Handi, “….”Gawat, Stefan menemukan resep obat. Apa yang harus Handi lakukan agar istrinya tidak ketahuan?“Siapa yang letakkan kertas di bawah meja?” gumam Stefan.Stefan mengambil kertas yang terlipat itu dari bawah meja. Awalnya dia ingin langsung membuang kertas itu ke tempat sampah. Namun, dia melihat seperti ada tulisan di atas kertas. Dia yang merasa penasaran pun membuka kertas itu dan membacanya.Pada saat ini, Dewi dan Olivia baru saja keluar dari dapur. Dewi melihat Stefan sedang membuka kertas yang terlipat. Selain itu, posisi meja sofa sedikit berpindah. Wajah Dewi seketika memucat.Gawat, gawat. Bagaimana Stefan bisa menemukannya? Dewi sudah meletakkan resep obat itu di bawah meja, tapi Stefan tetap saja masih bisa menemukannya. Apa mungkin suaminya yang beritahu Stefan?Tidak mungkin. Dewi Yakin suaminya tidak mungkin mengkhianatinya. Dewi berusaha sekuat tenaga untuk tetap bersikap tenang, tidak boleh panik. Kalau Stefan bertanya, dia tidak akan mengakuinya.Stefan memb
Tanpa perlu diingatkan oleh ibunya, Stefan sudah menelepon dokter keluarganya. Setelah dokter mengangkat telepon, dia pun langsung bertanya, “Dok, apakah Nenek, Papa dan Mamaku pernah sakit akhir-akhir ini?”“Nggak pernah, Pak Stefan. Bu Sarah, Pak Handi dan Bu Dewi sehat-sehat saja. Kenapa Pak Stefan tiba-tiba bertanya seperti itu? Apakah terjadi sesuatu pada Bu Sarah?”Dokter keluarga Adhitama mengira terjadi sesuatu pada Sarah, karena memang usia Sarah yang paling tua di keluarga Adhitama. Meskipun dia tidak bertanggung jawab atas pemeriksaan kesehatan keluarga Adhitama, dokter itu bisa mengetahui hasilnya hanya dengan bertanya temannya yang bekerja di rumah sakit tersebut.Sepertinya tidak ada anggota keluarga Adhitama yang sakit. Semua anggota keluarga tersebut sangat memperhatikan kesehatan mereka. Semua orang dalam keadaan sehat. Keluarga Adhitama adalah keluarga paling diberkati.Mereka yang masih muda selalu berprestasi. Sedangkan mereka yang sudah pensiun terawat dengan baik,
Stefan tidak mungkin memercayai kebohongan ayahnya yang konyol itu. Jangankan Stefan, Calvin dan yang lainnya juga tidak percaya.Olivia ingin mengambil resep obat itu dari tangan suaminya, tapi Stefan langsung merobek resep obat tersebut. Setelah merobeknya, Stefan pergi ke kamar mandi dan buang kertas robek itu ke dalam toilet lalu siram dengan air. Saat keluar dari kamar mandi, raut wajahnya masih sangat muram.“Stefan, Papa nggak bohong sama kamu. Resep obat itu benar-benar bukan untuk Olivia. Itu memang resep obat yang pernah dipakai mamamu dulu.” Handi bersikeras meneruskan kebohongannya.Namun, Stefan langsung membeberkan kebohongan ayahnya, “Aku ingat Nenek pernah bilang setelah kalian menikah tiga bulan, Mama sudah hamil. Kenapa Papa malah bilang sudah menikah lama tapi belum hamil juga? Nenek yang pikun dan salah ingat, atau Papa yang lagi berbohong? Nggak hanya Nenek yang bilang, aku ingat Mama juga pernah bilang kalau Mama hamil aku nggak lama setelah menikah.”Handi, “....
Sebenarnya Olivia juga tahu kalau keluarga suaminya sangat menantikan kehamilannya. Jangankan mereka, Odelina, Yuna dan yang lainnya juga berharap dia cepat-cepat hamil.“Semua obat nggak boleh diminum sembarangan. Kalau diminum sembarangan, alih-alih menyembuhkan, malah akan merusak tubuh sendiri. Pokoknya, tanpa konsultasi dan diperiksa oleh dokter, nggak boleh sembarangan minum obat.”Handi terkekeh, “Stefan, kami tahu soal itu. Aku juga sudah bilang sama mamamu, nggak boleh sembarangan minum obat. Mamamu juga nggak berniat suruh Olivia minum obat itu. Hanya saja nenekmu yang kasih resep obat itu ke mamamu. Mamamu nggak enak hati menolak maksud baik nenekmu, mau nggak mau dia bawa pulang resep obat itu.”Dewi khawatir Stefan akan menyalahkan ibunya, jadi dia segera membela, “Stefan, kami juga nggak tahu kondisi kamu dan Oliv. Kamu juga jangan salahkan nenekmu. Dia memang seperti itu, suka khawatir soal ini khawatir soal itu. Kamu cucu kesayangannya, dia sering bilang ingin punya cic
“Untung saja Oliv nggak terlalu peduli dengan hal seperti ini. Dia nggak marah, dia juga berhasil bujuk Stefan. Kalau nggak, nggak tahu Stefan bakal mengomel sampai kapan. Aku ini papanya, diomelin sama anak sendiri benar-benar memalukan.”Dewi tersenyum sambil merangkul lengan suaminya, “Nanti makan lebih banyak lauk kesukaanmu, isi ulang tenaga. Kamu gantikan aku jadi sasaran pelampiasan amarah Stefan.”Dewi yang membawa resep obat itu dari rumah orang tuanya. Dia juga yang menyimpan resep obat itu di bawah meja. Semua itu salahnya. Namun, suaminya juga dimarahi oleh putranya. Dia sudah melibatkan suaminya.“Ayo, kita juga pergi makan.”Saat ini, Reiki datang bersama Junia. Keduanya langsung menyapa dengan manis, “Om, Tante.”Handi dan Dewi menyambut mereka dengan hangat dan mengajak mereka untuk makan bersama. Reiki dan Junia berencana menghabiskan akhir pekan mereka di Vila Permai. Apalagi mereka sudah sering bertamu ke vila, jadi mereka sama sekali tidak sungkan. Mereka langsung m
Baik lingkungan maupun orangnya, keluarga Adhitama amat sangat baik. Rosalina bahkan belum resmi menikah dengan Calvin. Hanya karena mereka sudah bertunangan, Rosalina juga mulai pelan-pelan memanggil calon mertuanya dengan sebutan ayah dan ibu. Keduanya juga memperlakukan Rosalina seperti putri mereka sendiri. Mereka sama sekali tidak membencinya karena dia buta.Sebagai ibu mertua, Fenny kerap menggunakan tindakan untuk membuktikan kalau sebagai calon menantu keluarga Adhitama, Rosalina hanya perlu tahu cara membelanjakan uang, tidak perlu mengkhawatirkan hal lain.Saat bersama ibu kandungnya, Rosalina tidak bisa merasakan kasih sayang ibunya. Namun, dia bisa merasakan kasih sayang itu dari calon ibu mertuanya. Rasanya sungguh bahagia ada ibu yang menyayangi dan memanjakannya.“Benar, jadi orang harus bersyukur. Anak perempuan memang lebih perhatian.”Fenny meraih tangan Rosalina dan terus mencurahkan perhatiannya kepada Rosalina. Rosalina hampir mengalami hal yang tidak diinginkan.
“Selama mereka benar-benar jatuh cinta, mereka pasti bisa mengucapkan kata-kata manis,” kata Lukas.Fenny merasa ucapan suaminya masuk akal juga. Dia pun mengangguk sambil tersenyum, “Kira-kira bagaimana kabar Ricky di Kota Cianter sana, ya? Kalau Ricky sudah mantap, Samuel dan Hansel juga akan segera mulai. Kalau mereka bisa menikah bareng, keluarga kita benar-benar akan sangat bahagia.”Lukas tertawa pelan, “Kalau dipikir-pikir iya, sih. Tapi kenyataannya nggak seindah itu. Sandy masih sekolah.”Sandy sedang liburan di rumah saja, dia pun sibuk mengambil hati saudara iparnya. Setelah mengambil hati Olivia, soal latihan yang perlu dia kerjakan pun jadi lebih sedikit. Kalau tidak, delapan kakaknya pasti selalu memberinya hadiah berupa soal latihan dan menyuruhnya mengerjakan soal hingga kepalanya pusing.“Benar juga, Sandi masih harus menunggu seenggaknya sepuluh tahun lagi. Minimal sepuluh tahun. Kalau dia seperti Stefan, mungkin dia harus menunggu lebih dari sepuluh tahun baru bisa m
Rosalina memiliki harga diri yang tinggi. Saat menghabiskan waktu dengannya, Calvin tidak bisa menyelesaikan semua masalah sendirian.“Calvin.”“Hmm.”“Apakah kamu merasa sangat lelah saat bersamaku?”Calvin tiba-tiba berhenti berjalan, lalu mencolek wajah Rosalina dengan jarinya. Kulit Rosalina begitu halus. Setelah colek sebentar, Calvin tak tahan ingin mencubitnya. Usai dicubit sebentar, Calvin mengelusnya berulang kali. Pada akhirnya, Rosalina tidak tahan lagi. Dia langsung menepis tangan Calvin.“Aku lagi ngomong sama kamu, lagi ngomong serius. Kamu elus-elus terus, elus apaan?”Rosalina juga ingin mencubit wajah Calvin. Calvin menundukkan kepala, membiarkan Rosalina menyentuh wajahnya dengan mudah. Rosalina meletakkan tangannya di kedua sisi wajah Calvin dan mencubitnya, tapi tidak terlalu kuat.Pokoknya Calvin tidak merasa sakit. Rosalina juga pasti tidak tega mencubitnya sampai sakit. Sama seperti Calvin. Awalnya, dia mencubit wajah Rosalina dan merasa wajah itu sangat lembut.