Rudy Sanjaya ikut berkata, “Pak Ardian, semua ini hanyalah kesalahpahaman saja. Pak Bram sama sekali tidak mengejar Amelia. Lagi pula, Amelia sudah punya pacar dan hubungan mereka juga sangat baik.”Ardian langsung tersenyum seraya berkata, “Calon besan, saya sudah menanyakan perihal masalah ini dengan sangat jelas. Saya tahu kalau Bram diam-diam sering mengirimkan hadiah dan bunga kepada Amelia tanpa sepengetahuan kami. Dia juga sempat beberapa kali datang ke sini. Selain itu, dia menjemput Amelia di bandara ketika putri kalian pulang dinas.”“Anak saya sudah menyembunyikan hal ini sangat erat, sampai kami berdua tidak mengetahuinya. Kami pasti sudah sejak lama datang ke sini untuk melamar Amelia kalau saja kami mengetahuinya. Lagi pula, keluarga kita juga sudah saling mengenal sejak lama. Selain itu, hubungan kita terjalin sangat baik. Jadi tenang saja, kami pasti akan menjaga dan menganggap Amelia seperti putri kandung kami setelah dia menikah dengan Bram,” balas Ardian.Gloria juga
Amelia dan Bram mungkin bisa bersama kalau saja Bram tidak memiliki penyakit itu. Namun, sayangnya Bram memiliki penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Yuna tidak ingin Amelia dan Bram memiliki nasib malang seperti itu. Yuna memang berharap Amelia bisa menikah dengan laki-laki yang tinggal di Mambera, tapi dia tetap ingin Amelia hidup bahagia. Bagaimana mungkin Yuna tega membiarkan putrinya untuk menjadi seorang perawan seumur hidup?“Pak, Bu, Pak Bram sudah datang,” ujar seorang pelayan memberitahu kedatangan Bram kepada Yuna dan suaminya.“Cepat, suruh dia masuk,” jawab Yuna yang tiba-tiba sangat mengharapkan kedatangan Bram. Tidak lama kemudian, Bram masuk ke dalam ruang tamu. Amelia juga tiba-tiba datang ketika Bram baru saja masuk ke dalam ruang tamu. Di sampingnya, ada Jonas yang menemani kekasihnya itu. “Pa, Ma, kalian ngapain di sini?” tanya Bram dengan wajah membiru setelah melihat meja teh dipenuhi hadiah yang dibawa oleh kedua orang tuanya. “Bram, kamu keterlaluan, ya! Kam
Semua orang langsung menatap ke arah Bram dengan tatapan kaget. Bahkan Amelia yang baru saja datang langsung menatap bingung ke arah Bram dan Jonas tiba-tiba saja kehilangan semua amarahnya yang memuncak. “Sungguh? Di mana gadis itu? Kamu nggak bohong, kan? Jangan salahkan Papa kalau sampai Papa berlaku kasar padamu karena kamu sudah berbohong sama Papa. Papa dan Mama menghabiskan waktu siang dan malam untuk mengkhawatirkan nasibmu,” ujar Ardian setelah sempat tertegun selama beberapa saat. Bram mengeluarkan sebuah gantungan kunci yang selalu dibawanya ke mana pun. Dia tidak pernah mengembalikan gantungan kunci itu setelah berhasil bertemu dengan Chintya. Benda ini adalah benda yang berhasil menghubungkan Bram dengan cintanya. Jadi, bagaimana mungkin Bram bisa lepas dari benda itu?Bram menyerahkan gantungan kunci berfoto itu kepada orang tuanya lalu berkata, “Pa, Ma, ini adalah foto gadis itu. Aku berhasil menemukannya berkat Bu Amelia.”“Aku? Aku nggak menjodohkanmu dengan siapa pu
Gloria menyerahkan gantungan kunci itu kepada Yuna sambil menyeringai lalu berkata, “Saya lega sekarang. Akhirnya, Bram bisa terselamatkan. Dia juga tidak harus menjadi bujangan seumur hidup. Bu Yuna, coba Ibu perhatikan perempuan ini. Bukankah dia terlihat sangat serasi dengan putra saya?”Gloria terdengar sudah mengubah nada suaranya. Sebelumnya, dia terus memanggil Yuna dan Rudi sebagai calon besannya. Namun, sekarang nada suaranya tidak lagi selembut sebelumnya. Yuna memperhatikan foto perempuan itu lalu menunjukkannya kepada Rudi seraya berkata, “Perempuan ini memiliki kesan perempuan baik-baik dari pertama kali melihatnya. Dia sangat serasi bila bersanding dengan Pak Bram.”Yuna akan tetap memuji gadis itu, sekalipun gadis itu tidaklah terlihat baik. Terlebih lagi, foto gadis itu memang memberikan kesan yang baik di mata Yuna sejak pertama kali melihatnya. Dia adalah orang kedua yang bisa melakukan hal itu kepada Yuna setelah sebelumnya Odelina yang bisa memberikan kesan baik te
Ini adalah pertama kalinya bagi Bram merasakan jatuh cinta. Jadi, wajar jika sulit baginya untuk mengendalikan perasaannya. “Pa, Ma, aku nggak mau memberitahu kalian sejak awal karena aku takut antusiasme kalian akan menakuti Chintya. Tapi, sekarang aku nggak punya pilihan lain selain mengungkap Chintya karena kalian tiba-tiba saja datang ke sini dan melamar Amelia tanpa sepengetahuanku.”“Kalian pasti akan punya menantu nantinya. Tapi, bukan Amelia orangnya. Jadi, tolong jangan ganggu Bu Amelia lagi mulai dari sekarang,” ujar Bram tegas. Kemudian Bram mengalihkan perhatiannya ke arah Amelia lalu berkata, “Bu Amelia, aku tahu kalau apa yang kulakukan ini salah. Aku sudah terlalu sering mengganggu hidupmu karena kekalahanku dari Yogi.”“Kamu juga jangan menyalahkan Yogi atas masalah ini. Dia melakukan itu juga karena takut pada Bu Yuna.”Amelia tidak lagi marah kepada Bram karena dia sudah berhasil memuaskan keinginan bergosipnya dengan mendapatkan kisah cinta terbaru dari seorang Bra
Terlebih lagi, Jonas adalah laki-laki yang dicintai Amelia. Sebelumnya, Amelia menyukai Stefan, tapi Stefan sama sekali tidak peduli dengan perasaan Amelia. Sampai akhirnya, Amelia mengetahui Stefan dan Olivia yang merupakan sepupunya sudah melakukan pernikahan dadakan. Amelia seketika langsung memendam perasaannya dan berusaha melupakan Stefan saat itu juga. Kemudian dia mencoba untuk memulai sebuah hubungan baru. Rudy selalu berharap putri semata wayangnya itu akan memiliki hidup yang bahagia kelak. Namun, karena Yuna memiliki sifat yang tegas dan keras, jadi Rudy memilih untuk diam dan tidak berani mengungkapkan pendapatnya tentang hubungan Amelia dan Jonas. “Ma, Pa, aku sudah berjanji dengan Chintya untuk mengundang dia dan murid-muridnya untuk makan siang bersama. Sebentar lagi waktunya tiba, jadi aku harus bergegas ke sana untuk menemuinya. Pa, Ma, tolong bereskan semua masalah ini. Aku juga bisa menghadapi Chintya sendiri tanpa bantuan kalian,” ujar Bram buru-buru. “Pokoknya,
“Aku sudah nggak marah lagi, kok,” ujar Amelia sambil melirik orang tuanya. Akhirnya, Yuna berkata dengan wajah malu, “Bisa dibilang, masalah ini terjadi karenaku. Aku juga nggak berniat untuk menyalahkan kalian. Lagi pula, kepala keluarga Ardaba sudah bilang kalau mereka memberikan semua hadiah ini kepada kita. Jadi, keluarga Sanjaya akan menerimanya dengan senang hati.”Gloria langsung tersenyum lalu berkata, “Walaupun keluarga kita tidak bisa menjadi besan, tapi Bram berhasil bertemu dengan Chintya karena Amelia. Kami sangat berterima kasih dengan semua ini. Di masa depan, keluarga kita harus saling berkomunikasi dan membina hubungan yang baik.”Keluarga Ardaba memiliki hubungan yang sangat dekat dengan keluarga Adhitama. Mereka juga tidak bermusuhan secara langsung dengan keluarga Sanjaya. Namun, karena kedekatan mereka dengan keluarga Ardaba dan keluarga Sanjaya adalah saingan dari keluarga Adhitama, jadi secara tidak langsung keluarga Ardaba selalu berusaha menghindari keluarga
Anak-anak itu langsung menatap Chintya setelah mendengar tentang hadiah. Mereka langsung mengikuti Bram setelah melihat Chintya tidak keberatan dengan ajakan Bram. Bram membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya untuk mengambil hadiah yang sudah disiapkannya untuk anak-anak itu. Tidak lama kemudian, dia sudah keluar dari dalam mobil sambil membawa banyak hadiah di tangannya. “Nama kalian masing-masing tertulis di hadiah kalian,” ujar Bram. Chintya menghampiri Bram lalu bertanya dengan wajah terkejut, “Pak Bram sudah tahu nama mereka semua?” Padahal dia hanya memberitahu Bram kalau dia membawa 12 anak ke Mambera untuk bertanding bela diri. Ada enam anak laki-laki dan enam anak perempuan. Namun, Chintya merasa kalau dia tidak menyebutkan nama anak-anak itu kepada Bram. “Kamu kan bilang kalau kamu datang ke sini untuk bertanding, jadi aku sudah menyuruh orang untuk mencari tahu nama anak-anak yang kamu bawa ke sini. Setiap anak punya hadiah mereka masing-masing dengan isi yang berbed