Odelina berkata, “Bantu aku sampaikan terima kasih pada dia.”Pada akhirnya Odelina mengulurkan tangannya dan menerima amplop yang diberikan oleh orang tersebut. Ketika dia pergi ke Cianter lagi, Odelina akan secara pribadi mengembalikan kartu tersebut pada Felicia.“Aku akan sampaikan ucapan Bu Odelina pada beliau. Bu, tugasku sudah selesai dan aku pamit undur diri. Semoga usaha Bu Odelina akan lancar dan sukses terus.”“Pak Vandi mau tinggal untuk makan bersama?”Lelaki itu hanya tersenyum dan berkata, “Bu Odelina tahu sendiri jika sifat Bu Felicia nggak sabar. Aku tidak bisa berlama-lama. Semoga Bu Odelina mengerti,” ujar Vandi. Setelah itu dia mengangguk pada Olivia dan melambaikan tangannya sebelum berbalik pergi.Melihat punggung lelaki itu yang menjauh dengan langkah yakin dan pasti. Bisa terlihat jika Felicia sangat percaya padanya karena meminta lelaki itu yang datang kemari.“Dia kepercayaan Felicia, ya?”Dengan perlahan Odelina menjawab, “Nggak sesederhana orang kepercayaan
Odelina berjalan mendekati lelaki dewasa dan anak kecil itu yang terlihat seperti ayah dan anak. Dia tidak langsung memanggil kedua orang itu bangun, tetapi Odelina memandangi sekitar terlebih dahulu. Para karyawannya sudah membereskan semuanya ketika pulang kerja tadi. Saat ini keadaan restorannya sudah rapi.Hari ini adalah hari pertama pembukaan. Selain mengundang para teman dan keluarganya saja, ada cukup banyak orang yang datang untuk makan. Khusus untuk hari ini, Odelina akan memberikan diskon untuk para pelanggan yang datang serta memberikan sebuah hadiah kecil.Setelah menghitung omset hari ini, keuntungan yang dia dapatkan dari toko sarapannya jauh lebih banyak. Namun karena hari ini adalah hari pembukaan, banyak pula orang yang datang karena demi melihat para tamu yang datang.Odelina percaya bahwa restorannya ini pasti akan melebihi toko sarapannya yang dulu. Setelah satu tujuannya sudah tercapai, dia akan terus melangkah ke tujuannya yang lain.Perempuan itu menarik kursi d
Daniel langsung dengan refleks memeluk bocah dalam pelukannya dan membuka matanya dengan lebar. Melihat sosok yang ada di hadapannya adalah Odelina, lelaki itu menyungging senyum lebar dan bertanya, “Odelina, sudah selesai? Sudah boleh pulang? Russel sudah mengantuk, jadi aku gendong dia agar bisa tidur dulu. Tapi aku ikut ketiduran.”Odelina menarik tangannya yang tadi mengelus wajah Russel. Melihat itu membuat Daniel mengumpat dalam hati. Kenapa dia bisa lambat sekali bergerak? Seharusnya ketika Odelina menarik tangannya tadi, dia menangkap tangan perempuan itu dan memintanya menyentuh wajah Daniel.Selain itu kenapa dia begitu mudah tertidur? Siapa yang tahu Odelina akan diam-diam menciumnya ketika dia tidur tadi. Apakah masih sempat jika sekarang dia pura-pura tidur?“Sudah selesai. Jadi merepotkan Pak Daniel. Sudah malam begini masih harus bantu aku jagain Russel.”“Di antara kita jangan ada rasa sungkan. Aku senang sekali kalau Russel mau sama aku,” ujar Daniel.Dulu bahkan ketik
“Kamu memang suka masak, kamu ingin semua orang bisa makan enak tapi nggak mahal, atau mau perkembangan restoran kamu lebih maju lagi? Dalam hal mengelola restoran ini, kamu harus lebih tegas dan ada caramu sendiri. Jangan sampai pusatnya hancur, begitu hancur maka semuanya juga akan ikut hancur.”“Odelina, aku percaya kamu bisa sukses dan juga jangan buru-buru. Pelan-pelan saja, setiap langkah kita juga bisa dijadikan pelajaran dan pengalaman yang berharga,” ujar Daniel.Odelina mengangguk dan berkata, “Benar yang dikatakan Pak Daniel. Aku akan perlahan-lahan dan nggak terburu-buru. Dari pada nanti jatuh ke jurang dan aku sendiri yang rugi total.”Dia masih muda dan masih bisa berjuang delapan hingga sepuluh tahun. Odelina akan melihat keadaan dulu baru menentukan apakah akan membuka hotel berbintang. Setelah mendorong Daniel keluar dari restoran, Odelina menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan menutup pintu restoran.“Bu Odelina, biarkan saya saja,” ujar anak buah keluarga Lumanto
Hari ini satu anak buah yang lain izin karena ada urusan yang lain dan hanya sisa satu orang saja. Odelina khawatir lelaki itu tidak sanggup menopang Daniel. Anak buah tersebut tidak menolak.Dia dan Odelina bersama-sama membantu Daniel masuk dalam mobil. Setelah itu, Odelina memasangkan sabuk pengaman. Sedangkan anak buahnya mengangkat kursi roda dan meletakkannya di bagasi.Daniel menatap Odelina ketika perempuan itu memasangkan sabuk pengaman. Jarak mereka cukup dekat hingga membuat Daniel nyaris tidak bisa mengendalikan kedua tangannya. Dia ingin sekali memeluk perempuan itu. Namun, pada akhirnya dia tetap mengendalikan keinginannya.Sekarang Odelina semakin mirip dengan keluarganya. Jika dia gegabah, kemungkinan semua usahanya di awal akan sia-sia.“Pak Daniel, sebenarnya kalian nggak perlu mengantarku. Jaraknya nggak jauh.”Daniel menatapnya dalam-dalam dan berkata, “Aku nggak akan tenang kalau nggak melihat kalian berdua masuk rumah.”Setelah berpandangan sejenak dengan lelaki i
Odelina sebenarnya menolak Vila yang diberikan oleh Stefan dan Olivia padanya. Oleh karena itu, semua surat administrasi pemindahan nama masih belum bisa dibuat. Odelina juga tidak pernah pindah ke sana.Perempuan itu memilih diam. Melihat reaksi Odelina membuat anak buah tersebut tidak berani berkata-kata. Dia mengantarkan Odelina ke rumahnya dan menatap perempuan itu masuk, lelaki itu berkata,“Bu Odelina, ingat kunci pintunya. Saya pamit dulu.”“Baik, terima kasih. Hati-hati di jalan,” pesan Odelina.Dia meletakkan putranya di sofa dan berjalan keluar lagi. Setelah melihat anak buahnya Daniel sudah tidak ada, Odelina bergegas mengunci pintunya dan kembali ke sofa. Dia menggendong putranya masuk ke kamar.“Tidurnya pulas sekali. Masih belum mandi.” Odelina mencubit wajah mungil putranya tanpa memanggilnya bangun. Besok pagi saja baru memandikan Russel.“Russel.” Odelina membungkuk dan mengecup wajah mungil bocah itu.“Kamu sudah menderita karena ikut Mama. Harus ikut berangkat pagi d
Ketika orang tua mereka meninggal, usia Olivia masih sepuluh tahun. Bisa dibilang kakaknya yang membesarkannya. Perasaannya pada Odelina sungguh sangat dalam. Dia sudah menganggap kakaknya seperti ibunya sendiri.Setelah Olivia menjadi Nyonya Muda keluarga Adhitama, Odelina akan menerima bantuan adiknya dan adik iparnya jika terjadi masalah yang besar. Namun dalam kehidupannya, dia menolak pemberian adiknya.Stefan dan Olivia juga tidak bisa berbuat apa-apa dengan keputusan Odelina. Siapa pun yang membujuknya, sikap perempuan itu akan tetap sama. Bahkan Yuna juga pernah membujuknya.“Pak Daniel, aku sudah tinggal cukup lama di sini dan selalu aman. Nggak pernah ada kejadian apa pun. Malam ini kami hanya bertemu lelaki mabuk saja. Lain kali aku juga nggak akan pulang semalam ini. Hari ini keadaannya khusus.”“Nggak masalah kalau aku masih belum bisa jadi sandaran adikku, tapi aku nggak boleh merepotkan dia. Vila di sana harganya sudah pasti puluhan miliar. Biasanya Stefan akan selalu me
"Pak Daniel, sudah sangat larut. Kamu juga harus istirahat.""Iya, kamu cepat istirahat juga. Sekarang aku bisa dibilang nggak bisa mengerjakan apa pun. Nggak masalah kalau tidur larut dan bangun siang."Setelah saling mengucapkan selamat malam, Daniel bersiap untuk turun dari mobil. Anak buahnya menurunkan kursi roda terlebih dahulu, kemudian menurunkan Daniel secara perlahan. Setelah lelaki itu duduk di kursi rodanya, anak buah tersebut mendorongnya masuk ke rumah.Sekarang seluruh orang di keluarga Lumanto sudah terlelap. Namun ketika Daniel baru masuk, lampu langsung menyala dan seluruh rumah menjadi terang benderang. Yanti yang menyalakan lampu tersebut."Ibu," sapa anak buahnya dengan sopan."Ma, sudah malam sekali kenapa masih belum tidur?"Yanti berjalan mendekat dan memberi kode pada anak buah tadi untuk pulang. Dia mendorong putranya ke arah dalam."Mama nggak tenang kalau kamu belum pulang. Nggak bisa tidur jadinya memperhatikan suara dari arah luar. Begitu dengar suara gerb