“Pak Stefan, biar aku saja yang melakukannya.” Olivia memberi kode agar lelaki itu menyingkir dan memberikan tempat untuknya.Setelah Stefan hening sesaat, dia bergeser dan memberikan tempat beserta celemek pada Olivia. Akan tetapi lelaki itu tidak keluar dan hanya berdiri di samping sambil mengamati Olivia mencuci piring."Pertemuan selanjutnya kita makan di rumah makan aja, nggak repot.”“Iya.”Olivia tidak keberatan dengan ucapan lelaki itu. Hari ini adalah pertemuan kedua keluarga mereka masing-masing, dia sendiri harus menampilkan dirinya yang terbaik di hadapan keluarga mertuanya. Oleh karena itu Olivia memutuskan untuk memasak saja di rumah.“Nenek bilang sama kamu apa?” tanya Stefan tiba-tiba.Olivia menghentikan gerakan tangannya di atas ponsel dan menoleh ke arah lelaki itu. Stefan juga tengah menatapnya, sehingga kedua pasang mata itu saling bertemu. Lelaki itu dapat menangkap sorot geli di mata Olivia dan mendengar perempuan itu berkata,“Nenek nanya kita tidur pisah kamar
Maaf sekali, hubungan suami istri mereka belum sampai pada tahap itu. Yang penting mereka hanya teman hidup saja. Meski lelaki itu marah, dia tidak akan mengusir Oliva.Setelah Olivia selesai mencuci piring, dia membersihkan seluruh dapur dan mengepel seluruh bagian rumah. Hingga terakhir dia duduk di kursi ayunan yang baru saja dibeli olehnya. Pemandangan malam dengan angin sepoi-sepoi ditambah dengan ayunan dari kursi tersebut membuat Olivia merasa sangat nyaman.Taman balkonnya terlihat seperti sebuah taman mini yang penuh dengan tanaman-tanaman cantik. Olivia mendecak kagum pada kemampuan dirinya lagi. Terdengar suara langkah kaki yang melangkah ke arah Balkon.Sesaat kemudian sosok Stefan muncul di sana dan memandangi Olivia yang duduk di ayunan. Perempuan itu terlihat sangat nyaman sekali. Kerutan di wajah Stefan semakin mendalam. Dia mendekati Olivia dan menyerahkan dua lembar kertas.“Apa ini?” tanya Olivia penasaran.Stefan tidak berbicara dan dari sikapnya terlihat jelas untu
Olivia menerima pulpen tersebut dan bangkit berdiri untuk berjalan ke arah tiang balkon. Dia menggunakan tiang tersebut sebagai alas untuk menandatangani perjanjian tadi. Stefan mengambil bak tinta agar perempuan itu bisa meletakkan cap jarinya. Mereka masing-masing memegang satu rangkap dari surat perjanjian tersebut.Olivia melipat surat tersebut dengan sembarangan dan menyimpannya di saku. Melihat sikap santai Olivia membuat Stefan merasa sedikit kesal. Akan tetapi dia tidak tahu harus berkata apa karena perjanjian tersebut dibuat sendiri olehnya.Semua isi dalam surat tersebut rata-rata memojokkan Olivia karena terlihat menjaga diri dari perempuan itu. Olivia tidak menambahkan persyaratan apa pun dalam surat tersebut.“Hari ini kamu juga sudah lelah selama seharian, istirahatlah.”“Kamu juga.”“Aku duduk dulu di sini sebentar. Aku mau menikmati bunga-bunga ini. Selama ini aku selalu ada impian seperti ini dan memiliki sebuah balkon dengan taman bunga yang kecil. Karena sekarang sud
Mereka hanya suami istri sah secara nama saja. Meski lelaki itu mabuk, dia juga tidak ingin dijaga oleh Olivia. Siapa yang tahu kalau perempuan itu akan mengambil kesempatan dalam kesempitan ketika Stefan mabuk.Lelaki itu memang telah berusia 30 tahun, tetapi Stefan tidak pernah memberikan ciuman atau bahkan pelukan pada siapa pun. Selama ini tidak pernah sekalipun dirinya berharap pada kisah cinta.Nenek selalu memarahinya dan mengatakan dirinya sebagai orang yang tidak memiliki perasaan. Itu semua juga karena dia tidak pernah mengharapkan apa pun dari yang namanya cinta. Karena itu juga, agar sang nenek tidak berceloteh lagi, Stefan menikahi Olivia.Setelah dia meraba seluruh saku di tubuhnya, Stefan tetap tidak menemukan kuncinya. “Kamu panggilkan Olivia bangun saja.”Stefan lupa membawa kunci rumah saat pergi tadi. Dengan sigap anak buahnya langsung mengetuk pintu. Olivia memang telah tidur, tapi dia belum terlelap sepenuhnya. Mendengar suara ketukan pintu membuatnya langsung ters
Akhir pekan keadaan toko memang lebih sepi dan tidak banyak kerjaan. Hampir seharian penuh mereka tidak ada kerjaan sama sekali. Sesungguhnya tidak masalah kalau tidak membuka toko.Olivia pergi ke toko karena lebih tenang. Dia bisa menyelesaikan bisnis internet dia. Junia juga datang ke toko hari ini. Melihat Olivia ada di sana membuat perempuan itu terkejut dan bertanya, “Olivia, kenapa kamu datang juga hari libur? Biasanya kamu bawa keponakan kamu main di taman."“Toko internetku sudah saatnya unggah barang baru.”Olivia menyulam sambil menatap temannya itu dan bertanya, “Kamu?”“Nggak perlu dibahas, aku diomelin mamaku dan nggak tahan, makanya aku kabur ke toko.”“Kenapa tante ngomelin kamu lagi?”“Karena dia menyalahkan kita malam itu nggak mendapatkan pasangan kaya raya di pesta. Lagian memangnya dia nggak sadar anaknya seperti apa?! Dia pikir putrinya ini perempuan paling cantik di dunia?!”Olivia menyemburkan tawanya saat mendengar Junia mendumel. Semua orang tua di dunia pasti
Sarah menerima banyak barang kerajinan tangan yang terbuat dari kawat tembaga buatan Olivia. Semua barang itu terlihat seperti asli. Sarah sengaja menaruh barang-barang itu di tempat yang paling mencolok di rumah. Sekalipun barang-barang itu tidak berharga, semua itu pemberian cucu menantunya.Saat ada tamu datang ke rumah dan melihat barang kerajinan tangan itu, mereka juga akan memuji keterampilan Olivia. Sarah akan mengambil kesempatan untuk mempromosikan barang-barang Olivia. Orang-orang itu akan membeli barang kerajinan tangan di toko Olivia, sehingga secara tidak terlihat Sarah telah membantu meningkatkan penjualan toko online Olivia.“Nenek, silakan diminum airnya.”Junia menuangkan segelas air untuk Sarah.“Terima kasih. Junia, kamu di toko juga hari ini.”“Gara-gra mamaku selalu desak aku untuk menikah. Jadi aku sembunyi di toko untuk menenangkan diri. Mamaku selalu atur kencan buta untukku, sampai aku merasa seperti barang yang nggak laku saja. Nih, malam ini aku disuruh ke k
Sarah tersenyum dan berkata, “Kenapa nggak berani? Kalian sudah jadi suami istri yang sah secara hukum. Kalau Stefan nggak mengambil inisiatif, kamu yang mulai saja. Nenek ingin cepat punya cicit.”Olivia menjawab dengan wajah tersipu, “Nenek, aku nggak takut Nenek marah. Sejujurnya, dengan wajah cucu Nenek yang tegas begitu, aku benar-benar nggak bisa melakukannya.”Sarah, “....”Stefan mirip dengan kakeknya, orang yang tegas dan dingin. Sarah jatuh cinta pada suaminya ketika masih muda. Dia juga mengejar sang suami selama bertahun-tahun. Setelah berbagai upaya, dia baru berhasil mendapatkan hati suaminya itu.“Stefan ibarat tulang. Kalau aku gigit dia, aku seperti gigit tulang yang sudah dibekukan di freezer selama setahun. Sudah dingin, keras lagi. Semua gigiku bakal copot.”Sarah, “....”“Nenek nggak usah khawatirkan masalah aku dan Stefan. Biarkan saja, jangan dipaksakan.”Lagi pula, Olivia menikah dengan Stefan tanpa ada perasaan cinta. Sementara itu, Sarah mengomel dalam hati.
Junia semakin tertawa, dia sangat menyukai Sarah yang humoris. Dia belum pernah bertemu langsung dengan Stefan. Namun, dia tahu dari Olivia kalau pria itu orang yang tegas dan dingin. Entah bagaimana Sarah bisa punya cucu seperti itu, sama sekali tidak mirip dengan Sarah.Sesaat kemudian, Calvin datang. Dia datang menjemput neneknya yang sedang menyamar. Sang nenek tidak lupa mengingatkannya untuk membawa mobil yang lebih murah.Mobil termurah di garasi rumah mereka adalah BMW yang biasa dipakai ART untuk pergi beli sayur. Namun, harganya juga lebih dari satu miliar. Kalau beli sekarang sudah tidak sempat lagi. Oleh karena itu, Calvin hanya bisa pinjam mobil pickup dari tukang kebun di rumah untuk jemput sang nenek.“Kak Olivia, aku datang jemput nenek pulang.” Calvin masuk ke toko dan menyapa Olivia.“Oke, hati-hati di jalan. Nenek, kalau sudah sampai rumah kasih kabar, ya.” Olivia berpesan pada keduanya. Dia juga memberikan dua barang kerajinan tangan yang dibuatnya hari ini kepada m
Wajah Patricia seakan berubah 10 tahun lebih tua dari usianya setelah peristiwa Fani dan Cakra Vikar. Sebelumnya, Patricia adalah perempuan tua yang sangat terawat, sampai dia terlihat seperti perempuan berusia 50 tahunan di usianya yang sudah 70 tahun. Namun sekarang, wajahnya berubah seakan dia sudah berusia 80 tahun. Felicia tidak lagi membalas perkataan Patricia. Dia tidak bisa mengatakan apa pun mengenai pernikahan orang tuanya. “Papamu selalu bilang kalau ada orang lain di hatiku, tapi selama ini aku nggak pernah berselingkuh darinya. Lagi pula, semua itu hanyalah masa lalu. Memangnya siapa di dunia ini yang nggak punya masa lalu? Papamu juga belum putus dari kekasihnya sebelum dia masuk ke dalam keluarga Gatara. Bukankah perempuan itu adalah masa lalunya?”“Aku juga nggak pernah lagi membahas tentang masa lalunya setelah kami menikah. Tapi, dia dengan seenaknya justru mengatakan kalau ada laki-laki lain di hatiku.”Mata Felicia langsung berbinar lalu berkata, “Orang yang ada d
Felicia ingin melihat kembali foto-foto itu, tapi Patricia segera mencegahnya dengan berkata, “Jangan lihat foto-foto itu. Kamu belum menikah, jadi jangan kotori matamu.”“Aku hampir 30 tahun, jadi aku bisa melindungi diriku sendiri. Tapi, tunggu sampai aku menghabiskan permen kapas ini agar aku nggak muntah nanti.”“Ma, aku sempat melihat foto-foto itu sekilas dan gambarnya sangat jelas. Apa mungkin Fani sengaja membuka tirai kamarnya agar orang lain bisa mengambil foto mereka? Apa mungkin Fani sudah tahu kalau Mama sedang menyelidikinya, makanya dia sengaja membuat orang lain bisa memotretnya dengan jelas?”“Dia pasti akan menutupi aibnya dengan rapat kalau memang benar-benar berniat selingkuh. Menurutku, Fani sengaja melakukannya karena ingin membalas dendam. Mama pasti nggak akan tahu tentang perselingkuhan mereka kalau saja dia menutupnya rapat-rapat.”Kemudian Patricia berkata dengan dingin, “Aku nggak peduli, dia sengaja atau nggak. Pokoknya, Mama nggak akan melepaskannya begitu
“Adikku tidak tahan dengan cobaan itu. Akhirnya, dia melarikan diri dan mengalami kecelakaan. Setelah itu, semua urusan keluarga Gatara jatuh ke pundak ibu seorang.”Felicia jarang mendengar ibunya menyebutkan tentang kedua saudaranya. Sebenarnya, dia ingin menanyakan, apakah benar ibunya adalah dalang di balik kematian kedua saudarinya? Namun, Felicia kembali menelan pertanyaan itu dan tidak berani menanyakannya. Lagi pula, Felicia yakin kalau ibunya tidak akan menjawab pertanyaannya. Bahkan mungkin ibunya akan menuduh Felicia tidak mempercayainya sebagai putri kandungnya. “Ma, apa Mama punya foto mereka?”Felicia kembali menggigit permen manisan buahnya seraya bertanya dengan pura-pura penasaran, “Mama bilang kalau Odelina dan tanteku agak mirip, tapi aku nggak pernah melihat wajah Tante. Aku penasaran, seberapa mirip Odelina dan tanteku itu?”Patricia sempat terdiam cukup lama lalu berkata, “Dulu, Mama punya foto-foto mereka. Tapi foto-foto itu rusak dan sudah tidak jelas lagi, ma
Kemungkinan Felicia sengaja tidak menutup tirai apartemennya agar orang-orang bisa menyaksikan aksinya. Itu adalah bentuk balas dendam yang dilakukannya secara terang-terangan. “Pengurus rumah bilang kalau Mama nggak mau makan. Apa yang terjadi, Ma?”“Aku bisa menemani Mama makan malam karena aku juga belum makan.”Felicia sempat duduk di kursi yang berada di depan ibunya, tapi dia kembali berdiri untuk memberikan permen manisan buah untuk Patricia seraya berkata, “Ma, aku beli permen manisan buah tadi. Ini untuk Mama.”“Aku juga beli permen kapas, tapi aku sudah memakannya. Jadi, aku nggak bisa kasih Mama.”Patricia menatap permen manisan buah yang dipegang putrinya lalu melihat permen kapas berwarna pink yang biasanya disukai oleh anak kecil. Putrinya hampir berusia 30 tahun, tapi dia masih saja membeli permen seperti itu. Patricia tidak peduli jika orang dewasa lain memakan permen kapas seperti itu. Namun, putrinya adalah calon pewaris keluarga Gatara, jadi ….“Kenapa kamu membeli
“Kenapa Bu Felicia memakan makanan seperti ini?”“Memangnya kenapa kalau aku memakannya?” “Anak kecil yang biasa memakannya.”“Aku sedang menjadi anak kecil sekarang,” jawab Patricia yang langsung membuat si pengurus rumah terdiam. “Apa ada masalah?”Kemudian pengurus rumah berkata, “Bu Felicia, Bu Patricia makan sedikit sekali tadi siang. Malam ini dia juga tidak ingin makan apa pun. Apa Bu Felicia bisa ke atas dan berusaha membujuknya agar mau makan?”“Mamaku sedang tidak berselera makan, ya?”“Ya, beliau mengatakan seperti itu.”“Apa tadi ada yang datang?” tanya Patricia lagi. “Asisten kepala keluarga tadi datang. Bu Patricia mengatakan dia tidak ingin makan setelah asistennya pergi.”“Mungkin ada masalah yang mempengaruhi mood mamaku sampai dia tidak mau makan. Oke, aku akan ke atas dan menemuinya. Mamaku ada di ruang kerja, ya?”“Bu Patricia ada di ruang kerja. Tadi, beliau juga meminta Bu Dania untuk menemuinya di sana kalau Bu Dania sudah pulang. Apa Bu Felicia mau membawa ma
Hanya ada dua cucu Patricia dari putra ketiganya yang tidak tinggal di asrama karena mereka masih bersekolah di taman kanak-kanak. Namun, mereka biasanya tinggal di rumah keluarga menantunya karena rumah keluarga menantunya lebih dekat dengan sekolah mereka. Patricia juga membayarkan uang setiap bulannya untuk biaya kedua cucunya yang tinggal di sana. “Suruh dia menemuiku setelah dia kembali.”“Baik! Bu Patricia, waktu makan malam sudah tiba,” balas pengurus rumah sekaligus mengingatkan Patricia. Patricia sempat terdiam beberapa saat lalu berkata, “Aku tidak ada selera makan.”Dia tidak ingin makan sendirian karena suami dan anak-anaknya tidak ada di rumah. Selain itu, suasana hatinya juga sedang kurang baik.“Ibu makan sedikit sekali saat makan siang. Jadi, bagaimana mungkin Ibu tidak merasa lapar sekarang?”“Aku tidak ingin makan,” pungkas Patricia lalu menutup teleponnya. Tidak lama kemudian, Felicia tiba di rumah dengan diantar oleh Vandi. Felicia memegang permen bola kapas besa
Foto-foto itu berisikan gambar Ivan dan Fani yang sedang asyik bermesraan. Bahkan Julio yang merupakan putra keduanya juga sering muncul di Famous Garden. Kedua putranya datang dengan membawa berbagai macam hadiah yang pasti akan mereka berikan kepada Fani. Hati Patricia terasa sangat sakit sekaligus marah. Dia benar-benar sudah membenci Fani. Sebenarnya, dia sudah menduga hal seperti akan terjadi di antara Fani dan Ivan. Fani bukanlah perempuan yang bisa menahan diri dengan baik. Oleh karena itu, Patricia segera mengusirnya keluar dari rumah keluarga Gatara. Patricia juga akan mengambil kembali semua yang diberikannya kepada Fani. Dia juga tidak peduli kalau Fani marah padanya. Lagi pula, gadis itu juga bukan putri kandungnya. Sebenarnya, Patricia berencana memberikan Fani uang untuk menjamin hidup gadis itu kalau saja Fani memutuskan untuk meninggalkan Cianter setelah berbagai hal yang terjadi. Namun, Fani tidak melakukannya. Dia justru memilih untuk membalas dendam kepada Patrici
Wajah Patricia seketika melembut lalu berkata sambil tertawa ringan, “Anak itu mungkin tidak pernah pergi ke taman hiburan sejak dia kecil, makanya dia pergi ke sana sekarang.”Patricia tiba-tiba kembali membenci Fani setelah teringat bagaimana keluarga itu memperlakukan putri kandungnya dengan sangat buruk. Anehnya, Fani masih saja terus menyalahkan Felicia dan Patricia tanpa berpikir bagaimana kedua orang tua kandungnya sudah memperlakukan Felicia dengan sangat buruk. Padahal Feni sudah menjalani kehidupan mewah dengan segala kebutuhan yang dipenuhi sejak dia kecil. Dia sudah sangat sering bermain di taman bermain, bahkan taman bermain di luar negeri sekalipun. Di sisi lain, Felicia baru memiliki kesempatan pergi ke taman bermain ketika dia sudah dewasa. “Kehidupan gadis itu sebelumnya sangatlah sulit,” ujar si asisten seakan dia merasa kasihan dengan kehidupan Felicia dahulu. Asisten itu juga tidak menyukai Fani. Namun, dia harus menahan semua perasaan kesalnya karena dia pikir F
Odelina menemukan alasan untuk mengakhiri panggilan telepon. Dia berbalik sambil menggenggam ponsel di tangannya setelah selesai menelepon Yuna. Dia menatap Daniel yang sedang asyik bermain dengan Russel. Kemudian dia duduk di antara Daniel dan Russel lalu bertanya kepada putranya sambil tersenyum, “Russel, bagaimana kalau kita merayakan tahun baru bersama Om Daniel?”Namun, Russel justru balik bertanya, “Kita mau merayakan sama siapa lagi kalau bukan sama Om Daniel?”Odelina langsung terdiam. Russel sudah terbiasa melewati hari-harinya dengan menganggap Daniel sebagai anggota keluarganya. Odelina langsung membelai kepala Russel dengan lembut lalu bertanya kepada Daniel, “Kita bisa meresmikan pernikahan kita dan mendapatkan surat nikah di Catatan Sipil sebelum tahun baru. Kita baru akan melaksanakan resepsi pernikahan setelah kakimu pulih. Bagaimana menurutmu?”Namun, Daniel menolak rencana Odelina dengan berkata, “Odelina, aku nggak mau menikah secara diam-diam begitu. Aku ingin me