“Aku nggak bilang begitu. Kakek yang bilang sendiri.”“.... Kamu di mana? Sudah jam berapa ini? Tokomu masih belum buka juga. Orang lain sudah banyak penghasilan hari in,” kata Adi. “Stefan, kakekku tiba-tiba peduli dan menanyakan kapan aku bukan toko. Apa matahari terbitnya dari barat hari ini? Kamu coba pergi ke balkon. Matahari mungkin terbit dari barat hari ini. Kamu harus merekam keajaiban ini.”Adi berkata dengan marah, “Olivia, jangan mengalihkan topik pembicaraan. Kakek sedang berbicara denganmu. Om, Tante, dan Kakek sedang menunggumu di depan pintu tokomu, cepat buka pintunya! Kami bahkan belum sarapan. Nanti kalau datang, ingat bawakan sarapan untuk kami.”“Di dekat sana banyak restoran untuk sarapan. Kalau kalian nggak mau makan, tahan lapar saja.”Dia tidak sebaik itu, mau membungkus sarapan untuk mereka. Setelah kenyang, mereka jadi lebih punya tenaga untuk memarahinya, dong?Adi sangat kesal menghadapi sikap Olivia. Dia masih ingin memarahi anak itu, tapi ponselnya diamb
Olivia mencibir dalam hati. Tuhan melihat apa yang mereka lakukan. Mereka akan mendapat karma.“Apa pun itu niat mereka datang ke tokomu, kami akan menemanimu ke sana. Jadi, kamu ada yang bantu kalau sampai berkelahi.” Nenek Sarah bersikeras untuk menemani Olivia ke toko.Olivia ingin bilang bahwa dia juga pandai berkelahi, tapi dia kemudian berpikir, kalau semua keluarganya dari kampung datang ke tokonya, kalau mereka sampai berkelahi, dia hanya seorang diri, tidak mungkin bisa mengalahkan mereka. Jadi, dia pun tidak mencegah Nenek Sarah untuk menemaninya ke sana.Dia dengar dari kakaknya, Nenek Sarah sangat hebat dalam urusan berkelahi seperti ini.Setelah mereka bertiga selesai makan mie, Olivia hendak membereskan piring. Nenek Sarah langsung melirik Stefan, sehingga cucunya itu langsung berdiri, mengambil piring-piring tersebut dari tangan Olivia dan membawanya ke dapur untuk dicuci.“Oliv, kamu jangan terlalu memanjakan Stefan.”Nenek Sarah mengajari Olivia, “Kamu harus menyuruhny
Ketika Nenek Sarah dan Olivia sedang mengobrol, Stefan bisa mendengar obrolan mereka dengan jelas dari dapur.Stefan sudah lama terbiasa dengan neneknya yang pilih kasih pada Olivia.Nenek ingin sekali punya cucu perempuan, menunggu itu bisa terjadi sampai rambutnya sudah ubanan.Namun, dia hanya diberikan sembilan cucu laki-laki.Nenek sangat menyukai Olivia. Dia dari awal sudah menganggap Olivia sebagai cucunya sendiri, tapi ketika memikirkan cucu perempuannya ini akan menikah dengan pria dari keluarga lain, dia berubah pikiran.Dia berusaha keras agar Olivia bisa menjadi cucu menantunya, sehingga anak ini bisa selamanya menjadi anggota keluarga Adhitama.Setelah mencuci piring, Stefan mengelap kompor agar terlihat bersih, lalu mencuci lap yang dia gunakan itu dengan sabun cuci piring. Kemudian, dia mencuci tangannya beberapa kali, baru keluar dari dapur.Olivia bangkit dan membantu mengambilkan jas dan dasinya.Meskipun Olivia masih belum terlalu bisa memasangkan dasi untuk Stefan,
“Olivia.” Yoga dan Bobby mengikuti Kakek masuk, sementara yang lainnya tetap di luar.“Ini suamimu?” Adi mengamati dan menilai Stefan sejenak, menyimpulkan bahwa suami Olivia lebih baik dari suami Odelina.Pada saat yang sama, dia merasa tidak senang karena mereka tidak diberi uang mahar ketika kedua cucunya menikah. Mereka sudah membesarkan kedua cucu ini dengan sia-sia.Kalau putranya yang ketiga, ayah mereka, tahu akan hal ini, putranya pasti akan kesal.Meskipun orang tua mereka sudah tiada, kakek dan nenek mereka masih hidup. Seharusnya uang maharnya diberikan ke kakek dan nenek mereka.Namun, Odelina dan adiknya menurut pada mertua mereka dan tidak memberi uang mahar sedikit pun padanya.“Iya, dia suami cucumu. Gimana? Ganteng, ‘kan?” Olivia berjalan ke samping Stefan dan meletakkan satu tangan di bahu pria itu, lalu dengan sengaja bertanya kepada kakeknya, “Kami pasangan yang serasi, ‘kan?”Adi diam saja.Dia bertanya kepada Nenek Sarah, “Kamu?”“Aku neneknya Stefan.”Ternyata
Olivia langsung menunjuk ke pintu dan berkata dengan dingin, “Kakek, pintu tokoku ada di sana. Tolong bangun, balik badan dan keluar dari sini!”“Kalian nggak perlu ikut campur dalam urusan kakakku!”“Lalu, mereka sudah berkali-kali datang mencariku. Mereka sudah tahu apa yang akan aku katakan. Mereka nggak mau meminta maaf dengan tulus, yang mereka mau hanya memintaku untuk berdamai dengan mereka. Sebenarnya siapa yang salah?”Melihat Olivia tidak mendengarkan bujukannya, Adi berkata marah pada Stefan, “Anak muda, kamu melihatnya sendiri, ‘kan? Dia yang nggak mau keluarganya untuk mendukungnya. Kamu tindas saja dia semaumu, nggak perlu khawatir kami akan datang untuk menuntutmu.”Bahkan Stefan ingin mengusir lelaki tua ini keluar.Dia tidak pernah melihat kakek jenis seperti ini.Seberapa tidak sukanya dia terhadap cucunya, dia tidak seharusnya mengatakan hal itu.Stefan berkata dengan dingin, “Aku menikah Olivia untuk memanjakannya, bukan untuk ditindas. Pria macam apa yang menindas
“Kenapa kalian membela Roni si berengs*k itu?” kata Junia dengan rasa ingin tahu. “Apa yang sudah diberikan keluarga Pamungkas pada kalian?”Olivia tertawa dingin dan berkata, “Kakakku dan Roni sudah menandatangani surat cerai ulang. Menurut surat cerai tiu, Roni harus memberikan uang sebanyak dua miliar lebih kepada kakakku. Kurasa mamanya nggak rela anaknya mengeluarkan uang sebanyak itu, makanya meminta bantuan kakekku untuk datang membujuk kami.”Bagaimanapun juga, orang-orang tadi itu keluarganya dan kakaknya.“Aku penasaran berapa uang yang diberikan ibunya Roni pada kakekku? Uang itu nggak akan bisa kembali lagi. Dulu wanita itu perhitungan dan pelit sekali dengan kakakku, tapi sekarang malah bisa melakukan hal seperti ini. Sepertinya dia sudah sangat panik.”Kalau tahu akan begini, kenapa berbuat seperti itu dulu?“Stefan, nggak ada masalah lagi. Kamu cepat pergi kerja.”Begitu keluarganya pergi, Olivia langsung mendesak suaminya pergi kerja.Stefan menemaninya kemari, tapi jug
Olivia memeluk keponakannya yang sedang tidur dan bertanya kepada kakaknya, “Kak, Kakak sudah makan?”“Belum, aku langsung datang setelah menyuapi Russel makan. Aku sudah selesai mengemasi barang-barangku. Begitu buku cerai kuterima, tolong bantu Kakak untuk ke sana dan pindahkan barang-barang Kakak, ya.”“Kakak juga sudah cari rumah untuk disewa tadi pagi. Nggak jauh dari rumahmu. Transportasi di sana juga nggak susah, cuma belum dibersihkan saja rumahnya. Nanti tunggu Kakak selesai urus prosedur cerai baru pelan-pelan dibersihkan, deh.”Yang paling penting sekarang ini adalah mendapatkan buku cerai.Jangan sampai ada masalah lain lagi nanti.“Kak, makan dulu di toko, sudah itu istirahat sebentar. Nanti aku antar Kakak ke bank untuk menunggu Roni. Aku akan menemani Kakak. Setelah uangnya dipindahkan ke atas nama Kakak, aku baru pulang.”Odelina awalnya ingin menolak, tapi Nenek Sarah berkata, “Odelina, biarkan saja Olivia menemanimu. Kami semua nggak tenang kalau kamu ke sana sendiri.
Nenek Sarah hampir tersedak makanan di mulutnya.Anak ini kenapa jadi mau mengajak Amelia Sanjaya untuk ikut?Kalau Amelia ikut, dia jadi tidak bisa ikut ke sana.Selain itu, orang-orang yang disuruh Stefan untuk ke sana pasti pengawal-pengawalnya. Sebagai penggemar nomor satu Stefan, Amelia pasti mengenali mereka. Tidak seperti Olivia.Kalau Amelia sampai melihat mereka, akan susah dijelaskan nanti.Untungnya, apa yang dikatakan Olivia selanjutnya membuatnya tenang.Olivia berkata, “Untuk masalah seperti ini, sebaiknya nggak usah ajak Amelia. Dia itu putri keluarga kaya, kemungkinan nggak pernah melihat hal seperti ini. Takutnya dia syok nanti.”“Aku rasa beberapa belas orang saja sudah cukup.” Olivia bilang begitu karena tidak ingin merepotkan teman-temannya Amelia.“Kita harus melakukannya dengan cepat. Kalau terlalu lambat, kita nggak akan bisa menghancurkan dan melepaskan semua dekorasi rumahnya hari ini. Oliv, kita ini teman. Kamu nggak perlu sungkan padaku. Aku akan menelepon ka