Lota tertawa ketika melihat wajah Giselle memucat dan menatapnya dengan ngerti. Dia pun bertanya dengan lembut, “Kamu takut?”Giselle mengangguk. Dia sungguh ketakutan. Lota mengulurkan tangannya lagi. Giselle melihat tangan besar itu dengan ngeri, tapi dia tidak berani menghindar.Namun, kali ini Lota bukan ingin mencekik Giselle. Dia hanya menyentuh wajah Giselle, lalu bersikap seperti tidak tega. “Lihat wajah kecilmu ini. Sampai pucat begini. Aku yang salah. Aku nggak seharusnya takut-takuti kamu. Sayang, selama kamu serius laksanakan tugas dariku, aku nggak akan begitu sama kamu. Kamu tetap perempuan muda, energik dan cantik yang aku sukai.”Wajah Giselle masih pucat. Sekalipun sikap Lota begitu lembut, dia masih takut pada pria itu. Giselle tahu lota benar-benar iblis yang bisa membunuh siapa saja.“Pak-Pak Lota.” Giselle berkata dengan terbata-bata, “Aku akan laksanakan tugas darimu dengan serius. Aku janji akan selesaikan tugas yang kamu berikan padaku. Hari ini aku muncul di de
Setelah mengetahui kekejaman Lota, para simpanannya kini jadi lebih tahu diri. Selama Lota memberi mereka uang, itu saja sudah cukup. Mereka tidak berani berharap bisa menggantikan posisi istrinya. Juga tidak akan berharap punya anak agar bisa mendapatkan harta Lota. Mereka takut setelah mendapatkan harta Lota, mereka malah tidak punya nyawa untuk menikmatinya.Bukan berarti Lota tidak punya anak di luar pernikahannya dengan istri pertamanya. Selain tiga putra dan satu putri dari istrinya, Lota memiliki satu putra dan satu putri dari dua simpanan yang sangat Lota sukai dan sangat patuh. Karena Lota sangat menyukai mereka. Mereka tidak hanya patuh, mereka juga sangat membantu Lota. Mereka telah memberi Lota bantuan dalam masalah besar beberapa tahun yang lalu.Oleh karena itu, Lota mengizinkan mereka punya anak darinya. Lota memberi mereka masing-masing satu anak. Dengan begitu, mereka punya seseorang yang bisa diandalkan kelak.Bukan karena istri Lota begitu hebat sehingga simpanan sua
Malam berlalu dengan tenang. Keesokan harinya, di pagi hari. Rosalina yang belum bangun merasa dingin. Secara naluriah, dia masuk ke pelukan pria di sebelahnya.Pagi hari di vila terasa jauh lebih dingin dibandingkan di kota. Keduanya tidak menutup jendela, hanya menutup tirai tebal. Oleh karena itu, udara pagi yang dingin masuk ke dalam kamar. Rosalina merasa dingin.Di luar sedang hujan. Hujan yang turun di musim dingin membuat suhu menurun. Orang Kota Mambera akhirnya bisa merasakan datangnya musim dingin.Beberapa saat yang lalu, cuaca dingin selama seminggu. Kemudian, cuaca menjadi hangat. Cuaca akhir-akhir ini cerah di siang hari, rasanya panas seperti sedang musim panas. Namun cepat atau lambat, mereka harus memakai jaket tipis.Sekarang hujan turun, membuat orang merasa kedinginan. Calvin bahkan belum membuka matanya. Dia mengulurkan tangannya untuk memeluk istri tercinta yang merangkak ke dalam pelukannya. Kemudian, Calvin menarik selimut semakin ke atas.Beberapa menit kemudi
Rosalina terdiam selama beberapa saat lalu berkata, “Mungkin, sebenarnya aku tidak ingin melibatkanmu dalam perselisihanku dengan saudara perempuanku. Aku tidak melihatmu ikut turun tangan dalam mimpiku.”Calvin menarik tubuh Rosalina mendekat lalu berkata, “Kamu tidak menempatkanku di posisi pertama dalam hatimu. Makanya, kamu nggak pernah memikirkanku ketika kamu menemui masalah. Kamu selalu saja teringat dengan Kak Doni, benar kan?”“Masalah ini lagi. Kamu selalu saja cemburu sama Kak Doni. Lagi pula, Kak Doni sudah menikah. Lebih baik, kamu jangan mengatakan hal seperti ini lagi. Karena kata-katamu ini bisa mempengaruhi pernikahan orang lain,” ujar Rosalina pasrah setelah mendengar Calvin yang kembali cemburu kepada Doni. Lagi pula, Rosalina sudah menjelaskan kepada Calvin tentang hubungannya dengan Kak Doni berkali-kali, tapi Calvin tetap saja cemburu kepada laki-laki itu. Anehnya, Calvin selalu saja memanggil Kak Doni dengan hangat dan mesra. “Aku tumbuh di lingkungan yang memb
“Oke,” balas Calvin lembut. Pasangan itu berjalan menuju ruang makan. Hujan mulai mereda setelah mereka selesai sarapan dengan udara yang masih cukup dingin. Calvin khawatir istrinya kedinginan, jadi dia bergegas ke lantai atas untuk mengambilkan mantel untuk Rosalina. Dia memaksa Rosalina untuk mengenakan mantel itu. Kemudian mereka keluar rumah dan kembali ke kota. “Sayang, bawa aku ke toko bunga saja. Aku mau ke sana dulu dan pulang nanti siang,” pinta Rosalina. Calvin langsung mengangguk seraya berkata, “Hari ini hujan dan cuaca cukup dingin, jadi penjualan di toko bunga mungkin kurang baik. Jadi sepertinya, lebih baik kamu pulang dan beristirahat di rumah.”Rosalina biasanya, tidak pergi ke toko dan lebih memilih untuk bekerja dari rumah. Rosalina baru akan keluar rumah ataupun bekerja di kantor, apabila ada rapat penting atau dia harus bertemu dengan bos besar untuk mendiskusikan pekerjaan. Selain semua itu, dia biasanya tidak perlu datang ke perusahaan. Lagi pula, semua urus
Junia pernah mengatakan kalau terkadang laki-laki harus dirayu dan diberi hadiah. Dengan begitu, mereka akan merasa bahagia dan bekerja lebih keras untuk menghasilkan lebih banyak uang yang nantinya akan diberikan kepada istri mereka untuk melakukan perawatan agar semakin cantik. Rosalina merasa kalau Junia sangat pandai dalam mengendalikan suaminya. Oleh karena itu, Rosalina dan Olivia ingin belajar banyak dari Junia. Olivia mengatakan kalau Junia sangat suka membaca novel roman setiap harinya dan mempraktikkannya di kehidupannya sehari-hari. Rosalina dulu juga suka membaca buku, tapi jarang sekali membaca novel. Karena dia lebih menyukai buku klasik. Namun, dia tidak bisa lagi menyelesaikan bacaannya ataupun membaca buku favoritnya setelah dia buta. Sebenarnya, ada sekolah untuk anak tunanetra. Namun, ibunya tidak memasukkannya ke sekolah itu. Paman sekaligus ayah tirinya mungkin terlihat lebih peduli padanya. Padahal nyatanya, dia sama sekali tidak peduli dengan hidup Rosalina. O
“Nenek moyang keluarga kami pasti akan tertawa bahagia di surga sana kalau saja ada anggota keluarga Adhitama yang bisa melahirkan anak perempuan.”Reiki sempat terdiam selama beberapa saat lalu berkata, “Nenek moyangmu pasti sudah tertawa bahagia sejak lama di surga sana.”“Aku cuma bermetafora,” balas Calvin iri.Calvin selalu berharap bisa memiliki anak kandung tidak lama setelah menikah. Dia tidak peduli anaknya laki-laki atau perempuan. Karena dia sudah merasa cukup puas dengan bisa menjadi seorang ayah. Namun, Calvin masih harus menyimpan mimpinya itu selama beberapa tahun ke depan karena tubuh Rosalina belum siap untuk hamil. Calvin berusaha untuk tidak memberikan tekanan kepada Rosalina dengan cara tidak menunjukkan rasa sukanya ketika melihat anak kecil. Lagi pula, mereka juga sudah cukup bahagia bisa hidup bersama seperti ini. Mereka berdua naik ke lantai atas dengan lift yang sama karena kantor mereka memang berada di lantai yang sama. Mereka berdua keluar lift bersamaan.
Om Choki memang sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Namun, Tante Ati masih mengendalikan keuangan di keluarganya dan Om Choki tidak keberatan sama sekali. Junia tersenyum lalu berkata, “Aku sekarang sudah jarang mendengar Tante Ati memarahi Om.”Om Choki langsung memberi isyarat agar Junia diam lalu berkata, “Junia, kamu jangan bicarakan hal seperti itu keras-keras. Telinga istriku sangat tajam. Nanti, kamu akan dengar dia marah-marah lagi kalau dengar omonganmu itu.”Junia dan Olivia langsung menutup mulut mereka sambil tertawa. “Aku balik kerja dulu, ya,” ujar Om Choki ceria. Olivia memperhatikan Om Choki pergi lalu berkata, “Aku iri sama Om Choki yang selalu saja terlihat ceria..”“Om Choki dan istrinya memiliki sebuah keluarga yang kehidupannya sangat harmonis. Walaupun mereka hanya memiliki bisnis kecil-kecilan, tapi mereka menjalani kehidupan yang cukup baik.”Junia meletakkan tasnya di tempat kasir lalu duduk. Kemudian dia melihat ada sekantong kue wijen yang cukup besar de
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua
“Ma, Om Stefan nggak mungkin secepat itu datang jemput aku dan Tante, ‘kan? Aku masih belum puas main di sini, aku masih mau main sebentar lagi.” Mendengar Russel bilang begitu, Liam juga ikut khawatir Russel akan segera pulang ke Mam bera, maka dia pun bergegas berbicara kepada Odelina, “Tante, jangan jemput Russel pulang dulu. Kasih Russel masih di sini beberapa hari lagi saja. Kami masih belum puas. Aku … aku nggak bakal berantem sama Russel, jadi tolong kasih Russel menginap di sini lebih lama, ya.” “Boleh, kalau begitu Tante kasih kasih Russel menginap di sana satu minggu lagi. Seharusnya nanti Stefan ada waktu kosong untuk jemput dia,” kata Odelina. Liam merasa satu minggu saja masih tidak cukup, jadi dia memberikan tawaran baru. “Tante, kalau sepuluh hari saja, boleh nggak?” “Sepuluh hari, ya …,” Odelina menghitung tanggal. “Kalau sepuluh hari, Tante sudah libur. Ya sudah, oleh. Kalau begitu Russel menginap di sana sepuluh hari lagi, tapi kalian berdua harus akur, ya. Jangan
Status keluarga Junaidi di Aldimo membuat mereka tidak bisa bertindak gegabah. Faktor lainnya adalah nantinya mereka tidak akan bisa lagi mendapat informasi apa pun tentang Liam dari Vila Ferda. Mereka menduga keluarga Junaidi mengirim anak itu ke suatu tempat, tetapi mereka tidak tahu tempat apa pastinya. “Nggak apa-apa. Libur musim panas tahun depan waktunya lebih panjang. Nante Tante bawa Russel main ke rumahmu, biar dia bisa menemani kamu selama liburan,” kata Odelina tersenyum. “Tante Odelina harus tepat janji, ya! Liburan musim panas nanti Russel harus temani aku main,” ujar Liam. Liam dan Russel pasti ada saja sesekali bertengkar, tetapi sebagian besar waktu lebih banyak mereka habiskan dengan bermain bersama. Ada banyak sekali anak-anak di Vila Ferda, tetapi Archie dan Audrey masih terlalu kecil untuk bermain bersama dengan Liam. Liam tentu saja berharap Russel yang datang untuk bermain bersama. “Pasti,” Odelina berjanji. Ketika liburan musim panas nanti, anaknya Olivia ju
“Oke!” jawab Russel dengan gembira. “Mama, aku makan sendiri, lho. Tante Olivia nggak suapin aku lagi. Aku makan juga nasinya sudah nggak berantakan di meja. Aku mau tanding sama Liam siapa yang bisa makan lebih cepat.” Lam langsung mendekat dan dengan santun menyapa Odelina. “Halo, Tante. Selamat pagi. Tante sudah makan, belum?” Odelina tersenyum. “Tante baru saja makan. Sekarang lagi perjalanan balik ke kantor. Kamu sama Russel makan yang banyak, ya, biar cepat tinggi.” “Kak Odelina, jangan suruh mereka berdua makan banyak. Mereka ini tukang makan, aku malah takut mereka makan kebanyakan dan malah jadi sakit perut mereka,” sahut Mulan. Odelina juga sadar anaknya, Russel, itu tukang makan. Namun apa mau dikata, semua orang yang menjaganya juga sama-sama suka makan. Karena mendapat pengaruh dari Olivia, reputasi Russel sebagai tukang makan justru malah makin terkenal. Sisi positifnya, paling tidak sekarang sudah tidak pilih-pilih makanan. Dulu Russel paling tidak suka makan sayur,
Selama ada Vandi di sisinya, mau dunia kiamat pun Felicia tidak akan merasa khawatir.Odelina selalu bilang kalau Vandi mencintai Felicia, dan Felicia juga memiliki perasaan kepada Vandi. Odeline sudah pernah mengingatkan Felicia agar tidak menyia-nyiakan Vandi, dan juga jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti hanya menginginkan anak tanpa suami agar tidak membuat Vandi bersedih.Tidak peduli bagaimana akhir dari persaingan antara Odelina dengan keluarga Gatara, dalam hubungan asmara, Odelina hanya ingin memberikan saran demi kebaikan Felicia sendiri. Felicia mengakui perasaannya, dia memang mencintai Vandi. Tak bisa dipungkiri, memang sangat mudah untuk mencintai pria yang luar biasa seperti Vandi.Melihat Felicia sudah tertidur, Vandi menghentikan mobil dan melepas jaketnya, lalu dia gunakan jaket itu untuk menutupi tubuh Felicia. Udara masih terasa dingin meski di dalam mobil sudah menggunakan penghangat. Felicia akan mudah masuk angin jika dia tertidur begitu saja.
Felicia menyapu pandangannya ke arah bawahan Dikta yang sudah tumbang di lantai. “Cukup awasi saja mereka, nggak perlu dibunuh.”“Baik, sudah kuperintahkan ke anak buahku,” jawab Vandi.Felicia mengiyakan, lalu dia langsung naik ke mobilnya Vandi. Dengan segera Vandi mengemudikan mobil itu kembali ke Cianter. Selagi di perjalanan, Vandi berkata, “Dari awal Bu Patricia sudah merencanakan ini. Dia sudah minta Dikta untuk menyiapkan seorang pengganti. Sekarang pengganti itu ada di rumah.”“Sudah kuduga Mama pasti bakal melakukan ini,” tutur Felicia seraya memijat lehernya.Karena itu Felicia juga sudah menyiapkan rencananya sendiri. Sewaktu ibunya mengajak dia jalan-jalan di halaman rumah, Felicia sudah menunggu ibunya beraksi, agar ibunya mengira kalau rencananya berjalan dengan lancar. Dengan begitu, Felicia bisa kembali ke Cianter tanpa ketahuan.“Mama sudah tua pun tenaganya masih kuat. Leherku sampai sekarang masih sakit.”“Bu Patricia pernah latihan bela diri. Usianya sudah tua pun
Ketiga putranya sudah memiliki anak, dan menantunya juga lebih mendengarkan Cakra untuk mengungsi ke kediaman keluarga Vikar selama tahun baru.Yang ingin Cakra lindungi adalah anak cucu yang mewarisi marganya, sedangkan yang ingin Patricia lindungi adalah Felicia yang masih menggunakan marga Gatara.Namun, bagaimanapun juga mereka tetaplah cucunya, maka dari itu Patricia tidak meminta para menantunya untuk membawa anak-anak mereka ke Cianter. Biarlah mereka melewati tahun baru yang damai di sana. Akan lebih baik jika mereka jauh dari perseteruan ini. Dalam hal ini, Cakra melakukan bagiannya dengan baik. Cakra menyadari kekejaman istrinya. Jika cucunya tidak segera pergi, dikhawatirkan mereka semua juga tidak akan bertahan hidup.Patricia mengerutkan bibirnya. Apa yang akan terjadi pada malam ini semua bergantung kepada takdir mereka semua. Andaikan, belum waktunya bagi mereka untuk mati, mungkin mereka bisa keluar dari rumah ini dengan selamat. Namun apabila mereka tidak berhasil mela
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi