“Sedikit demi sedikit dia bikin aku makin kecewa sama Fani, dan di kantor dia juga pelan-pelan mulai menunjukkan taringnya. Aku baru tahu kalau bakat terpendamnya sudah terbangun. Semua perempuan yang lahir di keluarga Gatara punya bakat alami dalam berbisnis, dan ditakdirkan untuk jadi wanita yang kuat. Setelah aku tahu dia ternyata seperti itu, aku masih tetapi memarahi dia untuk sementara waktu supaya nggak langsung terbongkar, sambil menunggu sampai dia mulai paham gimana cara kerja Gatara Group, baru aku kasih dia wewenang lebih. Begitu yang lain baru sadar, mereka sudah nggak bisa menindas Felicia lagi. Ya … mau gimanapun juga dia tetap anak kandungku. Aku menyesal nggak menyusui dan menggendong dia sekali pun. Aku ingin menebus kesalahanku, nggak peduli seperti apa sikap dia kepadaku, aku tetap tahan. Tapi kalau orang lain yang mengkhianatiku, di saat itu juga langsung kuhabisi dia.”Setelah mendengar semua perkataan Patricia yang sangat panjang itu, Vandi tidak mengatakan apa-a
Mengetahui Vandi pasti akan khawatir dengan keamanan Felicia, Patricia pun berkata, “Kamu jangan takut, obat ini nggak akan membahayakan nyawanya, paling cuma bikin dia pingsan selama beberapa hari saja. Begitu sadar, dia masih akan merasa kaki tangan lemas selama beberapa hari ke depan. Tenang saja, aku nggak mungkin meracuni anak perempuanku satu-satunya sampai mati.”Vandi lantas mengambil obat itu dan menyimpannya di dalam saku celananya. “Bu Patricia, obatnya kuterima, tapi aku nggak bisa berjanji akan menaruh obat ini ke dalam makanannya.”Jika Vandi tidak mengambil obat tersebut, Patricia pasti akan meminta orang lain untuk menaruh obat tersebut ke dalam makanannya. Dengan mengambil obat itu, Vandi bisa memastikan kandungan obatnya terlebih dahulu baru memutuskan apakah dia akan menggunakannya kepada Felicia.“Aku tahu Bu Patricia nggak berniat membunuh Felicia, tapi Felicia sudah dewasa. Dia punya pemikirannya sendiri, Bu Patricia nggak seharusnya membatasi dia. Kalau aku melak
Vandi beranjak dari kursinya dan langsung membalikkan badan. Patricia dapat melihat sosok tubuh Vandi saat dia membelakanginya. Sebenarnya, ketika dilihat dari belakang, Vandi adalah pria yang lumayan menarik. Tampangnya tidak dibilang jelek, dan banyak kepribadian yang dia miliki cocok dengan Felicia.Patricia mengalihkan pandangannya ke sebuah bingkai foto yang dia letakkan di salah satu sudut meja. Foto itu memperlihatkan potret satu keluarga lengkap setelah Felicia pulang. Di foto tersebut mereka berdua berdiri sebelahan, tetapi Felicia tidak menyentuhnya. Saat itu mereka berdua tidak ada bedanya dengan orang asing yang saling menjauhi satu sama lain. Namun Patricia berdiri menempel dan berusaha menggandeng tangan anaknya dengan penuh kasih sayang, seolah ingin memperlihatkan kalau mereka bisa berdamai dengan masa lalu.Cukup lama Patricia mengamati foto tersebut. Jari-jarinya meraba sosok Felicia dengan perlahan dan bergumam, “Felicia, kamu akan lebih bahagia dari aku.”Lalu Patri
Jika bukan karena Sofia, mungkin Deddy tidak akan pernah melirik Patricia sedikit pun. Sofia, Sofia, apa-apa selalu saja karena Sofia!Patricia berpikir saat itu dia berencana untuk membunuh kakaknya adalah karena kebencian. Karena apa pun yang Patricia lakukan, orang lain akan selalu mengungkit nama Sofia. Dialah yang akan selalu dipuji karena sudah mendidik Patricia dengan baik.Patricia mengaku dia iri kepada kakaknya. Kakaknya jauh lebih baik darinya dalam segala hal. Hanya ada satu kekurangan yang kakaknya itu miliki, yaitu tubuh yang lemah dan sakit-sakitan.Setiap kali Patricia menemui kesulitan ketika diminta untuk mengerjakan pekerjaan kantor dan juga urusan keluarga yang tidak bisa dia selesaikan sendiri, begitu pulang ke rumah dan berbicara dengan kakaknya, kakaknya pasti akan mencarikan solusi. Patricia tinggal melakukan sesuai dengan arahan kakaknya , dan masalah pun terselesaikan dengan sempurna.Patricia memang tidak secerdas dan seberani kakaknya. Patricia minder merasa
Setelah keheningan sejenak, Dikta mengingatkan bosnya, “Tapi kalau begitu, Felicia nggak akan mau mengambil alih Gatara Group. Pengorbanan Bu Patricia akan sia-sia. Kalaupun rencana itu berhasil, nggak akan ada orang yang menempati posisi kepala keluarga, dan yang di sisi mereka juga nggak ada karena semuanya habis terbakar. Bisa-bisa Gatara Group malah jatuh ke tangan orang lain.”Tanpa berpikir panjang, Patricia menjawab, “Kalau sampai itu benar-benar terjadi, Felicia pasti akan mengambil alih. Dia mungkin kejam, tapi nggak mungkin dia melepas tanggung jawabnya. Lagi pula, yang dari Mambera nggak mungkin datang semuanya. Olivia pasti nggak akan datang, Amelia juga belum tentu datang. Mereka mau mendidik Odelina untuk jadi penerus.”Patricia dan kakaknya menyisakan keturunan mereka masing-masing, tinggal lihat saja keturunan siapa yang berhasil mewarisi jabatan tertinggi di keluarga Gatara. Patricia cukup yakin bahwa anaknya yang akan menang. Bagaimanapun, Felicia juga pernah bersama-
“Obat ini mamaku yang kasih? Jadi waktu itu yang menuangkan obat tidur di minumanku juga dia?” tanya Felicia.Vandi menjawab, “Bu Patricia bilangnya begitu. Apakah benar obat yang sama atau bukan, aku juga nggak tahu. Pihak rumah sakit nggak kasih hasil pemeriksaannya ke kita. Aku curiga mungkin saja Bu Patricia sudah bersekongkol sama dokter-dokter yang ada di sini untuk nggak kasih tahu hasilnya. Aku nggak akan kasih obat ini e kamu. Aku mau bawa pergi ke rumah sakit lain untuk diteliti sebenarnya obat apa ini.”Felicia tetap membuka kantung obat itu dan menciumnya. “Aromanya agak mirip sama air yang au minum waktu itu.”“Jangan terlalu dekat. Kamu bisa terbaring berhari-hari kalau sampai nggak sengaja termakan,” kata Vandi mengingatkan.Mendengar itu, Felicia pun dengan hati-hati melipat kembali antung berisikan obat bubuk itu dan mengembalikannya kepada Vandi. “Coba bawa ke rumah sakit lain, tapi lebih baik jangan rumah sakit yang ada di Cianter. Mamaku sudah menjalani bisnisnya se
Di situ Vandi hanya diam menatap Felicia.“Kenapa? Aku nggak boleh tahu?” tanya Felicia, dan seketika itu rona wajah Vandi langsung memerah. Felicia yang penasaran pun tersenyum dan berkata, “Mukamu sampai merah begitu. Aku kira mukamu lebih tebal dari beton. Memangnya mamaku ada ngomong apa lagi sampai kamu malu begitu? Apa mamaku berjanji kalau kamu mau meracuni aku, kamu bakal dikasih satu cewek cantik untuk melayanimu seumur hidup?”“Bu Patricia bilang begitu, tapi bukan dikasih, tetapi dipercayakan,” jawab Vandi.Kedua mata mereka saling bertatapan satu sama lain, dan dalam sekejap senyuman di wajah Felicia pun sirna.“Mamaku benar-benar ngomong begitu?”Dipercayakan, yang berarti Felicia dipercayakan kepada Vandi.Sorot mata Vandi mengunci ke ekspresi wajah Felicia, lalu dengan serius dia berkata, “Bu Patricia bilang usia kita nggak terlalu beda jauh, dan aku juga ditugaskan untuk menjagamu selamanya. Kalau kamu punya perasaan padaku, dia memperbolehkan kita untuk hidup bersama.
“Nggak tahu nama lengkapnya Deddy itu hal yang sangat wajar,” kata Felicia. Mungkin yang masih ingat nama lengkapnya hanya ibunya saja.Felicia tidak mungkin menemui ibunya hanya untuk mencari tahu siapa nama lengkap Deddy. Ayahnya dulu pernah bilang kalau Patricia sudah memiliki orang yang selalu dia simpan di dalam hatinya, dan orang itu tidak lain tidak bukan adalah Deddy.Deddy sudah hampir menyentuh umur 100 tahun, dia lebih tua 20-an tahun dari Patricia. Saat Patricia baru beranjak dewasa, Deddy sudah masuk usia paruh baya. Namun demikian Patricia tetap mencintai Deddy apa adanya. Ini membuktikan bahwa Deddy adalah pria yang sangat tampan di masa mudanya. Mungkin juga karena Patricia sudah kehilangan sosok orang tua di masa muda sehingga dia tidak merasakan kasih sayang dari ayah, maka itu dia jadi sangat mendambakan pria yang lebih tua darinya.“Deddy sudah tua begitu masih mau datang?” tanya Felicia, tetapi dia merasa pertanyaan itu tidak ada artinya.Deddy sudah bersusah payah
“Cuma main gim sebentar. Aku sudah lama sekali nggak bermain.” Rika mengerutkan kening. Ronald buru-buru berkata, “Kak, aku benar-benar sudah lama nggak main. Sekarang pekerjaan sangat sibuk. Malam ini kebetulan pulang lebih awal, jadi aku main sebentar buat mengisi waktu. Kalau nggak main, aku pasti sudah keluar minum-minum dengan teman sampai mabuk. Nanti Kakak juga pasti akan menghajarku habis-habisan.” Dulu, orang yang paling ditakutinya adalah kakak kembarnya sendiri. Dia merasa kakaknya lebih galak daripada orang tua mereka. Kakaknya selalu mengawasinya dengan ketat dan tidak memberinya banyak kebebasan. Setelah tahu bahwa kakaknya sebenarnya seorang perempuan, orang yang paling ditakutinya tetaplah kakak itu. Satu-satunya yang berubah hanyalah gendernya, tetapi kepribadiannya masih sama seperti dulu. Ronald sering bertanya-tanya, mereka kembar, hanya selisih sepuluh menit saat lahir, tetapi mengapa kakaknya jauh lebih hebat darinya? Padahal mereka tumbuh bersama dan mendapa
Begitu Rika mengangkat kepalanya, Ricky langsung menunduk dan menutup mulutnya dengan ciuman. Rika awalnya tidak bereaksi, tetapi ketika Ricky semakin menggoda dan membangkitkan emosinya, barulah ia memberikan sedikit balasan. Begitu mendapat tanggapan darinya, Ricky langsung menjadi lebih agresif, seolah tidak mau memberi celah sedikit pun. Rika berpikir, pada malam pernikahan mereka nanti, pria ini pasti akan berubah menjadi serigala yang tidak sabar melahapnya sampai tidak bersisa. Setelah ciuman panjang itu, Ricky akhirnya menahan diri dan perlahan melepaskannya, meski masih enggan berpisah. Rika yang masih setengah terpejam membuka matanya dan bertemu dengan tatapan penuh perasaan dari Ricky. Ia mengangkat tangannya, dengan lembut membelai wajah pria itu, lalu berkata dengan suara lembut yang jarang terdengar darinya.“Cepat pulang dan istirahat, semoga mimpi indah. Selamat malam.” “Kamu juga. Besok pagi aku datang menjemputmu untuk sarapan bersama.” Ricky kembali menempelkan
Ricky diam-diam mengeluh dalam hati. Para pengawal keluarga Arahan pasti belum pernah melihat betapa gilanya kakaknya saat jatuh cinta. Dalam hal memanjakan istri, mereka semua masih harus belajar dengan kakaknya. Dalam hal tidak tahu malu, mereka juga harus mencontoh kakaknya. Kakaknya selalu menjadi panutan bagi mereka, baik dalam urusan pribadi maupun bisnis. “Perusahaan kalian sebentar lagi libur, 'kan? Bagaimana kalau Tahun Baru nanti kamu merayakannya di rumahku?” tanya Ricky dengan suara lembut . “Tahun ini mungkin aku nggak akan merayakan Tahun Baru di rumahmu, tapi tiga hari setelah tahun baru, keluargaku akan datang ke rumahmu untuk mengucapkan selamat secara langsung. Hari kedua tahun baru ibuku akan pulang ke rumah kakek nenek, jadi kami semua harus ikut.” Kedua keluarga sudah saling berkunjung seperti keluarga besan. Ricky tersenyum dan berkata, “Itu juga bisa. Setelah Tahun Baru, saat kantor sipil sudah buka, kita akan pergi mendaftarkan pernikahan. Persiapan pernika
Stefan berkata, “Kak, aku akan mengatur semuanya dengan baik, tapi tetap harus memberi tahu kalian.” Bagaimanapun, ini adalah urusan keluarga Gatara. Kakak iparnya kemungkinan akan mengganti marganya menjadi Gatara di kemudian hari. Itu berarti ini juga urusan keluarga istrinya yang dicintainya. Odelina berpikir bahwa Stefan mungkin terlalu berlebihan memikirkan hal ini, sehingga dia buru-buru menjelaskan, “Stefan, aku nggak bermaksud apa-apa, hanya merasa bahwa kamu dan Kakak paling tenang dan stabil. Kalau kalian sudah mengatur semuanya, aku nggak akan punya pendapat lain.” Meskipun dia cukup kuat di dunia kerja, di hadapan dua CEO besar, dia tetaplah junior. Bahkan dibandingkan dengan Rika, dia masih kalah. Meskipun Rika lebih muda darinya, dia sudah mengambil alih bisnis keluarga sejak lama dan telah mengelola Aurora Group dengan sangat sukses, dan menjadikannya makin berkembang. “Kak, aku nggak akan berpikir terlalu berlebihan. Kita semua sedang berusaha untuk hal yang sama.”
Dari yang awalnya konflik internal keluarga Gatara sekarang sudah menjadi permasalahan antara beberapa keluarga konglomerat yang ada di Mambera. Inilah besarnya kekuatan dari pernikahan antar keluarga.“Hal-hal yang dilakukan oleh keluarga Gatara semuanya diatur sama Dikta. Apa ada kabar dari orang yang ditugaskan untuk memantau Dikta?” tanya Odelina kepada adik iparnya. “Tapi Dikta itu cerdik orangnya, dia nggak akan segampang itu dipantau.”Stefan menjawab, “Ya, dia memang cerdik. Dimas dan yang lain juga kehilangan jejak dia. Apa pun yang dia lakukan pasti langsung dihapus jejaknya. Tanpa bantuan Bram dan Rubah perak, mungkin kita sudah kehilangan dia. Yang sekarang kita tahu, dia punya banyak jalur untuk membeli oli dalam jumlah banyak. Kurasa mungkin dia mau membakar kita di rumah keluarga Gatara. Nanti kita berangkat jangan semuanya berkumpul di satu mobil. Pakai mobil yang terpisah. Selain itu dari banyak penyelidikan membuktikan Dikta juga membeli senjata api secara ilegal. Kal
“Nggak tahu nama lengkapnya Deddy itu hal yang sangat wajar,” kata Felicia. Mungkin yang masih ingat nama lengkapnya hanya ibunya saja.Felicia tidak mungkin menemui ibunya hanya untuk mencari tahu siapa nama lengkap Deddy. Ayahnya dulu pernah bilang kalau Patricia sudah memiliki orang yang selalu dia simpan di dalam hatinya, dan orang itu tidak lain tidak bukan adalah Deddy.Deddy sudah hampir menyentuh umur 100 tahun, dia lebih tua 20-an tahun dari Patricia. Saat Patricia baru beranjak dewasa, Deddy sudah masuk usia paruh baya. Namun demikian Patricia tetap mencintai Deddy apa adanya. Ini membuktikan bahwa Deddy adalah pria yang sangat tampan di masa mudanya. Mungkin juga karena Patricia sudah kehilangan sosok orang tua di masa muda sehingga dia tidak merasakan kasih sayang dari ayah, maka itu dia jadi sangat mendambakan pria yang lebih tua darinya.“Deddy sudah tua begitu masih mau datang?” tanya Felicia, tetapi dia merasa pertanyaan itu tidak ada artinya.Deddy sudah bersusah payah
Di situ Vandi hanya diam menatap Felicia.“Kenapa? Aku nggak boleh tahu?” tanya Felicia, dan seketika itu rona wajah Vandi langsung memerah. Felicia yang penasaran pun tersenyum dan berkata, “Mukamu sampai merah begitu. Aku kira mukamu lebih tebal dari beton. Memangnya mamaku ada ngomong apa lagi sampai kamu malu begitu? Apa mamaku berjanji kalau kamu mau meracuni aku, kamu bakal dikasih satu cewek cantik untuk melayanimu seumur hidup?”“Bu Patricia bilang begitu, tapi bukan dikasih, tetapi dipercayakan,” jawab Vandi.Kedua mata mereka saling bertatapan satu sama lain, dan dalam sekejap senyuman di wajah Felicia pun sirna.“Mamaku benar-benar ngomong begitu?”Dipercayakan, yang berarti Felicia dipercayakan kepada Vandi.Sorot mata Vandi mengunci ke ekspresi wajah Felicia, lalu dengan serius dia berkata, “Bu Patricia bilang usia kita nggak terlalu beda jauh, dan aku juga ditugaskan untuk menjagamu selamanya. Kalau kamu punya perasaan padaku, dia memperbolehkan kita untuk hidup bersama.
“Obat ini mamaku yang kasih? Jadi waktu itu yang menuangkan obat tidur di minumanku juga dia?” tanya Felicia.Vandi menjawab, “Bu Patricia bilangnya begitu. Apakah benar obat yang sama atau bukan, aku juga nggak tahu. Pihak rumah sakit nggak kasih hasil pemeriksaannya ke kita. Aku curiga mungkin saja Bu Patricia sudah bersekongkol sama dokter-dokter yang ada di sini untuk nggak kasih tahu hasilnya. Aku nggak akan kasih obat ini e kamu. Aku mau bawa pergi ke rumah sakit lain untuk diteliti sebenarnya obat apa ini.”Felicia tetap membuka kantung obat itu dan menciumnya. “Aromanya agak mirip sama air yang au minum waktu itu.”“Jangan terlalu dekat. Kamu bisa terbaring berhari-hari kalau sampai nggak sengaja termakan,” kata Vandi mengingatkan.Mendengar itu, Felicia pun dengan hati-hati melipat kembali antung berisikan obat bubuk itu dan mengembalikannya kepada Vandi. “Coba bawa ke rumah sakit lain, tapi lebih baik jangan rumah sakit yang ada di Cianter. Mamaku sudah menjalani bisnisnya se
Setelah keheningan sejenak, Dikta mengingatkan bosnya, “Tapi kalau begitu, Felicia nggak akan mau mengambil alih Gatara Group. Pengorbanan Bu Patricia akan sia-sia. Kalaupun rencana itu berhasil, nggak akan ada orang yang menempati posisi kepala keluarga, dan yang di sisi mereka juga nggak ada karena semuanya habis terbakar. Bisa-bisa Gatara Group malah jatuh ke tangan orang lain.”Tanpa berpikir panjang, Patricia menjawab, “Kalau sampai itu benar-benar terjadi, Felicia pasti akan mengambil alih. Dia mungkin kejam, tapi nggak mungkin dia melepas tanggung jawabnya. Lagi pula, yang dari Mambera nggak mungkin datang semuanya. Olivia pasti nggak akan datang, Amelia juga belum tentu datang. Mereka mau mendidik Odelina untuk jadi penerus.”Patricia dan kakaknya menyisakan keturunan mereka masing-masing, tinggal lihat saja keturunan siapa yang berhasil mewarisi jabatan tertinggi di keluarga Gatara. Patricia cukup yakin bahwa anaknya yang akan menang. Bagaimanapun, Felicia juga pernah bersama-