“Memangnya tempat parkir ini kamu yang punya?” balas Olivia.“Ini tokonya Rosalina. Aku adiknya, jadi tempat ini otomatis jadi punyaku,” sahut Giselle tidak mau kalah.“Kamu masih ngaku-ngaku Rosalina sebagai kakak kamu? Masih ingat apa yang kamu perbuat ke dia waktu di pestanya keluarga Darmawan?”Giselle selalu dimanja oleh kedua orang tuanya dan suka menindas Rosalina demi kesenangannya sendiri. Tanpa ada rasa salah, Giselle dengan lantangnya berkata, “Si buta itu memang pantasnya dikerjain!”Olivia jadi kesal dan ingin sekali memberi pelajaran kepada Giselle. Betapa malangnya Rosalina punya adik seperti dia. Sinta juga salah telah gagal mendidik Giselle dengan baik.Rosalina buta bukan sejak lahir, melainkan karena penyakit yang dia derita sewaktu berusia 16 tahun. Sinta begitu tega menelantarkan Rosalina begitu saja, dan Johan juga sibuk sehingga jarang berada di rumah. Penyakit yang Rosalina derita nyaris saja merenggut nyawanya. Untung ada tantenya yang datang berkunjung. Meliha
“Giselle!”Rosalina dapat mendengar suara keributan dari dalam tokonya, maka dia pun berjalan keluar dipandu oleh tongkatnya. Penampilan Rosalina masih sama seperti terakhir kali Olivia melihatnya. Dia memakai kacamata hitam sehingga Olivia tidak bisa melihat matanya. Raut wajah Rosalina juga masih terlihat tenang seperti malam itu.“Lagi ributin apa kalian?”Rosalina cukup mengenali tata letak tokonya sendiri. Hanya dengan mendengar asal suara, dia bisa memastikan di mana lokasi sumber suara tersebut. Dia pun dengan santainya berjalan ke depan Olivia dan berkata dengan lembut, “Kamu istrinya Stefan, ya?”“Apa-apaan? Dia itu cuma anak kampung. Hey, buta, nggak usah ninggi-ninggiin dia. Tunggu saja, anak kampung ini sebentar lagi bakal diusir dari keluarga Adhitama. Aku nggak percaya Stefan suka sama cewek kampungan,” cibir Giselle.Giselle paling tidak suka ada orang yang memanggil Olivia sebagai istrinya Stefan. Walaupun Giselle tidak berani berharap bisa bersama dengan Stefan karena
Giselle memang masih muda, tapi dia bukan tidak tahu apa-apa.Dia ingat bahwa ketika dia ingin membunuh Rosalina di pesta yang diadakan keluarga Darmawan, rencananya itu digagalkan oleh Olivia. Waktu itu, tubuhnya ditahan oleh Olivia, dan Amelia memaksanya untuk meminum segelas alkohol yang sudah ditambahi obat itu. Setelah efek obat itu bekerja, dia jadi ingin membuka bajunya di rumah keluarga Darmawan.Ibunya cepat-cepat membawanya pulang ke rumah, lalu menyuruhnya berendam di dalam air es sepanjang malam. Dia baru sadar kembali setelah efek obat itu habis, tapi dia juga langsung demam tinggi karena berendam di air es semalaman.Orang tuanya sangat tertekan melihat keadaannya.Namun, orang tuanya tidak pernah menuntut keadilan atas apa yang terjadi.Itu karena ada tuan muda keluarga Adhitama yang mendukung wanita itu dari belakang.Orang tuanya menjelaskan padanya, meskipun bisnis keluarga Siahaan bukan di Mambera, mereka tidak boleh mencari masalah dengan tuan muda keluarga Adhitama
Rosalina tersenyum dan berkata, “Kalau Bu Olivia percaya padaku, aku akan membantu membuatkan buketnya.”Dia meletakkan tongkatnya dan mulai membantu Olivia membuat karangan bunga.Olivia melihat Rosalina sangat mahir dalam membuatnya, jadi dia tidak bisa menahan diri dan bertanya, “Bu Rosalina, apa Ibu hapal posisi setiap bunga?”Rosalina berkata sambil menyusun bunga, “Aku nggak bisa melihat, jadi hanya bisa mengandalkan ingatan. Aku ada mempekerjakan karyawan di toko, jadi setiap kali ada barang yang datang, mereka akan meletakkan setiap jenis bunga di tempatnya, lalu memberi tahu aku di mana letak-letaknya.”“Aku juga telah membuka toko bunga ini selama bertahun-tahun. Aku mengandalkan ingatan dan sudah lama mengingatnya di luar kepala. Jadi, nggak akan salah.”Olivia mengamati mata Rosalina dan bertanya dengan ragu, “Bu Rosalina, apa matamu bisa disembuhkan?”Rosalina tersenyum dengan agak sedih dan berkata, “Aku kehilangan penglihatanku karena pernah sakit parah dulu. Waktu itu,
Olivia menyelipkan uang 400 ribu ke tangan Rosalina dengan paksa. Rosalina menyentuh uang itu dan merasakan ada empat lembar, jadi dia mengambil dua lembar dan mengembalikannya pada Olivia, lalu berkata, “Kalau Bu Olivia bersikeras, aku akan mengambil setengahnya.”Olivia tahu mereka berdua masih belum dekat dan tidak bisa dibilang berteman, jadi dia tidak memaksakannya lagi. Dia mengambil dua lembar uang 100 ribu itu, tersenyum dan berkata, “Bu Rosalina, terima kasih. Bunga-bunga karanganmu di sini sangat cantik. Besok-besok kalau aku butuh karangan bunga, aku pasti akan datang ke sini untuk membelinya.”Rosalina tersenyum dan berkata, “Datanglah kapan pun. Besok-besok kalau kamu perlu bunga, telepon saja dulu. Kamu hanya tinggal memberitahuku bunganya mau kamu kasih ke siapa. Aku akan membuat karangannya dan membungkusnya dengan baik. Kamu bisa tinggal datang untuk mengambilnya.”Setelah mengatakan itu, dia berbalik badan, berjalan ke depan meja kasir, berpegangan pada meja dan menge
Calvin berkata, “Aku kan kebetulan lagi berdiskusi dengannya, lalu kebetulan istrinya datang. Kak Olivia juga kakak iparku. Kalau kakak ipar datang membawa makanan, aku sebagai adik ipar nggak perlu makan banyak, tapi cicip kan boleh.”Shelvi tertawa semakin geli dan berkata, “Karena itu, Pak Calvin jadi didorong Pak Stefan keluar.”Beraninya merebut makanan dari Pak Stefan. Untung saja dia adalah adiknya Pak Stefan, jadi keduanya tidak akan benar-benar berselisih karena masalah kecil seperti itu.Calvin mengerutkan bibirnya dan berkata, “Cuma punya istri saja, apa hebatnya? Seolah aku nggak bisa punya istri saja.”“Pak Calvin juga bisa mencari istri, memintanya untuk mengantar makanan setiap hari dan menyiksa kami yang masih jomblo.”Calvin tercekat. Calon istri yang dipilih neneknya buta, mana bisa memasak untuknya? Rasanya dia yang akan memasak untuk wanita itu.“Pak Calvin akhir-akhir ini kelihatan bahagia. Bisa dilihat, cinta itu sangat indah.”Calvin berjalan ke hadapan Shelvi da
Olivia mengambil tas-tas belanja yang cantik itu dan bertanya dengan gembira, “Apa itu?”Stefan duduk kembali di sofa dan berkata sambil tersenyum, “Lihat saja.”Dia membuka tutup kotak makan dan mulai memakan makan malam yang diantar oleh istrinya.Setelah melihat apa yang diberikan Stefan, Olivia tersenyum dan berkata, “Semuanya produk perawatan kulit. Padahal aku masih punya banyak produk perawatan kulit yang diberikan Amelia.”Suaminya ini dari awal memang sudah cemburu, tidak suka dia menggunakan produk perawatan kulit yang diberikan Amelia padanya. Suaminya bilang, dia hanya boleh menggunakan produk perawatan kulit darinya, tetapi dia tidak pernah memberikannya.Olivia mengira Stefan hanya bilang saja, jadi dia terus memakai produk yang diberikan Amelia. Produknya bagus, lebih enak dipakai dibandingkan merek-merek yang pernah dia beli dulu. Memang benar kata orang, ada harga ada barang.“Mulai sekarang, pakai yang aku berikan.”Stefan sebenarnya tidak tahu wanita biasanya menggun
“Mereka datang untuk meminta bantuan kepada kita,” ujar Stefan, seperti seorang peramal.Olivia terkekeh.Stefan sendiri orangnya kaku seperti batang kayu gitu. Kalau adiknya meminta bantuannya, apa yang bisa dia bantu? Takutnya malah memberi cara yang salah, makin bantu makin kacau.“Sayang, kamu nggak percaya padaku.”“Nggak, kok.”Stefan melirik istrinya dan berkata, “Kita lihat saja nanti. Mereka kalau ada masalah pasti akan mencariku untuk meminta bantuan. Kalaupun aku nggak bisa bantu, mereka juga akan curhat padaku.”Olivia percaya dengan “ramalan” Stefan itu, karena dia tahu bagaimana delapan adik Stefan mempercayai kakak tertua mereka itu.“Giselle Siahaan nggak bertengkar denganmu, ‘kan?” Olivia hanya bilang dia bertemu dengan Giselle, dan bilang kalau Ronalina dan saudaranya nggak akur. Dia tidak bilang kalau dia bertengkar dengan Giselle.Seangkuh apa pun Giselle, dia tidak akan bisa menang melawan Olivia.Olivia teringat bahwa Stefan menyuruh pengawalnya untuk melindunginy
“… kan bisa saja apa yang aku minta kalian nggak bisa bantu, makanya aku minta bantuannya ke kakak iparku. Kak Olivia sudah pergi ke Vila Ferda, Kak Rika masih belum resmi masuk keluarga Adhitama dan aku juga nggak begitu dekat sama dia. Cuma Kak Rosalina saja yang bisa kuminta bantuan. Memang nggak boleh aku minta tolong sama dia?”Rosalina adalah kakak iparnya yang paling tua, tetapi keluarga Adhitama ini terdiri dari beberapa anak lelaki dari ayah yang berbeda sehingga Olivia secara tidak langsung hanya ipar tiri statusnya. Hanya Rosalina saja yang bisa dianggap sebagai ipar dari saudara kandung.“Rosalina bahkan nggak kenal dan nggak pernah ketemu sama cewek yang kamu suka. Dia nggak bakal bisa bantu banyak juga, jadi mending kamu nggak usah ganggu dia. Kalau ada apa-apa, bilang ke aku saja. Kalau aku rasa Rosalina bisa bantu, nanti biar aku yang ngomong ke dia.”“Ini bukan soal si Rubah, tapi soal Nana. Kak Rosalina kan kenal sama Nana dan seharusnya mereka juga pernah berinteraks
“Ini mah banyak banget!” keluh Samuel.“Kamu pikir kami semua sesantai kamu? Kamu saja yang bisa santai, aku dan Kak Stefan setiap hari sibuknya bukan main.”“Kata siapa aku santai? Aku juga punya kesibukan sendiri, kok.”“Masa? Aku nggak pernah lihat kamu sibuk.”“.…”Samuel tidak ditempatkan di kantor pusat Adhitama Group, jelas saja para kakak yang lebih tua tidak pernah melihat Samuel sibuk. Ini salah Samuel sendiri yang tadi mengatakan kalau dia sedang senggang. Bukankah akan lebih baik jika dia terus terang saja apa tujuan dari kedatangannya ke sini?“Kak Stefan jauh lebih capek dari aku,” ucap Calvin.Stefan adalah kunci dari Adhitama Group. Meskipun urusan sepele tidak perlu melalui persetujuan Stefan lagi, tetap saja masih ada banyak urusan lain yang harus dia tangani secara langsung. Adhitama Group sangat besar. Setiap ari ada saja pekerjaan yang harus Stefan urus, belum lagi rapat yang tidak pernah ada habisnya dan sesekali harus pergi menjamu klien.Saat masih bertunangan,
Masih berbicara dengan suaminya di telepon, Rosalina berkata, “Kamu kan sibuk, beresin saja dulu sana. Aku mau menemani Nenek jalan-jalan lagi sebentar. Dia tadi habis marah-marah sama Dewi sampai mukanya merah semua.”Sarah, “….”Di telepon Calvin tertawa sangat keras, tetapi dia cukup sadar diri untuk tidak menanyakan apa yang Dewi katakan kepada neneknya, supaya neneknya tidak melampiaskan kekesalannya dengan cara mengumbar aib Calvin yang lain. Setelah pembicaraan di telepon berakhir, Calvin meletakan ponselnya dan menyeruput kopinya. Sebelum dia meletakkan kembali gelasnya di atas meja, dia mendengar suara ketukan pintu.“Masuk,” ujarnya.Lantas pintu ruang kantornya terbuka dimasuki oleh Samuel. Melihat kedatangan adik kecilnya itu, Calvin pun dengan rapi meletakkan gelasnya kembali ke tatakan gelas dan berkata dengan senyum tipis di wajah, “Tuben, ada angin apa kamu datang ke sini?”“Aku merasa sedikit tersinggung Kak Calvin ngomong begitu. Aku ini adik kandungmu, lho.”Samuel d
Terlalu banyak cucu juga bukan hal yang baik.“Nggak, kok. Nenek nggak bilang apa-apa tentang kamu. Jangan selalu berpikiran buruk tentang Nenek, ya,” ujar Rosalina dengan maksud bercanda.Mendengar itu, Nene Sarah dengan sengaja meninggikan suaranya, “Rosalina, aku kasih tahu, nih. Calvin waktu kecil suka ngompol. Waktu umur dia lima tahun saja kadang-kadang masih suka ngompol. Dia selalu ngaku cari kamar mandi di mimpinya. Pas lagi nyari, begitu ketemu langsung pipis.”“Nenek!” sahut Calvin di telepon.Ya, baiklah. Di antara kakak beradik itu, memang Calvin yang paling sering mengompol. Yang lain pada umumnya sudah tidak mengompol lagi di usia mereka sudah bisa berbicara. Begitu mereka ke kamar mandi sebelum tidur, mereka akan tertidur lelap sampai hari mulai terang. Berbeda dengan Calvin,dia justru banyak minum menjelang tidur dan tidak ke kamar mandi. Makanya, dia sering terbangun di tengah malam untuk pipis. Namun bagaimanapun juga, Calvin baru berusia 5-6 tahun dan masih dianggap
Nenek Sarah tersenyum, lalu dia berkata, “Aku nggak peduli apa kata mereka. Toh cucuku ya milikku. Aku yang membesarkan mereka dari kecil, aku dan suamiku yang bersusah payah mendidik mereka dengan sepenuh hati. Aku yang paling tahu seperti apa sifat mereka, dan wanita seperti apa yang cocok dengan mereka. Aku cuma mau cucuku bahagia dan memberikan mereka istri yang pantas. Apa itu salah? Orang-orang bilang Olivia nggak pantas untuk Stefan. Mereka sering kali bertanya memangnya sudah berapa lama Olivia masuk ke keluarga Adhitama? Atau bertanya dengan kemampuan yang Olivia miliki, apa dia pantas untuk Stefan?”Sarah dari dulu memang lebih menyayangi Olivia. Dia melanjutkan, “Aku justru sangat berterima kasih sama Olivia karena dia mau menikah sama Stefan. Dengan sifat Stefan yang temperamental itu, bisa jadi dia nggak akan dapat pasangan seumur hidup. Bahkan para ahli juga pada bilang kalau Stefan dan Olivia itu memang ditakdirkan untuk jadi suami istri seumur hidup. Mereka mendapatkan
Tante Rida pernah berpesan kepada Rosalina. Andaikan Rosalina sungguh mencintai Calvin, maka terimalah cintanya. Jangan sampai Rosalina melewatkan kesempatan ini atau dialah yang akan menyesal nantinya.Setiap anak lelaki yang terlahir di keluarga Adhitama, entah di urutan yang keberapa pun, mereka sama-sama mendapatkan pendidikan yang setara. Cara mereka menyikapi hubungan asmara juga sama, yaitu fokus dengan pasangan masing-masing bahkan sampai ke tahap buta asmara. Mereka tidak akan jatuh cinta dengan mudah, tetapi sekali jatuh cinta, maka itu akan menjadi komitmen seumur hidup.“Aku bisa mengerti. Memang ini sudah risiko menjadi bagian dari keluarga yang dikenal banyak orang,” ujar Sarah, seraya menepuk punggung tangan Rosalina dengan kasih sayang.Rosalina tersenyum dan berkata, “Nek, yang aku bilang itu dulu. Sekarang aku sudah nggak merasa tertekan atau merasa minder lagi. Dulu aku merasa beruntung karena Calvin sudah memilih aku. Sekarang aku merasa aku pasti punya suatu kelebi
“Duduk dulu di sana, kita bicarakan pelan-pelan,” kata Nenek Sarah seraya menunjuk ke sebuah gazebo yang terletak tidak jauh dari mereka.”Rosalina dengan lembut menanggapi ajakan itu dan menuntun Sarah menuju ke gazebo yang dimaksud. Setelah mereka sampai di sana dan duduk, Sarah memegang tangan Rosalina dan berkata kepadanya, “Rosalina, tekanan menjadi menantu di keluarga Adhitama pasti berat, ya. Nggak peduli apa pun yang kalian lakukan, pasti akan selalu ada mata yang terus mengawasi setiap pergerakan kalian kalaupun kalian melakukannya dengan baik, nggak banyak orang yang kasih pujian ke kalian, dan kalau mereka merasa kalian kurang baik, pasti banyak yang menghujat. Kalau privasi kalian nggak terjaga dengan baik, pasti akan dengan mudah tersebar ke luar dan menimbulkan rumor yang jadi hiburan untuk orang lain. Ini akan bikin kalian sangat frustrasi dan kerepotan.”Namun ketika mendengar itu, Rosalina hanya mengatupkan bibirnya dan menjawab, “Nek, aku baik-baik saja, kok. Awalnya
Sarah hanya ingin mencari topik pembicaraan dengan cucu menantunya itu, makanya dia pura-pura tertarik.“Aku rasa mereka orang yang sama. Mereka sampai cari satu pengganti untuk menyamar jadi Giselle. Habis itu, Lisa juga muncul di depanku. Dia ingin buat aku nggak curiga. Target mereka sepertinya Olivia. Tapi karena aku paling kenal Giselle, jadi mereka mau nggak mau harus libatkan aku juga.”Hanya dengan membuat Rosalina tidak curiga, Olivia baru akan berhenti curiga. Karena Rosalina kakaknya Giselle.“Aku hanya ingin beritahu Olivia, biar bisa analisis bersama. Rasanya mereka sedang main catur besar di belakang. Nggak perlu terburu-buru. Mereka nggak buru-buru, kita juga nggak buru-buru. Makanya aku pagi ini baru datang ke sini, tapi ternyata Olivia sudah pergi.”Rosalina merasa iri pada Olivia. “Aku juga ingin libur, bawa anak-anak pergi main. Tapi sayangnya aku nggak punya keponakan.”Rosalina memiliki adik perempuan, tapi Giselle juga belum menikah. Jadi dia belum memiliki kepona
“Iya, Mama sudah tua, nggak usah keliaran ke mana-mana dan buat anak-anak khawatir,” kata Dewi.Sarah sengaja melotot ke arah menantunya. “Kenapa kamu ikut-ikutan juga? Aku nggak keliaran. Sekarang aku diam saja di rumah, kan? Aku nggak ikut Oliv pergi gendong Audrey.”Dewi langsung mengungkap kebohongan ibu mertuanya. “Bukannya karena Mama selalu mau culik anak orang setiap kali pergi ke sana jadi sekarang mereka nggak mau terima kunjungan Mama?”Wajah Sarah memerah. Rosalina spontan tertawa cekikikan.“Rosalina, temani Nenek jalan-jalan. Suasana hati Nenek jadi nggak bagus karena tantemu. Dia nggak kasih aku cucu perempuan. Aku suka cucu orang lain, dia malah salahkan aku.”“Mama juga nggak punya anak perempuan, masih saja mau salahkan aku. Memangnya kami yang nggak mau punya anak perempuan? Ada masalah dengan feng shui keluarga Adhitama. Aku curiga rumah dan makam leluhur kita ada di tanah milik seorang biksu,” kata Dewi sambil menutup mulut untuk menahan tawa.Keluarga Adhitama han