“Nenek moyang keluarga kami pasti akan tertawa bahagia di surga sana kalau saja ada anggota keluarga Adhitama yang bisa melahirkan anak perempuan.”Reiki sempat terdiam selama beberapa saat lalu berkata, “Nenek moyangmu pasti sudah tertawa bahagia sejak lama di surga sana.”“Aku cuma bermetafora,” balas Calvin iri.Calvin selalu berharap bisa memiliki anak kandung tidak lama setelah menikah. Dia tidak peduli anaknya laki-laki atau perempuan. Karena dia sudah merasa cukup puas dengan bisa menjadi seorang ayah. Namun, Calvin masih harus menyimpan mimpinya itu selama beberapa tahun ke depan karena tubuh Rosalina belum siap untuk hamil. Calvin berusaha untuk tidak memberikan tekanan kepada Rosalina dengan cara tidak menunjukkan rasa sukanya ketika melihat anak kecil. Lagi pula, mereka juga sudah cukup bahagia bisa hidup bersama seperti ini. Mereka berdua naik ke lantai atas dengan lift yang sama karena kantor mereka memang berada di lantai yang sama. Mereka berdua keluar lift bersamaan.
Om Choki memang sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Namun, Tante Ati masih mengendalikan keuangan di keluarganya dan Om Choki tidak keberatan sama sekali. Junia tersenyum lalu berkata, “Aku sekarang sudah jarang mendengar Tante Ati memarahi Om.”Om Choki langsung memberi isyarat agar Junia diam lalu berkata, “Junia, kamu jangan bicarakan hal seperti itu keras-keras. Telinga istriku sangat tajam. Nanti, kamu akan dengar dia marah-marah lagi kalau dengar omonganmu itu.”Junia dan Olivia langsung menutup mulut mereka sambil tertawa. “Aku balik kerja dulu, ya,” ujar Om Choki ceria. Olivia memperhatikan Om Choki pergi lalu berkata, “Aku iri sama Om Choki yang selalu saja terlihat ceria..”“Om Choki dan istrinya memiliki sebuah keluarga yang kehidupannya sangat harmonis. Walaupun mereka hanya memiliki bisnis kecil-kecilan, tapi mereka menjalani kehidupan yang cukup baik.”Junia meletakkan tasnya di tempat kasir lalu duduk. Kemudian dia melihat ada sekantong kue wijen yang cukup besar de
Olivia tersenyum lalu berkata, “Hal yang wajar kalau kamu bisa merasakan gerakan janin. Aku kadang juga bisa merasakannya, sekalipun nggak terlalu jelas.”Kemudian Olivia meminta izin kepada Junia untuk menyentuh perut Junia ketika hanya ada mereka berdua di dalam toko. Junia duduk di kursi kasir dan membiarkan Olivia menyentuh perutnya. Namun sayangnya, bayi di dalam perut Junia tidak merespons sentuhan Olivia.“Mungkin bayi ini sedang tidur. Aku bisa merasakannya setelah bangun tidur pagi ini. Bahkan Reiki juga bisa merasakannya yang langsung membuatnya terkejut. Mungkin bayi ini lelah karena tadi pagi sudah cukup lama berinteraksi dengan Reiki.”Olivia langsung tersenyum dan melepaskan tangannya dari perut Junia. Lagi pula, Olivia juga akan bisa merasakannya tidak lama lagi, jadi dia tidak perlu merasa iri dengan Junia.Suara langkah sepatu hak tinggi tiba-tiba saja terdengar dari luar toko diikuti dengan seorang perempuan yang berjalan masuk ke dalam toko. Perempuan itu adalah pere
Junia mengangguk lalu berkata, “Enak sejak gigitan pertama.” “Kita bagi 2 saja ya kue ini,” ujar Olivia lalu berjalan menuju dapur. Dia mengambil kantung penyimpanan makanan lalu membagi kue wijen dari Om Choki untuknya dan Junia. Junia menerima bagiannya tanpa sungkan sama sekali. Giselle yang memperhatikan mereka diam-diam dari balik rak buku cukup dibuat terkejut. Apa kedua orang itu tidak pernah merasakan kue lezat? Kue wijen apa itu sampai membuat mereka berbagi? Giselle cukup penasaran ingin mencicipi kue wijen yang disantap oleh Olivia dan Junia. Namun, dia sekarang sedang menyamar dan berpura-pura tidak mengenal Olivia, jadi dia tidak bisa meminta kue itu begitu saja dari Olivia. “Olivia, Junia, apa kalian ada?” Sebuah suara terdengar dari luar toko. Raut wajah Giselle seketika berubah gugup karena suara itu adalah milik Rosalina. Rosalina datang sambil membawa payung di tangannya. Selain itu, ada juga dua orang pengawal yang ditugaskan oleh Calvin untuk melindungi Rosali
“Tokoku sedang nggak sibuk, makanya aku sendiri yang mengantar tanaman ini sekaligus mau mengobrol denganmu,” ujar Rosalina. Olivia mengarahkan kedua pengawal Rosalina untuk mengganti pot tanamannya yang lama ke pot tanaman yang baru. Di saat yang bersamaan, Junia menuangkan air hangat untuk Rosalina.Kemudian dia memberikannya kepada Rosalina seraya berkata, “Minumlah air hangat ini. Cuaca hari ini cukup dingin.”Junia juga menyuruh kedua pengawal Rosalina untuk mengambil minum mereka sendiri. Para pengawal sudah cukup mengenal toko ini karena Olivia dan Junia yang cukup ramah kepada mereka. Rosalina meminum air hangat dan sama sekali tidak melirik kue wijen yang ada di atas meja. Namun, Olivia tetap menawarinya kue itu dan Rosalina juga mengambil satu potong kue dengan sopan. Giselle hanya bisa terdiam sambil memikirkan betapa lezatnya kue itu. Namun, Rosalina tidak mengatakan apa pun tentang kue itu dan terus saja mengobrol dengan Olivia dan Junia. Akhirnya, obrolan mereka sampa
Ternyata, keponakannya jauh lebih beruntung dari dugaannya. Karena Junia tanpa sengaja melakukan kontak mata dengan Reiki. Keluarga Ardaba adalah sebuah keluarga yang jauh lebih baik daripada keluarga Pratama. Mertua Junia sangatlah baik padanya. Junia juga tidak mendapatkan siksaan apa pun dari ibu mertuanya, tidak seperti Desy yang sangat menderita dan dipandang rendah oleh ibu mertuanya ketika dia menikah dengan anggota keluarga Pratama. Dia baru bisa hidup dengan lebih tenang setelah ibu mertuanya meninggal. Rosalina langsung tertawa lalu berkata, “Aku nggak perlu takut lagi setelah mendengar cerita kalian.”“Memangnya kamu takut apa, sih? Padahal dulu, hidupmu sangat menderita, tapi kamu nggak takut terluka. Jadi, sekarang seharusnya kamu nggak perlu takut dengan apa pun lagi. Karena hidupmu sudah jauh lebih baik dan kamu juga punya tempat bersandar. Rosalina, kamu harus ingat kalau kamu punya keluarga Adhitama yang disegani di belakangmu,” ujar Olivia berusaha meningkatkan kepe
Giselle menutup panggilan telepon dari Pak Lota tanpa banyak basa-basi. Pak Lota meneleponnya hanya untuk menanyakan di mana Giselle berada sekarang dan kapan dia akan kembali. Giselle tidak ingin tinggal lebih lama lagi di toko buku setelah menutup telepon. Dia menoleh ke arah 3 perempuan yang sedang duduk di dalam toko serta beberapa pengawal yang berada di depan toko. Seketika, api cemburu memenuhi hatinya. Toko buku ini hanya sebuah toko kecil, tapi ada 6 orang pengawal yang mengawal Olivia dan teman-temannya. Giselle sekarang pun ditemani oleh dua orang pengawal. Namun, kedua pengawalnya bersikap hormat di depannya dan dingin di belakangnya. Dia dikendalikan oleh dua pengawalnya. Setiap gerak-geriknya tidak lepas dari pengawasan kedua pengawalnya yang sama sekali berbeda dengan pengawal Olivia dan yang lainnya. Giselle memutuskan untuk kembali ke dalam toko. Karena dia merasa Olivia tidak mengenali wajahnya setelah dia menyamar dan mengubah wajahnya. Selain itu, Rosalina sudah
Satu-satunya orang di antara mereka bertiga yang tidak familier dengan sosok itu hanyalah Junia. Karena Junia tidak pernah memiliki kontak apa pun dengan Giselle sebelumnya.“Masuk ke toko lagi saja, yuk. Di luar dingin. Hujannya memang nggak lebat, tapi suhunya cukup dingin,” ujar Olivia meraih lengan Rosalina dan menggandeng Junia masuk ke dalam toko lalu kembali duduk di bagian kasir. “Aku ambil air dulu ya untuk kita bertiga. Aku jadi haus setelah makan kue wijen itu. Kue khas dari kampungnya Om Choki ini memang sangat lezat. Aku sampai nggak mau berhenti makan setelah mencobanya,” ujar Junia hendak mengambil air. “Olivia, aku sudah bisa melihat,” ujar Rosalina berusaha mengingatkan ketika Olivia ingin membantunya duduk. Rosalina memang tidak bisa melihat sebelumnya, tapi dia bisa bergerak bebas di tempat yang dia rasa cukup familier. Oleh karena itu, Calvin selalu menelepon Spring Blossom hampir setiap hari dan meminta Rosalina untuk mengirimkan bunga ke kantornya sebelum merek
Yuna mengangguk."Sore nanti ajak Russel bersama ke sini." Setelah berpikir sejenak, Yuna menambahkan, "Dokter Panca bilang, waktu Kakek Setya nggak banyak lagi. Biarkan dia bertemu dengan anak-anak satu per satu." Semua orang saling memandang. Olivia dengan cemas bertanya, "Penyakit apa yang diderita Kakek Setya?" "Mungkin karena luka lama yang meninggalkan efek samping, ditambah usia lanjut. Orang tua pasti punya penyakit kecil di sana-sini," jawab Yuna sambil menghela napas, dia tidak melanjutkan lebih jauh. Dokter Panca sudah menyuruh mereka bersiap secara mental. "Sore nanti, aku akan menjemput Russel, lalu kita akan datang bersama." Olivia juga memahami bahwa usia Setya yang sudah sangat tua, ditambah keinginannya yang sudah terpenuhi, mungkin tidak akan bertahan lama lagi. "Apakah perlu memberi tahu Kak Odelina agar pulang?" "Untuk sementara nggak perlu. Kakek Setya belum menyerahkan bukti-buktinya ke aku, jadi dalam waktu dekat sepertinya nggak akan ada apa-apa. Saat dia
Wajah Yuna berubah drastis. “Dokter Panca, apakah nggak ada cara agar Om Setya bisa hidup beberapa tahun lagi?” Dokter Panca berkata, “Saya dan murid-murid saya sudah pakai semua obat terbaik yang kami tanam untuknya. Kami sudah melakukan yang terbaik. Dia bisa bertahan sampai sejauh ini, pertama karena kami membantu memulihkan tubuhnya, dan kedua karena obsesi yang ada di hatinya.” “Meski dendam besar mamamu belum terbalaskan, melihat kalian hidup dengan baik, memiliki kekuatan dan dukungan, Om Setya merasa lebih tenang. Dia percaya bahwa balas dendam untuk ibumu bisa diserahkan sama kalian, jadi dia bisa pergi menemui majikannya dengan hati lega.” “Begitu obsesi itu hilang, seperti yang saya katakan sebelumnya, semangatnya akan turun. Ketika itu terjadi, dia nggak akan bertahan lama lagi. Apalagi, usianya sudah hampir seratus tahun. Bahkan kalua hari itu tiba, kalian harus menerimanya dengan tenang.” Hidup hingga seratus tahun, meski sering diucapkan, berapa banyak orang yang be
Sama seperti para lelaki di keluarga menantunya. Tidak heran kedua keluarga itu bisa memiliki hubungan yang erat. Mereka adalah orang-orang yang sejenis. “Dokter Panca,” sapa Stefan dengan hormat. Lelaki tua itu mengangguk lagi. Kemudian, dia memperkenalkan beberapa teman lamanya kepada pasangan itu. Terakhir, dia menunjuk Setya dan berkata kepada Olivia, “Bu Olivia, kakakku ini adalah orang yang selama ini kalian cari. Tantemu memanggilnya Om Setya.” “Dokter Panca, panggil aku Olivia saja,” kata Olivia dengan sopan. Dia menoleh ke Setya dan menyapanya, “Kakek Setya.” Sebagai generasi muda, Olivia belum pernah bertemu dengan asisten tua itu, dan begitu pula sebaliknya. Karena itu, baik Olivia maupun Setya, tidak memiliki perasaan emosional yang sama seperti Yuna. Setya tersenyum dan mengangguk, lalu berkata, “Kamu pasti Olivia, 'kan?” Bu Yuna benar, Olivia tidak begitu mirip dengan Reni. Sekilas terlihat sedikit mirip, tapi kalau diperhatikan lebih saksama, ternyata nggak. Keli
“Om Setya, putri sulung Reni sudah pergi ke Cianter untuk berkarier. Anda untuk sementara nggak bisa bertemu dengannya,” kata Yuna dengan suara lembut.Dia tahu alasan Setya sering memandang Amelia. Mungkin lelaki itu khawatir bahwa keluarga ibunya tidak ada yang mampu mengambil alih keluarga Gatara. Setya sangat setia, dan menganggap keluarga Gatara itu adalah milik keturunan majikannya.Meskipun Patricia telah duduk di posisi kepala keluarga selama lebih dari 40 tahun, Setya tetap tidak mengakui kedudukan Patricia yang sah. Perempuan itu tidak ingin Setya hidup, karena selama dia masih hidup, Patricia selalu merasa posisinya tidak kokoh. Tanpa Setya, dengan semua saudaranya ang telah tiada, mengambil alih keluarga Gatara menjadi hal yang wajar baginya, sehingga dia akan merasa lebih percaya diri. “Olivia sedang dalam perjalanan. Sebentar lagi Anda bisa bertemu dengannya,” “Olivia lebih mirip ayahnya, sedangkan Odelina lebih mirip Reni. Anak laki-laki Odelina, Russel, sangat mirip
Yuna menangis sejadi-jadinya di depan nisan adiknya. Namun, tidak peduli seberapa keras tangisnya, dia tidak dapat menghidupkan kembali adiknya. Satu hal yang bisa dia lakukan hanyalah menjadi sosok ibu bagi kedua keponakannya dan memberikan mereka lebih banyak kasih sayang.Yuna dan adiknya mengalami masa kecil yang tragis. Kemudian, keduanya dipisahkan oleh dua alam yang berbeda. Setelah mengetahui penyebab kematian orang tuanya, Yuna sangat membenci Patricia.“Kalau nggak ingin orang tahu apa yang kamu lakukan, lebih baik nggak usah lakukan. Dia akan membayar harga atas semua perbuatannya,” ujar Setya dengan penuh kebencian.“Benar, Om. Dia akan bayar harga atas semua yang telah dia lakukan.”“Aku yang nggak berguna. Aku nggak punya banyak bukti. Hanya ada sedikit. Karena orang-orang yang tahu masalah ini sudah mati semua, jadi sulit untuk memberatkannya dengan bukti yang sedikit ini.” Usai berkata, Setya kembali menyalahkan dirinya sendiri dan menangis.“Aku nggak peduli ada bukti
Tahun lalu, Setya baru saja kembali dari gerbang kematian. Setelah mendengar perkataan Panca, Setya pun berusaha menenangkan dirinya. Dia menganggukkan kepala kepada teman-temannya, lalu berkata kepada yuna, “Non Yuna, aku akan berusaha tetap hidup. Sampai kalian membalaskan dendam orang tuamu, agar Bu Patricia terima hukuman atas perbuatannya. Kalau nggak, aku nggak bisa mati dengan tenang.”“Ini juga salahku. Selama bertahun-tahun, aku nggak bisa membalaskan dendam orang tuamu. Aku juga nggak bisa temukan keberadaan kamu dan adikmu.”Kalau saja Setya menemukan Yuna dan Reni lebih awal, Reni tidak akan meninggal secepat ini. Setya gagal melindungi kepala keluarga Gatara sebelumnya, juga gagal melindungi kedua putri kepala keluarga Gatara sebelumnya. Setya merasa sangat bersalah.Setya yang telah menjalani pelatihan khusus menjadi asisten terpercaya kepala keluarga Gatara. Dia telah melakukan banyak hal untuk kepala keluarga Gatara. Namun pada akhirnya, dia gagal melaksanakan dua hal t
Yuna memanggil pria itu Setya, adik Yuna juga ikut memanggilnya dengan nama itu. Setiap kali Yuna dan adiknya memanggil Setya, pria itu selalu menjawab sambil tersenyum.Dalam ingatan Yuna yang samar-samar, orang tuanya dan Setya sangat sibuk. Namun, kesehatan ibunya kurang baik, jadi ibunya sering meminta bibinya yang tidak lain adalah Patricia untuk melakukan sesuatu.Sekarang kalau dipikir-pikir, justru karena ibunya Yuna sakit. Jadi ibunya Yuna mau tidak mau sering minta Patricia mengurus perusahaan dan urusan keluarga, sehingga timbul keinginan di dalam hati Patricia untuk merebut kekuasaan.Patricia pasti merasa dia telah berbuat banyak, tapi semua orang tetap berpihak pada ibu Yuna. Oleh karena itu, Patricia ingin mengambil alih. Karena dia mengira hanya dengan menjadi kepala keluarga, semua orang akan sepenuhnya berpihak padanya.“Huh ....”Syuna memanggil Sety, Setya menghela napas sambil menahan air matanya. Keduanya sama-sama tidak memiliki kesan mendalam terhadap satu sama
Stefan tertawa pelan. “Oke, asal kamu nggak berebut dengan tantemu untuk dapat perhatian, sebenarnya kamu akan merasa sangat bahagia. Ada begitu banyak orang yang sayang sama kamu. Cepat gosok gigi dan cuci muka. Habis itu ambil tasmu dan turun untuk sarapan dulu. Nanti om sopir yang antar kamu ke sekolah. Om dan tantemu ada urusan, nggak bisa antar kamu.”Russel memanyunkan bibir lagi. Namun pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia pun pergi mencuci muka dan menggosok gigi dengan tenang. Sedangkan Stefan kembali ke kamarnya untuk membangunkan Olivia. Dia memberitahu Olivia kalau Dokter Panca membawa asisten nenek Olivia ke rumah keluarga Sanjaya.Olivia langsung bangun dan mandi secepatnya. Selesai ganti baju, dia bergegas turun bersama suaminya. Di sisi lain, Aksa juga telah membangunkan orang tuanya. Begitu mengetahui kedatangan para pria tua dan salah satu di antaranya adalah guru Kellin, Yuna langsung keluar dari kamar. Namun, suaminya segera menghentikannya.“Yuna, k
Mereka berdua sedang bertelepon, tapi Stefan malah bilang kalau dia tidak bicara dengan Aksa. Karena Aksa tahu Stefan pasti sedang mengurus Russel, Aksa pun tidak marah.“Oke, kamu bisa bicara sekarang.” Stefan akhirnya bicara dengan Aksa.Kalau bukan karena tahu Olivia masih tidur saat ini, Aksa sungguh tidak ingin menelepon Stefan. Dengar saja nada bicara Stefan, sangat menjengkelkan, bukan? Seolah-olah Aksa akan melapor ke Stefan saja.Aksa pun berkata sambil menahan amarahnya, “Dokter Panca bawa asisten nenekku datang ke sini. Selain mereka berdua, ada beberapa pak tua lainnya. Mereka mungkin para master yang menguasai dunia beberapa puluh tahun yang lalu. Kamu bilang sama Olivia. Kalau kamu bisa datang, kamu temani Olivia datang ke sini sebentar.”“Dokter Panca?” Stefan spontan mengerutkan kening. “Kamu yakin orang itu Dokter Panca?”“Aku nggak yakin. Makanya aku suruh Jonas datang. Jonas pernah bertemu dengannya. Tapi aku rasa mereka nggak akan berbohong. Nggak akan ada yang bera