Setelah terdiam sejenak, Jonas berkata, “Orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk kita. Hanya saja, kita belum tentu setuju dengan tindakan mereka, justru mudah buat kita merasa kalau mereka sedang mempersulit kita.”“Benar, orang tuamu juga begitu?” tanya Amelia.“Setelah aku dewasa, papa mamaku nggak pernah ikut campur urusanku lagi. Nggak, lebih tepatnya mereka nggak pernah atur-atur aku, kakakku yang atur aku. Orang tua kami nggak ikut campur dalam urusan anak-anaknya. Kecuali seperti aku yang sudah di usia segini tapi masih belum menikah, barulah mereka desak untuk segera menikah.”Amelia tertawa pelan, “Yah, dengar-dengar keluarga kalian cukup berpikiran terbuka, sama seperti keluarga Adhitama. Pantas saja kalian bisa jadi orang terkaya. Karena keluarga kalian punya sifat yang sama, keluarga harmonis maka semua hal jadi lancar.”“Amelia, apakah Tante suruh kamu untuk nggak bergaul denganku?”Amelia pun menjawab dengan jujur, “Iya, mamaku merasa kamu terlalu jauh, dia ngg
Selepas makan, Olivia kembali ke kamarnya untuk mandi. Setelah itu, dia pergi ke kamar tamu tempat kakaknya berada. Odelina baru saja menggendong putranya keluar dari kamar mandi.“Russel sudah selesai mandi,” kata Olivia.“Tadi siang main terlalu lama, sekarang sudah mengantuk. Jadi aku cepat-cepat mandikan dia. Belum selesai mandi malah sudah ketiduran.”Odelina membaringkan putranya di tempat tidur. Russel sudah tertidur pulas. Olivia tersenyum sambil mencubit pelan wajah keponakannya itu. Russel benar-benar tertidur lelap. Meskipun tantenya mencubit wajahnya, dia tetap tidak bangun.“Hari ini dia sudah main sampai lupa waktu, Sandy juga. Tapi nggak apa-apa, di sekolah dia juga banyak tekanan. Meskipun baru kelas satu SMA, kakak-kakaknya semua pandai belajar. Kalau dia nggak berusaha, dia akan tertinggal. Kakak-kakaknya nggak akan biarkan dia tertinggal. Bermain bisa menghilangkan stres.”Olivia sangat menyayangi adik ipar bungsunya itu. Apalagi Sandy juga memiliki mulut yang manis.
“Aku mengerti,” kata Daniel dengan wajah sangat kecewa.Pria itu hanya merasa kecewa selama dua menit. Dia segera mendapatkan kembali semangat juangnya. Dia bahkan belum memulai. Kalau dia telah kehilangan semangat juangnya, lebih baik dia menyerah saja.“Sudah malam, kamu pulang saja dulu.” Sarah mengusir secara halus.Daniel tersenyum dan berkata, “Nenek sudah usir aku, padahal aku masih ingin minum dengan Stefan.”“Malam ini aku nggak minum.” Stefan menolak secara langsung.Daniel terkekeh, “Aku dengar Pak Stefan sekarang kalau ke perjamuan sudah jarang minum, katanya istrimu nggak suka kamu minum, kamu pun nggak minum. Nggak merokok, nggak minum, nggak berjudi, nggak main dengan perempuan lain. Tuan Muda Adhitama benar-benar jadi suami teladan.”Sarah dan Stefan serempak berkata pada Daniel, “Kamu juga harus belajar.”Daniel, “....”Pada akhirnya, Daniel meninggalkan Vila Permai. Setelah pria itu pergi, Stefan mengobrol lagi dengan neneknya. Hubungan keduanya sangat baik, mereka pu
Tidak sampai dua menit, Stefan mengambil kendali. Dia pun membawa istrinya kembali ke tempat tidur dan meminta lebih banyak. Sepanjang malam tidak ada lagi yang bicara.Keesokan harinya, sesuai dengan tradisi, Junia kembali ke rumah keluarganya di hari ketiga pernikahannya.Olivia dan kakaknya pergi ke rumah keluarga Santoso untuk makan bersama. Tentu saja, Stefan menemani istrinya.Setelah Junia kembali ke rumah, besoknya dia dan Reiki pergi berbulan madu. Liburan yang singkat juga telah berakhir.Yang bekerja tetap bekerja, yang bersekolah tetap bersekolah, dan yang buka toko tetap buka toko. Semua aktivitas kembali seperti biasa.Selain jaga toko, Olivia juga menyempatkan diri untuk kembali ke kampung halamannya bersama Amelia untuk mengecek perkembangan kebun sayur. Kebun sayur sudah ditanami sayur musiman sesuai dengan rencana Olivia.Sambil melihat tanaman hijau yang subur, Amelia berkata pada Olivia, “Pengurus bilang seminggu lagi, sayuran ini sudah siap dikirim.”Olivia menatap
Arif tertawa dalam hati. Sekarang Stefan benar-benar menjadi budak istri sepenuhnya.Olivia yang berada di ujung telepon lainnya tersenyum, “Sebentar lagi aku pulang. Kamu sudah di rumah?”“Hmm, aku baru sampai di rumah. Kamu lagi di mana? Aku pergi jemput kamu.”“Nggak usah, kamu sudah sampai di rumah, nggak perlu datang jemput aku lagi. Aku akan pulang pakai mobil sendiri. Beda kalau kamu belum sampai di rumah, bisa jemput aku sekalian. Sayang, tunggu aku di rumah. Sepuluh menit lagi aku pulang.”“Oke, kalau begitu kamu hati-hati. Jangan kemudikan mobil seperti pesawat.”Olivia tertawa dan berkata, “Aku nggak bisa kemudikan pesawat.”Kadang-kadang ketika Olivia pulang larut malam, jalan sudah sepi, dia baru sedikit mengebut di jalan. Akan tetapi, dua pengawal yang mengikuti dan melindunginya akan segera membujuknya untuk menurunkan kecepatan.Hanya saja, setelah Stefan mengetahui hal itu, Stefan tetap akan menegurnya, lalu pergi mengadu pada Odelina dan agar Olivia dimarahi kakaknya.
“Sayang, aku pulang.”Olivia masuk ke dalam rumah dengan membawa makanan ringan yang dibelinya sambil memanggil suaminya.Stefan berdiri dan menghadapnya. Dia pun melihat Olivia membawa sebuah kantong. Di dalam kantong ada beberapa kotak bekal sekali pakai.“Katanya nggak mau makan, tapi masih beli makanan. Kamu merasa masakan suamimu nggak enak, jadi nggak mau makan masakanku?”Suami tukang mengeluh itu merasa tidak adil. Dia bisa membesar-besarkan hal sekecil apa pun tanpa batas, sampai pada titik di mana Olivia tidak menyukainya.“Nggak, kok. Keterampilan memasak suamiku sudah jauh melebihi aku. Waktu aku lewat pasar malam, aku teringat beberapa jajanan yang dulu sering aku makan. Akhirnya aku berhenti dan beli untuk bawa pulang.”Stefan tidak bisa membuat jajanan itu. Dia bisa memakan sarapan yang biasa disantap orang biasa karena dia pura-pura miskin. Olivia tidak tahu soal itu, jadi Olivia sering membeli sarapan di luar untuk Stefan. Karena tidak ingin ketahuan, mau tidak mau Ste
“Suamiku, aku mencintaimu.”Olivia mengucapkan kata-kata cinta favorit Stefan lagi.“Mulai sekarang, aku akan kasih kamu bunga setiap hari, oke?”Memberikan bunga adalah hal yang mudah. Olivia bisa minta Rosalina menyiapkan buket bunga untuknya setiap hari, nanti Olivia tinggal memberikannya kepada Stefan.“Di kantorku hanya ada satu vas bunga. Kasih dua hari sekali juga boleh,” kata Stefan yang akhirnya ekspresi wajahnya mulai melembut.“Bagaimana kalau aku taruh beberapa vas lagi di kantormu?” tanya Olivia.“Nggak mau, nanti orang-orang anggap aku seperti vas.”Olivia tertawa, “Kamu pria, siapa juga yang akan anggap kamu seperti vas. Kalau begitu aku nggak kasih vas lagi, deh. Aku akan kasih kamu bunga dua hari sekali. Besok sudah hari Jumat. Sabtu nggak kerja, jalan-jalan mau, nggak? Aku belikan baju baru untukmu.”Di lemari pakaian Stefan penuh dengan baju. Selang beberapa waktu sekali, desainer akan mengukur badan dan membuatkan baju baru untuknya.Akan tetapi, Stefan tetap suka m
“Harus istirahat yang cukup. Ingat, kesehatan itu paling penting.” Odelina menasihati adiknya.“Kak, aku baik-baik saja.”Olivia kurang tidur gara-gara suaminya yang tukang mengeluh itu. Olivia tidak bisa membicarakan hal tentang kehidupan suami istri dengan kakaknya.“Kak, Yenny sudah keluar, ya?” tanya Olivia tiba-tiba.Odelina terdiam sejenak, lalu menjawab, “Dia hamil.”“Dia baru hamil ketika ditangkap. Setelah masuk penjara, karena suasana hatinya sedang buruk, dia juga nggak menyadari kalau dirinya sedang hamil. Sekarang sudah tiga bulan. Roni bantu dia urus pembebasan dengan pengawasan.”Akan tetapi, setelah Yenny melahirkan anaknya, dia tetap harus menjalankan hukumannya.“Anaknya datang tepat pada waktunya,” kata Olivia.Roni juga masih memiliki perasaan terhadap Yenny. Meskipun sudah ditekan oleh orang tua dan kakaknya untuk menceraikan Yenny, Roni tetap saja menolak untuk bercerai. Roni bahkan ingin meminta Odelina membuat surat yang menyatakan Odelina telah memaafkan Yenny
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or
Daniel terdiam sejenak. Setelah membuka pembicaraan, Erik melanjutkan, “Selain itu, kita semua tahu alasan sebenarnya Odelina pergi ke Cianter. Sekarang sudah pasti bahwa mereka adalah keturunan keluarga Gatara. Kalau benar dia mengikuti rencana bibinya untuk menjatuhkan kepala keluarga saat ini dan menggantikannya, maka dia akan menjadi kepala keluarga Gatara.” “Kalau begitu, kamu harus bersiap masuk ke keluarga Gatara. Hal ini juga perlu kamu pertimbangkan. Kakak tahu kamu rela melakukannya demi Odelina, tapi Papa dan Mama mungkin nggak akan mudah menerima hal ini.” Daniel menjawab, “Kak, aku sudah memikirkannya. Aku nggak peduli selama aku bisa bersama Odelina. Bagaimanapun keadaannya, aku terima. Mengenai Papa dan mama, mungkin awalnya mereka akan menolak, tapi aku akan perlahan-lahan membujuk mereka sampai mereka bisa memahami dan menerima.” Erik terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau kamu sudah memikirkan semuanya, Kakak nggak ada lagi yang perlu dikatakan.” “Meski begitu,
Daniel membayangkan pernikahannya dengan Odelina membuat matanya bersinar penuh harapan. Erik tersenyum dan berkata, “Tentu saja, pernikahan kamu nggak boleh kalah dengan dua sahabatmu itu.” “Nggak perlu tunggu sampai pulang ke rumah malam ini untuk bilang sama Papa dan Mama. Bilang sama mereka saja di grup keluarga.” “Oke,” jawab Daniel. “Odelina di Cianter baik-baik saja, 'kan? Kalau dia butuh bantuan, suruh dia jangan ragu untuk mengatakannya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa membantunya kalau dia butuh.” Sejak Daniel mengalami kecelakaan dan Odelina datang merawatnya, keluarga Lumanto mulai menganggap Odelina sebagai menantu mereka. Jika Odelina membutuhkan bantuan di sana, keluarga Lumanto tidak akan tinggal diam. “Untuk saat ini, dia belum butuh bantuan. Bahkan kalau ada masalah, dia pasti akan cari cara untuk selesaikan sendiri,” kata Daniel sambil bersandar di kursi.“Melihat dia perlahan-lahan jadi lebih kuat dan terus berkembang, rasanya sangat berbeda. Setelah
"Apa yang barusan membuatmu tertawa?" tanya Erik lagi.Daniel dengan jujur menjawab, "Baru saja telepon Odelina. Aku memikirkan bahwa kami akan segera menikah, jadi aku nggak bisa menahan senyum." "Kamu sudah melamarnya?" tanya Erik."Sudah, tapi dulu saat aku melamar, dia nggak menerimanya. Kak, aku nggak tidak akan membiarkannya merasa direndahkan.""Aku akan melamarnya lagi nanti saat dia kembali ke Mambera. Aku akan mengatur semuanya di luar, mendekorasi tempat lamaran dengan baik, dan aku mau melamarnya di depan umum. Aku ingin menunjukkan ke Roni dan keluarganya bahwa melepaskan Odelina adalah kerugian terbesar mereka." "Roni memang nggak pantas untuk Odelina." Daniel memendam tekad untuk membuat keluarganya Roni menyesal. Erik tertawa dan berkata, "Mereka sudah lama menyesal, tapi penyesalan itu nggak ada gunanya sekarang." "Benar, setelah mengalami satu pernikahan yang gagal, dia pasti ada trauma. Kalau bukan karena ketulusanmu, keteguhan hatimu, dan fakta bahwa dia melihat
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk