Pandangan semua mata tertuju kepada Rosa dan Dodit yang menjadi artis dadakan. Setelah ini pasti mereka akan banyak mendapat todongan kompresi dress menuntut kejelasan ucapan Rosa.
"Jangan dong, kita baru dua jam tiga puluh enam menit lima detik baru jadian," protes Dodit yang tak terima masa pacarannya amat singkat sehingga mungkin bisa masuk rekor muri.
Pengakuan Dodit yang di luar dugaan itu seketika membuat mereka berdecak keheranan. Bagaimana rasanya baru pacaran 2 jam setengah lalu di minta putus?
"Hah? Sejak kapan kalian jadian?" Siska tiba-tiba berdiri di antara Dodit dan Rosa.
"Baru tadi pagi," sahut Dodit lemas tanpa gairah. Pupus sudah harapannya setelah penantian sekian tahun.
"Sis, loe tadi gak nyimak dia bilang baru jadian dua jam setengah lalu berarti baru banget." Hilda menginginkan.
"Oh iya, terus gimana bisa? Selama ini kan yang naksir Rosa itu Samudra, tapi kenapa malah jadian sama elo?!" cecar Siska masih tetap ingi
Pulang sekolah hari ini mereka berempat main ke rumah Rosa. Mumpung hari ini pulang lebih cepat karena tadi di sekolah mereka hanya mengikuti ujian praktek olahraga saja."Sa, itu bukannya Sam?" Hilda memekik tak percaya ketika sedang mengendarai motor nya bersama Rosa lalu melihat Samudra berlawanan arah di gang menuju rumah Rosa."Loe salah orang kali." Rosa menyangkal."Masa sih?" Hilda melanjutkan perjalanan nya ke rumah Rosa."Assalamualaikum," ucap Rosa mengucapkan salam begitu tiba di rumahnya."Walaikum salam, Rosa. Eh, ada temannya Rosa." Mira, ibunda Rosa menyambut kedatangan Rosa dan para sahabatnya."Ayah belum pulang, Bun?" Rosa celingukan mengedarkan pandangannya ke arah kamar orangtuanya."Belum, Sa. Ayah bilang cuacanya lagi gak bagus buat penerbangan jadi mungkin besok baru Ayah bisa pulang." Mira menepuk lembut bahu Rosa."Bu, tadi masa teman Rosa bilang lihat Samudra." Rosa bertanya ketika mereka sudah masuk
Rara baru saja masuk ke dalam rumahnya ketika melihat kedua orangtuanya sibuk, tampak berpenampilan rapih dan bersiap-siap untuk menghadiri suatu acara."Ra, ini bentar lagi Enyak ame babeh mau ikut besanan anaknya Pak erwe di Bojong kenyot. Loe entar balik langsung ke rumah Jodi aje ye sekalian loe urusin die katenye lagi sakit." Halimah menuturkan pengakuan Rodiah sebelumnya di telepon."Maksudnya pegimane, Nyak?" otak Rara mendadak melemah dan tak bisa mencerna ucapan Halimah."Rodiah tadi telepon katenye gak jadi ikut ngebesan tapi Enyak bilang biar elo aje nyang urusin laki loe nyang sakit." Halimah menuturkan pembicaraannya dengan Rodiah."Kenape kudu aye? Pan kite..." Rara berusaha menolak keinginan Halimah."Inget, dosa tau kagak ngurusin laki lagi sakit." Halimah menasehati Rara."Tap..." Rara kembali ingin menolak tapi tidak diberi kesempatan bicara oleh Halimah."Loe mau die di rawat cewek laen? Nangis darah ntar nyang ada
"Duh, Ra, lama amat sih..." Rodiah yang sedari tadi menunggu langsung menghampiri Rara begitu mendengar bunyi suara klakson yang sengaja dibunyikan oleh Sabeni di depan rumahnya."Assalamualaikum..." Rara mengucapkan salam lalu mencium punggung tangan Rodiah."Walaikum salam..." Rodiah memeluk hangat menantunya."Ra, Enyak kagak bisa lama-lama nih. Jodi tadi udah Enyak kasih parasetamol jadi die molor di kamar. Loe mandi terus makan ye udah ade tuh di meja makan." Rodiah memberitahu Rara.Rara terpaksa mengulas senyum untuk Rodiah. Ia masih berat dan risih kalau harus berduaan dengan Jodi."Ra, nitip laki loe, ye?" Rojak yang datang dari arah luar menyapa sekaligus berpamitan kepada Rara."Oh iya Ra, ini daster bakal loe salin ye. Daster baru nih belum sempat Enyak pake." Rodiah menyodorkan daster motif bunga kepada Rara."Eh iya, Nyak. Makasih." Rara menerima dengan kikuk daster dari Rodiah."Kunci aje pintunye... Enyak sama B
Sang surya mulai memancarkan semburat jingga pertanda fajar datang. Tetes embun membasahi dedaunan hijau menyegarkan indra. Kumandang adzan subuh pun telah bertalu-talu dan terdengar beberapa menit lalu.Jodi yang mulai terbangun merasa dirinya masih di buai alam mimpi lantaran di hadapannya terpampang nyata sepasang alpukat sekal masih terbungkus rapih di tempat nya.Rejeki nomplok nih. Jodi menghirup aroma yang sepertinya akan menjadi candu baginya.Ini masih mimpi kan? Buka aja lah bungkusan alpukat nya biar nyobain rasanya yang legit.Perlahan tapi pasti ia mengambil kesempatan untuk membuka kain berenda pembungkus alpukat. Gairahnya mengegelegak tak terkira lantaran tak kuat godaan untuk membelai dan meremas lembut alpukat itu, terlebih bagian imut berwarna coklat yang menyembul. Tanpa sadar alpukat sebelah kiri menjadi mainannya untuk di belai dan sebelah kanan ia sesap pelan.Terdengar suara lenguhan yang semakin membangkitkan&nb
BRAAAAKKKKBunyi suara pintu yang dibanting dengan keras oleh Rara. Melihat kepanikan istrinya malah membuat Jodi tergelak tawa."Yang, awas sabun ku habis ya kamu mainin ye..." ledek Jodi sengaja menggoda Rara."Kagak bakalan! ketahuan loe ye doyan sabun!" teriak Rara dari dalam kamar mandi.Rara memandangi sekeliling area kamar mandi yang masih terasa asing baginya. Ruangan ini lebih besar daripada kamar mandi di rumahnya. Peralatan mandi yang lengkap untuk ukuran seorang lelaki cukup membuatnya heran karena selama ini Jodi terlihat cuek.DegRara teringat sesuatu hal yang membuatnya ragu untuk memulai kegiatan nya untuk membersihkan diri.Krieeeetttt...Tiba-tiba Rara membuka pintu kamar mandi lalu kepalanya menengok ke segala penjuru kamar untuk mencari keberadaan Jodi. Ia menjadi ragu mengenai sesuatu yang mungkin bisa di pahami oleh suaminya saat ini."Di..." Rara menahan malu untuk bertanya."Duh, istriku m
Rara yang sedang menunggu Jodi mandi asyik bermain handphone sambil tiduran di kasur. Sebenarnya ia merasa tenaganya terkuras lantaran begadang hampir semalaman menjaga suaminya. Kedua kelopak matanya sudah terasa lengket dan mulai berayun-ayun.Tak berselang lama Jodi keluar dari kamar mandi. Ia menatap bahagia wajah Rara yang hampir terpejam lalu ia hampiri perlahan dan ternyata Rara belum tertidur."Makasih kamu masih mau peduli sama aku." Ucap Jodi tulus.Rara mengernyitkan dahinya karena tak biasa mendengar Jodi berbicara aku-kamu dengannya. "Hm," hanya itu respon yang ia berikan."Kamu mau tidur atau mau sarapan?" Jodi tersenyum dan menawarkan Rara."Hm," Rara masih kikuk menanggapi ucapan Jodi."Ham hem ham hem... minta di cium nih kayaknye." Jodi mendekatkan wajahnya ke wajah Rara bermaksud menggoda.Apa rasanya lebih menyegarkan dari minuman yang mengandung 1000 mg vitamin C?Belum genap dua detik ia pandangi nalurinya
Jodi begitu terpesona kala menatap dalam manik hitam mata Rara. Ada terbersit ketakutan dan pertanyaan dalam dirinya seperti, apakah Rara benar akan memilih pendidikan nya dan meninggalkan dirinya?"Di, bisa berlubang nih muka gue loe liatin mulu!" Sinis Rara.Rara ingin menghindari tatapan mata suaminya yang sebenarnya selalu ia rindukan."Ra, aku mohon dalam kondisi apapun jangan pernah kamu tinggalin aku..." harap Jodi dengan suara memelas.Mendengar permintaan Jodi membuat Rara dilema galau gundah melanda. Apa sekarang waktunya untuk jujur kalau ia berencana kuliah di lain kota setelah dirinya lulus? Rara menimbang keputusan nya untuk belajar jujur biar mujur. Semoga...Bismillahirrahmanirrahim...Ketika Rara sedang menimbang cara untuk menyampaikan keinginannya untuk kuliah di Jogja, ternyata sudah didahului oleh Jodi."Ra, kalau kamu milih kuliah di Jogja, aku bakal milih kuliah dan menetap selamanya di Jepang." Jodi senga
Ojek online yang membawa Rara pun tiba di sekolah dalam kondisi masih terlalu pagi, bahkan Pak Sapto selaku satpam saja belum terlihat di pos tempat ia bertugas.Rara mengedarkan pandangannya ke semua penjuru kelas. Tiba-tiba ada rasa was-was dalam hatinya kalau ia terjerat suasana mistis penghuni gaib sekolah.Duh, kenape gue langsung kemari ye? Ah, emosi emang bikin gue gak bisa mikir bener nih. Rara menyesalkan keputusan nya meninggalkan rumah Jodi sepagi ini.Huft, ketimbang gue bengek ketakutan gak jelas mending cari makanan aje deh ke kantin. Etapi kok masih gelap gini ye?Duuh, mendingan gue balik ke gerbang sekolah aje deh biar kalau ade ape gitu gampang kabur.5 menit10 menit15 menitEt deh, ini ngapa belom ada satupun makhluk nyata nyang nyampe sekolah sih? Iseng nih...Rara yang resah gelisah walaupun berusaha mengalihkan pemikirannya dengan bermain handphone akhirnya membuka aplikasi Alquran. Hey, dedemit,
Beberapa hari kemudianHari ini suasana di kediaman Dodit dan Dina tampak semarak dengan kehadiran para personil para mantan jomblo beserta keluarga kecil masing-masing. Ya, mereka datang ingin melihat sosok penghuni baru nan menggemaskan itu.Bayi mungil bernama Zayn Fayyad Alvarendra Hadiningrat yang artinya adalah laki-laki yang memiliki keindahan, baik, dermawan, murah hati, cerdas dan beruntung yang merupakan keturunan Hadiningrat. Sebuah nama yang mewakili doa dan harapan kedua orang tua dan semua sanak saudaranya.Meski di awal para sahabat dari bayi menggemaskan itu awalnya tidak diperkenankan untuk datang menjenguk ke rumah sakit, tapi masih bisa datang ke rumah untuk merasakan kebahagiaan yang sama."Gimana rasanya jadi orang tua baru?" tanya Rosa yang memang belum dikaruniai buah hati."Nikmat banget. Loe lihat sendiri nih mata panda gue. Sehari tidur bisa di hitung cuman berapa jam," curhat Dina."Baru satu aja loe udah ngeluh, pegimana gue yang otewe mau tiga ini?" sambar
Setahun kemudian Hari itu, Eyang Soeroso menemui putra sambungnya, Bambang di kantor polisi. Wajah anak sambungnya itu terlihat kusut dan lusuh. Hilang sudah jejak kesombongan dari wajah pria itu tergerus keadaan di dalam jeruji besi.Cukup rumit dampak dari penangkapan Bambang karena setelahnya sang Ibu, Ambar dan cucunya Panji malah ingin melepaskan diri dari status mereka sebagai bagian dari keluarga Hadiningrat. Hal ini sangat mengejutkan Eyang Soeroso hingga akhirnya terpaksa menyetujui keinginan istri dan cucu sambungnya tersebut.Bambang memang belum di pindah ke rumah tahanan karena berkas kasus pria itu baru naik ke kejaksaan dan sedang di proses.Mereka duduk di ruangan khusus, Eyang Soeroso melihat Bambang yang mengenakan pakaian tahanan sebenarnya sangat sedih. Ya, biar bagaimanapun mereka telah puluhan tahun menjadi satu keluarga.Terkadang Eyang Soeroso merasa tak habis pikir mengapa putra sambungnya ini tidak pernah bersyukur dengan semua fasilitas dan kemewahan yang i
Berita mengenai cucu menantunya yang mengalami keguguran membuat murka seorang pria paruh baya yang masih berkuasa penuh dalam keluarga Hadiningrat, Eyang Soeroso."Saya tidak mau tahu temukan motor yang telah menabrak cucu menantu saya! Dan bawa orangnya kesini!"Eyang Soeroso berdiri membelakangi tiga laki-laki bertubuh gempal dengan baju seragam serba hitam. Saat ini mereka sedang berada di ruang kerjanya.Kedua laki-laki bertubuh gempal berseragam itu terlihat menunduk patuh. "Baik, Tuan. Akan saya laksanakan."Eyang Soeroso melirik sekilas, "Saya tidak main-main, kalau kalian tidak bisa mendapatkannya, maka kepala kalian adalah bayarannya!"Pria paruh baya yang masih tampak berwibawa itu memutar dirinya ke arah kedua laki-laki berseragam itu. Dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celananya. Menatap lekat dan tegas kepada keduanya, menghadirkan rasa segan dan takut secara bersamaan."Ba-baik, Pak."Merasa puas dengan ekspresi yang ditampilkan kedua manusia itu. Eyang Soeros
"DOKTER!!?" teriakan pilu Dodit di sebuah pintu masuk rumah sakit terdengar jelas oleh petugas medis yang mendapat shift malam itu.Terlihat Dodit wara-wiri dengan baju yang penuh darah. Saat menggendong wanita yang sangat dicintainya itu. Beruntung rumah sakit 24 jam ini memang di dukung penuh oleh Soeroso grup. Sehingga teriakan Dodit langsung mendapat tanggapan positif dan tindakan cepat untuk segera membawa Dina ke ruang IGD."Dodit! Ada apa ini, nak?" Hanafi dan istrinya datang, bersama Pandu, Panji dan Yola. Mereka terlihat panik.Dodit hanya terdiam, dan menunduk dalam. Membuat mereka paham kalau saat ini Dodit masih terpukul atas kecelakaan yang baru saja menimpa sang istri."Ada apa, nak? Kenapa jadi seperti ini?"Dodit masih terdiam. Kedua tangannya terlihat gemetar. Kedua matanya menatap kosong pada lantai yang ia pijak, lalu detik kemudian ia memeluk sang ibu dengan isakan pilu.Keadaan rumah sakit yang sepi, karena jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Membuat rasa
"Padit! Aku mau wedang ronde!" Dina sengaja menggunakan panggilan Padit yang menurut pasutri ini artinya Papa Dodit lantaran menginginkan sesuatu.Rengekan Dina terdengar cukup nyaring sehingga Dodit yang tengah tertidur mengerjapkan kedua matanya. Menatap ke arah jarum jam dinding yang berdetak menunjukkan pukul satu dini hari."Ini jam satu malam, kamu mau wedang ronde?"Sungguh tak habis pikir pada wanita terkasihnya itu. Kenapa ia harus dibangunkan, tepat saat ia mau bermimpi indah?"Madin, sekarang udah malam banget, sayang ... " Dodit pun kali ini sengaja menggunakan panggilan Madin yang artinya Mama Dina.Dina pun menggembungkan kedua pipinya yang semakin chubby semenjak dirinya hamil. "Aku gak peduli pokoknya aku mau wedang ronde!"Lihat bagaimana keras kepalanya wanita yang dicintainya itu. Membuat Dodit pusing sekali. Kenapa minta hal yang aneh-aneh di tengah malam seperti ini."Aku enggak tau cara bikinnya sayang. Lagian, kalau malam gelap begini gak ada yang jualan."Menco
Ambar yang lebih dari separuh hidupnya dihabiskan dengan ambisi menguasai harta dan tahta keluarga Hadiningrat merasa sangat kesal sekaligus kecewa lantaran gagal membujuk cucu kandungnya, Panji agar tidak memilih melanjutkan pendidikan ke luar negeri dan memutuskan untuk tidak menuruti semua keinginan pemuda itu melepaskan status sosial sebagai seorang penerus klan Hadiningrat.Puluhan tahun Ambar menggantungkan harapan bahwa kelak anak keturunannya akan hidup secara terhormat dan makmur dalam keluarga Hadiningrat. Sayangnya hanya Panji saja yang mau menjadi penerus ambisinya dalam melakukan semua hal, termasuk menyingkirkan anak keturunan Tantri yang merupakan nenek kandung Dodit.Selama ini dia memang sudah tidak bisa menaruh harapan pada Pandu, sang cucu pertama yang dari awal tidak pernah mau menjadi cucu yang penurut baginya. Lihat saja, ketimbang menjadi pengusaha kini Pandu malah berprofesi sebagai dosen. Ya, walaupun hal tersebut bukan hal yang buruk, tapi jelas naluri wanita
"Kalau kamu tidak mampu bersaing secara terbuka, coba sekarang bermain cantik. Dekati wanita itu dan jadilah sahabatnya agar kamu lebih tahu banyak semua kekurangannya untuk menjadi senjata kamu mengembalikan hati suaminya menjadi milikmu!" seru Ambar memberikan petuah sesat kepada cucunya, Yola.Sejak itulah Yola mendekati Dina. Yola memulai dengan permintaan maaf. Awalnya Yola mengira Dina si cewek bar-bar itu akan menolak mentah-mentah dirinya, namun siapa sangka justru sosok itu membuka tangannya lebar-lebar dan resmi menjadikannya adik sepupunya terdekat.Setiap hari mereka berbagi cerita dan saling berkunjung atau hang out bersama. Seperti kegiatan yang kali ini mereka lakukan di sebuah pusat perbelanjaan."Bumil, astaga tenaganya kuat sekali tak kenal lelah menjelajah hampir setiap sudut mall ini," sindir Yola yang cenderung malas sebenarnya mengikuti semua keinginan Dina sehingga sengaja mengajaknya untuk makan siang di sebuah restoran western."Ya loe tau sendirilah gimana be
Dodit dan Andri sudah kembali pada rutinitas mereka, bekerja. Rupanya koneksi persahabatan antara sesama sahabat mantan jomblo masih berlanjut hingga kini mereka menjalin kerjasama dengan perusahaan milik keluarga Riko.Untuk itulah hari ini rencananya mereka sebagai perwakilan kedua perusahaan akan melakukan pertemuan bisnis sekaligus merajut silaturahmi yang sempat merenggang karena jarak dan kesibukan masing-masing.Sebelum memulai pembicaraan serius, mereka berkumpul di cafetaria perusahaan."Kayaknya hari ini udah gak ada yang kekurangan pupuk sama air lagi deh," ujar Dina menyindir sikap ceria Riko."Ho'oh lihat tuh mukanya si duda kayak lampu baru di ganti," sahut Dodit menyambung sindiran sang istri."Silau, Men. Hahaha...." Andri latah menimpali ledekan duet maut pasutri sahabatnya itu."Yes ... Kita gak bakalan dapat curhatan sendu nan manjah lagi nih," ucap Dina sambil tersenyum sumringah."Apaan sih kalian," sahut Riko bak kura-kura dalam perahu.Sudah bukan rahasia umum l
Kebahagiaan yang terpancar dari wajah Andri dan Siska berbanding terbalik dengan sang kakak, Sandra, tetapi dia juga tidak mau di cap sebagai penghambat pernikahan keduanya. Tatapannya menatap lirih Jaka, perjaka yang tak memiliki urat malu sedikitpun mengutarakan perasaannya.Huh, bagaimana bocah tengil ini bisa punya pikiran mau serius komitmen sama gue? oke, untuk saat ini aja deh gue iya in aja lantaran gue gak bisa biarin Siska terhalang dapat jodoh karena gue. Batin Sandra dengan berpura-pura tersenyum ramah kepada para tamunya.Acara itu sekaligus juga menjadi ajang reuni para mantan jomblo dan keluarganya. Hilda yang sedang menghitung hari hendak melahirkan menjadi sosok yang begitu antusias bercerita."Bro, sorry ya kayaknya anak gue kecapean nih jadi gue balik duluan ya?" Pamit Jodi saat melihat Dira tertidur pulas di pangkuannya.Sementara Rara sejak tadi memang sedang asyik gosip sana sini sambil mengusap punggung Rani yang sejak tadi tertidur dalam gendongannya."Oh, ya