Olivia memandang tubuh Stelle dari ujung kepala sampai ujung kaki, begitu pun sebaliknya. Semua orang di Mambera kini sudah tahu bahwa Olivia adalah istrinya Stefan, tapi yang bisa mengingat seperti apa rupa Olivia tidak banyak. Olivia jarang sekali tampil di depan media karena Stefan melindungi privasinya dengan sangat baik. Setiap kali ada topik hangat yang berkaitan dengan Olivia naik, Stefan pasti akan dengan segera menghapusnya.Stefan tahu bahwa istrinya itu lebih suka menjalani kehidupan yang tenang, tapi Olivia sering kali harus menampilkan wajahnya di depan publik karena Stefan sendiri. Walau begitu, Stefan tetap berusaha yang terbaik agar kehidupan pribadi Olivia tidak terusik.Stella sendiri pernah mencari foto wajah Olivia di internet, dan dari situ dia hanya menemukan beberapa potret wajah yang buram atau dari sisi samping yang tidak begitu memperlihatkan wajahnya. Namun saat ini, akhirnya Stella bisa melihat langsung dengan matanya sendiri seperti apa rupa wajah istrinya
Sebagai anak yang lahir di keluarga Adhitama, seharusnya pekerjaan Stefan sangat sibuk dan baru pulang larut malam. Namun sekarang baru pukul sembilan malam lewat. Selama Stella menemani ayahnya bekerja, mereka selalu sibuk dan baru pulang hampir tengah malam, bahkan di akhir pekan pun mereka tidak ada waktu untuk beristirahat.Olivia menyunggingkan senyum manis di wajahnya dan menjawab, “Stefan itu tipe suami idaman. Selama aku nggak lagi sama dia, setiap hari sekitar jam 21.30 dia pasti sudah sampai di rumah. Dia bilang kerja itu memang penting, tapi aku lebih penting lagi, makanya dia nggak tega bikin aku nungguin dia di rumah sampai tengah malam. Dia juga pasti mau pulang lebih awal untuk temani aku.”Senyuman itu bagaikan duri yang menusuk mata Stella, dan ucapan mesra yang terucap dari mulut Olivia itu juga membuat Stella terbakar api cemburu. Untungnya Stella sudah cukup stabil secara emosional karena sering bepergian dengan ayahnya, jadi dia tidak serta merta meluapkan emosiny
Khawatir Olivia memberikannya nomor palsu, Stella langsung menghubungi nomor tersebut di depan Olivia. Olivia mengeluarkan ponselnya agar Stella bisa melihat kalau panggilan itu benar-benar tersambung.“Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai ketemu lagi.”“Iya, sampai ketemu,” sahut Olivia. Setelah Stella masuk ke mobilnya dan melambaikan tangannya, Olivia menambahkan, “Stella, lain kali tolong parkir di depan parkir yang benar, jangan di depan pintu. Tadi kamu nutupin mobilku. Untung saja aku ini orangnya baik hati dan toleransi tinggi. Kalau sampai Stefan yang terganggu, siap-siapa saja mobil kamu dirusak.”“... iya, tadi itu salahku. Maaf, ya.”“Aku ngomong begitu bukan berarti aku marah cuma gara-gara kamu parkir sembarangan sekali. Hati-hati di jalan, ya. Aku antar sampai di sini saja.”Setelah mobil Stella pergi menjauh, Olivia pun menyimpan kembali senyuman di wajahnya, lalu menatap Arif yang baru saja keluar dari rumah.“Bu Olivia, tadi ada apa?” tanyanya.Arif baru keluar untuk m
“Didin, kira-kira Bu Olivia marah, nggak, sama Pak Stefan?” tanya si sopir.Didin menjawab, “Aku sudah beberapa bulan jagain Bu Olivia, jadi bisa dibilang aku cukup paham karakternya. Menurutku, Bu Olivia nggak mungkin marah sama Pak Stefan. Kan Non Stella sendiri yang mau nempel, tapi nggak berhasil. Jadi nggak ada alasan bagi Bu Olivia untuk marah.”“Baguslah kalau begitu. Aku paling takut kalau sampai Bu Olivia marah dan cuekkin Pak Stefan. Nanti kita juga yang kena getahnya,” kata si sopir.Begitu Stefan sudah marah, tidak ada yang akan bisa lolos dari api amarahnya. Namun, yang paling sering kena omelannya sudah pasti adalah orang-orang yang paling sering berinteraksi dengan Stefan. Si sopir sering mengantar Olivia bepergian, jadi dia termasuk salah satu orang yang juga otomatis sering tatap muka dengan Stefan. Wajar saja jika dia khawatir.Olivia langsung bersandar di sofa begitu dia masuk ke rumah, dan beberapa menit kemudian, dia mendengar Stefan juga baru saja pulang. Stefan l
Selagi suasana hati Olivia masih cukup baik, Stefan pun memberanikan diri untuk bertanya, “Sayang, tadi sebelum aku pulang ada apa?”“Kamu kenapa mikir begitu?” tanya Olivia balik.“Biasanya pas aku pulang, kamu langsung keluar nunggu aku turun dari mobil. Atau kalau kamu belum pulang, biasanya Pak Arif yang keluar. Tapi hari ini kamu dan Pak Arif sama-sama nggak keluar. Pasti terjadi sesuatu sebelum aku sampai di rumah, dan itu berpengaruh sama hubungan kita berdua. Kamu … mungkin lagi marah sama aku, ya? Liv, coba kasih tahu, aku ada salah apa?”Olivia tidak menyangka Stefan bisa menebak ada sesuatu hanya karena dia tidak menyambutnya pulang. Melihat Stefan yang begitu berhati-hati karena takut akan membuatnya marah, Olivia jadi merasa dirinya kurang baik terhadap Stefan dalam keseharian mereka. Mungkin itu membuat Stefan jadi tidak merasa tenang dan selalu khawatir Olivia akan marah dan pergi meninggalkannya.Maka itu, Olivia segera meletakkan baju yang ada di tangannya dan mencium
“Apa yang terjadi sama Roni dan Yenny itu pasti nggak cuma salah satu pihak saja yang salah. Tapi setelah kejadian itu, semua orang nyalahin Yenny dan ngatain dia pelakor, sementara Roni jarang dapat tuduhan dari orang lain. Padahal, sebenarnya yang harusnya disalahin itu Roni. Dia sudah beristri dan punya anak, tapi masih saja ngejar cewek yang lebih muda. Memang dia saja yang nggak bisa setia. Jelas Yenny juga punya salah. Dia bisa saja menolak Roni atau menjauh darinya, tapi dia nggak begitu. Dia sendiri juga menikmati semua yang Roni kasih ke dia, bahkan sampai kepikiran untuk gantiin kakakku sebagai istrinya. Dia dan Roni sama-sama nggak pantas dikasihani. Kalau bukan karena Roni itu papanya Russel, dia pasti sudah mati. Yenny cuma ngerasa atas dasar apa semua orang nyalahin dia. Dia merasa ini nggak adil, dan mungkin juga dia dapat tekanan dari Pamungkas sampai akhirnya dia kehilangan rasa percaya diri. Di saat-saat putus asa, akhirnya dia ngayunin pisau ke arah Roni yang seharu
Olivia tersenyum dan mendekat ke telinga Stefan untuk membisikkan sesuatu. Kemudian, sorot mata Stefan langsung berbinar dan menggendong Olivia ke atas. Sesampainya di kamar, Olivia menutup pintu dan berkata, “Sayang, malam ini biar aku yang tuntun kamu.”“Silakan,” sahut Stefan dengan senang hati. Dia paling suka dengan respons antusias dari Olivia, yang membuat Stefan jadi makin sayang padanya. Rasa itulah yang membuat Stefan hanya mencintai Olivia seorang sampai akhir hayatnya.Sementara itu, Stella yang baru saja tiba di vila milik keluarganya di Mambera melihat kakak sepupunya sedang menunggunya.“Sudah malam begini kamu kenapa masih datang ke Mambera?” tanya Stella.“Stella, Om Petrus sempat bilang sebelum dia berangkat untuk jagain kamu selagi dia nggak ada. Om Petrus sudah ngelarang kamu untuk datang ke Mambera, tapi kamu masih saja pergi diam-diam. Kalau sampai Om tahu ….”“Aku mau pergi ke mana itu kebebasanku, kamu nggak perlu ikut campur. Dan juga nggak usah bawa-bawa papak
Krama Group harus diambil alih oleh orang yang masih memiliki marga Krama, sementara Stella cukup diberikan mahar yang mahal saja ketika dia menikah nanti. Tanpa adanya pengaruh dari generasi yang lebih tua, Kenny dan saudara-saudara lainnya memiliki pemikiran yang sama. Mereka menganggap Petrus tidak seharusnya mendidik Stella menjadi penerus. Akan lebih baik jika perusahaan diserahkan kepada Kenny saja. Kelak apabila Stella mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari keluarga suaminya, Kenny sebagai kakak sepupu juga pasti akan membelanya.“Aku mau pergi ke mana suka-suka aku, kamu nggak perlu tahu. Aku cuma mau ketemu teman sama jalan-jalan doang masa nggak boleh? Kalau Kak Kenny datang ke sini cuma untuk jemput aku, aku saranin lebih baik nggak usah terlalu ikut campur urusan pribadiku.”Stella lalu duduk di sofa dan berkata kepada pelayan rumah yang dari tadi menyimak perdebatan mereka, “Ambilin aku air. Aku haus banget.”“Stella, terserah kamu mikir apa tentang aku, tapi aku perca
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk
“Russel sepertinya mulai libur minggu depan. Setelah dia libur, aku akan membawanya ke sana lagi. Nanti, saat kamu libur Tahun Baru, kita akan pulang bersama ke Mambera untuk merayakan Tahun Baru,” kata Odelina.“Kalau aku ke sana, kita lihat-lihat rumah, ya? Kamu mau mengembangkan bisnismu di Cianter, jadi kita beli rumah saja di sana. Dengan begitu, kalau kita ke sana, kita nggak perlu tinggal di hotel lagi,” kata Daniel. Odelina menjawab, “Nggak perlu buru-buru beli rumah. Tunggu aku stabil dulu, baru kita pikirkan. Sekarang aku juga nggak punya banyak uang. Kalau hanya untuk membeli apartemen, mungkin masih bisa.” Namun, Daniel sepertinya tidak suka tinggal di apartemen. Russel masih kecil. Jika tinggal di apartemen, dia akan berlari-lari ke sana kemari, dan bisa membuat penghuni atas atau bawah mengeluh. Saat Odelina masih belum bercerai, dia sering mendapat keluhan dari penghuni bawah. Setiap kali ada keluhan, Roni akan memarahinya dan menyuruhnya menjaga Russel agar tidak mem
Kadang-kadang, ketika terlalu banyak berpikir, Daniel khawatir akan timbul perasaan kesal dalam dirinya. Dia menenangkan diri dan mencoba berpikir positif. Lelaki itu tahu bahwa Odelina bahkan meninggalkan putra kecilnya di rumah adiknya untuk diasuh dan jarang sekali memiliki waktu untuk menelepon, apalagi untuk dirinya. “Aku biasanya tidur siang hanya setengah jam, dan itu sudah cukup. Aku sudah tidur setengah jam tadi. Kupikir sekarang kamu juga sudah bangun, jadi aku meneleponmu sebelum kamu mulai bekerja,” kata Daniel. “Iya, setelah minum kopi, aku akan mulai bekerja. Ada apa?” tanya Odelina dengan lembut. “Kamu kangen aku?” Dengan penuh perasaan, Daniel menjawab, “Aku kangen kamu. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, aku merindukanmu. Aku merindukanmu sampai terasa seperti mau gila.” Di telepon, terdengar tawa Odelina. Mendengar tawanya, Daniel merasa energinya untuk bekerja sore itu akan meningkat secara drastis. “Kamu baru saja pulang, 'kan?” tanya Odelina sambil terseny
Anak perempuan harus memakai marga Gatara, yang berarti Daniel harus menjadi menantu yang masuk ke keluarganya.Jika anak yang dilahirkan adalah laki-laki, dia bisa memakai marga Lumanto, tetapi jika perempuan, tidak bisa. Odelina tidak tahu apakah Daniel akan setuju atau tidak. Jadi, semua itu adalah urusan masa depan. Yang perlu dia pikirkan sekarang adalah bagaimana mengelola perusahaannya dengan baik, memperbesar skala bisnis, dan berinvestasi di industri lain agar menghasilkan lebih banyak uang serta mendapatkan posisi di dunia bisnis Cianter. Odelina tidak bisa terus-menerus bergantung pada Rika. Hanya dengan menjadi kuat, seseorang baru benar-benar kuat. Setelah itu, kedua saudara perempuan itu tidak saling mengirim pesan lagi. Olivia pun bersandar pada suaminya dan tertidur sebentar. Sementara itu, Odelina meletakkan ponselnya di meja samping tempat tidur sebelum berbaring kembali. Di kantornya, dia telah membuat ruangan kecil untuk beristirahat, dengan menambahkan sebuah r
Olivia mengecilkan volume ponselnya ke level paling rendah sebelum mengirim pesan kepada kakaknya. Dia memberi tahu bahwa mereka telah menemukan Setya. Atau lebih tepatnya, lelaki renta itu yang datang untuk menemui mereka. Setelah mengirim pesan, dia menambahkan bahwa Nenek sedang beristirahat di dalam mobil. Jadi mereka hanya bisa berbicara lewat pesan teks, jangan menelepon agar tidak mengganggu Nenek. Setelah menerima pesan itu, Odelina langsung membalas dengan bertanya kepada adiknya, di mana Setya bersembunyi selama ini. Apakah sudah dipastikan bahwa dia adalah asisten Nenek? Apa mungkin dia hanya seorang penipu? Olivia menjelaskan bahwa Setya telah diselamatkan oleh Dokter Panca dan yang temannya. Selama bertahun-tahun, lelaki itu hidup bersama mereka dengan identitas tersembunyi. Kesehatannya juga sedikit bermasalah. Selama ini, dia juga mencari ibu dan bibi mereka. Baru-baru ini, Setya memastikan identitas bibi mereka, dan karena itu, dia datang untuk bertemu. Meskipun bib
“Nenek, Nenek pasti bisa panjang umur hingga seratus tahun. Dokter Panca sudah datang, biarkan dia periksa nadi Nenek. Kalau ada sesuatu yang kurang, Dokter Panca bisa kasih obat untuk jaga kesehatan Nenek.”Hubungan mereka dengan nenek memang yang paling dekat. Meski tahu bahwa orang tua pasti akan meninggal, Stefan tetap gelisah Ketika memikirkan nenek akan meninggalkan mereka.Ketika kakek meninggal, mereka sangat berduka untuk waktu yang lama. Bahkan hingga kini, setiap kali saudara-saudara berkumpul dan membicarakan kakek, mata mereka pasti memerah. Nenek berkata, “Sekarang Nenek nggak ada masalah. Dokter keluarga kita rutin datang untuk memeriksa kesehatan Nenek. Terakhir kali, Dokter Dharma juga memeriksa nadi Nenek, dan hasilnya baik-baik saja. Nenek selalu menjaga kesehatan.” “Nenek masih bisa bantu kalian jaga anak-anak. Kalian berdua hanya perlu melahirkan cicit perempuan untuk Nenek. Kalau Nenek belum memeluk cicit perempuan dan belum mengantarnya ke sekolah, Nenek nggak
“Hanya Samuel yang membangkang. Dia suka ambil jalan memutar. Biar saja dia ambil jalan memutar. Sampai dia ragukan keputusannya sendiri. Hehehe,” kata Sarah dengan nada seperti senang di atas penderitaan orang lain.Tanggung akibatnya sendiri karena tidak mau dengar nasihat orang tua. Dari sekian banyak cucu yang penurut, ada satu yang tidak mau menurut. Ternyata menarik juga.Stefan dan Olivia bersitatap. Stefan diam-diam menggenggam tangan istrinya. Dia senang karena pada akhirnya dia mengalah dan mengikuti perintah neneknya untuk menikah Olivia. Kalau tidak, Stefan tidak tahu apa yang akan neneknya lakukan padanya. Mungkin saja, nasibnya akan berakhir seperti Samuel.“Nenek.” Selagi di mobil tidak ada orang lain selain mereka bertiga dan si sopir, Olivia pun bertanya untuk memastikan, “Perempuan yang Samuel suka itu adalah Katarina yang Nenek pilihkan untuknya, kan?”Sarah tersenyum lebar, “Kalian berdua sudah tebak, untuk apa masih tanya? Tapi jangan bilang-bilang. Samuel sendiri
Samuel langsung duduk tegas dan berkata dengan lantang, “Aku nggak akan menyesal. Sudah dulu ya, Kak. Aku akan cari cara sendiri.”Samuel teringat kalau dia menolak jalan mulus yang diatur neneknya. Dia takut saudara-saudaranya akan menertawakannya, juga takut neneknya akan mengomelinya. Dia pun memutuskan tidak akan meminta bantuan Stefan lagi. dia akan mencari cara sendiri.“Kalau kamu sudah temukan perempuan itu, kembalikan barangnya. Kalau kamu begini terus, kamu hanya akan rusak kesan baik orang lain terhadapmu. Buat dia tersentuh dengan ketulusanmu. Dengan begitu, kalian akan memiliki masa depan dan akan bahagia.”Sebagai orang yang sudah berpengalaman, Stefan berbagi pengalaman kepada adik sepupunya.“Aku tahu, Kak. Lain kali kalau dia datang cari aku lagi, aku akan kembalikan barangnya. Kak, kalian sedang jalan balik ke kota? Aku dengar suara mobil.”“Iya, kami lagi di jalan.”“Ya sudah kalau begitu. Aku juga mau istirahat dulu. Nanti sore ada rapat.”“Istirahat yang cukup. Kes
“Kak Stefan ....”“Kalau dia nggak mau bertemu denganmu, percuma kamu cari dia. Lebih baik kamu tunggu saja dengan sabar sampai dia datang cari kamu. Kalau kamu ambil barangnya, kembalikan ke dia. Semakin kamu begini, dia semakin nggak suka sama kamu. Jadi orang harus terus terang. Jadi pria yang berintegritas dan jujur, jangan berbohong.”Stefan terdiam sejenak, lalu berkata lagi, “Dulu aku salah sudah berbohong pada Olivia. Dia hampir saja mau cerai denganku. Kamu nggak ambil pelajaran dari pengalamanku sebelumnya?”Stefan tidak mau membantu Samuel. Dia ingin Samuel pelan-pelan menempuh perjalanan panjang dalam mengejar istri. Siapa suruh Samuel tidak mau terima pilihan nenek mereka dan memilih mengambil jalan yang sulit? Orang pilihan neneknya tidak akan salah.Sarah telah memberi isyarat kepada Samuel beberapa kali. Samuel sendiri yang terlalu bodoh dan tidak menyadarinya. Sarah bertanya berulang kali apakah Samuel akan menyesal. Jika suatu saat Samuel menemui kesulitan, dia tidak