Begitu melihat Jonas masuk, Yuna langsung memasang wajah datar dan tidak berkata apa-apa. Jonas merasa suasana di ruangan itu berbeda. Dia tahu saat dia mengantar Bram keluar, Amelia dan ibunya bertengkar lagi.Namun, Jonas pura-pura tidak tahu. Dia berjalan kembali ke sisi Amelia dan berkata pada Yuna, “Tante, Pak Bram sudah pulang.”Setelah mengerutkan bibirnya, akhirnya Yuna menjawab, “Oke, kamu ada tanya apa maksudnya?”“Pak Bram nggak mengatakan yang sebenarnya.” Jonas menjawab dengan jujur, “Pak Bram minta kita rahasiakan hal ini. Jangan sampai Pak Ardian tahu, kalau nggak nanti dia datang melamar.”“Kamu benar-benar jujur. Dia ngomong apa, kamu pun ngomong apa. Kamu nggak takut Pak Ardian datang melamar dan aku terima lamarannya?” ujar Yuna.“Ma.” Amelia segera menjelaskan, “Aku hanya mencintai Jonas. Kami berdua saling mencintai. Sekalipun Pak Ardian datang melamar, aku juga nggak akan setuju. Siapa yang setuju, dia saja yang nikah.”Yuna, “....”Amelia mengeluarkan ponselnya d
Jonas tahu apa yang ada di pikiran Amelia, dia pun tersenyum dan berkata, “Aku nggak akan salahkan Tante. Tante begitu karena dia khawatir, enggan berpisah denganmu. Aku belum berbuat cukup banyak, belum cukup baik, makanya belum bisa buat Tante percayakan kamu ke aku. Aku akan terus berusaha.”Keduanya masuk ke dalam mobil, lalu Jonas bertanya pada Amelia, “Kamu mau makan di mana?”“Terserah kamu mau bawa aku makan di mana.”Jonas tersenyum. Amelia benar-benar percaya padanya. Dia pun menyalakan mesin mobil dan mengendarai mobilnya keluar dari halaman vila.Amelia menambahkan, “Selesai makan, temani aku ke SMP Negeri Kota Mambera. Akhir-akhir ini toko buku Olivia dan Junia ada buka. Junia merasa bosan di rumah terus, ladang sayur jauh dari kota, Reiki nggak izinkan dia pergi ke sana. Jadi dia buka toko saja.”Junia si kesayangan keluarga Ardaba, demi menghabiskan waktu, dia tetap pergi membuka toko sekalipun toko buku sepi. Setiap hari dia main ke toko orang lain dan mengobrol dengan
Bram merasa ayahnya sudah gila karena saking paniknya dan tidak peduli apa pun lagi. Setiap ada lawan jenis yang dilirik sebentar oleh Bram, Ardian pasti akan mengujinya.Tentu saja, gadis kecil itu pada akhirnya diantar kembali ke orang tuanya. Masalah itu pun dirahasiakan dengan sangat baik, hanya sedikit orang luar yang mengetahuinya.Amelia dan yang lainnya bisa tahu tentu saja karena mendengarnya dari Junia. Oleh karena itu, kegilaan Ardian membuat Amelia merasa cemas. Usianya dua puluhan, belum menikah. Kalau Ardian tahu Bram memberinya bunga, menjemputnya di bandara, mungkin saja malam ini juga Ardian akan datang ke rumahnya untuk melamar.Amelia mengirim pesan ke Olivia dan menanyakan kapan Olivia akan kembali. Alih-alih membalas pesannya, Olivia langsung menelepon Amelia.“Amelia, kamu sudah kembali dari perjalanan bisnis?”“Baru saja kembali hari ini. Kamu dan Nenek Sarah kapan kembali ke sini? Russel juga, aku kangen banget sama Russel. Dia lagi bareng sama kamu, nggak? Suru
“Oke.”Olivia yang mengakhiri panggilan lebih dulu. Sesaat kemudian, Russel dan Liam yang berada di luar berlari masuk ke dalam rumah. Satu di depan dan satu lagi di belakang, jelas sedang main kejar-kejaran.Kedua anak itu main hingga kepala mereka basah oleh keringat, wajah kecil mereka juga memerah. Dua menit kemudian, dua pengasuh yang mengikuti mereka baru datang. Kedua pengasuh itu terengah-engah, pasti sudah lama mengejar kedua anak kecil.Begitu melihat Olivia dan Mulan sedang menyeka keringat kedua anak, kedua pengasuh tersenyum dan berkata, “Non Oliv, Den Russel dan Den Liam larinya terlalu cepat. Kami berdua sama-sama nggak bisa kejar mereka.”Olivia menyeka keringat keponakannya dan menanggapi perkataan si pengasuh, “Mereka berdua ada latihan bela diri. Kekuatan kaki mereka jauh lebih baik dari anak-anak seusia mereka. Aku juga hampir nggak bisa kejar mereka.”Padahal Olivia juga pernah belajar ilmu bela diri.“Aku sudah lama nggak bisa kejar Liam. Setelah dia ikut Dokter P
Pada saat Mulan pergi melihat putranya, Sarah pun berkata pada Mulan, “Mulan, putrimu benar-benar anteng. Saat bangun atau tidur pun tetap anteng.”Mulan menggendong putranya yang sedang menangis. Setelah mendengar ucapan Sarah, dia tertawa pelan dan berkata, “Nenek gendong Audrey sepanjang hari. Mana mungkin dia bakal menangis. Tapi memang dasarnya dia bukan bayi yang rewel.”Mulan berani mengatakan kalau temperamen putrinya pasti mirip dengan temperamen Yose. Bahkan lebih baik dari Yose.Sarah tersenyum, “Aku dan Olivia sebentar lagi pulang ke Kota Mambera. Setelah pulang ke sana, kami nggak tahu kapan lagi bisa bertemu Audrey. Aku harus gendong dia sepanjang hari, sampai puas.”Dengan usianya yang sudah tua, Sarah mungkin tidak akan datang ke Vila Ferda lagi. Kecuali Mulan dan suaminya datang ke Kota Mambera dan membawa kedua anaknya. Kalau tidak, Sarah tidak akan memiliki kesempatan untuk melihat kedua anak yang menggemaskan ini lagi.“Nenek, kalau kami pergi ke Kota Mambera, aku a
Rika mengerutkan bibir dan berkata, “Nanti malam ikut aku ke perjamuan makan malam.”“Oke.”Ronald tidak menolak ajakan kakaknya, lalu dia bertanya, “Kak, pulang kerja sekarang?”“Hmm.”“Kalau begitu aku pulang juga. Aku ikut kamu pulang dan makan di rumah.”Kakak beradik ini biasanya tinggal di rumah terpisah. Mereka tidak tinggal bersama. Sesekali mereka akan kembali ke rumah orang tua bersama. Sering kali, Ronald pergi ke rumah Rika untuk makan. Kakaknya sangat pilih-pilih makanan. Masakan koki di rumah kakaknya sangat lezat.Rika tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung menutup telepon. Setelah keluar dari ruangan kantornya, Rika bertanya pada sekretarisnya, “Pak Ricky nggak tunggu di depan pintu lagi, kan?”Meskipun Adhitama Group memiliki beberapa hotel di Kota Cianter yang semuanya dikelola Ricky, karena hotel-hotel tersebut beroperasi secara normal, Ricky selaku general manajer sebenarnya tidak memiliki hal-hal penting yang harus diurus. Oleh sebab itu, Ricky punya lebih bany
“Kalau Pak Riko seorang perempuan dan berdiri bersama Pak Ricky, mereka akan menjadi pasangan yang sangat serasi. Sekalipun mereka berdua sama-sama pria, berdiri bersama saja bisa buat orang merasa kalau mereka adalah pasangan.”“Pantas saja hanya beberapa kali bertemu Pak Riko, Pak Ricky sudah jatuh cinta pada Pak Riko. Menurutmu, Pak Riko akhirnya bakal terima perasaan Pak Ricky, nggak?”Rekannya berkata, “Mana mungkin? Pak Riko seorang pria normal, dia nggak akan terima perasaan Pak Ricky. Pak Ricky juga belum tentu benar-benar suka Pak Riko. Aku dengar dari Pak Ronald, Pak Ricky didesak keluarganya untuk segera menikah. Keluarganya sudah pilihkan calon istri untuknya, tapi dia nggak suka. Makanya dia cari alasan ada perjalanan bisnis ke Kota Cianter. Setelah itu, dia gunakan Pak Riko untuk buat skandal kalau dia suka sesama jenis.”Rika tidak tahu obrolan kedua petugas resepsionis itu. Begitu keluar dari gedung kantor, dia secara naluriah melihat ke depan pintu perusahaan lebih dul
Ricky jauh lebih licik dari Stefan. Mobil Ricky diparkir menyamping di depan pintu gerbang vila. Rombongan mobil Rika terpaksa berhenti, tidak bisa masuk.Pada saat mobil pribadi Rika muncul di hadapannya, Ricky pun keluar dari mobil sambil membawa buket mawar besar.Beda dengan buket bunga tadi pagi. Kali ini dia menggunakan uang pecahan seratus ribu dan lima puluh ribu dan meminta seseorang membantunya membuat buket bunga uang. Karena Rika sudah mengumumkan kalau semua pemilik toko bunga di Kota Cianter tidak boleh menjual bunga mawar kepada Ricky.Ricky sudah menelepon ke Vila Permai untuk minta bantuan, tapi dia tidak bisa mendapatkan bunganya secepat itu. Karena tidak bisa mendapat bunga dalam waktu singkat, jadi dia hanya bisa menggunakan buket bunga uang dulu.Selain itu, Ricky sudah memborong semua bunga mawar di toko bunga tadi pagi, bahkan bunga di toko bunga daerah pinggiran pun sudah habis diborong bawahannya. Toko-toko belum sempat mengisi kembali stok bunga mereka.Ricky