“Sandy sebentar lagi libur musim dingin. Kalau dia sudah libur, kalian ajak dia pergi jalan-jalan, biar dia santai sejenak. Anak sekolahan sekarang banyak tekanan juga, loh.”Sejauh yang Rosalina tahu, nilai Sandy sangat bagus. Selama Sandy ujian masuk perguruan tingginya lancar, Sandy bebas memilih banyak universitas-universitas ternama.“Dia masih harus les. Setelah dia pulang untuk liburan, beberapa hari lagi Tahun Baru. Ya sudah, ada kakak iparnya yang bela dia. Tunggu dia pulang, kita bawa dia pergi jalan-jalan sepuasnya.”Saat membicarakan soal jalan-jalan, Calvin pun bertanya dengan antusias, “Sayang, kamu mau pergi ke daerah bagian utara untuk lihat salju nggak? Kamu pernah lihat salju sungguhan, nggak?”“Nggak pernah, tapi pernah rasakan dinginnya cuaca di utara. Dulu Tante pernah bawa aku ke mana-mana untuk berobat. Aku pernah pergi ke beberapa kota di utara. Tapi saat itu aku nggak bisa lihat, jadi nggak pernah lihat salju.”Sebelum Rosalina kehilangan penglihatannya, tempat
Lukas pindah tempat duduk. Dia bahkan menepuk tempat kosong di sampingnya, sebagai isyarat agar Calvin duduk di sebelahnya.Calvin duduk dan melihat kotak besar di depan ibunya, lalu dia bertanya kepada ayahnya dengan suara pelan, “Pa, mamaku mau kasih apa lagi ke istriku?”“Satu set perhiasan dari harta sesannya. Perhiasan bergaya retro. Mamamu pernah pakai saat dia masih muda. Habis itu dia simpan terus sampai sekarang. Malam ini dia baru teringat. Dia langsung ambil perhiasan itu. Perhiasan itu cocok untuk istrimu. Rosalina tinggi dan punya aura seorang bangsawan. Cocok untuk pakai perhiasan itu.”Calvin tertawa pelan. “Mama sudah kasih beberapa set perhiasan dari harta sesannya ke Rosalina. Masih saja kasih. Aku masih punya dua adik. Kelak Mama masih akan punya dua menantu lagi.”Setiap kali ada barang bagus, Fenny akan memberikannya kepada Rosalina. Tentu saja Calvin sangat senang ibunya sayang pada istrinya. Namun, tetap harus disisakan untuk kedua adik iparnya kelak. Kalau tidak
Fenny tertawa sambil menatap putranya. “Itu pesta kumpulan ibu-ibu. Kalau kamu nggak takut digoda mereka, ikut saja. Biasanya Mama suruh kamu temani ke pesta, kamu selalu bilang sibuk, nggak sempat. Sekarang Mama ingin bawa istrimu keluar, kamu bilang kamu sempat. Kamu takut istrimu kena Mama jual?”Fenny menggoda putranya. “Tenang saja. Mama akan jaga istrimu baik-baik, sehelai rambut pun nggak akan berkurang.”Wajah Calvin memerah. “Aku nggak khawatir. Sekalipun Mama jual aku, Mama juga nggak akan jual menantu Mama. Aku benar-benar lagi sempat. Dulu aku benar-benar sibuk. Sekarang adik-adik sudah bisa bantu. Kita yang jadi kakak sudah capek bertahun-tahun. Sesekali bolehlah libur sebentar.”Ronny dan Jordy juga sudah bisa bantu pekerjaan kakak-kakaknya. Calvin pun meyakinkan ibunya, “Mama paling sayang Rosalina, pasti akan selalu bela Rosalina. Siapa pun yang berani sentuh Rosalina dan Mama tahu siapa orang itu, nggak mungkin tangan orang itu nggak patah. Aku benar-benar nggak khawat
“Papa bakal jemput mama kamu, nggak perlu kamu yang jemput,” kata Lukas.“Oke, oke. Kita jemput istri masing-masing,” jawab Calvin.Setelah Rosalina pergi ke pesta bersama ibunya, Calvin akan membawa istrinya kembali ke rumah keluarga Siahaan dan menjauh dari ibunya. Kalau tidak, ibunya akan memonopoli istrinya.Calvin dan Rosalina belum lama menikah, masih pengantin baru. Dia tidak sanggup berpisah dengan istrinya meski hanya beberapa menit. Dia ingin bisa bersama istrinya 24 jam sehari. Bahkan sekretaris Calvin juga bilang. Sejak menjadi pria beristri, Calvin jadi sangat jarang menghadiri acara atau pesta di malam hari.Tentu saja, karena pria yang beristri lebih mementingkan keluarganya. Setelah pulang kerja, dia langsung pulang ke rumah untuk menemani sang istri. Stefan juga sudah mengurangi banyak kegiatannya.“Rosalina, sini. Mama bantu kamu pakai perhiasan ini. Mama mau lihat gimana dengan selera Mama.”Fenny malas untuk memperhatikan suami dan putranya. Dia mengambil kalung dan
Rosalina tersenyum, merasa manis di dalam hatinya. Dia merasa dirinya sangat beruntung. Sebelum dia bertemu Calvin, dia sangat tidak beruntung. Memiliki ibu kandung yang tidak sayang padanya. Bahkan ibu kandungnya yang memberinya luka terdalam.Untung saja, cinta Calvin, kasih sayang mertuanya serta perhatian semua orang di keluarga Adhitama telah menyembuhkannya. Rosalina juga telah membalaskan dendam ayah kandungnya dan mengambil kembali semua miliknya.Kini, Rosalina hanya perlu merawat dan menjaga kesehatannya sendiri. Beberapa tahun lagi, dia akan punya anak. Hidupnya pun akan lengkap.Pada akhirnya, Rosalina menerima perhiasan dari ibu mertuanya. Kalau dia tidak terima, mertua dan suaminya akan membujuknya secara bergiliran. Rosalina tahu ibu mertua dan yang lainnya punya banyak perhiasan. Karena mereka tidak memiliki anak perempuan, maka perhiasan mereka akan dibagikan kepada menantu mereka.Selain itu, Sarah juga punya banyak perhiasan. Sang nenek pernah bilang, saat dia punya
“Sudah, nggak usah pasang muka sedih begitu. Orang yang nggak tahu bakal kira aku apa-apakan kamu.”Rosalina melingkarkan tangannya ke leher Calvin dan mencium bibir pria itu. Saat Rosalina berinisiatif menciumnya, Calvin tentu saja tidak akan sungkan-sungkan lagi. Dia memeluk erat tubuh istrinya. Setelah cukup lama, Calvin baru melepaskan Rosalina.Calvin melihat perhiasan yang Rosalina pakai, dia pun berkata dengan cemberut, “Kamu jarang pakai perhiasan yang aku kasih. Sekali Mama yang kasih, kamu pakai terus. Perhiasan dari mama mertuamu lebih bagus, ya. Yang aku kasih nggak bisa dibandingkan dengan yang mamaku kasih.”Rosalina mencubit kedua pipi Calvin sambil tertawa pelan. “Itu mama kamu, mama kandung kamu. Mama kasih aku perhiasan, kamu masih saja cemburu. Tadi aku mau tolak, kamu bilang jangan, suruh aku terima saja. Sekarang kamu malah cemburu. Jadi aku harus gimana?”Calvin mengatupkan bibirnya dan tidak bicara lagi. Dia memang cemburu. Calvin merasa di mata Rosalina, siapa p
“Tapi karena istriku sudah berpikir sampai ke arah situ, aku akan kabulkan keinginan istriku. Tenang saja, aku nggak akan siksa kamu di tempat tidur.”Calvin ingin mandi bersama Rosalina.Rosalina, “....” Calvin benar-benar seperti serigala kelaparan!“Sayang, aku pergi ambil bajumu dulu. Habis itu aku siapkan air untuk mandi.”Usai berkata, Calvin langsung berdiri dan keluar dari kamar. Calvin memang berkata seperti itu. Namun, dia tidak benar-benar mengganggu istirahat istrinya. Karena hari sudah larut malam. Besok mereka harus bangun pagi untuk kembali ke kota dan bekerja. Jadi dia tidak tega membuat istrinya kelelahan.Pada saat yang sama, di sebuah vila besar. Giselle yang kembali menjadi istri Lota sedang berbaring di tempat tidur mewah sambil memainkan ponselnya.Setelah putus kontak dengan kedua tantenya dan dibuat marah setengah mati oleh Rosalina, Giselle tidak ingin tinggal di rumah kontrakannya lagi. Kali ini, dia mengakhiri perjanjian sewa rumah.Lebih enak menjadi istri L
Selain itu, ibunya Giselle juga tidak mengizinkannya merokok. Ibunya membiarkan Giselle melakukan apa pun yang dia inginkan, tapi tidak dengan merokok. Karena ibunya membenci bau tembakau. Jika ayahnya merokok, ibunya akan mengusir ayahnya keluar dari kamar dan menyuruhnya tidur di ruang kerja.Ibunya juga bilang, suatu hari Giselle akan menjadi menantu keluarga Adhitama. Kalau Giselle suka merokok, orang-orang keluarga Adhitama tidak akan suka. Itu akan menurunkan poin Giselle dan membuatnya tidak bisa menikah dengan orang dari keluarga paling kaya itu.Sekarang Giselle tidak merokok, tapi dia juga tidak bisa menjadi menantu keluarga terkaya. Sebaliknya, dia malah menjadi simpanan seorang pria paruh baya. Semua gara-gara Rosalina dan Olivia. Setiap kali Giselle memikirkan situasinya saat ini, dia sangat membenci Olivia dan Rosalina.“Kalau nggak bisa merokok, kamu bisa belajar dulu. Kadang kalau lagi dalam suasana hati buruk, merokok bisa mengurangi perasaan depresi.”Lota memberi seb
Nando tidak tahu mengapa Odelina datang. Oleh karena itu, dia menjamu Odelina dengan hati-hati.“Ada sedikit urusan, jadi terlambat.” Felicia memberikan penjelasan dengan suara pelan.Kemudian, Felicia berjalan ke ruang VIP. Dia pun melihat Odelina dan rombongan pengawalnya duduk di sana, dengan secangkir teh di depan mereka. Namun, mereka tampaknya sama sekali tidak menyentuh cangkir teh tersebut.Begitu melihat Felicia datang, Odelina tersenyum dan berkata, “Kalau kamu sibuk, kamu nggak perlu datang ke sini. Kita bisa bicara lewat telepon.”Felicia juga tersenyum. “Manusia boleh berencana, Langit yang menentukan. Baru mau keluar, kakakku datang ke ruanganku. Ada dokumen yang perlu aku tandatangani. Habis itu, dia ngomong ini ngomong itu. Terus telepon mamaku sebentar. Makanya aku terlambat, buat kamu menunggu lama.”“Nggak apa-apa. Aku nggak menunggu lama.”Odelina berdiri. Setelah Felicia mendekat, mereka berdua duduk kembali. Nando juga menuangkan secangkir teh untuk Felicia. Felic
Orang yang berani menyerang Felicia hanyalah ketiga kakak dan juga ayahnya. Selain mereka, tidak akan ada yang berani sembarang menyerangnya.“Baik. Saya akan selesaikan pekerjaan saya lebih cepat. Nanti saya pergi jemput Bu Felicia.”Felicia tidak menolak. Setelah mengakhiri panggilan telepon, Felicia terdiam sejenak. Dia merasa dirinya semakin tergantung pada Vandi. Dia semakin tidak bisa meninggalkan pria itu. Selain itu, Vandi adalah satu-satunya orang yang bisa dia percayai.Felicia mengirim pesan kepada Odelina dan bertanya apakah Odelina sudah tiba. Dia juga memberitahu Odelina kalau dia akan segera tiba. Odelina segera membalas pesan. Odelina bilang dia sudah sampai di perusahaan Felicia. Seorang manajer yang menyambutnya. Felicia membalas dengan emotikon oke. Setelah menyimpan kembali ponselnya, Felicia menyalakan kembali mobilnya dan segera melaju pergi.Empat puluh menit kemudian, mobil Felicia tiba di perusahaannya sendiri. Perusahaannya berkembang dengan baik dan telah men
Sekalipun Felicia tidak ikut serta dalam persaingan keluarga Gatara, dia tetap terlibat dalam pertarungan dunia bisnis. Orang yang terjun ke dunia bisnis hanya sedikit yang benar-benar baik. Orang yang berbisnis pasti licik, yang tidak licik tidak bisa berbisnis.Setelah Felicia memulai bisnisnya sendiri, dia sudah bekerja keras sampai ke titik dia berada saat ini. Dia juga sudah melewati berbagai pertarungan. Banyak pabrik dan perusahaan kecil yang tidak dapat bersaing dengan perusahaannya. Pada akhirnya, mereka tidak mendapat pesanan dan bangkrut. Banyak perusahaan-perusahaan kecil ditutup. Di dunia ini, hanya mereka yang kuat yang akan bertahan hidup.“Saya akan cari tahu. Kalau Bu Yuna benar-benar temukan asisten itu, saya rasa dia akan segera datang ke sini,” kata Vandi.Jika kepala keluarga sebelumnya benar-benar dibunuh oleh Patricia, bagaimana mungkin Yuna tidak membalaskan dendam orang tuanya? Itu kejadian puluhan tahun yang lalu. Patricia mungkin tidak akan dijatuhi hukuman m
Setelah terdiam sejenak, Vandi berkata, “Ada penemuan baru di Kota Mambera. Sekarang saya belum tahu jelas. Coba lihat apakah Odelina akan ungkapkan sedikit informasi ke Bu Felicia.”“Nggak masalah dia ungkapkan atau nggak. Bagaimanapun juga, kami berdua saingan. Jujur saja, aku berani percaya dia, tapi dia nggak berani percaya padaku sepenuhnya. Jika dia berani percaya padaku sepenuhnya, dia nggak cocok untuk ambil alih keluarga Gatara.”Sebelum kebenaran tentang kematian kakak dan adik ibunya terungkap, Felicia tidak akan menyerahkan keluarga Gatara kepada siapa pun. Dia pernah bilang, jika benar ibunya yang membunuh kedua tantenya, dia akan kerja sama dengan Odelina dan mengembalikan semuanya kepada keturunan tantenya. Felicia akan pergi jauh dan tidak akan memberikan masalah atau ancaman apa pun terhadap Odelina.Kalau kedua tantenya meninggal murni karena kecelakaan, maka Odelina harus bersaing dengan Felicia untuk mendapatkan posisi sebagai kepala keluarga. Jika Odelina bisa mele
Kalau bukan karena campur tangan Odelina, Fani tidak akan mati. Sekalipun kematian Fani disebabkan oleh banyak faktor, Ivan juga tidak bisa dan tidak berani melakukan apa pun pada ibu serta adiknya. Oleh karena itu, dia hanya bisa melampiaskannya kepada Odelina.Di belakang Odelina ada tiga keluarga besar. Namun, keluarga Adhitama, keluarga Lumanto dan keluarga Sanjaya berada di Kota Mambera. Di sini Kota Cianter. Selama Ivan tidak melakukannya secara terang-terangan, maka tidak akan ada masalah.Felicia tidak tahu apa yang dipikirkan kakaknya. Dia berjalan keluar dari gedung kantor. Baru saja masuk ke mobil, Felicia menerima hasil penyelidikan yang dikirim oleh Vandi. Setelah melihat hasil penyelidikan, Felicia bersikap seperti biasa saja. Dia mengemudikan mobilnya keluar dan meninggalkan perusahaan.Beberapa menit kemudian, Vandi menelepon. Felicia menepikan mobilnya dan mengangkat telepon dari Vandi.“Bu Felicia, Pak Ivan adalah dalang dibalik kejadian dua mobil yang menabrak Bu Ode
Felicia menatap Ivan sejenak, lalu berkata, “Baguslah kalau nggak ada. Sekarang aku sangat sibuk. Mama nggak ada di sini juga. Kalau Kak Ivan buat masalah, aku nggak ada waktu untuk bantu Kak Ivan.”“Tenang saja, nggak akan. Aku kerja setiap hari. Kalau nggak kerja juga pergi ke rumah mama mertuaku. Urusan dengan kakak iparmu saja nggak kelar-kelar, mana ada waktu untuk pergi buat masalah. Lagi pula, aku sudah tua. Kalau aku benar-benar buat masalah, aku akan bereskan sendiri. Aku mana berani minta kamu bantu aku.”“Baguslah kalau begitu. Kak Ivan kembali saja. Aku juga mau keluar,” kata Felicia.Usai berkata, Felicia berdiri dan berjalan keluar dari meja kerjanya. Keduanya keluar dari ruangan bersama-sama. Ivan ingin cari tahu apa yang Felicia lakukan di luar, tapi Felicia menutup rapat mulutnya. Alhasil, Ivan tidak mendapatkan informasi apa pun.Setelah masuk ke dalam lift, Felicia berdiri tegak di depan. Sedangkan Ivan di belakangnya. Dia yang mengenakan setelan formal benar-benar m
“Memangnya kenapa kalau dia punya banyak pendukung? Toh mereka semua ada di Kota Mambera. Mereka hanya punya bisnis kecil di Kota Cianter. Kamu kira mereka bisa ikut campur urusan keluarga kita?”“Memangnya kenapa kalau dia keturunan Tante? Tante sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Kepala keluarga yang sekarang adalah mama kita. Kalau kamu nggak mampu, wajar saja posisi kepala keluarga dikembalikan ke mereka. Tapi kamu mampu. Mana mungkin posisi ini dikembalikan ke mereka?”“Apakah Odelina punya kemampuan itu? Memangnya kenapa kalau dia buka perusahaan di Kota Cianter? Keluarga Gatara nggak ada yang kenal dia. Saat kamu baru pulang pun, banyak orang yang nggak anggap kamu bagian dari keluarga. Apalagi Odelina. Banyak orang yang nggak senang dengan Mama. Tapi mereka bisa apa?” ujar Ivan panjang lebar.Usai berkata, Ivan bergumam pelan, “Mungkin saja Odelina juga orang yang berumur pendek, seperti neneknya, meninggal di usia paruh baya.”Ivan sudah menyuruh orang untuk menabrak Odel
Felicia menatap dan berkata, “Keponakanku usianya hanya sepuluh tahun lebih muda dariku, nggak cocok jadi anakku. Kalau memang mau adopsi, keponakan yang paling kecil baru berusia beberapa tahun, dia lebih cocok.”Keponakan Felicia yang paling kecil adalah anak dari Erwin, kakak ketiga Felicia. Anak itu baru berusia enam tahun. Tentu saja, Felicia hanya asal bicara saja. Dia tidak akan benar-benar mengadopsi keponakannya untuk menjadi anaknya. Felicia ingin punya anak sendiri.Jika tidak ada pria lain, dengan Vandi pun tidak masalah. Nanti Felicia tinggal melakukan program bayi tabung dengan menggunakan benih dari Vandi. Dengan kecerdasan dan kemampuan Vandi, anak mereka pasti akan jadi anak yang pintar juga.Sebenarnya bakat beberapa keponakan Felicia boleh dibilang rata-rata, sulit untuk dilatih menjadi penerus keluarga. Kalau bisa, Patricia juga tidak akan terburu-buru untuk melatih Felicia. Begitu tahu Fani bukan anak kandungnya, perhatian Patricia sudah tertuju pada cucu-cucunya.
Patricia tidak ingin melanjutkan pembicaraannya dengan Ivan. Dia pun berkata, “Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup dulu teleponnya.”“Ma, aku akan bantu Felicia. Nggak ada apa-apa, Ma. Mama lanjut kerja saja.”Patricia menutup telepon. Ivan spontan menghela napas lega setelah ibunya menutup telepon. Kemudian, dia mengangkat tangannya untuk menyeka keringat dingin di dahinya. Setelah bertindak impulsif dengan menuding ibunya, Ivan langsung berkeringat dingin. Di cuaca yang begitu dingin, dia masih bisa berkeringat. Itu membuktikan kalau dia sangat ketakutan.Felicia mengambil tisu dan memberikannya kepada Ivan. Ivan meletakkan ponsel dan mengambil tisu dari adiknya, lalu menyeka keringat di wajahnya sambil berkata, “Aku ketakutan setengah mati tadi. Aku bahkan nggak tahu kenapa aku berani ngomong seperti itu.”“Salah makan obat kali, makanya jadi berani.”Ivan memelototi Felicia dan menyalahkannya. “Gara-gara kamu. Kamu telepon sama Mama, kenapa pula kasih ponselmu ke aku. Sekarang a