“Pak Calvin, kami mungkin nggak bawa uang tunai sebanyak itu.” Baim bertanya, “Boleh nggak pakai transfer saja?”“Di seberang ada bank. Kalian pasti bawa ATM, kan? Kalian ke sana ambil uang tunai saja. Rosalina sudah bilang, dia mau uang tunai. Kalau begitu, kalian harus bayar pakai uang tunai.”Di bawah intimidasi Calvin, Baim tidak punya pilihan selain meminta sepupunya dari keluarga Gunawan pergi ke bank di seberang untuk menarik uang tunai sebanyak 40 juta.Setelah itu, beberapa dari mereka mengeluarkan semua uang tunai di dompet mereka hingga terkumpul 45.600.000.“Rosalina, ini ganti rugi dari kami.”Baim menyerahkan setumpuk uang tunai ke depan Rosalina. Rosalina mengambil uang itu dan segera menghitungnya.Sesaat kemudian, Rosalina berkata, “Uangnya pas, kalian masih ada urusan lain? Kalau nggak ada, kalian boleh pergi.”Beberapa orang itu saling melihat satu sama lain. Pada akhirnya, semua mata tertuju pada Baim. Karena Baim yang tertua di antara mereka. Baim yang memimpin mer
Biasanya Rosalina begitu pendiam, hidup seperti orang tak kasat mata. Sesekali dia akan mengucapkan beberapa kata, tapi suaranya sangat pelan. Tidak disangka, orang yang paling kejam justru dia, sama sekali tidak memandang persaudaraan.“Kalau soal Pak Doni, aku percaya padanya, percaya seratus persen. Aku nggak curigai orang yang aku pekerjakan dan nggak pekerjakan orang yang aku curigai.”Semua orang membuka mulut seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun pada akhirnya, tidak ada yang bisa bicara. Mereka semua tahu jelas apa saja yang telah mereka lakukan.Rosalina dapat mengambil kendali atas segala sesuatu di Siahaan Group melalui Doni dalam waktu singkat. Mungkin saja, perempuan itu benar-benar memiliki bukti keserakahan mereka.“Rosalina .... Aku harap kamu nggak menyesal. Kalau Siahaan Group berpindah tangan di tanganmu, papamu pasti nggak bisa istirahat dengan tenang.”Usai berkata seperti itu, Baim berkata pada saudara-saudaranya, “Ayo kita pergi.”Rosalina pun berkata dengan di
Di sisi lain, Adhitama Group.Stefan sudah menghentikan pekerjaan di tangannya. Begitu tahu Olivia akan datang menjemputnya pulang kerja, dia turun lebih awal dan menunggu di depan pintu masuk gedung.Kebetulan memang sudah waktunya pulang kerja ketika Stefan turun ke bawah. Karyawan yang melihatnya akan menyapanya dengan sopan.Begitu melihat Stefan berdiri di depan pintu dan tidak pergi-pergi juga, beberapa petinggi perusahaan mengira ada masalah apa. Mereka pun berhenti dan coba-coba bertanya, “Ada apa, Pak Stefan?”“Nggak apa-apa, aku lagi tunggu Oliv. Kalian yang mau pulang kerja, yang masih ada acara lain, pergi saja.”Semua orang spontan terdiam. Pantas saja Stefan turun lebih awal. Ternyata istri tercintanya mau datang.Olivia pergi ke Spring Blossom dulu untuk beli bunga baru pergi jemput Stefan. Di tengah jalan, dia berpapasan dengan jam sibuk pulang kerja dan terjebak macet. Pada saat dia tiba di Adhitama Group, sebagian besar karyawan sudah pulang.Begitu mobil Olivia masuk
Olivia tertawa, dia tidak merasa adik-adik iparnya mencari perlindungan darinya. Dia hanya merasa mereka sangat menghormatinya sebagai kakak ipar tertua mereka.Olivia juga tahu itu karena Stefan mencintainya. Sarah menyukai Olivia, Olivia pun tidak akan jadi manja karena hal itu.“Calvin dan Rosalina masih sama seperti biasa. Rasanya kemajuan mereka cukup lambat.”Stefan berkata dengan bangga, “Nggak ada yang bisa seperti aku, hanya aku yang langsung selesaikan semuanya dalam sekali jalan.”Olivia spontan menoleh untuk melihatnya, lalu berkata, “Dulu waktu kamu dan aku pergi daftarkan pernikahan kita, wajahmu tuh kaku seperti marmer. Aku sampai takut orang lain akan salah paham kalau aku todong senjata ke kamu dan paksa kamu untuk menikah denganku.”Stefan, “....”Baiklah, Stefan mengaku saat itu dia belum ingin menikah. Dia berharap Olivia membatalkan pernikahan itu. Namun ternyata, Olivia ingin cepat-cepat mendaftarkan pernikahan mereka. Alhasil, mereka pun resmi menikah dengan begi
Sarah pernah bilang, meskipun Amelia dan Stefan dari keluarga sederajat, Amelia tidak cocok menjadi istri kepala keluarga Adhitama.“Makan di hotel saja, ya. Nanti kamu masih ada acara, jadi nggak usah bolak-balik jauh-jauh pulang ke rumah,” kata Olivia.“Terserah kamu.”Olivia tertawa pelan. Meskipun tidak ada kehebohan dalam hubungannya dengan Stefan, pria itu semakin lama semakin menghormatinya, mengutamakan pendapatnya. Mereka berdua pun menjalani kehidupan yang sederhana, memuaskan dan manis.Stefan selalu berkata kalau ada kehidupan selanjutnya, dia tetap ingin bersama Olivia. Sekarang Olivia juga serakah. Dia juga ingin menikah lagi dengan Stefan di kehidupan selanjutnya.***Rumah keluarga Lumanto.Yanti meletakkan ponselnya. Raut wajahnya terlihat sangat muram. Darius duduk di seberangnya. Meskipun pria itu sedang memegang koran di tangannya, pria itu terus memperhatikan ekspresi istrinya. Dia juga mendengar percakapan istri dan putra bungsunya di telepon.“Ada apa lagi? Mukam
“Aku juga nggak setuju, tapi aku bisa apa? Itu keputusan Daniel, anak itu dari dulu nggak pernah mau dengar nasihat kita,” kata Darius.“Menurutmu, kalau aku bicara dengan Odelina, dia bakal bilang sama Olivia, nggak?” tanya Yanti tiba-tiba.“Untuk apa kamu cari Odelina? Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau Odelina sama sekali nggak suka sama Daniel? Masalahnya ada di anakmu.”Yanti terdiam sejenak, lalu berkata, “Aku tahu masalah bukan pada Olivia, tapi Daniel begitu keras kepala dan ngotot. Aku hanya bisa mulai dari Odelina. Aku ingin bujuk dia hentikan sewa toko dan cari tempat lain, pindahkan toko sarapannya ke tempat lain dan menjauh dari Daniel.”“Kalau Daniel ke rumah Stefan, aku suruh Odelina jangan ke rumah Stefan, agar mereka berdua nggak bertemu. Tentu saja, akan lebih baik kalau Odelina bersedia tinggalkan Kota Mambera dan pindah ke tempat yang Daniel nggak tahu. Aku bersedia kasih dia kompensasi dalam jumlah besar, asalkan dia nggak bertemu dengan Daniel.”Yanti sudah l
Darius takut istrinya akan menimbulkan masalah serius. Karena dia tidak berhasil menghentikan istrinya, mau tidak mau dia pun menemani istrinya keluar.Agar bisa terus membujuk sang istri, Darius meminta sopir untuk mengemudikan mobil. Dia dan istrinya duduk di kursi belakang. Sepanjang jalan, dia terus membujuk istrinya.“Kalau Daniel tahu kamu cari Odelina, dia pasti akan bertengkar denganmu dan buat hubungan kalian berdua jadi rusak. Kalau Olivia tahu, Stefan pasti akan tahu juga. Kamu sendiri juga tahu Stefan sangat sayang dan melindungi istrinya. Odelina kakak iparnya Stefan. Kalau kamu paksa Odelina tinggalkan kota Mambera, itu sama saja seperti kamu hancurkan sarang lebah. Tindakanmu akan merusak hubungan baik keluarga Lumanto dan keluarga Adhitama.”Yanti menoleh dan memelototi suaminya, “Aku hanya bicara dengan Odelina, bukannya mau paksa dia tinggalkan Kota Mambera. Kamu ngomel apaan, sih? Bikin kesal saja.”“Keluarga Lumanto berteman baik dengan keluarga Adhitama. Memangnya
Karena jaraknya semakin dekat, Odelina jadi bisa melihat Yenny dengan lebih jelas. Berat badan Yenny turun banyak, kulitnya pun menjadi kusam. Dia memakai pakaian yang longgar. Hanya orang dengan mata tajam baru bisa tahu kalau dia sedang hamil.“Roni, ayo pergi,” kata Yenny pada Roni.Sekarang Yenny tidak suka melihat Roni dekat dengan Russel. Dia takut hubungan mereka juga menjadi terlalu baik, kelak Roni tidak bisa merawat anak mereka dengan sepenuh hati.Tidak apa-apa jika dia melahirkan seorang anak laki-laki. Kalau dia melahirkan anak perempuan, keluarga Pamungkas pasti akan lebih menyayangi Russel.Setelah melahirkan, Yenny akan terus menjalani hukumannya. Dia tidak bisa menemani anaknya tumbuh besar. Jika anaknya terlahir sebagai anak perempuan, keluarga suaminya pasti tidak akan menyukai anaknya. Yenny tidak ada di sisi anaknya, siapa tahu berapa banyak penderitaan yang akan dialami anaknya?Oleh karena itu, anaknya hanya bisa bergantung pada ayah kandungnya. Russel jauh lebih
Yuna menangis sejadi-jadinya di depan nisan adiknya. Namun, tidak peduli seberapa keras tangisnya, dia tidak dapat menghidupkan kembali adiknya. Satu hal yang bisa dia lakukan hanyalah menjadi sosok ibu bagi kedua keponakannya dan memberikan mereka lebih banyak kasih sayang.Yuna dan adiknya mengalami masa kecil yang tragis. Kemudian, keduanya dipisahkan oleh dua alam yang berbeda. Setelah mengetahui penyebab kematian orang tuanya, Yuna sangat membenci Patricia.“Kalau nggak ingin orang tahu apa yang kamu lakukan, lebih baik nggak usah lakukan. Dia akan membayar harga atas semua perbuatannya,” ujar Setya dengan penuh kebencian.“Benar, Om. Dia akan bayar harga atas semua yang telah dia lakukan.”“Aku yang nggak berguna. Aku nggak punya banyak bukti. Hanya ada sedikit. Karena orang-orang yang tahu masalah ini sudah mati semua, jadi sulit untuk memberatkannya dengan bukti yang sedikit ini.” Usai berkata, Setya kembali menyalahkan dirinya sendiri dan menangis.“Aku nggak peduli ada bukti
Tahun lalu, Setya baru saja kembali dari gerbang kematian. Setelah mendengar perkataan Panca, Setya pun berusaha menenangkan dirinya. Dia menganggukkan kepala kepada teman-temannya, lalu berkata kepada yuna, “Non Yuna, aku akan berusaha tetap hidup. Sampai kalian membalaskan dendam orang tuamu, agar Bu Patricia terima hukuman atas perbuatannya. Kalau nggak, aku nggak bisa mati dengan tenang.”“Ini juga salahku. Selama bertahun-tahun, aku nggak bisa membalaskan dendam orang tuamu. Aku juga nggak bisa temukan keberadaan kamu dan adikmu.”Kalau saja Setya menemukan Yuna dan Reni lebih awal, Reni tidak akan meninggal secepat ini. Setya gagal melindungi kepala keluarga Gatara sebelumnya, juga gagal melindungi kedua putri kepala keluarga Gatara sebelumnya. Setya merasa sangat bersalah.Setya yang telah menjalani pelatihan khusus menjadi asisten terpercaya kepala keluarga Gatara. Dia telah melakukan banyak hal untuk kepala keluarga Gatara. Namun pada akhirnya, dia gagal melaksanakan dua hal t
Yuna memanggil pria itu Setya, adik Yuna juga ikut memanggilnya dengan nama itu. Setiap kali Yuna dan adiknya memanggil Setya, pria itu selalu menjawab sambil tersenyum.Dalam ingatan Yuna yang samar-samar, orang tuanya dan Setya sangat sibuk. Namun, kesehatan ibunya kurang baik, jadi ibunya sering meminta bibinya yang tidak lain adalah Patricia untuk melakukan sesuatu.Sekarang kalau dipikir-pikir, justru karena ibunya Yuna sakit. Jadi ibunya Yuna mau tidak mau sering minta Patricia mengurus perusahaan dan urusan keluarga, sehingga timbul keinginan di dalam hati Patricia untuk merebut kekuasaan.Patricia pasti merasa dia telah berbuat banyak, tapi semua orang tetap berpihak pada ibu Yuna. Oleh karena itu, Patricia ingin mengambil alih. Karena dia mengira hanya dengan menjadi kepala keluarga, semua orang akan sepenuhnya berpihak padanya.“Huh ....”Syuna memanggil Sety, Setya menghela napas sambil menahan air matanya. Keduanya sama-sama tidak memiliki kesan mendalam terhadap satu sama
Stefan tertawa pelan. “Oke, asal kamu nggak berebut dengan tantemu untuk dapat perhatian, sebenarnya kamu akan merasa sangat bahagia. Ada begitu banyak orang yang sayang sama kamu. Cepat gosok gigi dan cuci muka. Habis itu ambil tasmu dan turun untuk sarapan dulu. Nanti om sopir yang antar kamu ke sekolah. Om dan tantemu ada urusan, nggak bisa antar kamu.”Russel memanyunkan bibir lagi. Namun pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia pun pergi mencuci muka dan menggosok gigi dengan tenang. Sedangkan Stefan kembali ke kamarnya untuk membangunkan Olivia. Dia memberitahu Olivia kalau Dokter Panca membawa asisten nenek Olivia ke rumah keluarga Sanjaya.Olivia langsung bangun dan mandi secepatnya. Selesai ganti baju, dia bergegas turun bersama suaminya. Di sisi lain, Aksa juga telah membangunkan orang tuanya. Begitu mengetahui kedatangan para pria tua dan salah satu di antaranya adalah guru Kellin, Yuna langsung keluar dari kamar. Namun, suaminya segera menghentikannya.“Yuna, k
Mereka berdua sedang bertelepon, tapi Stefan malah bilang kalau dia tidak bicara dengan Aksa. Karena Aksa tahu Stefan pasti sedang mengurus Russel, Aksa pun tidak marah.“Oke, kamu bisa bicara sekarang.” Stefan akhirnya bicara dengan Aksa.Kalau bukan karena tahu Olivia masih tidur saat ini, Aksa sungguh tidak ingin menelepon Stefan. Dengar saja nada bicara Stefan, sangat menjengkelkan, bukan? Seolah-olah Aksa akan melapor ke Stefan saja.Aksa pun berkata sambil menahan amarahnya, “Dokter Panca bawa asisten nenekku datang ke sini. Selain mereka berdua, ada beberapa pak tua lainnya. Mereka mungkin para master yang menguasai dunia beberapa puluh tahun yang lalu. Kamu bilang sama Olivia. Kalau kamu bisa datang, kamu temani Olivia datang ke sini sebentar.”“Dokter Panca?” Stefan spontan mengerutkan kening. “Kamu yakin orang itu Dokter Panca?”“Aku nggak yakin. Makanya aku suruh Jonas datang. Jonas pernah bertemu dengannya. Tapi aku rasa mereka nggak akan berbohong. Nggak akan ada yang bera
Panca mewakili Setya menjelaskan alasan sebenarnya mengapa Setya tidak mampu membalaskan dendam kepala keluarga Gatara sebelumnya selama puluhan tahun. Setya terbawa emosi. Air mata mengalir di wajahnya yang penuh kerutan. Dia merasa sangat bersalah kepada kepala keluarga Gatara.Begitu mengalami pergolakan emosi, Setya terbatuk-batuk lagi. Panca bergegas mengeluarkan obat yang selalu dibawanya. Dia mengeluarkan dua butir pil dan menyuruh Setya menelan pil itu.“Kamu yang tenang. Kamu masih belum bertemu dengan Yuna,” kata Panca.Yang lain juga terus menenangkan Setya, memintanya untuk tetap tenang. Setelah minum obat dan air, Setya terlihat sedikit lebih tenang.Aksa juga terlihat sangat tegang, khawatir dengan kondisi pria tua itu. Aksa tidak pernah bertemu Panca, tapi dia tahu kemampuan dokter tua itu. Kellin adalah murid terbaik Panca. Kellin menyembuhkan mata Rosalina. Panca sendiri sudah seperti besan dengan keluarga Junaidi.Sedangkan keluarga Sanjaya juga menjadi besan keluarga
Wajah pria tua itu penuh kerutan. Berdasarkan gambaran berdasarkan ingatan Yuna, hanya mirip sekitar 30 persen. Tidak heran Bram tidak bisa menemukannya.Yuna tidak mengingat orang itu dengan jelas. Meskipun orang yang di gambar tampak nyata, jika sejak awal gambarnya sudah salah, tetap saja tidak ada gunanya. Tidak peduli seberapa bagus keterampilan orang yang menggambarnya. Lantas, apakah pria itu adalah asisten serba bisa neneknya Aksa?“Maaf, Bapak-Bapak sekalian namanya siapa, ya?” tanya Aksa.“Siapa nama kami nggak penting. Sudah puluhan tahun nggak ada yang tanya nama kami. Kami juga hampir nggak ingat lagi nama lengkap kami sendiri.” Orang yang berbicara adalah Dokter Panca.“Pak Aksa, aku adalah seorang dokter tua, sudah praktik sebagai dokter selama puluhan tahun. Orang-orang panggil aku Dokter Panca. Kellin adalah muridku. Pak Aksa mungkin pernah dengar nama muridku.”Dokter Panca yang pertama memperkenalkan diri. Di usia Aksa, dia pasti tidak mengenal Dokter Panca. Dia mung
“Tentu saja,” kata Tiara sambil tersenyum. “Kalau bisa jadi teman dekat istri Bram, itu sama saja dengan jadi teman dekat Bram.”Sebagai menantu keluarga Sanjaya, Tiara tidak perlu mencari muka di depan orang lain, apalagi menjilat. Akan tetapi, dia harus berteman dengan istri Bram. Karena akan ada saatnya mereka membutuhkan keluarga Ardaba.Misalnya sekarang, jika mereka membutuhkan keluarga Ardaba, mereka harus melalui Stefan baru bisa mendapatkan bantuan keluarga Ardaba. Dalam lingkaran pertemanan nyonya-nyonya keluarga kaya, paling hanya satu dua yang benar-benar jadi teman sejati. Kebanyakan dari mereka berteman karena ada tujuan lain. Saling memanfaatkan satu sama lain.“Kamu cepat turun dan lihat mereka penipu atau bukan,” kata Tiara sambil menidurkan anaknya. “Ini anak sebentar lagi juga tidur. Aku juga tidur sebentar lagi. Nggak usah bangunkan aku untuk sarapan. Kamu sarapan dulu baru pergi kerja.”“Oke.”Aksa mendekat, lalu mencium wajah istrinya. Kemudian, dia menyentuh waj
Bayi cepat lapar tapi juga cepat kenyang. Setelah perut kenyang, dia pun berhenti menangis. Aksa menyerahkan si bayi kepada Tiara dengan hati-hati. Kemudian, dia menelepon Bram dan menanyakan apakah Bram mendapat informasi tentang asisten itu.“Kami sudah cari sekian lama, tapi masih belum dapat informasi apa pun. Pak Aksa, aku rasa orang yang kalian cari sudah meninggal,” kata Bram dengan tidak enak hati.Banyak orang tua yang berusia 70 atau 80 tahun. Namun, jarang orang yang bisa hidup sampai usia 90 tahun. Orang tua yang dicari Yuna usianya hampir seratus tahun. Bram menduga orang itu sudah tidak hidup lagi. Selain itu, kejadian itu terjadi puluhan tahun yang lalu. Bram hanya mendapat sedikit informasi.Itu juga menjadi masalah besar bagi mereka untuk mencari orang. Yuna bahkan sudah tidak mengingat siapa nama orang itu. Dia hanya ingat saat dia masih kecil, dia selalu memanggil orang itu paman. Namun, Yuna tidak tahu namanya. Bagaimana Bram bisa mencari orang itu?Keluarga Ardaba