Bagaimana kalau kakaknya tidak mendapatkan hak asuh atas Russel setelah bercerai?Orang-orang dari keluarga Pamungkas itu semuanya tidak tahu malu, hampir sama seperti keluarganya di kampung. Kalau Russel tinggal di rumah keluarga Pamungkas, dia tidak berani membayangkan hidup anak ini akan seperti apa nanti.Olivia sudah membesarkan Russel bersama kakaknya sejak anak itu baru lahir. Dia menganggap anak itu sebagai anak kandungnya, sangat menyayanginya.Dia sangat panik ketika memikirkan pengadilan bisa saja memutuskan bahwa hak asuh keponakannya diberikan untuk keluarga Pamungkas.“Kak, kalau nanti memang sampai ke tahap itu, Kakak harus memenangkan hak asuh atas Russel,” kata Olivia dengan suara kecil, “Russel nggak akan senang hidup bersama dengan mereka, dan akan ditindas.”Odelina menggigit bibirnya dan berkata dengan suara pelan, “Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan hak asuh Russel.”Stefan berkata sambil menyetir, “Kak Odelina baru boleh bercerai dan memperjuangkan
“Aku sudah makan bubur yang nggak habis dimakan Russel.”Odelina tidak ada nafsu makan.Russel tidak menghabiskan bubur di kotak makannya, jadi dia yang memakannya. Dia tidak merasa lapar, ataupun merasa kenyang. Dia juga tidak mau makan lagi.Junia sudah sarapan, jadi Olivia makan sendiri.Dia memakan mie dengan sangat cepat, sudah menghabiskan semangkuk besar mie hanya dalam beberapa menit.Olivia membereskan piring dan pergi ke dapur. Junia ikut pergi ke dapur dan bertanya padanya dengan suara pelan, “Oliv, apa kamu melihat mata kakakmu? Kelihatannya bengkak. Apa dia sempat menangis sebelumnya?”Olivia mencuci piring dalam diam.Setelah beberapa saat, dia berkata dengan suara pelan, “Albert pergi ke acara bisnis semalam dan melihat kakak iparku membawa seorang wanita ke pesta itu. Albert baru teringat ketika sudah pulang ke rumah semalam. Dia memberi tahu aku, dan aku memberi tahu kakakku.“Ha?” seru Junia dengan pelan, “Bisa-bisanya kakak iparmu selingkuh! Dia mengusulkan untuk pat
“Oliv, mulai besok dan seterusnya, kamu hanya perlu menjemput Russel. Aku akan berlari ke tokomu. Aku ingin menurunkan berat badan!”Odelina tidak melakukan itu demi mempertahankan Roni, tapi supaya memiliki citra yang baik dan bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di masa depan.“Oke.”Olivia sudah lama memberi tahu kakaknya itu, bahwa harus rutin berolahraga dan jangan sampai bertambah gemuk lagi.“Olivia.” Odelina tiba-tiba memeluk adiknya dan menangis. Menangis sangat keras.Hatinya benar-benar pedih.Setelah bertahun-tahun menjalin hubungan dengan Roni, akhirnya malah jadi seperti ini. Kalau dia bilang hatinya tidak sakit, itu artinya dia berbohong.Dia hanya berpura-pura kuat dan tidak ingin putranya melihatnya menangis.Olivia memeluk kakaknya dengan erat. Matanya juga merah.Sama seperti lima belas tahun yang lalu, ketika dia mengetahui bahwa kedua orang tuanya tewas dalam kecelakaan mobil, kakaknya pergi menjemputnya dari sekolah dan membawanya pulang. Begitu melihat diri
Odelina berkata dengan penuh terima kasih, “Oliv, Stefan adalah pria yang baik. Kamu nggak salah lihat. Setiap kamu ada masalah, dia selalu ada di sisimu. Nggak pernah pergi, bahkan mengeluarkan uang dan tenaga untuk membantumu. Kamu harus hidup bersamanya dengan baik.”Olivia berkata, “Kak, aku pasti akan begitu.”Jika dia memberi tahu kakaknya bahwa pernikahannya dengan Stefan hanya setengah tahun dan mereka hanyalah pasangan suami istri di buku nikah saja, kakaknya pasti akan sangat sedih.Dia tidak boleh memberi tahu kakaknya tentang hal ini untuk sementara.“Oliv, jangan curigai Stefan hanya karena pernikahan Kakak nggak berhasil. Meski Stefan orangnya nggak banyak bicara, dia adalah orang yang baik.”“Kakak, aku nggak akan seperti itu.”Odelina khawatir pernikahannya akan mempengaruhi mental adiknya, bahkan mempengaruhi pernikahan adiknya.Bagi Odelina, Stefan adalah pria yang sangat baik.Pria itu benar-benar memperlakukan adiknya dengan baik juga.Namun, hal itu masih harus dip
Dia tahu bahwa Odelina sudah lama mencari pekerjaan, tetapi masih belum dapat. Itu karena Odelina masih ingin mencari pekerjaan yang mirip dengan pekerjaannya dulu sebelum menikah. Itu agak sulit, makanya dia masih belum dapat sampai sekarang.Sekarang, setelah tahu Roni selingkuh, wanita itu mungkin tidak pilih-pilih pekerjaan lagi. Stefan yakin wanita itu akan segera mendapatkan pekerjaan.“Itu mudah. Kamu bisa mengatur sebuah pekerjaan untuknya.”“Olivia pernah bertanya padaku, apa perusahaanku membutuhkan direktur finance, tapi finance department nggak kekurangan orang. Selain itu, aku sedang menyembunyikan identitasku, jadi nggak mungkin membiarkan kakaknya masuk ke perusahaan kita. Jadi, aku nggak bilang waktu itu, jadinya kakaknya harus pergi mencari kerja sendiri.”Stefan tidak merasa bersalah karena tidak membantu untuk mengaturkan pekerjaan untuk Odelina.Dia adalah pemimpin yang melihat bakat dan prinsip.Odelina telah meninggalkan dunia kerja selama lebih dari tiga tahun. D
“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Reiki pada Stefan.Stefan tersadar dari lamunannya dan berkata dengan datar, “Yang jelas nggak memikirkanmu.”Reiki tertawa, “Jika kamu memikirkanku, aku harus berhenti dari pekerjaanku ini. Aku masih ingin menikah dan punya anak.”Stefan memelototi pria itu“Aku akan kembali bekerja. Beberapa hari ini kamu kerjanya cepat banget. Aku jadi ikut kelelahan karenamu.”Setelah meminum segelas air, Reiki bangkit, “Akhirnya, hari kembali cerah.”Stefan hanya salah paham, mengira ada sesuatu di antara Olivia dan Albert dan cemburu tanpa sebab. Itu saja sudah membuat mereka menderita seperti ini. Suatu hari nanti kalau mereka ada konflik yang lebih serius, mereka mungkin akan sengsara.Menyadari hal tersebut, Reiki hanya bisa berdoa dalam hati agar kedua orang itu selalu saling mencintai.Oh, saling mencintai sih belum, tapi cepat atau lambat akan begitu.Stefan sudah menyukai Olivia, tapi masih keras kepala dan menolak untuk mengakuinya. Di saat perasaannya sema
Beberapa mobil datang dan berhenti di depan toko buku Olivia.Dua orang yang baru saja memasuki toko memandangi mobil-mobil itu. Mata Olivia juga tajam, menyadari bahwa mobil-mobil itu milik sepupunya. Raut mukanya seketika berubah masam. Orang-orang ini tidak ada habisnya!Sepupu-sepupu Olivia, dipimpin oleh Yoga, masuk ke dalam toko.Pria itu membawa dua keranjang buah di tangannya.“Olivia.”Yoga meletakkan keranjang buah di tangannya di atas meja kasir sambil tersenyum, lalu berkata kepada Olivia, “Aku membeli sedikit buah segar untukmu dan kakakmu.”Melihat Russel, dia bertanya, “Ini anak kakakmu, ‘kan? Dia agak mirip dengan kakakmu.”Setelah mengatakan itu, dia ingin menyentuh kepala Russel, tetapi Russel menghindarinya dan tidak membiarkan pria itu menyentuhnya.Yoga tersenyum, “Hei, jangan takut. Aku ini pamanmu.”Yang lain juga meletakkan keranjang buah di tangan mereka di meja kasir. Ketika meja kasir sudah tidak muat lagi, mereka meletakkannya di lantai.Olivia bertanya deng
Setelah terdiam sejenak, Bobby bertanya pada Olivia, “Lalu, kamu maunya kami bagaimana?”“Olivia.” Sebagai sepupu tertua, Yoga berkata dengan nada menegur pada Olivia, “Nggak peduli seberapa banyak konflik antara kita di masa lalu, kita semua masih satu keluarga. Papamu sudah nggak ada, tapi itu nggak bisa menghapus fakta bahwa dia adalah paman kandungku.”“Iya, kami memang salah sebelumnya, dan kami tahu kami salah. Kamu orangnya pemaaf. Maafkanlah kami. Kami janji nggak akan bersikap seperti itu lagi padamu dan kakakmu.”Dengan bantuan Internet, mau melakukan sesuatu di zaman sekarang itu sangat mudah.Namun, keadaannya juga gampang berubah.Hari ini, dia bisa menggunakan internet untuk mengekspos adik-adik sepupunya. Namun, besoknya bisa jadi giliran mereka yang ikut.Kalau tidak pernah merasakannya, pasti tidak tahu rasanya. Tidak akan tahu rasanya di-bully di internet, dimaki-maki netizen dan disalah-salahkan oleh semua orang.Sejak Olivia memposting untuk membantah, mereka sekelu
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap