikap kamu yang tiba-tiba aneh kayak kemarin," ungkap Jodi."Kok aneh? Kan aku cuman belajar mandiri." Rara mengerutkan dahinya."Gak usah mandiri-mandirian. Kamu kayak gini aja, aku udah banyak saingannya. Apalagi kamu mandiri. Bisa-bisa aku kalah saing sama yang lebih hebat. Aku gak mau ya, sampai kamu berpaling. Kamu sekarang punya aku. Dan selamanya hanya akan menjadi milik aku! SELAMANYA," ucap Jodi dengan menekan kata selamanya."Iya suamiku sayang," jawab Rara menengadah"Tapi apa kamu yakin kalau aku enggak bakalan hamil?" tanya Rara masih belum yakin."Yakin. Teman aku bilang enggak bakalan hamil kalau ngelakuin cuman sekali. Lagian sekarang bukan masa subur kamu. Apalagi kalau adik aku pakai sarung. Jadi jangan khawatir ya," ucap Jodi mencoba meyakinkan. Padahal sebenarnya dia tidak pernah bertanya kepada siapapun mengenai hal tabu seperti ini kepada siapapun. Iya lah secara semua sahabatnya masih sekolah dan tergolong anak baik yang tidak pernah mengenal pergaulan bebas. Jadi sangat mustahil dia bertanya mengenai hal ini dari orang lain.Namun karena Jodi sudah sangat ingin menjebol gawang istrinya, membuat dia berbohong."Sarung? Pengaman yang kayak balon itu maksud kamu?" tanya Rara yang justru mendapatkan tatapan horor dari suaminya."Kamu tau dari mana?" tanya Jodi tak menyangka jika istrinya tak sepolos yang dia pikirkan."Temen," jawab Rara. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang sudah hampir polos. Ini b
Jodi terus mengecupi bahu polos Rara. Rasanya Jodi masih tak menyangka jika semalam dia benar-benar berhasil membuka segel sang istri."Umm, Jan ganggu... Aku masih ngantuk," gumam Rara yang merasa tidurnya mulai terusik akibat kecupan-kecupan sang suami di bahunya.Jodi membalik tubuh Rara agar menghadap kearahnya. "Bangun Yang, udah pagi," ujar Jodi sembari merapikan helaian rambut yang menutupi wajah cantik istrinya."Lima menit lagi Yang," jawab Rara menggumam dengan kedua mata masih tertutup rapat."Bangun dulu sarapan. Nanti tidur lagi." Jodi kini sudah mulai mengecupi setiap sisi wajah istrinya. Dia selalu merasa gemas dengan wajah Rara yang kini terlihat sedikit chubby."Yang stop!" Rara mendorong wajah Jodi agar menjauh."Ayo bangun. Kamu nanti biasanya uring-uringan kalau aku telat bangun ke sekolah," ujar Jodi.Dengan malas Rara mencoba membuka kedua mata yang masih sangat lengket dan berat. "Jam berapa sekarang?" tanya Rar
Jodi menggendong Rara menuju kamar mandi dengan ala-ala bridal style, bahkan tanpa mempedulikan Rara yang mengomel karena saat ini tubuhnya tak tertutup sehelai benangpun.Setelah mendudukkan tubuh istrinya di kloset kamar mandi, Jodi mengisi bak khusus untuk mandi Rara.Jodi kembali mendekat ke arah Rara dan hendak mengangkat tubuh istrinya. "Kamu mau ngapain lagi?" tanya Rara dengan kedua tangan sudah menutupi bagian sensitifnya bahkan dia sudah memalingkan wajahnya saat kedua matanya melihat benda pusaka milik suaminya yang terlihat menonjol di balik boxer. Ya sejak percintaan panas mereka semalam, Jodi sempat memakai kembali boxer tipis miliknya."Aku mau bantuin kamu. Katanya sakit." Rara menoleh ke arah istrinya."Udah gak usah, aku bisa sendiri." Rara berdiri dengan menahan sedikit rasa sakit di bagian intinya agar sang suami tidak terlalu khawatir."Yang..." pekik Rara saat Jodi justru kembali mengangkat tubuhnya."Aku gak bakalan ga
Beberapa hari berlaluSetelah selesai makan malam, Jodi mengajak istrinya masuk ke dalam kamar. Dia ingin mewujudkan keinginannya yang sudah terpendam sejak tiga hari lalu. Apalagi kalau bukan bermain kuda-kudaan dengan Rara."Yang..." panggil Jodi."Hmm..." sahut Rara datar."Sini!" Jodi melambaikan tangannya agar Rara mendekat ke arahnya."Bentar. Aku lagi masukin baju-baju kamu ini," ujar Rara yang memang sedang melipat pakaian mereka ke dalam lemari pakaian."Biarin aja. Nanti aku aja yang masukin baju-baju aku," ujar Jodi."Tapi..." Rara merasa terganggu kegiatannya."Udah sini sayang!" perintah Jodi tak mau di bantah."Kamu kenapa sih?" Rara berjalan mendekat dan mendudukkan tubuhnya di sisi ranjang."Naik. Bobokan disini." Jodi menepuk ranjang kosong di sampingnya. Tanpa curiga sedikitpun, Rara mengikuti perintah sang suami."Yang... aku pengen lagi. Bolehkan?" tanya Jodi dengan wajah memelas.
"Yang stop!" ujar Rara saat Jodi ingin kembali memulai pemanasan nya untuk yang ketiga kalinya. Padahal sekarang sudah menunjukkan pukul dua dini hari."Satu ronde lagi Yang," pinta Jodi dengan bibir terus mengecupi bahu sang istri."No, stop! Aku capek. Aku gak mau besok masuk ke sekolah ngesot gara-gara kamu yang gak mau berhenti," ujar Rara ketus. Dia benar-benar kesal dengan sang suami. Bisa-bisanya setelah dua kali mencapai puncak, Jodi masih ingin tambah satu kali lagi."Tapi Yang..." rengek Jodi."Berhenti sekarang atau kita enggak bakalan ngelakuin ini lagi selamanya," ancam Rara. Dan seketika itu juga Jodi menghentikan aktivitas tangannya yang sudah meraba kemana saja. Karena mau tak mau Jodi harus menuruti perkataan Rara atau dia tak akan bisa lagi menikmati surga dunianya untuk selamanya. Huft... membayangkannya saja sudah membuat Jodi bergidik ngeri."Iya, iya ini juga udah gak di lanjut lagi. Sini peluk." Jodi membalik tubuh Rara agar
"Rara mau kemana tuh?" pertanyaan Dodit memecah keheningan yang sempat tercipta beberapa saat."Ke toilet," jawab Jodi dengan wajah di tekuk."Kenapa muka loe?" tanya Rafli basa-basi."Gak apa-apa." Jodi menarik mangkok bakso Rara. Lebih baik dia makan sendiri dari pada di buang. Pikirnya."Rara kok egois banget ya main kabur gitu aja," sindir Yola."Dia pasti punya alasan makannya kek gitu," bela Siska tak suka dengan kalimat sindiran Yola."Ya kan seharusnya dia tahan diri lah kalo mau ribut sama cowoknya gak di depan kita-kita juga. Childish." Yola tak tahan mengungkapkan kekesalannya."Yola, mulut loe kok sekarang makin pedes ya," sahut Jodi kesal mendengar ada yang menjelek-jelekkan nama istrinya."Di, aku tuh kan gak mau kamu dapat cewek yang cuman bisa nyakitin kamu doang," sahut Yola."Hm, terus loe ngerasa lebih baik gitu ketimbang bini gue?" sentak Jodi yang terbawa hawa pedas dari bakso yang sedang dia makan.
Tujuh hari tujuh malam Jodi lalui dengan susah payah bahkan penuh dengan derita. Bukan hanya karena sering mendapat omelan dari sang istri, tapi karena Jodi yang harus berpuasa menahan diri agar tak menyerang Rara. Dan yang lebih menyebalkan dirinya lagi, istri kecilnya itu sama sekali tak mau membantunya menuju puncak. Hingga lagi-lagi dirinya harus kembali bersolo karir di kamar mandi."Yang..." Jodi mencoba peruntungannya."Hmm..." sahut Rara masih tetap fokus dengan kegiatannya tanpa ada keinginan sedikitpun untuk melirik ke arah suaminya."Hari ini udah selesai kan?" tanya Jodi sembari memeluk istrinya yang saat ini sibuk membaca buku pelajaran karena dua hari lagi mereka akan menghadapi ujian nasional."Selesai apa?" tanya Rara yang saat ini masih fokus membaca deretan huruf yang tercetak di buku pelajarannya."Itu, palang merahnya," ujar Jodi lirih."Udah. Kenapa emangnya?" Rara menatap sang suami yang saat ini sedang tersenyum sangat
Hallo Desember...Selamat datang bulan baru....Bulan bungsuDi setiap tahunnyaYuk Jadikan Desember ini, satu bulan yang akan kita ingat..Saat langkah kita lebih cepatSaat semangat kita lebih meningkatSaat seluruh potensi yang kita miliki, terkerahkan dengan maksimal dan optimalUntuk menutup tahun 2021 menjadi lebih baik.Happy Reading ❤️Dua orang yang sama-sama patah hati karena cinta pertama mereka memilih melabuhkan cintanya pada sahabat dekat mereka kini tampak memandang dengan tatapan sengit. Ya, Riko dan Yola sejak beberapa hari terakhir ini memang merupakan sosok di belakang tindakan buruk Dina yang berusaha menjauhkan Jodi dan Rara dengan berbagai cara halus bahkan cenderung kasar.Rupanya baik Riko maupun Yola masih sulit mengobati luka hati lantaran tidak mendapatkan cinta da
Beberapa hari kemudianHari ini suasana di kediaman Dodit dan Dina tampak semarak dengan kehadiran para personil para mantan jomblo beserta keluarga kecil masing-masing. Ya, mereka datang ingin melihat sosok penghuni baru nan menggemaskan itu.Bayi mungil bernama Zayn Fayyad Alvarendra Hadiningrat yang artinya adalah laki-laki yang memiliki keindahan, baik, dermawan, murah hati, cerdas dan beruntung yang merupakan keturunan Hadiningrat. Sebuah nama yang mewakili doa dan harapan kedua orang tua dan semua sanak saudaranya.Meski di awal para sahabat dari bayi menggemaskan itu awalnya tidak diperkenankan untuk datang menjenguk ke rumah sakit, tapi masih bisa datang ke rumah untuk merasakan kebahagiaan yang sama."Gimana rasanya jadi orang tua baru?" tanya Rosa yang memang belum dikaruniai buah hati."Nikmat banget. Loe lihat sendiri nih mata panda gue. Sehari tidur bisa di hitung cuman berapa jam," curhat Dina."Baru satu aja loe udah ngeluh, pegimana gue yang otewe mau tiga ini?" sambar
Setahun kemudian Hari itu, Eyang Soeroso menemui putra sambungnya, Bambang di kantor polisi. Wajah anak sambungnya itu terlihat kusut dan lusuh. Hilang sudah jejak kesombongan dari wajah pria itu tergerus keadaan di dalam jeruji besi.Cukup rumit dampak dari penangkapan Bambang karena setelahnya sang Ibu, Ambar dan cucunya Panji malah ingin melepaskan diri dari status mereka sebagai bagian dari keluarga Hadiningrat. Hal ini sangat mengejutkan Eyang Soeroso hingga akhirnya terpaksa menyetujui keinginan istri dan cucu sambungnya tersebut.Bambang memang belum di pindah ke rumah tahanan karena berkas kasus pria itu baru naik ke kejaksaan dan sedang di proses.Mereka duduk di ruangan khusus, Eyang Soeroso melihat Bambang yang mengenakan pakaian tahanan sebenarnya sangat sedih. Ya, biar bagaimanapun mereka telah puluhan tahun menjadi satu keluarga.Terkadang Eyang Soeroso merasa tak habis pikir mengapa putra sambungnya ini tidak pernah bersyukur dengan semua fasilitas dan kemewahan yang i
Berita mengenai cucu menantunya yang mengalami keguguran membuat murka seorang pria paruh baya yang masih berkuasa penuh dalam keluarga Hadiningrat, Eyang Soeroso."Saya tidak mau tahu temukan motor yang telah menabrak cucu menantu saya! Dan bawa orangnya kesini!"Eyang Soeroso berdiri membelakangi tiga laki-laki bertubuh gempal dengan baju seragam serba hitam. Saat ini mereka sedang berada di ruang kerjanya.Kedua laki-laki bertubuh gempal berseragam itu terlihat menunduk patuh. "Baik, Tuan. Akan saya laksanakan."Eyang Soeroso melirik sekilas, "Saya tidak main-main, kalau kalian tidak bisa mendapatkannya, maka kepala kalian adalah bayarannya!"Pria paruh baya yang masih tampak berwibawa itu memutar dirinya ke arah kedua laki-laki berseragam itu. Dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celananya. Menatap lekat dan tegas kepada keduanya, menghadirkan rasa segan dan takut secara bersamaan."Ba-baik, Pak."Merasa puas dengan ekspresi yang ditampilkan kedua manusia itu. Eyang Soeros
"DOKTER!!?" teriakan pilu Dodit di sebuah pintu masuk rumah sakit terdengar jelas oleh petugas medis yang mendapat shift malam itu.Terlihat Dodit wara-wiri dengan baju yang penuh darah. Saat menggendong wanita yang sangat dicintainya itu. Beruntung rumah sakit 24 jam ini memang di dukung penuh oleh Soeroso grup. Sehingga teriakan Dodit langsung mendapat tanggapan positif dan tindakan cepat untuk segera membawa Dina ke ruang IGD."Dodit! Ada apa ini, nak?" Hanafi dan istrinya datang, bersama Pandu, Panji dan Yola. Mereka terlihat panik.Dodit hanya terdiam, dan menunduk dalam. Membuat mereka paham kalau saat ini Dodit masih terpukul atas kecelakaan yang baru saja menimpa sang istri."Ada apa, nak? Kenapa jadi seperti ini?"Dodit masih terdiam. Kedua tangannya terlihat gemetar. Kedua matanya menatap kosong pada lantai yang ia pijak, lalu detik kemudian ia memeluk sang ibu dengan isakan pilu.Keadaan rumah sakit yang sepi, karena jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Membuat rasa
"Padit! Aku mau wedang ronde!" Dina sengaja menggunakan panggilan Padit yang menurut pasutri ini artinya Papa Dodit lantaran menginginkan sesuatu.Rengekan Dina terdengar cukup nyaring sehingga Dodit yang tengah tertidur mengerjapkan kedua matanya. Menatap ke arah jarum jam dinding yang berdetak menunjukkan pukul satu dini hari."Ini jam satu malam, kamu mau wedang ronde?"Sungguh tak habis pikir pada wanita terkasihnya itu. Kenapa ia harus dibangunkan, tepat saat ia mau bermimpi indah?"Madin, sekarang udah malam banget, sayang ... " Dodit pun kali ini sengaja menggunakan panggilan Madin yang artinya Mama Dina.Dina pun menggembungkan kedua pipinya yang semakin chubby semenjak dirinya hamil. "Aku gak peduli pokoknya aku mau wedang ronde!"Lihat bagaimana keras kepalanya wanita yang dicintainya itu. Membuat Dodit pusing sekali. Kenapa minta hal yang aneh-aneh di tengah malam seperti ini."Aku enggak tau cara bikinnya sayang. Lagian, kalau malam gelap begini gak ada yang jualan."Menco
Ambar yang lebih dari separuh hidupnya dihabiskan dengan ambisi menguasai harta dan tahta keluarga Hadiningrat merasa sangat kesal sekaligus kecewa lantaran gagal membujuk cucu kandungnya, Panji agar tidak memilih melanjutkan pendidikan ke luar negeri dan memutuskan untuk tidak menuruti semua keinginan pemuda itu melepaskan status sosial sebagai seorang penerus klan Hadiningrat.Puluhan tahun Ambar menggantungkan harapan bahwa kelak anak keturunannya akan hidup secara terhormat dan makmur dalam keluarga Hadiningrat. Sayangnya hanya Panji saja yang mau menjadi penerus ambisinya dalam melakukan semua hal, termasuk menyingkirkan anak keturunan Tantri yang merupakan nenek kandung Dodit.Selama ini dia memang sudah tidak bisa menaruh harapan pada Pandu, sang cucu pertama yang dari awal tidak pernah mau menjadi cucu yang penurut baginya. Lihat saja, ketimbang menjadi pengusaha kini Pandu malah berprofesi sebagai dosen. Ya, walaupun hal tersebut bukan hal yang buruk, tapi jelas naluri wanita
"Kalau kamu tidak mampu bersaing secara terbuka, coba sekarang bermain cantik. Dekati wanita itu dan jadilah sahabatnya agar kamu lebih tahu banyak semua kekurangannya untuk menjadi senjata kamu mengembalikan hati suaminya menjadi milikmu!" seru Ambar memberikan petuah sesat kepada cucunya, Yola.Sejak itulah Yola mendekati Dina. Yola memulai dengan permintaan maaf. Awalnya Yola mengira Dina si cewek bar-bar itu akan menolak mentah-mentah dirinya, namun siapa sangka justru sosok itu membuka tangannya lebar-lebar dan resmi menjadikannya adik sepupunya terdekat.Setiap hari mereka berbagi cerita dan saling berkunjung atau hang out bersama. Seperti kegiatan yang kali ini mereka lakukan di sebuah pusat perbelanjaan."Bumil, astaga tenaganya kuat sekali tak kenal lelah menjelajah hampir setiap sudut mall ini," sindir Yola yang cenderung malas sebenarnya mengikuti semua keinginan Dina sehingga sengaja mengajaknya untuk makan siang di sebuah restoran western."Ya loe tau sendirilah gimana be
Dodit dan Andri sudah kembali pada rutinitas mereka, bekerja. Rupanya koneksi persahabatan antara sesama sahabat mantan jomblo masih berlanjut hingga kini mereka menjalin kerjasama dengan perusahaan milik keluarga Riko.Untuk itulah hari ini rencananya mereka sebagai perwakilan kedua perusahaan akan melakukan pertemuan bisnis sekaligus merajut silaturahmi yang sempat merenggang karena jarak dan kesibukan masing-masing.Sebelum memulai pembicaraan serius, mereka berkumpul di cafetaria perusahaan."Kayaknya hari ini udah gak ada yang kekurangan pupuk sama air lagi deh," ujar Dina menyindir sikap ceria Riko."Ho'oh lihat tuh mukanya si duda kayak lampu baru di ganti," sahut Dodit menyambung sindiran sang istri."Silau, Men. Hahaha...." Andri latah menimpali ledekan duet maut pasutri sahabatnya itu."Yes ... Kita gak bakalan dapat curhatan sendu nan manjah lagi nih," ucap Dina sambil tersenyum sumringah."Apaan sih kalian," sahut Riko bak kura-kura dalam perahu.Sudah bukan rahasia umum l
Kebahagiaan yang terpancar dari wajah Andri dan Siska berbanding terbalik dengan sang kakak, Sandra, tetapi dia juga tidak mau di cap sebagai penghambat pernikahan keduanya. Tatapannya menatap lirih Jaka, perjaka yang tak memiliki urat malu sedikitpun mengutarakan perasaannya.Huh, bagaimana bocah tengil ini bisa punya pikiran mau serius komitmen sama gue? oke, untuk saat ini aja deh gue iya in aja lantaran gue gak bisa biarin Siska terhalang dapat jodoh karena gue. Batin Sandra dengan berpura-pura tersenyum ramah kepada para tamunya.Acara itu sekaligus juga menjadi ajang reuni para mantan jomblo dan keluarganya. Hilda yang sedang menghitung hari hendak melahirkan menjadi sosok yang begitu antusias bercerita."Bro, sorry ya kayaknya anak gue kecapean nih jadi gue balik duluan ya?" Pamit Jodi saat melihat Dira tertidur pulas di pangkuannya.Sementara Rara sejak tadi memang sedang asyik gosip sana sini sambil mengusap punggung Rani yang sejak tadi tertidur dalam gendongannya."Oh, ya