Daniel merasa canggung akibat ocehan Russel, begitu pula Odelina.Odelina menoleh ke arah Daniel. Daniel tersenyum canggung pada Odelina.Odelina kehabisan kata-kata, dia diam. Dia sedang memikirkan bagaimana sebaiknya menjawab pertanyaan Russel."Mama." Suara Russel terdengar lagi."Mama nggak setuju?""Russel."Odelina berbicara dengan lembut, "Russel sudah punya Papa. Om Daniel adalah Om Daniel, jadi akan selalu seperti itu.""Odelina," Daniel memanggilnya."Pak Daniel, Russel masih kecil. Dia masih belum ngerti, jangan bicarakan hal seperti ini sama dia. Kehidupan saya, juga bukan sesuatu yang bisa Russel putuskan."Odelina mengucapkan kalimatnya dengan sangat serius."Odelina, aku salah. Aku nggak seharusnya ngomong kayak gitu ke Russel sekarang. Tapi, Odelina, perasaanku sama kamu tulus, begitu juga dengan Russel, aku akan menyayanginya seperti anak kandungku sendiri,” ucap Daniel tulus. "Pak Daniel, saya sudah bilang, sekarang saya nggak mau mempertimbangkan soal cinta."Odeli
Russel sangat keras kepala.Sama seperti ketika saat Roni mengatakan hal buruk tentang Daniel di hadapannya. Russel bersikeras bahwa Om Daniel bukan orang jahat. Meskipun yang mengatakan itu adalah ayahnya, Russel tetap tidak mengubah pandangannya tentang Om Daniel.Orang baik adalah orang baik, orang jahat adalah orang jahat. Russel tidak bisa mengatakan orang jahat itu baik, dan tidak bisa mengatakan orang baik itu jahat."Mama bukan lagi nggak senang, kok, Sayang. Mama cuma lagi kepikiran sesuatu," kata Odelina sambil tersenyum. "Lihat, Mama senyum ‘kan sekarang."Russel pintar dan sensitif. Saat melihat ibunya tersenyum, dia pun percaya pada kata-kata ibunya. "Mama, apa benar Om Daniel ingin menikahi Mama? Jadiin Mama istri?"Setelah tenang, Russel bertanya kepada Odelina tentang topik ini lagi.Odelina terdiam lagi.Daniel ternyata benar-benar telah berbicara tentang segala hal itu dengan Russel.Russel masih sangat kecil, dia mengerti apa?Meskipun Russel bisa menerima Daniel se
Saat keluar dan melihat pipi Olivia dicium Russel, dia cemburu!Stefan menggendong Russel masuk ke dalam rumah sambil berbicara dengannya. “Om Stefan mau ngomong apa sama Russel?”Russel penasaran. Kemudian, Om Stefan berbicara panjang lebar kepadanya. Russel diam. Banyak hal yang tidak Russel pahami dari ucapan Stefan. Russel hanya mengerti satu hal. Om Stefan-nya bilang bahwa Russel adalah laki-laki. Dia tidak boleh sembarangan mencium pipi tantenya. Tapi, itu Tante Oliv-nya. Tante Oliv saja bisa mencium pipi kecilnya.Akhirnya, di pikiran Russel hanya ada satu kesimpulan: dunia orang dewasa itu sangat rumit dan sulit dipahami.Kata-kata Stefan kepada Russel membuat Olivia tidak bisa berkata-kata. Olicia hanya bisa berkata pada suaminya, "Sayang, kamu bawa Russel ke atas, ya. Mandi.""Sip. Oke."Stefan membawa Russel ke lantai atas, sambil berkata kepadanya, "Malam ini Om yang akan mandiin Russel.""Aku mau mandi mau bawa mainan.""Boleh, bawa pistol airmu.""Oke." Mereka berjal
"Oliv, memang kita ini sekandung, ya. Haha. Aku juga menentang Yanti dengan cara yang sama, loh. Kakak bilang, kenapa aku yang harus pergi? Kenapa aku yang harus berkorban?""Menurutku menghindar justru nggak akan menyelesaikan masalah, Kak. Kakak, jangan pindah dari sana. Toko Kakak sudah lama ada di sana. Susah payah Kakak mencari pelanggan tetap. Kalau Kakak pindah, berarti Kakak harus mulai dari awal lagi.""Selama Kakak jaga hati, nggak tergoda sama Daniel, apa pun yang dia lakukan nggak akan ada gunanya. Kalau Kakak ikuti permintaan Yanti dan membawa Russel pergi dari Mambera, mungkin Pak Daniel malah nggak akan bisa melupakanmu seumur hidupnya. Dia mungkin juga akan mencari kalian berdua selamanya.""Kalau dia mengejar kamu terus nggak dapat respons, ditambah dengan ibunya yang terus menghalangi, kurasa dengan berjalannya waktu, dia akan menyerah dan membiarkanmu hidup tenang."Odelina juga berpikir demikian.Kepergiannya tidak akan menyelesaikan masalah.Pendapat adiknya sama d
"Oke, entar aku kasih tahu Stefan."Olivia tidak memaksakan untuk membayar biaya sekolah Russel.Yang penting kakaknya mau Russel masuk ke TK Pusat Mambera dan kakaknya mampu membayar biaya sekolah itu sendiri.Seperti kata Odelina, Russel adalah anaknya. Biaya sekolah Russel ya memang seharusnya dibayar oleh dia sendiri.Jika Odelina tidak mampu membayar biaya sekolah, kakaknya juga tidak akan ingin Russel masuk ke TK Pusat Mambera.Olivia sangat memahami kakaknya.Meski sekarang dia adalah menantu dari keluarga Adhitama yang kaya raya, kakaknya tetap bersikeras mandiri dan tidak pernah meminta bantuan finansial darinya.Kakaknya selalu khawatir meminta uang akan mempengaruhi posisi Olivia di keluarga suaminya.Olivia bukan tipe orang yang selalu menggunakan uang untuk membantu keluarganya; dia lebih percaya pada prinsip memberikan kemampuan daripada hanya memberikan bantuan."Oliv, terima kasih, karena ada kalian berdua, garis start Russel jadi bisa unggul dari orang lain."Odelina s
Russel hanya mengucapkan "oh" pendek. Olivia melepaskan pelukannya dan membawa Russel kembali ke dalam rumah. Saat Stefan turun dari lantai atas dan melihat keduanya, ia berkata sambil tersenyum, "Hei, Bocah! Cepat sekali larinya. Baru saja aku bantu pakai baju, eh dia sudah lari lebih cepat dari kelinci. Kakak sudah pulang?""Iya, dia sudah pulang."Tidak lama kemudian, pasangan suami istri itu duduk di sofa.Russel bermain sendiri di depan mereka."Sayang, soal Russel masuk TK, kakakku bilang kalau kamu bisa bantu agar Russel bisa masuk ke TK Pusat Mambera, tolong bantu. Berapa pun biayanya, bilang saja sama kakak, dia akan bayar.""Kalau aku nggak bisa bantu, aku nggak akan tanya tentang hal ini sama kamu. Serahkan sama aku, aku pastikan Russel bisa masuk ke TK Pusat Mambera. Nggak perlu biaya apa pun, bahkan kalau perlu, aku yang bantu kakak.""Soal biaya sekolah ...."Sebelum Stefan sempat menyelesaikan kalimatnya, Olivia memotong ucapan suaminya, "Kakakku bilang Russel adalah a
Setelah keluar dari rumah sakit, Roni masih menemani Yenny ke pusat perbelanjaan lain. Dia membelikan barang yang Yenny inginkan. Setelah pulang, Roni selalu teringat tentang keakraban Daniel dengan Russel, merasa resah, khawatir anaknya akan benar-benar diambil oleh Daniel dan memanggil Daniel “Ayah”. Setelah Yenny beristirahat, Roni diam-diam keluar rumah, membeli beberapa camilan dan mainan kemudian langsung menuju rumah mantan istrinya.Roni tidak pernah berpikir untuk rujuk kembali.Panah yang telah dilepaskan tidak bisa kembali lagi, dia dan Odelina sudah tidak mungkin bersama lagi. Namun, Russel adalah darah dagingnya. Bagaimana mungkin Russel bisa begitu akrab dengan pria yang mengejar mantan istrinya? Daniel sudah serius mengancam posisi Roni sebagai ayah.“Bayi di perut istrimu baik-baik saja, ‘kan?"Odelina bertanya dengan nada datar.Roni menjawab dengan sedikit canggung, "Baik-baik saja.""Russel sekarang nggak kekurangan makanan dan mainan, kamu nggak perlu bawain dia
Dulu saja, Yenny tidak suka jika keluarga suaminya terlalu memperhatikan Russel, apalagi sekarang dia sedang hamil, ketidaksukaannya itu semakin bertambah. Saat Roni mendengar tentang Yenny, dia tampak tidak bisa duduk dengan tenang dan segera berdiri untuk pergi. Setelah mengantar mantan suaminya, Odelina menutup dan mengunci pintu rumah, merasakan sedikit kepuasan di dalam hatinya. Melihat mantan suaminya kerepotan setelah menikah lagi, sementara hidupnya dan anaknya semakin membaik, adalah bentuk balas dendam terbaik bagi mantan suaminya itu.Semalaman berlalu tanpa kata-kata.Ketika matahari terbit, hari baru pun dimulai.Hari-hari berikutnya, baik Olivia maupun Odelina sama-sama sibuk. Daniel masih setiap hari pergi ke toko sarapan "Makan Sepuasnya", mengirimkan bunga dan berbagai hadiah untuk Odelina. Meskipun Odelina tidak pernah menerima, Daniel tetap bersikeras melakukannya setiap hari.Stefan membantu Russel mendaftar di TK Pusat Mambera. Mulai bulan September, Russel aka
Yuna mengangguk."Sore nanti ajak Russel bersama ke sini." Setelah berpikir sejenak, Yuna menambahkan, "Dokter Panca bilang, waktu Kakek Setya nggak banyak lagi. Biarkan dia bertemu dengan anak-anak satu per satu." Semua orang saling memandang. Olivia dengan cemas bertanya, "Penyakit apa yang diderita Kakek Setya?" "Mungkin karena luka lama yang meninggalkan efek samping, ditambah usia lanjut. Orang tua pasti punya penyakit kecil di sana-sini," jawab Yuna sambil menghela napas, dia tidak melanjutkan lebih jauh. Dokter Panca sudah menyuruh mereka bersiap secara mental. "Sore nanti, aku akan menjemput Russel, lalu kita akan datang bersama." Olivia juga memahami bahwa usia Setya yang sudah sangat tua, ditambah keinginannya yang sudah terpenuhi, mungkin tidak akan bertahan lama lagi. "Apakah perlu memberi tahu Kak Odelina agar pulang?" "Untuk sementara nggak perlu. Kakek Setya belum menyerahkan bukti-buktinya ke aku, jadi dalam waktu dekat sepertinya nggak akan ada apa-apa. Saat dia
Wajah Yuna berubah drastis. “Dokter Panca, apakah nggak ada cara agar Om Setya bisa hidup beberapa tahun lagi?” Dokter Panca berkata, “Saya dan murid-murid saya sudah pakai semua obat terbaik yang kami tanam untuknya. Kami sudah melakukan yang terbaik. Dia bisa bertahan sampai sejauh ini, pertama karena kami membantu memulihkan tubuhnya, dan kedua karena obsesi yang ada di hatinya.” “Meski dendam besar mamamu belum terbalaskan, melihat kalian hidup dengan baik, memiliki kekuatan dan dukungan, Om Setya merasa lebih tenang. Dia percaya bahwa balas dendam untuk ibumu bisa diserahkan sama kalian, jadi dia bisa pergi menemui majikannya dengan hati lega.” “Begitu obsesi itu hilang, seperti yang saya katakan sebelumnya, semangatnya akan turun. Ketika itu terjadi, dia nggak akan bertahan lama lagi. Apalagi, usianya sudah hampir seratus tahun. Bahkan kalua hari itu tiba, kalian harus menerimanya dengan tenang.” Hidup hingga seratus tahun, meski sering diucapkan, berapa banyak orang yang be
Sama seperti para lelaki di keluarga menantunya. Tidak heran kedua keluarga itu bisa memiliki hubungan yang erat. Mereka adalah orang-orang yang sejenis. “Dokter Panca,” sapa Stefan dengan hormat. Lelaki tua itu mengangguk lagi. Kemudian, dia memperkenalkan beberapa teman lamanya kepada pasangan itu. Terakhir, dia menunjuk Setya dan berkata kepada Olivia, “Bu Olivia, kakakku ini adalah orang yang selama ini kalian cari. Tantemu memanggilnya Om Setya.” “Dokter Panca, panggil aku Olivia saja,” kata Olivia dengan sopan. Dia menoleh ke Setya dan menyapanya, “Kakek Setya.” Sebagai generasi muda, Olivia belum pernah bertemu dengan asisten tua itu, dan begitu pula sebaliknya. Karena itu, baik Olivia maupun Setya, tidak memiliki perasaan emosional yang sama seperti Yuna. Setya tersenyum dan mengangguk, lalu berkata, “Kamu pasti Olivia, 'kan?” Bu Yuna benar, Olivia tidak begitu mirip dengan Reni. Sekilas terlihat sedikit mirip, tapi kalau diperhatikan lebih saksama, ternyata nggak. Keli
“Om Setya, putri sulung Reni sudah pergi ke Cianter untuk berkarier. Anda untuk sementara nggak bisa bertemu dengannya,” kata Yuna dengan suara lembut.Dia tahu alasan Setya sering memandang Amelia. Mungkin lelaki itu khawatir bahwa keluarga ibunya tidak ada yang mampu mengambil alih keluarga Gatara. Setya sangat setia, dan menganggap keluarga Gatara itu adalah milik keturunan majikannya.Meskipun Patricia telah duduk di posisi kepala keluarga selama lebih dari 40 tahun, Setya tetap tidak mengakui kedudukan Patricia yang sah. Perempuan itu tidak ingin Setya hidup, karena selama dia masih hidup, Patricia selalu merasa posisinya tidak kokoh. Tanpa Setya, dengan semua saudaranya ang telah tiada, mengambil alih keluarga Gatara menjadi hal yang wajar baginya, sehingga dia akan merasa lebih percaya diri. “Olivia sedang dalam perjalanan. Sebentar lagi Anda bisa bertemu dengannya,” “Olivia lebih mirip ayahnya, sedangkan Odelina lebih mirip Reni. Anak laki-laki Odelina, Russel, sangat mirip
Yuna menangis sejadi-jadinya di depan nisan adiknya. Namun, tidak peduli seberapa keras tangisnya, dia tidak dapat menghidupkan kembali adiknya. Satu hal yang bisa dia lakukan hanyalah menjadi sosok ibu bagi kedua keponakannya dan memberikan mereka lebih banyak kasih sayang.Yuna dan adiknya mengalami masa kecil yang tragis. Kemudian, keduanya dipisahkan oleh dua alam yang berbeda. Setelah mengetahui penyebab kematian orang tuanya, Yuna sangat membenci Patricia.“Kalau nggak ingin orang tahu apa yang kamu lakukan, lebih baik nggak usah lakukan. Dia akan membayar harga atas semua perbuatannya,” ujar Setya dengan penuh kebencian.“Benar, Om. Dia akan bayar harga atas semua yang telah dia lakukan.”“Aku yang nggak berguna. Aku nggak punya banyak bukti. Hanya ada sedikit. Karena orang-orang yang tahu masalah ini sudah mati semua, jadi sulit untuk memberatkannya dengan bukti yang sedikit ini.” Usai berkata, Setya kembali menyalahkan dirinya sendiri dan menangis.“Aku nggak peduli ada bukti
Tahun lalu, Setya baru saja kembali dari gerbang kematian. Setelah mendengar perkataan Panca, Setya pun berusaha menenangkan dirinya. Dia menganggukkan kepala kepada teman-temannya, lalu berkata kepada yuna, “Non Yuna, aku akan berusaha tetap hidup. Sampai kalian membalaskan dendam orang tuamu, agar Bu Patricia terima hukuman atas perbuatannya. Kalau nggak, aku nggak bisa mati dengan tenang.”“Ini juga salahku. Selama bertahun-tahun, aku nggak bisa membalaskan dendam orang tuamu. Aku juga nggak bisa temukan keberadaan kamu dan adikmu.”Kalau saja Setya menemukan Yuna dan Reni lebih awal, Reni tidak akan meninggal secepat ini. Setya gagal melindungi kepala keluarga Gatara sebelumnya, juga gagal melindungi kedua putri kepala keluarga Gatara sebelumnya. Setya merasa sangat bersalah.Setya yang telah menjalani pelatihan khusus menjadi asisten terpercaya kepala keluarga Gatara. Dia telah melakukan banyak hal untuk kepala keluarga Gatara. Namun pada akhirnya, dia gagal melaksanakan dua hal t
Yuna memanggil pria itu Setya, adik Yuna juga ikut memanggilnya dengan nama itu. Setiap kali Yuna dan adiknya memanggil Setya, pria itu selalu menjawab sambil tersenyum.Dalam ingatan Yuna yang samar-samar, orang tuanya dan Setya sangat sibuk. Namun, kesehatan ibunya kurang baik, jadi ibunya sering meminta bibinya yang tidak lain adalah Patricia untuk melakukan sesuatu.Sekarang kalau dipikir-pikir, justru karena ibunya Yuna sakit. Jadi ibunya Yuna mau tidak mau sering minta Patricia mengurus perusahaan dan urusan keluarga, sehingga timbul keinginan di dalam hati Patricia untuk merebut kekuasaan.Patricia pasti merasa dia telah berbuat banyak, tapi semua orang tetap berpihak pada ibu Yuna. Oleh karena itu, Patricia ingin mengambil alih. Karena dia mengira hanya dengan menjadi kepala keluarga, semua orang akan sepenuhnya berpihak padanya.“Huh ....”Syuna memanggil Sety, Setya menghela napas sambil menahan air matanya. Keduanya sama-sama tidak memiliki kesan mendalam terhadap satu sama
Stefan tertawa pelan. “Oke, asal kamu nggak berebut dengan tantemu untuk dapat perhatian, sebenarnya kamu akan merasa sangat bahagia. Ada begitu banyak orang yang sayang sama kamu. Cepat gosok gigi dan cuci muka. Habis itu ambil tasmu dan turun untuk sarapan dulu. Nanti om sopir yang antar kamu ke sekolah. Om dan tantemu ada urusan, nggak bisa antar kamu.”Russel memanyunkan bibir lagi. Namun pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia pun pergi mencuci muka dan menggosok gigi dengan tenang. Sedangkan Stefan kembali ke kamarnya untuk membangunkan Olivia. Dia memberitahu Olivia kalau Dokter Panca membawa asisten nenek Olivia ke rumah keluarga Sanjaya.Olivia langsung bangun dan mandi secepatnya. Selesai ganti baju, dia bergegas turun bersama suaminya. Di sisi lain, Aksa juga telah membangunkan orang tuanya. Begitu mengetahui kedatangan para pria tua dan salah satu di antaranya adalah guru Kellin, Yuna langsung keluar dari kamar. Namun, suaminya segera menghentikannya.“Yuna, k
Mereka berdua sedang bertelepon, tapi Stefan malah bilang kalau dia tidak bicara dengan Aksa. Karena Aksa tahu Stefan pasti sedang mengurus Russel, Aksa pun tidak marah.“Oke, kamu bisa bicara sekarang.” Stefan akhirnya bicara dengan Aksa.Kalau bukan karena tahu Olivia masih tidur saat ini, Aksa sungguh tidak ingin menelepon Stefan. Dengar saja nada bicara Stefan, sangat menjengkelkan, bukan? Seolah-olah Aksa akan melapor ke Stefan saja.Aksa pun berkata sambil menahan amarahnya, “Dokter Panca bawa asisten nenekku datang ke sini. Selain mereka berdua, ada beberapa pak tua lainnya. Mereka mungkin para master yang menguasai dunia beberapa puluh tahun yang lalu. Kamu bilang sama Olivia. Kalau kamu bisa datang, kamu temani Olivia datang ke sini sebentar.”“Dokter Panca?” Stefan spontan mengerutkan kening. “Kamu yakin orang itu Dokter Panca?”“Aku nggak yakin. Makanya aku suruh Jonas datang. Jonas pernah bertemu dengannya. Tapi aku rasa mereka nggak akan berbohong. Nggak akan ada yang bera