Olivia tertawa, dia tidak merasa adik-adik iparnya mencari perlindungan darinya. Dia hanya merasa mereka sangat menghormatinya sebagai kakak ipar tertua mereka.Olivia juga tahu itu karena Stefan mencintainya. Sarah menyukai Olivia, Olivia pun tidak akan jadi manja karena hal itu.“Calvin dan Rosalina masih sama seperti biasa. Rasanya kemajuan mereka cukup lambat.”Stefan berkata dengan bangga, “Nggak ada yang bisa seperti aku, hanya aku yang langsung selesaikan semuanya dalam sekali jalan.”Olivia spontan menoleh untuk melihatnya, lalu berkata, “Dulu waktu kamu dan aku pergi daftarkan pernikahan kita, wajahmu tuh kaku seperti marmer. Aku sampai takut orang lain akan salah paham kalau aku todong senjata ke kamu dan paksa kamu untuk menikah denganku.”Stefan, “....”Baiklah, Stefan mengaku saat itu dia belum ingin menikah. Dia berharap Olivia membatalkan pernikahan itu. Namun ternyata, Olivia ingin cepat-cepat mendaftarkan pernikahan mereka. Alhasil, mereka pun resmi menikah dengan begi
Sarah pernah bilang, meskipun Amelia dan Stefan dari keluarga sederajat, Amelia tidak cocok menjadi istri kepala keluarga Adhitama.“Makan di hotel saja, ya. Nanti kamu masih ada acara, jadi nggak usah bolak-balik jauh-jauh pulang ke rumah,” kata Olivia.“Terserah kamu.”Olivia tertawa pelan. Meskipun tidak ada kehebohan dalam hubungannya dengan Stefan, pria itu semakin lama semakin menghormatinya, mengutamakan pendapatnya. Mereka berdua pun menjalani kehidupan yang sederhana, memuaskan dan manis.Stefan selalu berkata kalau ada kehidupan selanjutnya, dia tetap ingin bersama Olivia. Sekarang Olivia juga serakah. Dia juga ingin menikah lagi dengan Stefan di kehidupan selanjutnya.***Rumah keluarga Lumanto.Yanti meletakkan ponselnya. Raut wajahnya terlihat sangat muram. Darius duduk di seberangnya. Meskipun pria itu sedang memegang koran di tangannya, pria itu terus memperhatikan ekspresi istrinya. Dia juga mendengar percakapan istri dan putra bungsunya di telepon.“Ada apa lagi? Mukam
“Aku juga nggak setuju, tapi aku bisa apa? Itu keputusan Daniel, anak itu dari dulu nggak pernah mau dengar nasihat kita,” kata Darius.“Menurutmu, kalau aku bicara dengan Odelina, dia bakal bilang sama Olivia, nggak?” tanya Yanti tiba-tiba.“Untuk apa kamu cari Odelina? Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau Odelina sama sekali nggak suka sama Daniel? Masalahnya ada di anakmu.”Yanti terdiam sejenak, lalu berkata, “Aku tahu masalah bukan pada Olivia, tapi Daniel begitu keras kepala dan ngotot. Aku hanya bisa mulai dari Odelina. Aku ingin bujuk dia hentikan sewa toko dan cari tempat lain, pindahkan toko sarapannya ke tempat lain dan menjauh dari Daniel.”“Kalau Daniel ke rumah Stefan, aku suruh Odelina jangan ke rumah Stefan, agar mereka berdua nggak bertemu. Tentu saja, akan lebih baik kalau Odelina bersedia tinggalkan Kota Mambera dan pindah ke tempat yang Daniel nggak tahu. Aku bersedia kasih dia kompensasi dalam jumlah besar, asalkan dia nggak bertemu dengan Daniel.”Yanti sudah l
Darius takut istrinya akan menimbulkan masalah serius. Karena dia tidak berhasil menghentikan istrinya, mau tidak mau dia pun menemani istrinya keluar.Agar bisa terus membujuk sang istri, Darius meminta sopir untuk mengemudikan mobil. Dia dan istrinya duduk di kursi belakang. Sepanjang jalan, dia terus membujuk istrinya.“Kalau Daniel tahu kamu cari Odelina, dia pasti akan bertengkar denganmu dan buat hubungan kalian berdua jadi rusak. Kalau Olivia tahu, Stefan pasti akan tahu juga. Kamu sendiri juga tahu Stefan sangat sayang dan melindungi istrinya. Odelina kakak iparnya Stefan. Kalau kamu paksa Odelina tinggalkan kota Mambera, itu sama saja seperti kamu hancurkan sarang lebah. Tindakanmu akan merusak hubungan baik keluarga Lumanto dan keluarga Adhitama.”Yanti menoleh dan memelototi suaminya, “Aku hanya bicara dengan Odelina, bukannya mau paksa dia tinggalkan Kota Mambera. Kamu ngomel apaan, sih? Bikin kesal saja.”“Keluarga Lumanto berteman baik dengan keluarga Adhitama. Memangnya
Karena jaraknya semakin dekat, Odelina jadi bisa melihat Yenny dengan lebih jelas. Berat badan Yenny turun banyak, kulitnya pun menjadi kusam. Dia memakai pakaian yang longgar. Hanya orang dengan mata tajam baru bisa tahu kalau dia sedang hamil.“Roni, ayo pergi,” kata Yenny pada Roni.Sekarang Yenny tidak suka melihat Roni dekat dengan Russel. Dia takut hubungan mereka juga menjadi terlalu baik, kelak Roni tidak bisa merawat anak mereka dengan sepenuh hati.Tidak apa-apa jika dia melahirkan seorang anak laki-laki. Kalau dia melahirkan anak perempuan, keluarga Pamungkas pasti akan lebih menyayangi Russel.Setelah melahirkan, Yenny akan terus menjalani hukumannya. Dia tidak bisa menemani anaknya tumbuh besar. Jika anaknya terlahir sebagai anak perempuan, keluarga suaminya pasti tidak akan menyukai anaknya. Yenny tidak ada di sisi anaknya, siapa tahu berapa banyak penderitaan yang akan dialami anaknya?Oleh karena itu, anaknya hanya bisa bergantung pada ayah kandungnya. Russel jauh lebih
"Om Daniel."Sikap Russel terhadap Daniel sama seperti sikapnya terhadap Roni, ayah kandungnya.Ketika melihat kedatangan Daniel, Russel segera melepaskan tangan Odelina dan berlari ke arah Daniel.Wajah Roni tampak semakin suram.Orang tua dan kakaknya sering sekali mengingatkan Roni bahwa saat ini ada orang yang sedang mengejar cinta Odelina. Jika dia tidak segera bercerai dengan Yenny dan mengejar kembali Odelina, maka ayah Russel akan bisa menjadi orang lain.Sedangkan Daniel, adalah orang yang paling mungkin menjadi ayah baru Russel.Roni tahu sekali bahwa Odelina tidak akan mau kembali padanya. Roni sendiri pun masih memiliki sedikit perasaan serta rasa bersalah terhadap Yenny.Ketidaksetiaan Roni pada suatu perasaan dan pernikahan telah menyakiti dua orang wanita.Odelina sudah bercerai dengan Roni dan sekarang sudah menjalani hidup baru yang lebih baik.Roni benar-benar tidak ingin menyakiti Yenny lagi. Terlebih, dia tidak ingin bercerai saat Yenny sedang di penjara. Karena jik
Roni, entah kenapa, melangkah terburu-buru sambil memanggil nama anaknya berjalan mendekat. "Russel, Papa yang temani kamu main, ya." Roni dengan cepat mengejar langkah Daniel, menghadang di depannya. Dia mengulurkan tangan hendak mengambil Russel. Russel adalah anak Roni! Anak dari keluarga Pamungkas! Tidak ada hubungan sama sekali dengan orang dari keluarga Lumanto!Tidak perlu Daniel menemani anaknya bermain. Russel punya Roni, ayah kandungnya!"Russel, Papa temani kamu main, oke?" Roni bertanya pada Russel, tapi matanya tetap tertuju pada Daniel, sengaja menekankan kata 'Papa'. Dia lah ayah Russel! Daniel ingin menjadi ayah Russel? Mimpi!Roni tidak bisa menghalangi Daniel mengejar mantan istrinya, karena dia dan Yenny juga belum bercerai, dan Yenny sedang mengandung anaknya. Roni tidak mungkin menceraikan Yenny pada saat seperti ini. Jika Odelina ingin menikah lagi, itu adalah hak Odelina. Selain merasa sangat tidak senang, Roni memang tidak bisa berbuat banyak.Namun, anakny
Odelina memperhatikan dengan dingin. Yenny hanya berpura-pura. Memangnya Roni tidak melihat itu? Ah, mungkin memang Roni lebih peduli pada Yenny dan anak di dalam kandungannya saja. Tak lama kemudian, Roni mengendarai mobilnya, membawa Yenny pergi. Mereka bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal pada Odelina dan Russel. Meski sebenarnya, Odelina dan Daniel memang berharap Roni segera pergi sedari tadi. Namun demikian, Russel terlihat sangat kecewa. Dipikiran Russel, ayahnya tadi berkata akan bermain bersamanya. Entah mengapa, begitu Tante Yenny mengeluh tidak enak badan, ayahnya langsung meninggalkannya begitu saja dan pergi bersama Tante Yenny."Mama," kata Russel sambil mendekati Odelina dan mengulurkan tangannya tanda minta digendong. Odelina mengangkatnya dan melihat raut kecewa di wajah Russel. Setelah diam sejenak, Odelina membantu Roni menjelaskan kepada Russel, “Russel, Tante Yenny lagi nggak enak badan, papamu khawatir dan ingin membawa dia ke rumah sakit untuk diperik
“Duduk dulu di sana, kita bicarakan pelan-pelan,” kata Nenek Sarah seraya menunjuk ke sebuah gazebo yang terletak tidak jauh dari mereka.”Rosalina dengan lembut menanggapi ajakan itu dan menuntun Sarah menuju ke gazebo yang dimaksud. Setelah mereka sampai di sana dan duduk, Sarah memegang tangan Rosalina dan berkata kepadanya, “Rosalina, tekanan menjadi menantu di keluarga Adhitama pasti berat, ya. Nggak peduli apa pun yang kalian lakukan, pasti akan selalu ada mata yang terus mengawasi setiap pergerakan kalian kalaupun kalian melakukannya dengan baik, nggak banyak orang yang kasih pujian ke kalian, dan kalau mereka merasa kalian kurang baik, pasti banyak yang menghujat. Kalau privasi kalian nggak terjaga dengan baik, pasti akan dengan mudah tersebar ke luar dan menimbulkan rumor yang jadi hiburan untuk orang lain. Ini akan bikin kalian sangat frustrasi dan kerepotan.”Namun ketika mendengar itu, Rosalina hanya mengatupkan bibirnya dan menjawab, “Nek, aku baik-baik saja, kok. Awalnya
Sarah hanya ingin mencari topik pembicaraan dengan cucu menantunya itu, makanya dia pura-pura tertarik.“Aku rasa mereka orang yang sama. Mereka sampai cari satu pengganti untuk menyamar jadi Giselle. Habis itu, Lisa juga muncul di depanku. Dia ingin buat aku nggak curiga. Target mereka sepertinya Olivia. Tapi karena aku paling kenal Giselle, jadi mereka mau nggak mau harus libatkan aku juga.”Hanya dengan membuat Rosalina tidak curiga, Olivia baru akan berhenti curiga. Karena Rosalina kakaknya Giselle.“Aku hanya ingin beritahu Olivia, biar bisa analisis bersama. Rasanya mereka sedang main catur besar di belakang. Nggak perlu terburu-buru. Mereka nggak buru-buru, kita juga nggak buru-buru. Makanya aku pagi ini baru datang ke sini, tapi ternyata Olivia sudah pergi.”Rosalina merasa iri pada Olivia. “Aku juga ingin libur, bawa anak-anak pergi main. Tapi sayangnya aku nggak punya keponakan.”Rosalina memiliki adik perempuan, tapi Giselle juga belum menikah. Jadi dia belum memiliki kepona
“Iya, Mama sudah tua, nggak usah keliaran ke mana-mana dan buat anak-anak khawatir,” kata Dewi.Sarah sengaja melotot ke arah menantunya. “Kenapa kamu ikut-ikutan juga? Aku nggak keliaran. Sekarang aku diam saja di rumah, kan? Aku nggak ikut Oliv pergi gendong Audrey.”Dewi langsung mengungkap kebohongan ibu mertuanya. “Bukannya karena Mama selalu mau culik anak orang setiap kali pergi ke sana jadi sekarang mereka nggak mau terima kunjungan Mama?”Wajah Sarah memerah. Rosalina spontan tertawa cekikikan.“Rosalina, temani Nenek jalan-jalan. Suasana hati Nenek jadi nggak bagus karena tantemu. Dia nggak kasih aku cucu perempuan. Aku suka cucu orang lain, dia malah salahkan aku.”“Mama juga nggak punya anak perempuan, masih saja mau salahkan aku. Memangnya kami yang nggak mau punya anak perempuan? Ada masalah dengan feng shui keluarga Adhitama. Aku curiga rumah dan makam leluhur kita ada di tanah milik seorang biksu,” kata Dewi sambil menutup mulut untuk menahan tawa.Keluarga Adhitama han
Sarah pun tidak marah. Dia justru berkata, “Sekarang transportasi sudah mudah. Ada pesawat terbang, kereta cepat, mau ke mana-mana gampang. Pagi di Kota Mambera, siang sudah di luar negeri. Takut apa jauh? Yang penting orangnya baik, cocok untuk anak-anak. Kalian harusnya senang, malah bilang orang yang aku pilihkan kejauhan. Kalau suruh kalian yang urus, rambut kalian pasti akan semakin cepat beruban. Mana bisa santai seperti sekarang.”Sarah menyentuh rambut putihnya dan berkata lagi, “Rambutku putih semua karena mengkhawatirkan pernikahan mereka.”Dewi melihat rambut putih ibu mertuanya dan bercanda, “Mama bisa saja cat rambut Mama jadi hitam. Mama rawat diri dengan baik, kelihatan seperti baru usia awal enam puluhan. Kalau rambut Mama dicat hitam, pasti kelihatan lebih muda.”“Nggak mau. Harus berani hadapi kenyataan kalau aku sudah tua.”Orang yang datang adalah Rosalina. Baru saja masuk ke ruangan, dia mendengar percakapan santai antara ibu mertua dan menantunya.“Nenek, Tante.”
Setelah Olivia dan yang lainnya pergi, Dewi baru menelepon Yuna. Yuna pun segera mengangkat telepon.“Oliv sudah berangkat?” tanya Yuna.“Baru saja berangkat. Aku lihat dia dan Russel naik ke helikopter, sampai helikopternya terbang jauh, aku baru berani telepon kamu. Dia nggak akan bisa dengar percakapan kita, kecuali dia punya pendengaran super.”“Oke, terima kasih sudah kasih kabar.”“Sama saudara sendiri nggak perlu sungkan-sungkan. Toh, tujuan kita sama,” kata Dewi.“Kamu juga sungkan sama aku. Setelah semuanya selesai, ayo kita makan bareng. Aku yang traktir.”Keduanya adalah perempuan paling terhormat di Kota Mambera, tapi mereka tidak pernah makan bersama di luar. Karena Olivia menjadi menantu keluarga Adhitama, keduanya baru menjadi sadara. Namun, keduanya belum pernah membuat janji makan bersama.Mereka juga tidak sedekat Dewi dengan ibunya Bram dan ibunya Daniel. Namun, keluarga Ardaba dan keluarga Lumanto memang sangat dekat dengan keluarga Adhitama. Wajar saja Dewi dekat d
“Aku dan Tante akan pulang sebelum Tahun Baru. Om Stefan bilang habis dari luar kota, dia akan pergi ke sana jemput aku dan Tante.”Dewi tersenyum. “Kalau begitu kita nggak akan bisa bertemu selama belasan hari.”Dewi menarik Russel ke dekatnya lagi dan memeluknya sebentar. Kemudian, dia mencium pipi Russel dan berkata, “Selamat bersenang-senang di sana. Nanti ceritkan pada Nenek kamu dan Liam main apa saja, pergi ke mana, makan apa, terus bawa oleh-oleh dari sana buat kami.”Seandainya bukan karena khawatir Olivia akan mengetahui bahwa semua orang menyembunyikan situasi di Kota Cianter darinya, Dewi pasti tidak akan membiarkan Russel pergi ke Vila Ferda secepat ini.Di hari biasa, Russel harus masuk sekolah. Akhir pekan belum tentu anak itu datang. Hanya sesekali, itu pun untuk satu atau dua hari saja. Semua orang merindukan anak itu. Sekarang Russel sedang libur panjang, tapi dia malah merengek ingin pergi bertemu teman sepermainannya.“Oliv, karena kalian pergi main, bersenang-senan
“Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t
Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u
“Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi