Stefan ternyata punya vila di sana. Vila di puncak gunung dengan pemandangan bagus.Olivia memasukkan ponselnya kembali ke saku mantelnya, Olivia berbalik badan dan duduk di sofa, lalu menatap lurus ke arah Stefan.Stefan juga menatapnya.Dia tidak tahu wanita itu sedang marah atau terkejut?Mungkin bukan terkejut.“Oliv, kita ini termasuk yang baru kenal langsung nikah. Aku ….”Stefan berjalan menghampiri Olivia dan duduk di sebelahnya. Begitu dia duduk, Olivia bergeser ke samping dan menjauhkan diri, lalu berkata, “Kamu duduk di sana saja. Jangan terlalu dekat denganku.”Dengan wajah cemberut, dia berkata dengan marah, “Aku tahu kenapa kamu menyembunyikannya dariku. Apa lagi kalau bukan karena kamu takut kalau aku tahu kamu punya vila, aku akan mengejar uangmu.”“Sebagai seorang petinggi di Adhitama Group, berapa gaji tahunanmu? Beberapa miliar, ‘kan? Kerjaanmu biasanya sibuk, kalau nggak harus lembur, pasti harus menemani klien. Semua pengeluarannya diganti oleh perusahaan, ‘kan? L
Setelah hening sejenak, Stefan berkata, “Setelah membeli vila dan rumah di Lotus Residence, tabunganku nggak banyak lagi. Mobil hanyalah alat transportasi. Asal bisa dipakai, ya sudah. Nggak perlu mobil mewah.”Setelah mengatakan itu, Stefan rasanya ingin menyeka keringat dinginnya. Sampai saat ini, dia masih harus berbohong untuk melengkapi kebohongan yang sebelumnya.Olivia mendorongnya lagi dan berkata, “Kamu lepaskan aku dulu.”“Kamu nggak boleh lari, ya?”“Aku bisa ke mana? Kalau aku mau lari, aku nggak akan bilang-bilang lagi, langsung membereskan barang dan pergi. Aku beri tahu kamu, kalau orang bilang mau pergi, itu hanya mengancam. Yang benaran mau pergi akan pergi dengan diam-diam dan tanpa ragu lagi, sampai kamu nggak bisa menemukannya.”Jantung Stefan berdegup kencang mendengarnya. Dia bertanya dengan hati-hati, “Oliv, dalam keadaan seperti apa kamu akan meninggalkanku?”“Kamu pasti telah melakukan sesuatu yang besar yang bisa membuatku marah, makanya jadi takut, ‘kan? Samp
“Bohong,” ujar Stefan.Dia pun pergi membereskan kopernya.Olivia duduk dan terus menghitung uangnya.Adhitama Group memang merupakan grup terbesar di Mambera, dengan kemampuan finansial yang kuat. Bahkan, anak perusahaannya saja sangat bermurah hati dalam mengeluarkan uang. Mereka memberi Olivia beberapa juta karena Olivia merawat Stefan selama beberapa hari.Setelah menghitung uang, Olivia berdiri dan mengambil dompet yang biasanya sering dia bawa saat keluar rumah. Dompet itu terbuat dari kain dan sangat murah. Kalau dia join purchase dengan orang lain di internet, paling-paling hanya bayar beberapa puluh ribu. Namun, dompet itu sangat berguna dan bisa menampung beberapa juta di dalamnya.Dia memasukkan uang-uang itu ke dalam dompet, lalu mengamati Stefan membereskan kopernya. Barang pria itu tidak banyak. Semuanya barang yang dia kemaskan untuk pria itu sebelum pergi business trip.Dia sendiri datang dengan terburu-buru kemarin, jadi dia hanya membawa dua pasang baju ganti. Barang-
Semenjak liburan sekolah dimulai, Junia mulai bersantai di rumah. Selain makan dan tidur, dia juga membaca novel di ponselnya.Terkadang, adiknya mendapat telepon dari Reizi yang mau mentraktir makan. Dia takut adiknya “disuap” oleh pria itu, lalu tidak tahu malu dan ikut pergi numpang makan. Waktunya untuk keluar itu nggak banyak.Dia mendapat pesan dari sahabatnya. Setelah mengetahui Olivia sudah kembali, dia segera mengirim voice note.“Kalau begitu, mau makan hot pot bersama nggak malam ini? Sebelumnya, Pak Reiki bilang mau mentraktir kita makan hot pot. Restoran hot pot yang waktu itu lumayan enak. Jadi, aku menunggumu pulang, supaya kita bisa makan ke sana. Kamu nggak tahu, kalau aku ikut makan dengan adikku dan teman-temannya, aku jadi nggak enak mau makan banyak, karena porsi makanku lebih banyak daripada mereka yang pria.”Olivia tersenyum dan menjawab Junia, “Aku nggak bisa malam ini. Aku dan Stefan baru pulang, jadi mau istirahat dulu. Besok saja, ajak Kak Odelina dan Amelia
Selama dia melakukan perjalanan bisnis, sopir membawa pulang mobil Rolls Royce yang biasa dia naiki ke rumah keluarga Adhitama, sambil menunggu perintah lagi.“Tempat parkir di kantormu seperti pameran mobil saja. Mobil apa pun ada,” kata Olivia sambil masuk ke mobil.Dia melihat banyak sekali mobil mewah di sana.“Ada banyak petinggi di perusahaan. Orang kalau pendapatannya tinggi, jadinya suka ganti mobil yang lebih bagus. Pria kan suka mobil. Kamu tahu itu. Aku sih sukanya rumah. Aku merasa rumah lebih ada nilainya daripada mobil.”Olivia tidak akan mempercayai perkataannya barusan kalau dia tahu garasi di rumahnya penuh dengan mobil, seperti pameran mobil.“Pria suka mobil, wanita suka rumah. Wanita merasa, ada rumah jadi ada tempat pulang.” Sebelumnya, Olivia bekerja keras untuk menabung juga karena dia dia ingin membeli rumah terlebih dahulu. Mobil yang dia pakai sekarang adalah mobil yang diberikan Stefan.Dia biasanya sering naik motor listrik untuk pergi kerja.“Kamu sudah me
Setelah membuka pintu, Stefan kembali ke mobil dan menyalakannya lagi, lalu menjalankan mobilnya masuk ke vila dan memarkirnya di halaman terbuka di depan rumah utama.Tanpa ditanya Olivia, dia berkata, “Orang tua dan nenekku suka tinggal di rumah lama, yang jauh dari kebisingan. Mereka juga sudah tinggal di sana selama puluhan tahun, jadi sudah terbiasa. Mereka nggak suka tinggal bersama anak-anak mereka. Makanya, Nenek sudah pulang ke rumah sekarang, padahal baru beberapa hari tinggal bersama kita.”Olivia menggumam mengiyakan dan berkata, “Semua orang tua seperti itu.”Setelah turun dari mobil, Olivia berjalan mengitari halaman terlebih dahulu.Halaman itu tertata dengan baik. Ada halaman bagian depan dan bagian belakang. Halaman bagian depan berisi kolam renang dan beberapa pohon yang bentuknya indah, gazebo kecil, dan kursi ayunan yang diletakkan di bawah pohon tidak jauh dari gazebo tersebut. Ayunan itu cocok untuk tempat bersantai, membaca buku dan menikmati pemandangan.Halaman
“Ini rumah kita. Kita bisa tinggal di sini selama sisa hidup kita, jadi kamu bisa pelan-pelan membiasakan diri.”Stefan menarik Olivia masuk ke rumah, lalu tidak bisa menahan diri, langsung menggendong wanita itu dan membawanya naik ke lantai atas.“Nanti tunggu aku kenyang memakanmu, aku akan turun ke bawah dan menyiapkan makan malam yang enak untukmu.”Olivia diam saja.Mereka masuk ke kamar utama di lantai dua. Olivia bahkan tidak sempat melihat-lihat kamar itu secara keseluruhan. Dia langsung dibaringkan ke tempat tidur oleh lelaki yang tidak sabaran itu.Tubuh pria itu menimpa tubuhnya, sampai dia refleks mengangkat tangannya dan mendorong pria itu, lalu berkata, “Kamu berat sekali!”Stefan buru-buru menopang tubuhnya sendiri dengan tangannya, menatap Olivia dengan mata berapi-api, dan bertanya dengan suara serak, “Oliv, benaran boleh?”“Kalau mau mau menarik balik perkataanmu, masih sempat sekarang. Paling-paling, aku akan mandi air dingin nanti.”Olivia menyentuh wajah Stefan da
Wajah Olivia memerah seperti udang rebus ketika Stefan melihat apa yang dia cari di internet.Dia mendudukkan diri, buru-buru mengambil kembali ponselnya, dan mengunci layarnya, lalu berpura-pura untuk bersikap acuh tak acuh dan berkata, “Aku bosan, jadi aku sembarang mencarinya. Mana anggurnya?”Stefan datang membawa dua gelas anggur dan menyerahkan salah satunya kepada Olivia sambil berkata, “Kita belum makan, jadi jangan minum terlalu banyak. Minum setengah gelas saja.”“Sedikit ini, minum dua sampai teguk sudah habis. Aku bahkan nggak merasakan rasa anggurnya,” kata Olivia, mengambil setengah gelas kecil anggur yang diberikan Stefan padanya, lalu menyesapnya sedikit. Seperti yang dia kira, rasa anggurnya tidak terlalu kuat. Pria ini pasti takut dia mabuk.Dia dengan cepat menghabiskan setengah gelas kecil anggur seperti minum air.Stefan hanya menyesap sedikit dan mengamati Olivia.Dia tidak malu dan tidak membutuhkan alkohol untuk meningkatkan keberaniannya.“Kamu nggak minum? Kal