Share

Bab 32. Darah Siapa?

Author: AshZe
last update Last Updated: 2025-02-17 23:37:26

"Keluarlah! Aku tidak suka siapapun memasuki ruangan itu!”

“Ba-baik.” Aku segera berdiri dan ke luar dari ruangan tersebut dengan perasaan campur aduk.

Ketika aku sampai di depan Samuel, tiba-tiba aku merasakan nyeri di telapak kaki akibat tertusuk pecahan kaca tadi. Kuangkat kakiku yang nyeri tersebut. Namun, tubuhku terasa limbung dan akhirnya aku terjatuh dalam posisi tengkurap.

Aku merasa aneh, bukankah kalau jatuh itu sakit? Sekarang, aku kok tidak merasakan apapun. Lantai keras yang sempat kupijak tadi mendadak empuk.

Tunggu! Empuk? Aku segera mendongakkan kepalaku dengan takut-takut. Jangan-jangan aku—

“Huwaaa!!!” Aku langsung berteriak histeris ketika menyadari saat ini bukan jatuh di atas lantai, melainkan sedang jatuh di atas tubuh Samuel.

Astaghfirullah, kenapa aku ceroboh sekali?

Aku buru-buru mengubah posisiku menjadi duduk. Aku sangat takut jika Samuel marah karena kelakuanku.

“Ma-maaf, a-aku tidak sengaja,” kataku takut-takut sambil menundukkan kepala–tak berani menata
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 33. Sebuah Fakta

    Seketika semua pikiran memenuhi kapasitas otakku. Berbagai macam pertanyaan muncul di benakku. Aku mencoba mengontrol rasa takutku. Dengan ragu, aku segera mengambil buku tersebut.Aku beringsut duduk bersandar pada dipan kasur berukuran king size di kamar ini. Tanganku bergerak membuka perlahan lembaran buku usang itu. Jantungku berdegup kencang, lembaran pertama dan kedua, sama persis dengan yang pernah aku baca ketika berada di kontrakan.Berarti, ini memanglah buku Rizal.Namanya, Mbak Rara. Aku mulai menyukainya ketika sering bermain ke rumahnya. Dia adalah kakak temanku–Yuda.Wajahnya cantik, orangnya baik, meskipun sedikit judes tapi hatiku merasa nyaman bila dekat dengannya. Aku suka wanita itu, meskipun umur kami berbeda jauh.Deg!Mataku membelalak sempurna membaca halaman ketiga lembaran buku usang tersebut. Jadi, Rizal menyukaiku sudah lama?Sepulang sekolah, aku selalu mampir ke rumah Yuda hanya untuk melihat Mbak Rara.Aku dengar, dia bekerja di kampung sebelah menjadi a

    Last Updated : 2025-02-18
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Rizal Kembali

    Lama-lama, aku merasakan dadaku yang semakin sesak. Bahkan, aku hampir seperti kekurangan oksigen gara-gara bersembunyi di balik selimut yang tebal sedari tadi.Sebenarnya, apa yang sedang di bahas Samuel di telepon itu? Sudahlah lama, pakai bahasa Inggris pula, aku mana paham.Tubuhku semakin kaku, tidak bergerak sedari tadi membuat kakiku jadi kesemutan. Aduh, bagaimana ini? Aku benar-benar sudah tak tahan.“Ya, Dad. Aku akan mengurusnya nanti.”Seketika aku bernapas dengan lega ketika mendengar Samuel menyudahi sambungan teleponnya. Terdengar, ia meletakkan ponselnya di atas meja, di samping tempat persembunyianku ini."Perasaan, tadi selimutnya di atas," ucapnya yang dapat aku dengar. Jantungku berpacu dengan cepat. Kalau sampai Samuel mengetahui keberadaan aku di sini. Mungkin, riwayatku akan tamat.Aku memejamkan kedua mataku dengan takut. Rasa takut itu memudar ketika terdengar langkah kaki Samuel semakin menjauh. Sepertinya, sekarang dia sedang ke kamar mandi karena aku mend

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 35. Aku Nggak Bisa Bercerai Darimu

    "Rizal ... kamu benar Rizal?" "Benar, Mbak. Aku Rizal. Aku suamimu." Rizal segera menghampiriku, ia berjongkok di depanku seraya memelukku yang kini sedang menangis. "Maafkan aku, Mbak. Kumohon maafkan aku membuatmu berada di posisi ini." Dia ikutan menangis, tangisan pilu yang cukup menyayat hatiku. Sebenarnya, Rizal tidak bersalah. Samuel adalah pelakunya, tapi Rizal terus meminta maaf seakan ini semua adalah kesalahannya. "Ayo, Mbak, kita bangun dulu." Rizal membantuku berdiri dengan hati-hati, lalu memapahku untuk duduk di sofa ruang tamu. "Aku ambilkan minum dulu, ya." Aku menahan pergelangan tangan Rizal yang hendak pergi. "Duduklah, aku enggak haus."Rizal menurut, ia lantas duduk di sebelahku dengan pandangan yang menunduk ke bawah."Akhirnya, kamu sudah tahu rahasiaku, Mbak," katanya setelah kami terdiam cukup lama. "Kamu pasti menganggapku aneh."Ia kemudian menyadarkan tubuhnya di sofa, pandangannya menerawang jauh ke atas. "Sekarang, keputusan aku serahkan padamu, M

    Last Updated : 2025-03-01
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 36. Jangan Menangis, Mbak!

    Aku terbangun ketika mencium aroma masakan yang gosong. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Terlihat di dapur, Rizal tengah sibuk berada di depan kompor sambil ngedumel sendiri.Aku yang merasa penasaran segera berjalan mendekat arahnya.“Apa yang kamu lakukan?” tanyaku kemudian yang membuatnya terlonjak kaget.“Astaghfirullah, Mbak. Bikin jantungan aja!”Aku terkekeh pelan melihat ekspresinya. Pandanganku yang semula mengarah padanya kini beralih pada wajan gosong di depannya.“Ya Allah … kamu masak apa sampai gosong begitu, Zal?”“Aku mau masak fried rice.”“Fried rice apa, sih?”“Nasi goreng, Mbak cantik.”“Nasi goreng? Berarti, yang gosong itu nasi goreng?”Rizal mengangguk lemah. “Padahal, aku mau membuatkan sarapan spesial untukmu, Mbak. Eh, malah gosong.”Aku tersenyum menatapnya. “Yaudah, aku aja yang masak.”“Oh, nggak perlu, Mbak. Mendingan kita beli di luar aja, yuk!”“Beli di luar?” Aku langsung menelisik penampilanku saat ini. “Tenang, Mbak. Pilih aja bajuku.” Seakan tahu a

    Last Updated : 2025-03-07
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 37. Salting Dikit Nggak Ngaruh

    “Bu, Rara rambutnya mau dikepang dua seperti Fika boleh?” “Kamu itu nggak cocok dikepang dua, Ra.” “Kalau begitu kuncir dua aja, Bu.” “Rambutmu itu keriting! Udahlah kuncir satu aja seperti itu, nggak usah gegayaan minta di model-model! Kalau rambutnya Fika dasarnya memang sudah lurus, mau dimodel apa juga cocok!” “Kan, Rara juga pengen, Bu.” “Udah, ah! Mending kerjain tugasmu sana! Perkara rambut mending kamu pakai kerudung biar itu keriting nggak bikin malu!” “Mbak?” Aku tersentak dari lamunanku ketika Rizal menepuk bahuku. Ia bersandar pada meja rias di depanku sembari menatapku dengan intens. “Kamu nggak suka aku sisirin, ya? Kok, tiba-tiba mau nangis?” “Bu-bukan begitu.” Aku menggelengkan kepalaku, aku tak mungkin menceritakan apa yang tengah aku pikirkan barusan. “Lalu, kenapa?” “Aku cuma berpikir … ternyata kamu baik banget sama aku.” Rizal langsung melebarkan senyumnya. “Aku memang orang yang baik, ganteng, pengertian, kaya lagi.” Aku menghela napas p

    Last Updated : 2025-03-08
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 38. Uangku Banyak

    Aku melebarkan kedua mataku menatap laki-laki yang kini berdiri di depanku dan juga Rizal. Laki-laki yang pernah aku cintai kala itu—Mas Feri. Kenapa aku harus bertemu dengan Mas Feri di tempat ini, sih?“Eh, sembarangan banget ngomong rindu ke istri orang!” protes Rizal yang terdengar kesal.“Rara … kamu apa kabar? Kata rekan-rekan kerjamu, kamu nggak masuk karena sakit. Apa itu benar?” Seolah tak menganggap keberadaan Rizal, Mas Feri justru bertanya hal itu padaku. Matanya lekat memandangku dengan sorot khawatir.“Saya … saya baik—”“Istriku tercinta, kamu nggak usah jawab pertanyaan dia.” Rizal tiba-tiba menarik tanganku agar bersembunyi di balik punggungnya.“Hei, bocah! Aku sedang berbicara dengan mantan kekasihku.”“Lho, sekarang dia istriku. Aku berhak melarangnya berbicara dengan siapapun, termasuk kamu.”Mas Feri tertawa sumbang. “Mendingan, kamu fokus cari kerja saja.”“Kenapa setiap bertemu denganku, kamu selalu memancing perkara?”“Lho, lihat saja penampilan Rara seperti a

    Last Updated : 2025-03-09
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 39. Mbak Rara Cemburu

    Setelah berburu belanjaan yang melelahkan. Aku dan Rizal akhirnya menaiki motor untuk kembali pulang.Tahu nggak, selain memborong pakaian, Rizal juga memborong tas branded, sepatu branded, aksesoris branded, bahkan make up branded.Karena saking banyaknya, barang-barang itu nantinya akan diantarkan oleh petugas mall ke apartemen Rizal.Aku benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikirannya Rizal. Ia rela mengeluarkan uangnya yang banyak demi diriku ini. Agak terharu, sih, tapi juga merasa tak enak hati. “Seharusnya kamu nggak perlu membelikanku barang sebanyak itu, Zal,” kataku pada Rizal di sela perjalanan pulang.“Nggak apa-apa, Mbak. Biar barangmu yang lama bisa kamu simpan dan pakailah barang-barang pemberianku saja.”“Masalahnya kita sudah seperti mau buka toko, segala macem diborong.”Rizal terkekeh mendengar gerutuanku, ia melirikku dari spion motor sambil mengedipkan matanya.“Tapi, segitu juga masih ada yang kurang, Mbak.”“Kurang? Kurang apalagi?”“Tadi kita belum borong

    Last Updated : 2025-03-09
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 40. Mabuk Kepayang

    Aku ingin menyangkal perkataan Rizal. Namun, setelah kupikir-pikir, aku merasa apa yang dikatakannya memanglah benar. Ya, aku memanglah cemburu.“Benar cemburu, kan, Mbak?”Aku memilih diam. Kalau aku jawab ‘iya’, bocah menyebalkan itu akan GR tujuh turunan.“Diam berarti iya, lho.”Aku masih memilih diam. Terserah dia mau menebak apa pun, pokoknya aku akan tetap diam.“Cemburu tanda cinta, berarti Mbak Rara udah cinta aku, yeiii!” Rizal melompat dari tempat duduknya sambil bersorak kegirangan. Aku sampai geleng-geleng kepala melihat ada orang se-lebay itu.“Kalau Mbak Rara udah cinta sama aku, boleh nggak, nanti malam kita bikin anak?”Mulutku langsung terbuka lebar mendengar pertanyaannya. Tanpa berpikir panjang, aku melompat ke arahnya dan mencubit pinggangnya dengan kencang.“Aww, aww … sakit, Mbak Rara.”“Daritadi ngomongnya nggak bisa difilter, sih. Rasain aja ini!” Aku terus mengencangkan cubitanku. Rizal meringis, ia segera berlari menghindar. Namun, aku segera mengejarnya.“

    Last Updated : 2025-03-10

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 80. Cerita Rizal

    “Wanita lain?” Rizal terkekeh menatapku. “Mana mungkin aku punya wanita lain, Mbak!”“Lha itu Mawar.”Rizal lagi-lagi terkekeh. “Dia hanyalah mantan tunangannya Samuel.”“Mantan, tapi masih cium-ciuman.”“Oooh … yang waktu itu? Yang kamu kabur dari mansion itu, Mbak?”Aku terdiam. Aku tak mungkin berkata pada Rizal, jika hatiku saat itu benar-benar panas.“Kamu harus tahu yang sebenarnya, Mbak. Perempuan itulah yang terlebih dahulu mencium Samuel—dia memaksa Samuel untuk balikan. Namun, Samuel menolaknya. Samuel benci penghianatan.”Lagi-lagi, aku hanya bisa terdiam. Berarti … aku salah menilai Samuel? Rasa bersalah tiba-tiba menelusup jiwaku. Andai aku tidak kabur saat itu, bukankah semuanya akan baik-baik saja?Aku mengusap perutku yang kempes. Bulir-bulir bening tiba-tiba membasahi kedua pipiku. “Lho, kenapa malah menangis, Mbak?”Aku menggelengkan kepalaku seraya menyeka air mataku yang sudah mengucur dengan deras.“Aku tahu apa yang kamu pikirkan, Mbak.” Rizal kemudian menarikku

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 79. Jatuhnya Tuan William

    Sudah berminggu-minggu aku terkurung di dalam rumah sakit ini. Sesekali aku keluar hanya untuk berjemur. Itu pun harus dengan penjagaan yang super ketat. Bibi Pram tiba-tiba memasuki ruangan yang kuhuni dengan tergopoh-gopoh. Kalau sudah seperti itu, ia pasti akan menyampaikan sesuatu yang penting.“Nyonya, Anda harus melihat berita hari ini di televisi!” katanya yang kini sedang sibuk mencari remote tv.“Ada apa, Bi?”Tanpa menjawab pertanyaanku, Bibi Pram yang sudah menemukan remote tiba-tiba segera menyalakan televisi dan mencari channel yang diinginkannya.Begitu mendapatkan channel tersebut, Bibi Pram langsung menyuruhku untuk melihatnya.“Pimpinan William Group telah diambil alih oleh anak semata wayangnya yang bernama Afrizal Samuelim Exel.”Aku terbelalak membaca line berita dalam channel televisi tersebut.Jadi, Samuel sudah berhasil mengambil alih pimpinan William Group?Aku segera menyimak isi berita tersebut, tampak sang pembawa acara menyampaikan isi beritanya dengan lug

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 78. Permintaan Rara

    Kehilangan buah hati ternyata menimbulkan luka yang dalam bagiku. Aku sudah seperti orang kehilangan arah dan tidak tahu harus melakukan apa.Aku merasa hidupku seperti tidak ada artinya lagi. Duniaku runtuh, benar-benar runtuh dan tak berbentuk lagi.Andai aku tidak dikurung, andai Samuel mau menyelesaikan setiap masalah tanpa amarah yang meledak. Aku rasa, kejadian buruk ini tidak akan terjadi.Bolehkah aku membencinya yang telah membuatku seperti ini?Pintu kamar rawat yang kuhuni tiba-tiba terbuka.Kukira yang datang adalah Bibi Pram. Namun, ternyata yang datang adalah laki-laki yang membuatku menjadi hampir gila seperti ini.Aku membuang muka. Aku benar-benar muak melihatnya.“Bagaimana keadaanmu?”“Puas kamu membuatku seperti ini?” tanyaku dengan intonasi meninggi. “Kalau perlu bunuh saja aku sekalian!”Ia hanya diam. Namun, suara langkah kakinya seperti sedang menuju ke arahku. Dan secara mengejutkan, ia tiba-tiba memelukku dengan erat.Aku meronta-ronta. Untuk apa memelukku? D

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 77. Keguguran

    Aku merasakan tubuhku diangkat seseorang yang berlari entah menuju ke mana.Dari nada teriakannya, ia terdengar panik dengan keadaanku saat ini.“Tolong selamatkan istri saya, dok!”Istri? Apa yang dimaksud adalah aku?Seseorang yang menggendong tubuhku ini terus berlari.Hingga beberapa saat kemudian, aku merasa diletakkan di sebuah tempat tidur lalu ditarik dengan tergesa-gesa oleh suara riuh orang yang tidak aku ketahui mereka itu siapa.Mataku benar-benar tidak bisa terbuka seakan ada beban berat yang menimpanya.“Bapak tunggu di luar ruangan. Kami akan berusaha menyelamatkan istri dan anak Anda!”“Lakukan yang terbaik, dok! Saya tidak mau kehilangan mereka!”Tubuhku terasa dibawa menuju ke sebuah ruangan. Aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya, yang jelas … perutku rasanya seperti sedang diremas-remas.***“Mama … Mama … bangunlah ….” kata seorang anak kecil membangunkanku yang sedang terlelap.Aku mengedarkan pandanganku. Di mana aku berada? Kenapa tempat ini semuanya berwarn

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 76. Dikurung Lagi

    Keinginan tinggal di rumah Nenek Nur selamanya dan juga keinginan membangun tempat ini nyatanya hanyalah menjadi angan-angan semata.Pagi-pagi sekali—lebih tepatnya sehabis subuh, rumah Nenek Nur di gedor-gedor pintunya hingga mau roboh.Ketika aku membuka pintu, tampak orang-orang berpakaian serba hitam yang aku ketahui mereka itu siapa langsung menyeretku agar pergi dari rumah Nenek Nur. Tidak ada yang bisa menolongku meskipun para warga yang berada di sana ingin melakukannya. Orang-orang yang membawaku ini membawa senjata tajam dan sengaja digunakan untuk menakut-nakuti mereka.Begitu hampir tiba di mobil, aku melihat sesosok laki-laki yang aku hindari tengah bersandar pada pintu mobil dengan sepuntung rokok yang berada di jemarinya.Dia menatapku tajam bak perisai yang siap menembus lawannya.Dia pikir, aku akan takut ditatap seperti itu? Tidak akan! Aku bukan Rara yang lemah seperti dulu kala! Bahkan, jika aku mati hari ini, aku siap!“Kenapa kabur?” tanyanya dingin melebihi din

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 75. Tinggal di Rumah Nenek Nur

    Dengan langkah tergesa-gesa, aku menyetop sebuah angkot ketika sudah sampai di luar.Sesekali aku menoleh ke belakang untuk memastikan ada yang mengikutiku tidak.Lagi-lagi aku bernapas lega, syukurlah tidak ada yang mengikutiku sama sekali.Sekarang, tinggal memikirkan aku harus pergi ke mana.Tiba-tiba, nama Mila melintas di pikiranku. Sepertinya, untuk sementara waktu aku akan ke rumahnya dulu.Aku segera mengeluarkan ponselku lalu menghubungi Mila.“Assalamualaikum, Rara? Ya ampuuun … ke mana saja kamu selama ini? Kenapa pesanku nggak pernah kamu balas?” cerocos Mila begitu panggilanku telah diangkatnya.“Waalaykumussallam, Mil. Nanti aku ceritakan semuanya. Kamu ada di rumah?”“Iya, aku ada di rumah. Kan, ini hari liburku!”“Oke, aku akan datang ke rumahmu.”Begitu panggilan terputus, aku segera minta turun dari angkot guna memesan taxi online menuju rumah Mila yang jaraknya sangat jauh.*Setibanya di rumah Mila, dia langsung menyambutku dengan heboh. Apalagi ketika mengetahui p

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 74. Kabur

    Aku terlonjak kaget ketika terbangun sudah tidak berada di bawah tiang mansion dekat taman.Kuedarkan pandanganku ke segala penjuru arah. Kamar? Kenapa aku bisa berada di dalam kamar? Siapa yang memindahkanku?Aku beranjak dari atas ranjang ketika menyadari tidak ada Samuel di kamar ini. Sepertinya, aku harus segera pergi sebelum dia kembali.“Mau ke mana lagi?”Deg!Baru beberapa langkah kakiku melangkah, sebuah suara berhasil membuatku tak berkutik sama sekali.Aku menoleh ke arah belakang, tampak ada Samuel yang baru saja muncul dari balik pintu kamar mandi menatapku dengan tajam.“Eh, kamu sudah mendingan?” tanyaku berbasa-basi dan berusaha bersikap tenang seakan tak terjadi apa-apa.“Lumayan.”“Alhamdulillah, aku merasa senang. Kalau begitu aku—”“Ini semua berkat obat manis yang kau berikan.”Aku seketika meringis ke arahnya. Sudah dipastikan wajahku saat ini semerah tomat menahan malu. “Ma-maaf, aku tidak bermak—”“Aku suka.”Kedua mataku langsung melebar melebar sempurna mena

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 73. Malu Setengah Mati

    “Nyonya Muda, apa yang sedang Anda lakukan pagi-pagi begini di dapur?” tanya Bibi Pram menghampiriku yang sedang berkutat di dapur mansion seorang diri. Dapur mansion ada dua bagian. Dapur kotor untuk memasak sehari-hari yang dipakai oleh pelayan. Sementara dapur bersih biasanya dipakai oleh tuan rumah ketika ingin memasak sendiri. “Suamiku sedang sakit, Bi. Aku ingin membuatkannya bubur.” Bibi Pram melihat panci yang berada di atas kompor. Sedetik kemudian, perempuan paruh baya itu tersenyum ke arahku. “Apa boleh saya membantu Anda?” tanyanya kemudian. “Aku bisa sendiri, Bi.” “Apa Anda serius?” Aku menoleh ke arah panci sambil garuk-garuk kepala. Jujur saja, aku belum pernah membuat bubur. “Sebenarnya, saya belum pernah membuat bubur sendiri, Bi. Ini saya cuma cari tutorial di sosial media.” Lagi-lagi Bibi Pram tersenyum. “Berarti, saya boleh membantu, kan?” Aku langsung nyengir ke arah Bibi Pram. “Ya sudah, tolong bantuin ya, Bi.” “Baik, Nyonya Muda.” Bibi Pr

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 72. Samuel Sakit

    Aku meringkuk di sudut ruangan dengan pikiran yang kacau balau. Jiwa Rizal dan Samuel benar-benar hanya dimanfaatkan oleh Tuan dan Nyonya William untuk kepentingan mereka sendiri. Hari nurani mereka sebagai orang tua sepertinya sudah rusak. Bukan rusak lagi, tapi sudah hancur dan tak berbentuk. Anak mempunyai penyakit kepribadian ganda bukannya disembuhkan, tapi malah semakin dimanfaatkan. Bukankah itu sesuatu yang sangat aneh dan tidak manusiawi? Aku mengepalkan kedua tanganku. Tekad dalam hatiku semakin membara untuk menjatuhkan mereka. Hatiku benar-benar sakit raga suamiku diperlakukan seperti itu! Di saat sedang kalut seperti ini, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Dari balik pintu muncullah sosok seorang laki-laki yang aku khawatirkan sedari tadi. Dengan wajah yang babak belur dan baju yang bersimbah darah ia berjalan perlahan memasuki kamar. “Astagfirullah, Samuel!” Aku segera berlari menghampirinya. Melihat kondisi Samuel saat ini membuat air mataku langsung mengucur den

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status