Felicia berkata, “Kehidupan mereka masih baik-baik saja.”Felicia tahu kalau ayahnya sangat memperhatikan masa depan keluarga Vikar. Dia rela mengebiri dirinya sendiri dan mempertahankan pernikahannya agar Patricia tidak membalaskan dendamnya kepada keluarga Vikar. Dia rela kehilangan semua mimpinya karena kecerobohannya sendiri. “Baguslah kalau begitu. Felicia, walaupun nama keluargamu adalah Gatara, tapi kamu memiliki darah keluarga Vikar di tubuhmu. Kamu harus membantu keluarga Vikar kalau sampai terjadi hal buruk kepada mereka. Bagaimanapun juga, om dan tantemu sudah bersikap cukup baik padamu.”Felicia berkata dengan tenang, “Mereka sekarang sudah punya pekerjaan masing-masing. Hidup mereka akan baik-baik saja selama mereka tekun dan berhati-hati. Aku pasti akan membantu mereka kalau ada hal yang memang bisa kubantu.”Jangan paksa Felicia kalau memang dia tidak bisa membantu mereka. Cakra langsung tersadar kalau putrinya ini sama dinginnya seperti Patricia setelah mendengar maksu
Cakra sadar kalau putrinya tidak ingin mengobrol dengannya, jadi dia pun berkata, “Papa memang cukup lelah dan mau istirahat sebentar karena tadi sempat menonton film sebentar.”Felicia ingin membantu ayahnya berbaring, tapi Vandi justru maju untuk melakukannya. Felicia membiarkan Vandi membantu ayahnya mewakili dirinya. “Pa, Pak Vandi dan aku akan menunggu di ruang tamu. Papa bisa memanggilku kalau butuh sesuatu. Kakak tertua juga akan datang untuk menemanimu nanti.”“Kenapa Ivan yang datang menemani Papa? Bukannya kamu yang mau menemani Papa selama dua hari? Kamu nggak mau, ya?” tanya Cakra bingung. “Kak Ivan kan anak Papa juga. Nggak ada salahnya kalau dia mau menjaga Papa, kan? Lagi pula, semua ini nggak ada hubungannya dengan aku mau atau nggak untuk menemani Papa di rumah sakit. Lagi pula, aku bukan anak Papa satu-satunya,” balas Felicia. Cakra tersentak lalu berkata, “Kakakmu kan harus bekerja.”“Aku juga harus bekerja. Bahkan aku jauh lebih sibuk dari Kak Ivan.”Cakra ingin
“Ma, aku tahu siapa yang menjebakku. Pelakunya adalah ketiga kakak iparku. Kak Ivan memang membawakan anggur dari kamarnya untuk Papa. Tapi, Kak Ivan nggak mungkin menjebak kami. Semua ini pasti ulah Kak Dania.”“Mama!”Namun, Patricia sama sekali tidak bersedia mendengarkan Fani dan langsung masuk ke dalam mobil. Fani berusaha mendekat, tapi tidak berhasil mendekati mobil. Sampai akhirnya, Patricia menurunkan jendela mobilnya sebelum sopir melajukan mobil. Kemudian dia memberikan isyarat agar para pengawal menyingkir dan membiarkan Fani melangkah maju. Fani dengan cepat melepaskan diri dari para pengawal lalu melangkah maju dengan gembira. “Mama percaya padaku, kan? Apa yang kukatakan tadi adalah fakta. Mama pasti nggak ada waktu untuk menyelidiki ini karena terlalu sibuk mengurus Papa di rumah sakit. Mama pasti akan mengetahui faktanya kalau Mama segera menyelidikinya.”Patricia menatap Fani lalu berkata dengan dingin, “Aku tahu kalau kalian berdua sudah dijebak.”Fani semakin bahag
Fani akhirnya berhenti menangis dan berdiri. Dia menghitung uang sejumlah empat juta untuk memastikan tidak ada yang kurang sedikit pun. Dulu empat juta tidak seberapa baginya, tetapi sekarang empat juta bisa dia gunakan untuk membayar sewa tempat tinggal dan juga kebutuhan hidupnya selama satu bulan.Kondisi kehidupan Fani saat ini tidak lebih baik daripada Giselle di Mambera. Meskipun Giselle tidak dijadikan sebagai pion oleh Lota, setidaknya dia masih memiliki adik kandung yang memberikan uang jajan setiap bulan sehingga dia tidak perlu kelaparan. Sedangkan Fani, dia tidak memiliki siapa-siapa.Meski begitu Fani tidak sudi meninggalkan Cianter begitu saja. Dia ingin membalas dendam kepada ketiga kakak iparnya. Ketiga kakak laki-laki Fani mewarisi sifat dari ayah mereka, yakni suka bermain dengan wanita lain di luar rumah.Fani paham betul seperti apa hobi dan moralitas ketiga kakaknya itu. Selama mereka bertiga masih menyimpan perasaan, Fani tinggal memancing mereka saja, dan dipast
Felicia tiba-tiba berpaling menatap Vandi dengan niat untuk bergosip. Dengan suara lirih dia bertanya, “Pak Vandi, ada cewek yang kamu suka?”Vandi ditugaskan untuk menjaga Felicia oleh Patricia. Patricia pernah bilang, Vandi orang yang bisa dipercaya oleh Felicia untuk seumur hidupnya, karena Vandi tidak akan pernah mengkhianatinya. Meskipun kelak Felicia tidak menjadi kepala keluarga Gatara, Vandi akan tetap setia mengikutinya sampai mati. Setelah Felicia menguji kesetiaan Vandi berkali-kali, akhirnya dia memutuskan untuk menaruh kepercayaan penuh kepadanya.Kemampuan Vandi sebagai asisten khusus untuk anggota keluarga Gatara yang dilatih secara khusus tentu tidak perlu diragukan lagi. Apa pun tugas yang dipercayakan kepadanya pasti dia kerjakan dengan baik. Keadaan keluarga Gatara makin hari memang makin memburuk, tetapi pusat pelatihan yang dibangun oleh para leluhur mereka memang luar biasa. Entah dari mana mereka bisa menemukan anak-anak yang begitu hebat, hingga dididik pelan-pe
Felicia tidak tahu tentang perasaan Vandi kepadanya. Namun Felicia juga tidak perlu tahu, kecuali jika dia sendiri yang bilang bahwa dia mencintai Vandi, barulah Vandi juga menunjukkan kasih sayang supaya Felicia tahu bahwa mereka sama-sama suka.Asuhan yang Vandi terima sejak kecil membuatnya tidak tahu bagaimana caranya dia mengungkapkan perasaan. Yang dia tahu hanyalah memberi perhatian dan melindungi Felicia secara diam-diam. Andaikan suatu hari nanti Felicia bersama dengan pria lain, Vandi akan tetap menjadi asisten yang paling bisa dipercaya dan mendoakannya agar hidup bahagia. Dan kelak ketika Felicia punya anak, Vandi akan menjadi asisten anaknya. Seumur hidup ini, Vandi akan selamanya menjadi milik Felicia.Seketika pintu diketuk ….“Masuk.”Felicia menebak yang datang itu pasti Ivan. Dia tidak membukaka pintu dan menyuruh kakaknya untuk masuk sendiri. Benar saja, yang datang adalah Ivan. Dia membawa seikat bunga dan buah-buahan. Melihat Felicia dan Vandi bukan berada di kama
Felicia, kakakmu sudah datang. Kamu pulang dulu, gih. Akhir-akhir ini mama kamu lagi kurang bagus suasana hatinya. Dia juga nggak ke kantor. Kamu juga pasti capek. Pulang saja istirahat di rumah,” kata Cakra kepada Felicia.“Iya, Felicia, biar aku saja yang menemani Papa. Kamu pulang saja dulu,” ujar Ivan menambahi.Felicia sendiri juga tidak mau berlama-lama di sini. Hubungan dia dengan ayahnya tidak begitu dekat. Kalau bukan karena dia anak kandungnya, mungkin Felicia tidak akan mau menemui Cakra.“Oke, kalau begitu aku pulang dulu. Kalau ada apa-apa telepon saja.”“Iya, hati-hati di jalan,” sahut Ivan, lalu dia mengantar Felicia dan Vandi keluar. Setelah mereka berdua pergi cukup jauh, Ivan langsung berbalik dan berkata kepada ayahnya. “Pa, Felicia dan Pak Vandi sudah pergi.”“Dua menit lagi coba kamu lihat, pastikan mereka benar-benar sudah pergi dan nggak balik lagi.”Mendengar ayahnya berkata begitu, Ivan langsung tahu ayahnya pasti ingin menanyakan sesuatu tentang Fani. Setelah
Pada malam itu Odelina dan Riko juga ada di lokasi. Andaikan mereka berdua tidak naik ke atas pun, Ricky naik ke atas dan menyaksikannya dengan kedua matanya sendiri, dan dia pasti akan memberitahukannya kepada mereka berdua.“... Odelina itu cucunya tante kamu. Kalau dia pulang pasti tujuannya untuk merebut posisi kepala keluarga. Aku yakin dia pasti bakal ngomong ke orang lain supaya keluarga kita kehilangan muka. Fani memang bukan anak kandung Papa, tapi dari kecil dia tumbuh di keluarga kita. Dua tahun yang lalu kita masih belum tahu kalau ternyata Fani anak angkat. Kalau saja mama kamu lebih mengedepankan kasih sayangnya ke Fani selama dua puluhan tahun ini, siapa tahu Fani masih bisa naik jabatan. Tapi kalau sudah begini … kayaknya Fani nggak akan punya kesempatan lagi.”“Pa, kalau kami masih ada kesempatan, nggak? Semenjak kami ketahuan selingkuh, Mama jadi lebih peduli sama Felicia. Apalagi sekarang Felicia dibantu sama Pak Vandi. Posisi kami di perusahaan makin melemah. Hubung
Felicia melanjutkan setelah terdiam sejenak, “Tapi aku tetap ingin mengadu kemampuan bisnis denganku. Kamu harus belajar dengan sungguh-sungguh. Dunia bisnis penuh dengan tipu daya, situasinya bisa berubah sewaktu-waktu, dan hatimu masih kurang kejam.” Odelina tersenyum dan berkata, “Aku memang nggak sebanding denganmu. Untuk saat ini, aku mengaku aku kalah darimu.” Dulu, dia sempat bekerja beberapa tahun di dunia kerja, lalu menjadi ibu rumah tangga selama beberapa waktu. Ketika dia kembali memulai, usahanya masih kecil-kecilan. Kali ini tantenya mengutus dia ke Cianter untuk berkembang. Meski ada dukungan dari keluarga besar, dia tetap harus memiliki kemampuan untuk bis amengendalikan semuanya.Pengalamannya di dunia bisnis memang belum selama Felicia. Terlebih lagi, bisnisnya di Cianter baru saja dimulai. Felicia tersenyum lembut dan berkata, “Makanya, ini adalah waktu terbaik bagiku untuk merebut pesananmu dan menghalangimu. Maaf, ya, kesepakatan yang sudah kamu kejar selama sem
Orang yang duduk di depannya adalah Odelina. Perempuan itu tidak memakai masker, tetapi dia juga mengenakan kacamata hitam dan topi. Setelah masuk, dia melepas topinya dan memasukkannya ke dalam tasnya. Felicia berkata, “Aku nggak mau ada yang mengenaliku.” “Ada apa? Perasaanmu sedang buru? Bukankah seharusnya suasana hatimu bagus karena lawanmu sudah nggak ada lagi?”Felicia melepas kacamata hitam dan maskernya, dia meletakkannya di atas meja, lalu berkata, “Aku nggak melakukan apa-apa, dia mati juga bukan karena aku. Meski suasana hatiku cukup baik, aku nggak boleh menunjukkannya.” Odelina memanggil pelayan dan memesan secangkir kopi. Setelah pelayan pergi, dia mencicipi sepotong camilan kecil dan memujinya, “Camilannya enak, rasanya sangat lezat.” “Lihat dulu Ini hotel milik siapa, jelas saja enak.” Felicia tersenyum, lalu menambahkan, “Kudengar para anak-anak dari keluarga Adhitama semuanya jago memasak.” Odelina menjawab, “Yang paling aku kenal adalah adik iparku, Calvin, da
Aris hanya bisa menghibur ayahnya. Dia juga tidak berani menyelidiki apakah kematian Fani hanya kecelakaan atau didorong oleh kakak kandungnya sendiri. Ibu menegaskan bahwa Fani sudah meninggal dan mulai sekarang, tidak ada anggota keluarga yang boleh menyebut-nyebut nama Fani lagi. Cakra hanya bisa mengeluh dan mencurahkan perasaannya kepada putranya. “Setelah keluar dari rumah sakit, Papa nggak akan tinggal di tempatmu. Papa akan kembali ke rumah besar. Papa janji nggak akan membuat mamamu marah lagi. Papa ini sudah lebih dari 70 tahun, hidup sehari hitung satu hari, tetapi selama Papa masih hidup, Papa harus melindungi kalian dari badai dan bahaya.” “Selama Papa ada, kalau mamamu perasaannya sedang buruk, dia bisa melampiaskannya pada Papa. Jadi kalian nggak perlu menghadapi kemarahan mamamu.” “Aris, kelak kalian bertiga harus hati-hati. Meski dia adalah mama kalian, dia tetap akan menempatkan keluarga besar Gatara sebagai prioritas utama. Demi Keluarga Gatara, dia siap mengorba
Namun, setelah puluhan tahun menikah, dia mengatur hidupnya lebih ketat daripada anak-anaknya. Bukan karena dia sangat mencintainya, tetapi karena dia tidak akan membiarkan Cakra mengkhianatinya."Selain itu, wanita itu mati karena balas dendam, dia ingin balas dendam padaku. Dia berhubungan dengan anak sulungmu, bagaimana menurutmu, coba pikirkan sendiri ini apa?" "Menantu sulungmu sedang di rumah dan membicarakan perceraian dengan putramu! Wanita itu merusak pernikahan kita, dan juga merusak pernikahan anakmu. Dia pantas mati, aku nggak akan menyelidiki apakah dia dibunuh atau bunuh diri, dan aku nggak akan membiarkan siapa pun menggunakan kekuatan keluarga Gatara untuk menyelidikinya." "Siapa yang berani menggunakan kekuatan keluarga Gatara untuk urusan itu, jangan salahkan aku kalau aku bertindak kasar!" Selesai berkata seperti ini, Patricia langsung berbalik pergi dengan dagu terangkat.Cakra hanya bisa melihat istrinya pergi. Selain ketakutan, ada rasa marah dan lebih banyak la
“Dengan kesalahan yang begitu akhirnya kamu dan Fani …. Dari awal nggak ada hubungannya sama Felicia!”"Cakra, Felicia memang nggak tumbuh besar di sisi kita, tapi dia adalah putri kandung kita, darahmu dan darahku mengalir dalam tubuhnya, dialah darah daging kita yang sebenarnya!" "Hal-hal yang buruk selalu kamu lemparkan kepada anak kandungmu sendiri, selalu menyalahkannya tanpa dasar. Apakah ada seorang ayah seperti ini?" Cakra dibuat terdiam karena ucapan istrinya.Sesaat kemudian, dia bertanya, “Aku dan Fani ... karena kebetulan semata, bukan karena ada yang sengaja merencanakan?" “Iya, kalau dibilang ini direncanakan, berarti ini direncanakan oleh anak pertama kesayanganmu. Kalau kamu bisa menerima bahwa anak sulungmu yang merencanakan ini semua, silakan anggap itu sebagai konspirasi. Aku nggak bisa mengendalikan cara berpikirmu." Cakra terdiam karena tidak percaya. Dia ada empat anak dan dalam keadaan tidak tahu Felicia adalah putri kandungnya, Cakra sangat menyayangi putra p
Mereka bisa mengerti jika Felicia diperlakukan seperti itu karena dia bukan anak kandung mereka. Namun, Fani adalah putri kandungnya. Mereka tetap memperlakukannya seperti itu. Fani yang dibesarkan dengan penuh kemanjaan di keluarga Gatara bagaimana mungkin bisa menerima perlakuan seperti itu?Mereka yang memaksanya hingga mati! Katanya itu adalah kematian karena kecelakaan jatuh dari gedung. Aris sama sekali tidak percaya. Dia sangat curiga bahwa Fani didorong jatuh oleh kakak kandungnya sendiri. Di dalam kamar rumah sakit, Patricia meminum sedikit air hangat yang dituangkan oleh putra bungsunya itu. Setelah membasahkan tenggorokannya, dia meletakkan kembali gelas itu dan berbicara pada suaminya yang sedang berbaring di ranjang. "Cakra, kau tahu Fani sudah meninggal, ‘kan?" Mata yang bengkak dan merah serta wajah lelahnya tidak dapat menyembunyikan fakta tersebut. Cakra tidak berani berbohong dan dengan jujur menjawab, "Tadi malam aku sudah tahu. Aris bahkan pergi ke sana. Fani ja
Setelah menerima kabar bahwa Fani meninggal karena jatuh dari gedung, Patricia secara khusus pergi ke rumah sakit. Cakra yang beberapa hari lagi sudah diizinkan pulang tampak terpukul atas kematian Fani. Tubuhnya lesu, matanya bengkak dan merah karena menangis cukup lama.Semalam, yang menemani dan merawatnya di rumah sakit adalah putra bungsunya. Ketika mendengar berita bahwa Fani meninggal akibat jatuh dari apartemen, Aris langsung pergi ke apartemen dan bahkan sempat bertengkar dengan dua kakak kandung Fani sebelum kembali. Ketika Patricia melihat ayah dan anak itu dalam keadaan seperti itu, pandangan matanya dalam dan sulit ditebak. Kedua pria itu yang sedang ditatap oleh Patricia bahkan tidak berani menghela napas berat. Mereka tegang dan terasa terintimidasi. Cakra memberi isyarat kepada putra bungsunya agar memecah keheningan di antara mereka bertiga. Namun, Aris tidak berani. Dia berharap ayahnya saja yang membuka pembicaraan. Akhirnya, setelah saling melempar pandang untuk
Mulai sekarang, dengan siapa pun Ivan akan bersama, tidak ada hubungannya lagi dengan dirinya. Siapa yang ingin menjadi istri lelaki itu, silakan ambil saja. Yang dia inginkan hanya hidup!“Kak, kamu tahu apa yang kamu lakukan?” marah Felicia pada kakaknya.“Kamu hamper membunuh Kak Dania! Kamu pikir orang di rumah nggak tahu apa yang kamu lakukan di sini dengan perempuan itu?Felicia membungkuk dan mengambil tas kakak iparnya. Dia mengeluarkan setumpuk foto dari dalamnya lalu melemparkan foto-foto itu ke tubuh Ivan. Setelah itu, dia menarik tangan kakak iparnya. Felicia berkata kepada kakak iparnya,“Kak, ayo kita pulang. Biarkan dua orang murahan ini diurus sama Mama.”“Felicia ….”Ivan mengambil foto tersebut dan wajahnya seketika berubah. Dia mendongak, tetapi adiknya sudah menarik istrinya pergi. Tidak berani berlama-lama, lelaki itu segera kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaian dan buru-buru keluar lagi. Melihat Fani yang pingsan karena pukulan Felicia, Ivan hanya menggerta
Dania tidak menjawab melainkan melayangkan satu tamparan kuat. Jejak tangan perempuan itu langsung tercetak di wajah Fani. Bahkan sudut bibirnya tampak berdarah.Dania masih belum puas melampiaskan kemarahannya. Dia mengayunkan tasnya dan terus memukuli Fani sambil memaki, "Rendahan! Perempuan murahan! Nggak tahu malu!" Fani sendiri tidak tinggal diam. Kakak ipar dan adik ipar itu pun bergumul, saling menyerang tanpa henti. Keributan mereka begitu besar, dan karena malam itu adalah Minggu malam, hampir semua tetangga sedang berada di rumah. Para tetangga keluar untuk melihat apa yang terjadi. Namun, melihat dua wanita sedang berkelahi sengit, mereka ragu untuk melerai karena tidak tahu duduk perkaranya. Ketika Dania memukuli Fani, dia juga menarik dan merobek pakaian tidur seksi yang dikenakan perempuan itu, sambil memaki, "Perempuan murahan! Menggoda suamiku! Akan kuhancurkan kamu, perempuan nggak tahu malu!" Barulah para tetangga menyadari apa yang sedang terjadi. Rupanya, ini ad