Rumah keluarga Gatara.Patricia sudah capek berjalan bolak-balik, jadi dia duduk di sofa. Asbak di depannya sudah penuh dengan puntung rokok.“Bu Patricia.”Pengurus rumah tangga datang dari luar, lalu berjalan ke belakang Patricia dan menyapa dengan hormat.“Ada apa?” tanya Patricia dengan dingin.“Pak Cakra pulang. Apakah boleh kasih Pak Cakra masuk?”Wajah Patricia seketika menjadi muram. “Aku nggak suruh dia pulang. Siapa yang suruh dia pulang?”Pengurus rumah tangga berkata dengan hati-hati, “Bu Patricia sedang dalam suasana hati yang buruk. Pak Cakra pulang jadi bisa bicara dengan Bu Patricia. Dulu setiap kali Ibu dalam suasana hati yang buruk, Pak Cakra yang selalu temani Ibu. Nggak peduli apa pun salah Pak Cakra, beliau tetap suami Ibu, sudah menikah dengan Ibu selama puluhan tahun dan punya banyak anak cucu pula. Jadi kenapa nggak dimaafkan saja?”Patricia menoleh dan memelototi pengurus rumah tangga. Si pengurus rumah tangga spontan menundukkan kepala, tidak berani membalas t
Di saat si pengurus rumah tangga berbalik dan hendak pergi, Patricia tiba-tiba memanggilnya dan memberi perintah, “Biarkan dia masuk.”Patricia sedang dalam suasana hati yang buruk. Bagus juga ada orang yang bisa dia marahi untuk melampiaskan amarahnya.“Baik, Bu. Saya keluar beritahu Pak Cakra dulu.”Pengurus rumah tangga sangat gembira melihat Patricia mendengarkan sarannya. Dia pun bergegas keluar untuk membukakan pintu bagi Cakra.Cakra yang turun dari mobil melihat si pengurus rumah tangga datang. Dia langsung bertanya, “Patricia sudah makan?”“Belum, Pak. Bu Patricia nggak makan apa pun. Dia hanya minum air dan merokok.” Usai berkata, si pengurus rumah tangga menghela napas. “Entah masalah apa yang sedang dihadapinya, sampai buat Bu Patricia nggak nafsu makan.”Pengurus rumah tangga ini belum lama menjabat sebagai pengurus rumah tangga, tapi dia sudah lama bekerja di rumah keluarga Gatara. Ini pertama kalinya dia melihat Patricia dalam kesulitan seperti itu.Cakra terdiam sejenak
“Pa, Ma.”Felicia berjalan mendekat, lalu menyapa kedua orang tuanya. Begitu Cakra melihat Felicia datang, dia seperti melihat penyelamatnya datang. Dia langsung bicara dengan Felicia. “Fel, cepat bujuk mamamu. Dia nggak mau makan apa pun. Biar ada masalah sebesar apa pun, juga tetap harus makan. Habis makan baru ada tenaga untuk selesaikan masalah,” kata Cakra sambil memasang raut wajah sedih dan tidak tega.“Iya, Fel. Cepat bantu bujuk Mama. Mama nggak mau makan dan minum,” timpal Ivan dan adik-adiknya yang lain.Namun, Ivan tampak sedikit takut ketika melihat Felicia pulang. Karena masalah dia mengatur orang untuk menabrak Odelina. Dia takut Felicia tahu dan akan melaporkannya kepada ibu mereka.Tanpa menunggu Felicia duduk dan bicara, Patricia sudah berdiri dan berkata dengan tegas, “Felicia, kamu ikut Mama ke atas. Kalian semua nggak boleh pergi ke ruang kerja ganggu kami tanpa izin dariku.”Usai berkata, Patricia meninggalkan suami dan putranya yang sedang menunjukkan perhatian p
Dari luar kelihatannya mereka berada di pihak yang sama. Patricia menatap Felicia dalam diam. Felicia adalah putri kandungnya, yang dilahirkannya setelah mengandungnya selama sepuluh bulan.Patricia punya empat anak. Tiga anak pertama adalah anak laki-laki. Bukan berarti dia tidak sayang anak laki-laki. Semuanya lahir dari rahimnya sendiri. Bagaimana mungkin Patricia tidak sayang mereka?Namun, keluarga Gatara memiliki aturannya sendiri yang membuat Patricia lebih suka dan sayang anak perempuan. Saat mengandung Felicia, dia tahu kalau dia mengandung seorang anak perempuan. Karena reaksinya selama kehamilan berbeda dengan saat dia mengandung tiga anak lainnya.Kemudian, dokter keluarga memeriksa denyut nadi Patricia dan mengatakan kalau Patricia mengandung anak perempuan. Akhirnya dia mendapatkan anak perempuan yang telah dinanti-nantikan olehnya. Saat melahirkan Felicia, usia Patricia sudah cukup tinggi untuk melahirkan. Dia pun berpikir, setelah melahirkan anak keempat, dia akan berhe
“Ma, Mama mau ngomong apa, ngomong saja langsung. Nggak peduli kita sehati atau nggak, Mama boleh cerita apa saja.”Patricia mengatupkan bibirnya. Kemudian, ekspresi wajahnya seperti sedang menertawakan dirinya sendiri.“Felicia, kamu ngomong seperti ini, seolah-olah jadi putri kandungku membuat kamu sangat sedih. Kalau bisa memilih, kamu nggak akan memilih aku jadi mamamu, kan?”“Sebagai anak kami nggak bisa memilih. Nggak ada yang bisa memilih orang tua mereka sendiri,” kata Felicia.“Hal terburuk yang pernah aku lakukan dalam hidupku adalah kematian kedua tantemu,” ujar Patricia. “Aku nggak terima, nggak rela. Aku juga bisa. Kenapa bukan aku? Pria yang aku sukai meremehkan aku, yang meninggalkan penyesalan seumur hidupku. Mungkin saja, hari tuaku akan hancur di tangannya. Kenapa Langit begitu nggak adil?”Patricia tidak mengatakan secara langsung kalau dia yang membunuh kakak dan adiknya. Namun, dari ucapannya barusan, secara tidak langsung dia sudah mengakui kalau dia yang membunuh
Pria itu tidak akan membiarkan Sofia mati sia-sia. Apa pun yang terjadi, pria itu akan membuktikan kalau Patricia yang membunuh mereka. Dia akan membongkar kejahatan Patricia dan menghancurkan reputasinya. Kemudian, Patricia harus mengembalikan semua yang telah diambilnya walau tangannya harus berlumuran darah. Semua harus dikembalikan ke tangan keturunan kakaknya.Patricia tidak terima, juga tidak rela. Kenapa dia tidak sebaik kakaknya? Hanya karena kakeknya lahir 18 tahun lebih awal darinya, jadi posisi kepala keluarga diberikan kepada kakaknya.“Apakah Mama pernah menyesal? Tante yang besarkan Mama, kan? Orang bilang, kakak itu seperti ibu. Ungkapan itu sangat tepat untuk Tante.”Sofia yang membesarkan Patricia dan adiknya. Sofia malah meninggal di tangan adik yang dibesarkannya. Sofia masih sangat percaya kepada adiknya itu.Patricia diam seribu bahasa. Ada kalanya, dia menyesal. Namun ada kalanya, dia merasa dirinya tidak salah. Setiap orang pasti lebih peduli pada dirinya sendiri
“Felicia, Mama hanya ingin kamu tidur sebentar. Mama nggak akan bunuh kamu. Mama akan lakukan sesuatu yang nggak kamu sukai. Maaf, Mama buat kamu malu. Maaf kamu sudah terlahir jadi anak Mama. Kalau Mama nggak lakukan hal-hal itu, kamu pasti bisa menjadi orang yang lebih baik lagi.”Patricia mengambil tisu dan menyeka air matanya. Dia menghela napas sambil melihat putrinya yang sedang tidur. Dia tahu kalau Felicia sebenarnya sangat unggul. Namun karena punya ibu seperti dia, Felicia jadi bimbang dan menderita. Apa yang patut diketahui, apa yang tidak patut diketahui, Felicia sudah tahu semuanya.Namun, Felicia tidak dapat berbuat apa-apa, juga tidak bisa berkata apa pun pada Patricia karena statusnya. Siapa suruh Felicia terlahir sebagai putri kandungnya?Setelah melihat Felicia dalam diam selama beberapa menit, Patricia menata kembali perasaannya. Dia mengambil ponsel Felicia. Dia ingin menghubungi Vandi dengan ponsel Felicia. Akan tetapi, Felicia menggunakan kata sandi. Patricia menc
Sedangkan wajah Patricia tampak tidak senang. Tanpa perlu bertanya pun Ivan tahu kalau Patricia dan Felicia mungkin bertengkar. Jangan-jangan Felicia sudah jadi korban kekejaman ibunya?Ivan yang ketakutan segera menarik kembali pandangannya dan berkata dengan hati-hati kepada sang ibu, “Ma, sekalipun Mama mau bicara dengan Felicia, Mama tetap harus makan.”“Pergi!” bentak Patricia.Ivan langsung berbalik dan hendak kabur. Karena gerakannya terlalu cepat, dia terjatuh. Nampan yang dipegangnya beserta semua makanan jatuh ke lantai. Makanan pun berserakan di mana-mana. Ivan terlihat sangat menyedihkan.Kemudian, Ivan mendengar suara pintu yang dibanting dengan keras. Setelah itu, dia baru berani menoleh kembali dan melihat pintu itu sebentar, lalu dia cepat-cepat bangun. Dia tidak berani langsung pergi. Dia harus membersihkan makanan di lantai dulu.Ivan membersihkan kekacauan di lantai dengan terburu-buru lalu bergegas turun ke bawah. Cakra dan kedua putranya juga merasa gugup ketika me
Patricia sama sekali tidak menyangka. Setelah puluhan tahun, kebenaran akan terungkap juga. Dia juga tidak menyangka kedua keponakannya masih bisa bangkit sendiri tanpa dukungan dari keluarga Gatara. Mereka bisa masuk ke keluarga kaya dan mendapatkan lebih banyak dukungan dari keluarga besar lainnya. Yang bernasib baik pada akhirnya tetap bernasib baik.“Ada urusan apa Bu Patricia datang ke sini?”Saat Patricia tetap diam, Aksa bertanya dengan suara berat. Mata Patricia bertemu dengan mata Odelina yang penuh kebencian. Dia merasa Odelina memiliki sedikit bayangan dari Sofia. Apakah Patricia harus hidup di bawah bayang-bayang kakaknya sepanjang hidupnya?“Odelina, kalau aku bilang aku datang untuk bunuh kamu, apakah kamu akan takut?” Mata Odelina berkedip, lalu dia menjawab dengan jujur, “Tentu saja takut. Siapa yang nggak takut mati? Memangnya Bu Patricia nggak takut mati? Tapi aku tahu kamu nggak suka bisnis yang merugikan. Sekalipun kamu sangat ingin bunuh aku sekarang juga, kamu ma
Aksa tidak menanggapi. Dia berdiri dan segera menuangkan segelas air hangat untuk Patricia. Kemudian, dia meletakkan gelas berisi air hangat di depan Patricia dan berkata dengan suara berat, “Bu Patricia berani minum air yang aku tuangkan?”Patricia mendongak dan menatap Aksa. Ada rasa cemburu di hatinya. Mengapa putra orang lain bisa begitu hebat? Putranya tidak pernah bisa dibandingkan dengan putra orang lain.Meskipun Patricia lebih sayang anak perempuan, dia juga menghabiskan banyak waktu dan tenaga dalam mendidik ketiga putranya. Namun pada akhirnya, mereka semua tetap hanya bisa bertahan hidup dengan bergantung pada keluarga Gatara. Saat mereka memulai usaha, mereka lebih banyak merugi. Mereka sering meminta Patricia untuk menutupi kerugian mereka.“Aku nggak minum air putih. Tawar, nggak ada rasa.”Patricia menarik kembali pandangannya dan berkata dengan tenang, “Kalian berdua coba panggil aku Bibi Nenek.”“Apakah Bu Patricia sudah tempatkan posisi sebagai bibi nenek kami? Jika
Tadi malam, Patricia jatuh ke tangan putrinya sendiri. Felicia jelas-jelas minum air itu, walau hanya seteguk. Jumlah obat yang Patricia masukkan ke dalam air cukup banyak, cukup untuk membuat Felicia tidur selama beberapa hari.Namun siapa sangka, tidak lama setelah Vandi membawa Felicia pergi, Odelina sudah mendapatkan kabar. Segera setelah itu, Aksa juga langsung terbang ke Kota Cianter malam itu juga. Patricia tahu kalau Felicia yang memberitahu Odelina.Setelah Vandi membawa Felicia pergi, dia tidak membawa Felicia pulang ke rumah, melainkan ke rumah sakit. Begitu dokter tahu obat apa yang diminum Felicia, dokter segera memberikan obat penawar yang tepat dan Felicia segera pulih.Patricia menyuruh suami dan anak-anaknya yang lain pergi menjenguk Felicia, sekalian membawakan sarapan untuk Felicia. Patricia sudah menaruh obat tidur di dalam sarapan mereka. Akan tetapi, Felicia tidak tertipu. Dia tidak menyentuh sama sekali makanan yang mereka bawakan.Patricia menghela napas dalam h
"Ivan, meskipun saat ini belum terjadi apa-apa, Papa yakin tebakan Papa nggak salah. Kalian lebih baik segera meninggalkan kota dan kembali ke kampung halaman kita," kata Cakra dengan serius. "Nanti beri tahu mamamu," tambahnya. Cakra sudah malas menebak apa yang direncanakan istrinya. Yang terpenting sekarang adalah menyelamatkan anak dan cucunya terlebih dahulu. "Papa, Papa ini terlalu khawatir. Nggak ada kejadian apa pun," kata Ivan. Baik dia maupun kedua adiknya tidak ingin meninggalkan kota. "Papa bukan khawatir berlebihan. Nanti kalian akan tahu sendiri," ujar Cakra tegas. "Kalau kalian masih menganggap Papa sebagai Papa kalian, dengarkan ucapan Papa!" "Baiklah, Papa. Aku akan pulang dulu untuk berbicara dengan Mama soal perceraianku. Aku pergi dulu," ujar Ivan, mencari alasan untuk pergi lebih dulu. Kedua adiknya pun masing-masing mencari alasan lain untuk meninggalkan tempat itu. Cakra sangat marah, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa terhadap ketiga anaknya. Karena mere
"Sekarang melihatmu baik-baik saja, kami pun merasa lega. Mulai sekarang, kalau mamamu menyuruhmu makan sesuatu, jangan pernah sentuh, bahkan secangkir air pun jangan diminum. Mamamu itu orang yang berhati sangat kejam, bahkan dia juga tega dengan kakak kandung yang membesarkannya.""Dia adalah orang yang sangat egois, sebenarnya dia hanya mencintai dirinya sendiri." "Selama kalian, anak-anaknya, menurut dan selalu mendengarkannya, dia masih akan menunjukkan sedikit kasih sayang sebagai seorang ibu. Tapi begitu kalian menentangnya, dia nggak akan segan-segan bertindak kejam." Cakra terus-menerus membicarakan keburukan Patricia di depan anak-anaknya. Namun, ini sebenarnya bukan hanya sekadar keburukan, melainkan fakta. Patricia memang seorang wanita yang sangat egois, hanya mencintai dirinya sendiri. "Papa, aku baik-baik saja. Papa dan Kakak-kakak pulang saja. Papa jaga kesehatan baik-baik, jangan sering-sering mengganggu Mama," kata Felicia. Dia sangat paham bahwa kedua orang tuan
"Pak Vandi," ujar Cakra dengan senyum paksa. Namun, di dalam hatinya, dia merasa sangat tertekan. Bagaimanapun juga, dia adalah suami kepala keluarga. Namun, di hadapan para asisten ini, dia sama sekali tidak memiliki kedudukan. Bahkan berbicara dengan mereka pun harus memasang wajah ramah. "Kami datang menjenguk Felicia. Bagaimana kondisinya sekarang? Semalam, kami khawatir sepanjang malam. Baru pagi ini kami tahu bahwa kamu membawanya ke rumah sakit, jadi kami segera datang menjenguk." Cakra berbohong karena tadi malam, setelah dimarahi oleh Patricia, dia dan ketiga putranya langsung pergi dari rumah utama keluarga Gatara. Setelah itu, mereka hanya mengamati situasi di dalam rumah utama. Namun, semalaman tidak ada pergerakan yang mencurigakan. Selain Dikta yang datang beberapa kali, tidak ada hal lain yang terjadi. Cakra pun mulai ragu. Apakah dugaannya salah? Atau ini adalah jebakan yang dipasang oleh Patricia? Jebakan untuk menyingkirkan keponakan dan cicitnya sendiri?Vandi d
"Memang tidak melakukan apa pun, tapi Pak Dikta sudah beberapa kali menemui Bu Patricia. Nggak tahu apa yang mereka berdua rencanakan," kata Vandi sambil menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur Felicia, lalu merapikan selimutnya. "Salju turun lagi hari ini, dan sangat lebat." Felicia menoleh ke luar jendela dan melihat butiran salju beterbangan di udara. "Bu Felicia langsung tersadar, jadi aku langsung memberi tahu Bu Odelina agar lebih waspada. Bahkan orang-orang dari Mambera pun sudah datang. Bu Patricia mungkin tahu situasi telah berubah, jadi mengubah rencana bukanlah hal yang mustahil." "Bu, beristirahatlah dengan baik, jangan terlalu banyak berpikir. Kamu sudah berbuat lebih dari cukup." Odelina juga tidak akan menyalahkan Felicia. Bagaimanapun, Patricia adalah ibu kandung perempuan itu, tetapi Felicia tetap memilih kebenaran dan tidak berpihak padanya. Itu sudah cukup untuk menunjukkan ketulusan kepada orang-orang dari Mambera. "Bu Felicia lapar? Aku bisa keluar un
Stefan untuk sesaat tidak tahu bagaimana menanggapi perkataan itu. Mereka hanya bisa merasa khawatir. Sementara itu, di Cianter, Patricia tidak mengambil tindakan terhadap Odelina meskipun malam sudah larut dan sepi. Patricia juga sudah mendengar kabar bahwa Aksa sudah datang.Dikta datang lagi dan masuk ke dalam ruang kerja Patricia. Mereka berdua membahas sesuatu di dalam ruangan, tetapi tidak ada yang tahu isi pembicaraan mereka. Malam berlalu tanpa kejadian berarti. Keesokan harinya, Cianter kembali diguyur salju lebat. Saat Felicia terbangun, hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit putih dan hidungnya dipenuhi dengan aroma obat-obatan. Ini bukan kamarnya. Benar, Vandi bilang akan mengantarnya ke rumah sakit. Jadi sekarang dia berada di rumah sakit.Ingatan mulai kembali, dan Felicia tiba-tiba duduk tegak. Namun, karena bergerak terlalu cepat, dia merasa pusing dan kehilangan keseimbangan, lalu kembali jatuh ke tempat tidur. Obat apa sebenarnya yang diberikan ibunya pa
Daniel bertanya, "Siapa Kakek Setya?" Stefan terdiam sejenak, lalu berkata, "Oh, aku lupa memberitahumu." Kemudian, dia menjelaskan tentang Kakek Setya kepada Daniel. Setelah mendengar bahwa mereka telah menemukan mantan asisten Kepala Keluarga Gatara sebelumnya, Daniel baru mengerti kenapa situasi di Cianter tiba-tiba menjadi sangat tegang. Dengan nada kecewa, dia berkata, "Aku tahu kalian menyembunyikan ini dariku karena nggak ingin aku khawatir dan cemas, tapi tetap saja aku merasa sedih dan bersalah." "Hari itu, kalau saja aku lebih berhati-hati saat mengemudi, kalau saja aku nggak melajukan mobil terlalu cepat, aku nggak akan mengalami kecelakaan. Kalau aku nggak kecelakaan, kakiku nggak akan lumpuh, dan kalian juga nggak akan merahasiakan semuanya dariku." Stefan hanya bisa berkata, "Daniel, beberapa hari ini terlalu banyak yang terjadi...." Stefan tidak melanjutkan lagi ucapannya.Memang benar, ada beberapa hal yang sengaja mereka sembunyikan dari Daniel karena keterbatasa