“Kak, bisa telepon sebentar?” tanya Ricky yang kembali ke ruang kerjanya setelah mengantarkan Rika keluar dari hotel.“Ada apa? Kalau nggak ada apa-apa akan aku tutup, jangan tanya aku bisa atau nggak. Kamu juga sudah telepon aku.”Ricky tertawa dan berkata, “Aku kirim foto dan video untuk Kakak. Itu adalah bukti suaminya Patricia selingkuh.”Stefan tidak berbicara dan hanya menunggu adiknya itu melanjutkan ucapannya.“Nama suaminya Patricia adalah Irwan. Waktu muda sangat tampan, tetapi nggak bisa diandalkan makanya bisa jadi suaminya Patricia. Di keluarga Gatara, dia nggak dihormati sama sekali dan bergantung sepenuhnya dengan istri.”“Patricia mengaturnya dengan ketat. Bahkan nggak kasih dia uang saku sama sekali. Uang sakunya nggak lebih dari satu juta sehari. Dulu dia pernah selingkuh dan setelah mendapat pelajaran dari Patricia, dia sudah nggak berani melakukannya meski ada niat.”“Kali ini Patricia pergi ke Mambera untuk menghadiri pernikahan Kak Stefan dan Kak Olivia. Dia berad
Stefan berkata, “Setiap kepala keluarga pasti ada seorang asisten yang hebat dan setia. Mereka pasti tahu banyak hal. Kalau sampai asistennya masih hidup dan bisa ditemukan, maka dia bisa memberikan kesaksian. Kalau sampai dia juga mati, maka masalah ini akan semakin sulit dicari tahu karena sudah 40 tahun berlalu.”Bahkan keluarga Ardaba juga akan sulit menemukan buktinya.“Nanti aku akan telepon Bram dan minta dia cari tahu asisten kepala keluarga yang sebelumnya. Apakah masih hidup dan ada di mana.”Ricky berkata, “Aku bisa cari tahu, nanti aku tanya dengan Pak Rhoma biar lebih muda.”Sebenarnya cukup mencari tahu dari salah satu orang tua di keluarga Gatara. Namun, cara seperti itu akan mudah membuat Patricia curiga. Kemungkinan asisten yang sebelumnya belum meninggal dan juga tengah dicari oleh Patricia.“Boleh juga. Kalau ada kabar kasih tahu aku.”“Iya, Kak Calvin dan Kak Ricky sudah urus surat nikah. Aku benar-benar iri. Aku dan Kak Calvin sama-sama dapat foto dari Nenek. Dia s
Stefan menyemburkan tawa dan berkata, “Ternyata kamu bisa bersikap sederhana juga.”“Aku juga bukannya orang yang tinggi dan sulit digapai.”Stefan terkekeh dan berkata, “Iya, Bram bukan orang yang tinggi dan sulit digapai. Dengan status dan posisiku, kalau mau bertemu denganmu saja harus mengandalkan jalur belakang. Kalau bukan karena Reiki temanku, aku akan susah sekali menemuimu meski mengeluarkan uang banyak.”“Aku sibuk. Kamu juga kepala keluarga dan tahu kalau seberapa sibuk orang dengan posisi seperti kita ini,” jawab Bram.“Yang mau aku bicarakan mungkin nggak bisa dijelaskan dengan singkat. Kamu ke Kota Malinjo saja, aku bilang sama Reiki.”“Kalau ada apa-apa cari Reiki saja. Kalian lebih mudah bicara, sebelum dunia ini kiamat, jangan cari aku.”Dia baru pertama kali jatuh cinta dan sedang semangat. Di tambah lagi orang tuanya juga setiap hari mengejarnya untuk ke Kota Malinjo agar Chintya tidak direbut oleh orang lain. Perempuan itu adalah takdirnya. Apakah Bram bisa menjadi
“Boleh. Aku bilang sama mamaku dulu dan minta dia masak lebih banyak nasi dan lauk. Dia pasti senang sekali karena tahu kamu begitu menyukai masakannya.”Bram tertawa dan menjawab, “Masakan Tante memang benaran enak.”“Malam ini makan yang banyak. Pak Bram, aku latihan dulu. Nanti aku jemput di bandara. Sampai ketemu nanti malam.”“Oke, aku juga mau atur mode penerbangan. Sampai jumpa.”Meski begitu, Bram enggan sekali mengakhiri percakapan mereka. Layar ponselnya terdapat foto Chintya. Lelaki itu mengambil fotonya dengan pemandangan sekitar ketika menghadiri pernikahan Stefan dan Olivia. Setelah itu dia mengirimkannya pada Chintya dan menyimpannya di ponsel.Bram mengatur foto perempuan itu menjadi foto di layar ponselnya. Dengan begitu, setiap dia membuka ponsel maka akan langsung melihat Chintya.Pesawatnya terbang menuju Mambera dan ketika mendarat sudah beberapa jam kemudian. Bram membuka ponselnya dan mematikan mode penerbangan. Setelah itu, ponselnya langsung terus menerima pesa
Chintya tersenyum dan hendak membantu Bram menarik koper. Namun, lelaki itu bergegas menolaknya dan berkata, “Koperku hanya ada dua baju dan nggak berat. Lagi pula, aku lelaki jadi mana mungkin membiarkanmu membantuku?”“Kamu datang dari jauh dan tentunya sebagai tamu. Aku menyisakan dua buah sosis untukmu. Karena kamu nggak suka pedas, aku sisakan yang nggak pedas. Sedangkan punyaku ada tambahan cabai yang sangat pedas.”Bram menerima satu kantong kecil dari perempuan itu. Di dalamnya terdapat dua buah sosis. Dia mengeluarkan satu buah dan menggigitnya. Chintya memberikan makanan yang lainnya pada lelaki itu. Ketika Bram menerimanya, Chintya menarik koper sambil memegang sosis yang masih belum habis.Melihat sosok Chintya yang begitu semangat membuat Bram tersenyum. Sudah dibilang tidak perlu bantuan perempuan itu, tetapi Chintya masih membantunya menarik koper. Dia membiarkan perempuan itu membantunya.Chintya berjalan di depan koper sambil menariknya, sementara Bram mengikutinya dar
Bram tertawa dan berkata, “Mungkin semua orang tua akan seperti itu. Papa mamaku juga seperti itu. Ayahku yang lelaki dewasa juga suka mengomel, apalagi ibuku. Sekarang setiap aku bertemu papaku, pasti akan ribut seperti kucing dan tikus. Rasanya aku ingin sembunyi saja.”Keduanya masuk ke mobil. Melihat Chintya yang duduk di balik kemudi membuat Bram bertanya, “Kamu menyetir?”“Iya, aku saja. Kamu asing di tempat ini dan mobilku juga biasa saja. Aku takut kamu nggak terbiasa. Tenang saja, kemampuan menyetirku lumayan bagus, nggak akan terjadi apa pun.”Bram duduk di samping kemudi dan mengenakan sabuk pengaman sambil berkata, “Aku sudah pernah coba semua mobil. Dulu, ketika belum memiliki uang, aku bahkan pernah naik sepeda, sepeda motor dan bahkan berdesak-desakan di bus.”“Sekarang memiliki mobil mahal hanya untuk jaga harga diri saja.”Kalau bukan karena dia sudah jujur dengan Chintya, Bram masih ingin mengatakan mobilnya masih dalam cicilan. Karena sudah mengatakan identitas yang
Chintya berkata, “Kemampuanmu begitu baik, nggak perlu pengawal sama sekali. Malam itu aku yang terlalu cepat turun tangan. Aku rasa, meski aku malam itu nggak menolongmu, seharusnya mereka juga nggak akan bisa melakukan apa pun padamu. Mereka pasti akan babak belur karena pukulanmu.”“Aku terlalu ikut campur dan terlalu cepat turun tangan justru membuatmu nggak ada kesempatan unjuk kebolehan. Aku juga kehilangan kesempatan melihatmu beraksi,” ujar Chintya.Bram bergegas berkata, “Aku memang bisa bela diri, tapi sebenarnya nggak sehebat yang kamu bayangkan. Malam itu orang jahatnya terlalu banyak, aku sendiri sudah pasti nggak bisa melawan mereka. Nggak sehebat kamu.”“Di rumahku juga ada pengawal, tapi memang jarang menggunakan mereka. Terkadang baru bawa dua pengawal keluar rumah. Tapi pengawal yang aku pekerjakan hanya memiliki tubuh kekar, bisa memanfaatkan postur tubuh mereka untuk memberikan tekanan mental pada orang lain. Mereka hanya bisa sedikit bela diri untuk melawan preman
Bram tertawa dan berkata, “Kapan pun kamu mencariku, aku akan menyambutmu dengan senang hati.”“Oh iya, aku mengirim dua kardus barang besar ke sini. Kamu sudah menerimanya? Aku melacak informasinya dan seharusnya hari ini sudah diterima.”Bram memang membeli banyak oleh-oleh khas Mambera dan beberapa suplemen untuk orang tua dan dikirim ke Kota Malinjo. Yang menerima paket adalah Chintya. Perempuan itu adalah takdirnya dan dia ingin menunjukkan sikap baik di depan keluarganya. Bram datang dari jauh dan tentu saja tidak boleh tangan kosong.“Aku nggak tahu. Sore tadi aku langsung menjemputmu, kalau ada kiriman kemungkinan akan dikirim ke rumahku. Mamaku sepanjang hari ada di rumah dan akan membantuku menerima paket. Bram, kamu membelikan aku barang apa? Nggak perlu repot-repot.”“Hanya beberapa oleh-oleh khas Mambera. Terakhir kali kamu pergi terlalu terburu-buru jadi aku nggak sempat memberimu banyak oleh-oleh. Kali ini aku membeli lebih dan lebih cepat mengirimkannya padamu. Jadi beg
“Lain kali, makan obat setiap kali habis berhubungan, atau aku paksa kamu operasi tubektomi. Kalau sudah operasi kamu nggak perlu makan obat lagi. Semua obat pasti berbahaya dan punya efek samping yang serius.”“... aku makan obat saja.”Giselle tidak sudi melakukan tubektomi. Dia masih muda, sebodoh apapun dia, dia tahu tubektomi akan membuatnya tidak bisa menjadi seorang ibu sampai akhir hayatnya. Kenapa tidak Lota saja yang melakukan vasektomi? Kalau saja dia yang berinisiatif menggunakan kontrasepsi, Giselle juga tidak harus makan obat apalagi sampai harus menggugurkan bayinya.“Terserah kamu,” ucap Lota. Dia tidak peduli, toh yang harus menanggung bahaya juga bukan tubuhnya sendiri. Dia tidak akan membiarkan Giselle melahirkan anaknya. Semua anak dari istri-istri terdahulu sudah dewasa, Lota tidak perlu khawatir lagi mencari penerus bisnisnya. Hubungan dia dengan istri pertamanya tidak begitu baik, tetapi Lota memperlakukan anaknya dengan sangat baik. Untuk soal anak dari istrinya
“Sini,” kata Lota seraya melambaikan tangannya pada Giselle. Dia sangat menyukai aroma tubuh Giselle yang baru selesai mandi.Giselle pun mendekat dan memanggil namanya dengan manja. Sebenarnya dalam hati dia ingin menusuk dada Lota dengan pisau, tetapi sayangnya dia tidak sanggup melakukan itu dan hanya bisa menurutinya. Selama Lota senang, hari-hari Giselle juga akan lebih menyenangkan. Giselle ingin cepat memuaskan Lota supaya dia segera pergi dari Mambera. Selama Lota tidak ada, hidupnya terasa jauh lebih bebas.Belajar tentang etika masih lebih baik daripada harus setiap hari berhadapan dengan Lota yang susah ditebak. Sekarang Lota mungkin sedang senang, tetapi sedetik kemudian dia bisa saja tiba-tiba mencekik Giselle sampai membuat Giselle hampir saja bertemu dengan nenek moyangnya di atas sana.Lota menarik Giselle hingga terjatuh di atas tubuhnya, lalu Lota langsung berbalik menekan Giselle dari atas. Saat Lota ingin menerkamnya, Giselle tiba-tiba mendorongnya dengan kuat dan l
Menyadari ekspresi wajah Lota sangat aneh, Giselle mengubah ucapannya, “Ini salahku. Aku masih belum bisa mengubah suaraku, makanya pas tadi dia dengar, dia mulai curiga. Tapi waktu dia dia menguji aku, aku berhasil menahan diri.”“Kontrol diri kamu masih kurang. Kalau mereka nggak suruh kamu pulang, penyamaran kamu bisa langsung ketahuan.”Giselle sudah membuka mulut lebar-lebar berniat untuk membela diri, tetapi dia mengurungkan niatnya saat dihadapkan dengan tatapan dingin Lota. Giselle merasa sangat puas melihat Rosalina dikatai oleh Lena, dan dia juga sangat marah ketika Rosalina mengatakan hal-hal jelek tentangnya. Saat itu Giselle hampir saja memukulnya.“Maaf, Pak Lota. Aku yang lalai melakukan tugasku dengan baik.”“Nggak masalah. Kamu masih muda dan itu memang sudah sifat alami kamu yang terbentuk dari kecil. Sifat asli memang nggak segampang itu diubah apalagi dalam waktu yang singkat. Kamu bisa bertahan sejauh ini saja sudah bagus.”Dalam hati Giselle mengumpat mengapa Lota
“Iya. Sudah, jangan terus menyalahkan diri sendiri. Kalau anak kita salah, sudah tugas kita untuk kasih tahu apa yang benar supaya dia belajar. Anak sebaik apa pun pasti bisa melakukan kesalahan. Setiap orang pasti bisa melakukan kesalahan, jadi jangan terus menyalahkan diri sendiri.“Semoga saja Lena sadar sama kesalahannya. Kalau kulihat dia tahu salah, dan dia sifat aslinya baik, tapi cuma karena cemburu sesaat dan kebetulan lagi mabuk jadinya menyakiti orang lain.”Setelah pelajaran yang berharga kali ini, Terrence yakin anaknya pasti sadar akan kesalahan yang telah dia perbuat. Bahkan Regina juga meminta Lena untuk introspeksi diri dan mengasingkan dirinya ke pegunungan untuk membantu orang yang membutuhkan. Melewati hidup di tempat seperti itu pasti akan membuat Lena berubah banyak. Ketika Lena pulang nantinya, dia pasti sudah menjadi orang yang baru dan bisa lebih menghargai kehidupan dan segala yang dia miliki. Hitung-hitung bisa sekalian mengumpulkan karma baik. ***Di vila m
Seraya menekan amarahnya, Regina menjawab, “Tadi Fenny sama Rosalina juga datang ke acaranya Yura. Rebecca kan lumayan dekat sama Lena, jadi Rebecca kenalin Lena ke Rosalina, tapi Lena malah berharap bisa dapat Calvin. Lena ngomong kasar ke Rosalina, akhirnya dia sendiri yang kena siram.”“... kok bisa Lena ngomong begitu. Apa didikan kita cuma dia anggap sebagai angin lalu? Terus apa kamu sudah minta maaf ke Rosalina? Besok kita langsung ke rumah mereka untuk minta maaf secara personal.”Terrence tidak bertanya lagi apa yang sebenarnya Lena ucapkan, tetapi dia tahu kalau istrinya sudah marah, berarti kesalahan yang Lena lakukan sudah di luar batas wajar. Regina dan Terrence merasa mereka sudah mendidik Lena dengan sangat baik. Makanya ketika Lena mengatakan sesuatu yang jahat, Regina merasa sangat marah dan juga bersalah karena merasa telah gagal mendidik anaknya.“Aku sama Lena sudah minta maaf. Untungnya Rosalina juga nggak mempermasalahkannya. Dia baik banget, sih. Tapi kita nggak
Tidak ada yang melihat hasil tesnya, tetapi bisa dibayangkan Rosalina adalah putri kandung ayahnya, atau Johan dan Sinta tentu tidak akan menganiaya Rosalina. Namun dari hasil tes itu jika diketahui rupanya Sinta sudah lama berselingkuh.Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, Fenny cukup beruntung karena Sinta dan Johan tidak peduli dengan Rosalina. Di bawah asuhan Rida dan pengasuhnya, cara pandang Rosalina terhadap dunia menjadi lurus. Kalau saja waktu itu Sinta dan Johan baik dan mau mendidik Rosalina, mungkin sekarang Rosalina tidak akan jadi seperti sekarang.“Bukan salah mereka, justru Mama yang jago mendidik anak-anak Mama jadi orang yang unggul. Siapa juga yang nggak suka sama orang hebat? Semua orang tua pasti mau anak perempuan mereka menikah sama cowok yang mapan. Cari menantu juga harus lihat siapa mertuanya. Pernikahan memang bukan urusan satu keluarga saja, tapi dua keluarga. Setelah menikah, suami istri harus bisa membaur ke kedua pihak dan beradaptasi sama gaya hidup mereka
“Bukannya justru aktingku bagus. Pak Lota minta aku membantu Rosalina. Tadi aku sudah bantu dia,” kata Giselle. Namun hanya dia yang tahu betapa inginnya dia mendukung Lena tadi.“Rosalina tadi ngomong begitu tujuannya sengaja menguji kamu,” kata si pengawal.“Aku juga merasa begitu. Aku yakin dia pasti mencurigai aku. Untung saja tadi aku nggak termakan jebakannya.”“Tapi akan lebih bagus lagi kalau dia nggak melakukan itu sejak awal,” kata si pengawal dengan nada dingin. Giselle sudah melalui pelatihan yang cukup keras, tetapi sifat aslinya tidak mungkin bisa hilang. Sejak awal dia memang tidak mungkin bisa dibandingkan sejajar dengan Rosalina. Entah apakah Rosalina berhasil membongkar kedok Giselle dengan pertanyaannya tadi. Yang pasti sampai di rumah nanti si pengawal harus melaporkan keadaannya kepada Lota dan lihat bagaimana tanggapannya.Setengah jam setelah Giselle pergi, Dewi dan Fenny juga mengajak Rosalina untuk pulang. Selama perjalanan, Fenny bertanya kepada menantunya, “S
“Nggak bisa, nih. Aku sudah harus pulang. Kapan-kapan kalau ada waktu kita ngobrol lagi, ya. Rebecca, aku boleh minta nomor kamu?”Rebecca tanpa keberatan memberikan nomornya kepada Giselle. Kedua pengawal yang Giselle membawa ikut masuk untuk berpamitan dengan Yura. Dan seperti biasa, Yura meminta pelayan rumahnya untuk mengantar Giselle keluar. Begitu Giselle masuk ke mobilnya, ekspresi ramah yang dia pasang sebagai topeng seketika itu juga lenyap dan tergantikan dengan wajah penuh dengan amarah. Dia tak berhenti memaki Rosalina. Kedua pengawalnya tidak menghiraukan dan membiarkan dia mengamuk sendiri.“Bikin aku kesal aja. Dasar buta, awas saja. Suatu saat nanti aku bakal bikin kamu bertekuk lutut di depanku! Jangan harap aku bakal mengasihani kamu!”“Bu Lisa, tadi penyamarannya hampir saja ketahuan,” kata salah satu pengawalnya.“Kalian nggak tahu saja seberapa sakitnya omongan yang si buta itu keluarin dari mulutnya. Dari dulu selalu saja menjelek-jelekkan aku. Sudah aku bantu, ta
Kerugian yang disebabkan kepada orang lain pada akhirnya akan berbalik ke diri sendiri. Kalaupun tidak sampai dijatuhi hukuman atau dipenjara, catatan kejahatan akan tetap ada dan itu bisa mencoreng nama baik seseorang.Kerumunan langsung terurai tanpa waktu lama. Mereka kembali minum-minum, bersenda gurau menikmati pesta seolah-olah tadi tidak terjadi apa-apa. Fenny juga merasa puas mengetahui menantunya bukanlah orang yang hanya diam saja ketika dihina oleh orang lain.Yura mempersilakan Fenny dan Dewi untuk kembali ke dalam. Setelah mereka berdua pergi, Giselle memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati kakaknya dan bertanya dengan santun, “Rosalina, Rebecca, aku boleh duduk bareng kalian?”“Oh, iya silakan,” sahut Rebecca. Dia memiliki kesan yang cukup baik terhadap Lisa karena tadi melihat Lisa membela Rosalina.Anak muda memang tidak sulit untuk bergaul. Lisa masih sangat muda meski sudah menikah. Dia justru tidak cocok ketika mengobrol dengan ibu-ibu lain yang lebih tua darinya