Kanara sukses terperangah saat pertama kali melihat pria yang akan dijodohkan dengannya. Ia mengerjap pelan, berusaha menyadarkan dirinya akan keterpanaan yang tiada ujungnya.
Kanara mendekatkan kepalanya pada Lina. "Mama gak bercanda kan jodohin aku sama dia?" tanya Kanara berbisik.Lina menoleh dengan kerut pelan, "Bercanda gimana? Ini calonnya udah ada di depan kamu lho, Kanara.""Ini terlalu ganteng, Ma. Kanara kayanya gak sanggup," ucap Kanara lebay.Lina mendengkus pelan, berusaha mati-matian menahan tawa agar tak menimbulkan tatapan dari yang lain. "Dibilang juga apa, kamu sih protes terus. Dijamin ini lebih segala-galanya daripada si Randi itu."Kanara menghembuskan napasnya. Ia menjauhkan badannya dari sang ibu, lalu tersenyum manis pada pria berumur tiga puluh tahun yang duduk di depannya.Arayi balas tersenyum. Ia sempat mengangguk sebelum fokus pada apa yang diucapkan sang ayah."Jadi bagaimana, Kanara? Suka tidak dengan anak saya?" tanya Arman yang merupakan ayah dari Arayi.Kanara tersenyum kikuk mendengar pertanyaan itu. Ia menganggukkan kepalanya pelan, "Iya, Om. Suka kok."Arman tersenyum puas, "Baguslah kalau begitu. Berarti kamu gak keberatan kan untuk menikah dengan Arayi?"Sejujurnya Kanara tak menyangka akan diberi pertanyaan semacam itu. Ia memasang ekspresi canggung bercampur kebingungan. "Sebenarnya .... Kanara mau kenal lebih dekat dulu sih, Om," jawabnya sedikit terbata karena perhatian semua orang fokus padanya.Wina—ibu dari Arayi menganggukkan kepalanya mengerti. "Kami juga tidak berniat buru-buru kok, kalian memang harus mengenal dulu, mencocokkan diri, biar pas nikah gak terlalu canggung.""Sebulan, kalian bisa saling mengenal dalam waktu sebulan. Setelah itu, baru tanggal pernikahan diputuskan," ujar Irwan yang merupakan ayah dari Kanara."Apa gak terlalu cepat, Pah? Maksud Kanara, apa cukup saling mengenal selama sebulan?" ujar Kanara sedikit tak setuju.Perhatian Irwan beralih pada Arayi yang memilih diam sejak tadi. "Menurut kamu bagaimana, Arayi?""Menurut saya waktu sebulan lebih dari cukup untuk saling mengenal, toh setelah itu kami juga menikah kan? Kami masih bisa saling mengenal setelah menikah," jawab Arayi yang mendapat senyuman dari Arman dan Irwan."Oke, jadi sebulan kalian saling mengenal dulu. Setelah itu baru kita bicarakan tentang pernikahan," putus Arman."Kalau begitu, mereka bisa jalan-jalan berdua dulu untuk kenalan. Ngobrolin hal-hal ringan, siapa tahu kalian bisa makin dekat kan?" ujar Lina."Benar, kalian bisa jalan-jalan dulu berdua. Kami biar menunggu di sini," sahut Wina dengan senyum lembut.Mendengar itu, Arayi dan Kanara saling tatap. Kanara menilin jari-jari tangannya gugup, merasa tak sanggup harus jalan-jalan berdua saja bersama Arayi."Kalau begitu Arayi dan Kanara pamit dulu, cuma sebentar kok." Setelah mengatakan itu, Arayi bangkit dari duduknya, lalu mengajak Kanara untuk keluar dari ruangan private itu.•••"Saya dengar kamu baru aja putus sama pacar kamu?" tanya Arayi begitu mereka keluar dari restoran itu.Kanara tersentak mendengarnya, ia menoleh dengan raut muka yang seakan berkata 'kok tau?' pada Arayi."Tante Lina bilang ke saya, jadi saya tau," jawab Arayi tanpa ditanya.Kanara mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Iya, baru aja putus. Dia selingkuh soalnya, depan mata aku, gila banget tuh orang. Sinting, cuma morotin aku doang, dikira aku bodoh apa?" ucap Kanara sebal.Arayi terkekeh geli mendengar itu. "Terus kenapa kamu bertahan sama dia kalau tau dia cuma manfaatin kamu selama ini?""Gak tau, begitulah kalo udah kasmaran, pasti semuanya bakal keliatan bagus," jawab Kanara yang diakhiri dengan helaan napas panjang."Sekarang, kamu masih kasmaran sama dia?" Arayi kembali bertanya. Sedari tadi pria itu fokus menatap Kanara yang membuat si empunya sedikit salah tingkah.Kanara menggelengkan kepalanya, "Enggak dong, sekarang udah sadar banget, cowok begitu tuh gak pantas buat dicintai," ujarnya bersungut-sungut karena tak sengaja teringat kembali akan kelakuan Randi yang menyebalkan.Arayi menganggukkan kepalanya puas mendengar itu. "Saya boleh nanya lagi gak?"Kanara menoleh, balas menatap Arayi yang tak mengalihkan pandangannya sedari tadi. "Boleh, nanya apa?""Kenapa kamu kelihatannya gak keberatan sama perjodohan ini?" tanyanya sembari menatap Kanara tepat di matanya."Aku awalnya keberatan kok, cuma ....""Cuma?" Arayi tampak menanti jawaban Kanara yang menggantung."Mas Arayi ganteng, aku jadi susah buat nolak."Arayi tak bisa menahan tawanya mendengar jawaban polos yang diberikan oleh Kanara. "Memangnya saya seganteng itu di mata kamu?"Kanara mengangguk, "Ganteng banget, Mas. Si Randi Randi itu aja kalah gantengnya sama Mas. Aku sampe bingung cara nolaknya kalau begini."Arayi masih tertawa, ia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, lantas tangannya terangkat untuk mengusap surai indah sang calon istri. "Kamu ini .... benar-benar bikin saya gak habis pikir.""Kenapa tuh, Mas?" tanya Kanara penasaran."Saya gak mengira kalau alasan kamu sesimpel itu. Apa ada alasan lain selain muka saya yang ganteng ini? Hm?"Kanara menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gak ada sih, kecuali kalau Mas Arayi mau nambah alasan lain itu.""Kaya gimana contohnya?"Kanara tampak berpikir, "Kaya hobi yang sama mungkin? Mas Arayi suka nonton film gak?"Arayi mengangguk, "Suka.""Suka nonton film genre apa, Mas?" tanya Kanara antusias."Action," jawab Arayi singkat, yang sesaat kemudian membuat ekspresi Kanara berubah layu."Yah, kalau aku mah gak suka genre begituan. Aku lebih suka film genre romance comedy, Mas. Kayanya bukan tipe film kesukaan Mas Arayi banget ya? Kalau begitu, kita gak bisa dong nonton film bareng nanti?" ujar Kanara sedih, walaupun lebih seperti dibuat-buat.Arayi lagi-lagi terkekeh mendengar penuturan sang wanita. "Jadi ceritanya kamu mau ngajak saya nonton film bareng? Begitu?"Kanara mengangguk malu-malu, "Yah niatnya begitu sih kalau Mas Arayi berkenan.""Nanti bisa diatur kok, terserah kamu mau nonton genre apa, saya ngikut aja.""Ah, awalnya doang Mas Arayi ngomong begini, ujung-ujungnya nanti juga bosan kan? Nanti malah gak nyimak lagi, kan aku mau sekalian ngajak diskusi tentang filmnya nanti," cibir Kanara. Ia memasang ekspresi sebal yang membuat Arayi mencubit hidungnya pelan."Saya bisa diajak diskusi dalam hal apapun kok, jangan khawatir." Arayi berujar dengan penuh keyakinan, yang membuat Kanara mau tak mau percaya."Oke kalau begitu, lusa nanti Mas Arayi harus meluangkan waktu buat nonton film sama aku. Janjinya begitu ya, Mas."Arayi tersenyum, "Siap."Lantas, keduanya berjalan menyusuri taman yang ada di area restoran. Ada keterdiaman selama beberapa menit, keduanya saling berpikir, sampai kemudian Arayi kembali angkat suara."Kanara," panggil Arayi lembut."Ya?""Kamu udah jatuh cinta belum sama saya?" tanya Arayi pelan.Kanara tak bisa menahan matanya untuk tak membelalak kaget saat mendengar pertanyaan yang terdengar to the point tersebut. Ia mengerjapkan matanya sembari berpikir harus menjawab apa."Mas Arayi mau jawaban bohong atau jujur?" tanya balik Kanara."Tentu saja jawaban jujur, Kanara."Kanara mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Sebenarnya .... belum sih, Mas. Namanya juga baru aja ketemu kan? Baru aja kenal. Aku cuma ngerasa kagum sama Mas Arayi, belum sampai ditahap jatuh cinta. Tapi kalau Mas Arayi bersedia, hati aku siap kok buat menerima Mas Arayi. Siap mencintai kalau memang Mas mau berusaha buat bikin aku jatuh cinta."Arayi tersenyum mendengar jawaban panjang Kanara. Ia merasa senang disebabkan oleh suatu alasan yang tidak ia ketahui jelasnya."Kalau begitu, ayo kita jatuh cinta sama-sama, Kanara," ucap Arayi, meskipun ia sebenarnya tak yakin dengan ucapannya sendiri.•••Seperti permintaan Kanara kemarin, hari ini ia dan Arayi benar-benar melakukan kencan di bioskop setelah keduanya pulang kerja. Film yang mereka tonton tentunya genre kesukaan Kanara yang tak lain dan tak bukan adalah romance comedy.Keduanya keluar dari bioskop setelah film yang mereka tonton selesai. Tampak ekspresi ceria Kanara yang berbanding terbalik dengan wajah lesu Arayi."Gimana, Mas? Bagus gak filmnya?" tanya Kanara semangat.Arayi menganggukkan kepalanya, "Bagus," jawabnya seadanya.Rupanya jawaban yang diberikan Arayi tak mampu membuat Kanara percaya begitu saja sehingga ia kembali brtanya dengan nada ragu, "Masa sih? Kok Mas Arayi keliatan lesu gitu? Film yang aku rekomendadikan gak sesuai ya sama ekspektasi Mas Arayi?"Arayi menghela napasnya, ia memberikan senyum pada Kanara, "Bagus kok, cuma mungkin saya masih belum terbiasa sama genre itu."Kanara mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti mendengar itu. "Tuhkan, apa aku bilang, genre kita itu beda banget. Kalau kaya gin
"Gue dijodohin, kemungkinan bakal nikah dalam waktu dua sampai tiga bulan ke depan," ucap Kanara.Perempuan di depannya melotot kaget, ia berusaha meneguk airnya di mulutnya dengan susah payah. Merasa tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh sahabatnya. "Jangan bohong lo! Masa tiba-tiba banget sih?"Kanara menghela napasnya, "Gue gak bohong. Semuanya memang tiba-tiba, bahkan gue sama dia baru kenal semingguan ini.""Dan lo mau aja?! Lo baru putus dari Randi lho, apa gak trauma buat menjalin hubungan sama orang baru? Apalagi ini pernikahan, bayangin lo harus hidup sama dia seumur hidup, Ra! Bayangin!" seru Alea kesal."Gue tau," jawab Kanara seadanya.Alea makin tak habis pikir dibuatnya, ia memukul meja pelan, bermaksud menyadarkan Kanara tentang pilihannya. "Lo serius nerima perjodohan itu? Sama orang asing, Ra, bayangin lo nikah sama orang asing!""Dia bukan orang asing lagi di mata gue, Al. Namanya Mas Arayi, dia baik, ganteng, perhatian, dan gue rasa gue udah mulai naksir sama
"Kok gak ada foto Andriana lagi di sini? Lo pindahin apa gimana?" tanya Araya. Hari ini lelaki itu memang sedang berkunjung ke rumah kembarannya untuk sekedar memberitahukan pesan ayahnya pada Arayi.Arayi yang baru saja keluar dari kamar mandi menoleh, ia menghela napasnya pelan. "Dibuang sama Mama," jawabnya lesu.Araya mengangkat sebelah alisnya, "Mama ke sini kemarin?"Sang kembaran mengangguk. "Bersihin kamar gue, katanya kamar gue kotor banget."Terdengar kekehan dari mulut Araya, ia menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa yang ada di kamar Arayi. "Mama tuh lagi sarkas, dia tau anak pertamanya belum move on sama masa lalu, makanya sengaja buang foto kalian biar lo gak terus-terusan ingat sama dia.""Tapi itu foto terakhir gue sama Andriana.""Ya terus kenapa? Lo mau terus-terusan gagal move on sama orang yang udah ninggalin lo itu? Sadar aja sih, lo ditinggalin sama dia. Ah, lebih tepatnya, lo dicampakkan," ujar Araya. Ada nada geram kala ia mengucapkan itu, teringat kembali a
Setelah saling mengenal dalam kurun waktu yang lumayan singkat, Arayi dan Kanara akhirnya menikah. Akad nikah sudah diselenggarakan, begitupun dengan resepsi yang mengundang banyak kenalan baik dari pihak orang tua Arayi maupun orang tua Kanara.Kini, Kanara tengah beristirahat sambil menghapus make up di wajahnya dengan dibantu oleh MUA. Badannya terasa pegal karena seharian harus menghabiskan waktu untuk menghadapi para tamu yang kelewat banyak itu."Gue gak nyangka lo sekarang udah jadi bini orang, Ra!" Ucapan Alea berhasil membuat Kanara terkekeh geli, ia memandang sang sahabat dari cermin dengan senyum simpul."Gue juga gak nyangka kali," balas Kanara."Yah, jadi gak bisa sering-sering ngajak main lagi dong gue?" Alea berucap sembari memasang raut sedih. Mengingat temannya selama ini hanyalah Kanara."Makanya nikah juga dong, biar punya temen hidup, biar nanti kita bisa double date juga." "Gue masih lama kali, masih dua tiga ini, masih mau nikmatin hidup. Lagian apaan banget lo,
"Mas?" Panggilan Kanara yang baru saja terbangun dari tidurnya setelah pergelutan panas mereka berhasil membuat Arayi menoleh. Lelaki itu menatap Kanara yang berada di pelukannya. Keduanya masih berada di balik selimut dengan badan yang tak memakai sehelai kain apapun."Ya?" respon Arayi dengan suara serak khas bangun tidurnya. Jam telah menunjukkan pukul 5 subuh ketika keduanya bangun.Kanara tampak berdehem sesaat sebelum mengatakan, "Aku .... suka yang kemarin."Arayi mengerutkan keningnya dengan senyum samar yang menghiasi wajah tampannya. "Walaupun kamu nangis-nangis sampe minta berhenti?" Kanara mendengkus kasar, ia menutup wajahnya yang memerah akibat malu. "Jangan dibahas yang itu .... intinya setelah itu aku suka," ujarnya.Arayi tersenyum, ia semakin mengeratkan pelukannya pada sang istri. Tangannya mengusap punggung polos Kanara, lalu memberikan kecupan pada pucuk kepala sang wanita. "Mau lagi?"Kanara kontan memukul lengan atas Arayi pelan, "Mas! Jangan terlalu terang-ter
"Pagi Mas Arayiiiii," sapa Kanara dengan mata berbinar. Ia menyengir pada Arayi yang membuat suaminya kontan terkekeh geli.Sebuah cubitan mendarat di pipi mulus Kanara, "Pagi juga Kanara cantik."Senyum Kanara semakin mengembang. Ia membalik telur ceplok yang ia buat, lalu mengangkatnya setelah matang.Sementara Arayi duduk di meja makan seraya menikmati teh yang dibuat oleh asisten rumah tangga mereka.Kanara meletakkan piring berisi toast dengan telur ceplok serta alpukat ke depan Arayi. "Ini sarapannya ya, Mas.""Kamu seharusnya gak perlu repot-repot begini, biar Bi Ani yang ngurus urusan rumah," kata Arayi.Kanara duduk di depan Arayi, "Terus aku ngapain dong kalau Bi Ani yang ngurus?" tanya Kanara balik."Rebahan, mungkin?" balas Arayi yang kontan mengundang tawa dari Kanara."Rebahan kadang juga bikin capek lho, Mas. Aku gak mau badanku jompo di usia yang masih muda gara-gara jarang gerak," ujar Kanara.
"Siapa sih Jessica itu? Gue sih gak masalah ya kalau dia biasa aja sama gue. Tapi, Al, masalahnya tuh dia natap gue kaya seakan menilai gitu. Kaya lo ngerti gak sih? Dia mungkin ngerasa gue gak cocok kali ya sama Mas Arayi?" gerutu Kanina sembari memeriksa pesan yang masuk melalui emailnya."Pernah pacaran kali sama Mas Arayi. Siapa tahu dia belom move on, makanya natap lo kaya gak suka gitu," balas Alea di seberang sana. Perempuan itu tengah berada di kubikelnya sembari mengerjakan kerjaan kantor.Kanara menghela napasnya, merasa tak sepemikiran dengan Alea. "Masa sih? Kok gue ragu ya?""Ragu kenapa? Menurut gue sih begitu, kan Mas Arayi juga bilang kalau mereka temen kuliah kan? Itu artinya mereka udah kenal lama," ujar Alea."Ya iya sih." Kanara menggigiti jari-jari tangannya seraya berpikir. "Gue ngerasanya dia tuh cuma gak suka karna gue gak sesuai ekspektasi dia? Tatapan dia ke Mas Arayi juga bukan yang tatapan cinta gitu. Mungkin
Arayi menghela napasnya kasar. Ia mengacak-acak rambutnya yang telah berantakan. Ucapan Jessica siang tadi masih memenuhi isi kepalanya, yang membuat dirinya sekarang jadi sedikit kacau.Mobil yang dikendarai Arayi perlahan memasuki garasi rumah. Kanara telah pulang sejak sore tadi, sementara Arayi masih ada kerjaan yang mengharuskannya pulang larut malam.Lampu rumah sudah padam. Tampaknya Kanara telah tidur. Arayi memasuki rumahnya tatkala menemukan Kanara yang terduduk di atas sofa ruang tengah sembari menyemil keripik kentang. Televisi di depannya menyala, menayangkan sebuah kartun pinguin kecil.Perhatian Kanara beralih, ia melempar senyum pada Arayi seraya beranjak dari posisinya. Wanita itu berjalan menghampiri sang suami yang masih terdiam di tempat."Hai, Mas," sapa Kanara sambil mengecup singkat bibir Arayi. Ia mengambil jas serta tas kerja Arayi untuk dibawa ke kamar.Arayi mengekor dengan alis yang masih menyatu keheranan. "Ka
ByurrArayi menceburkan badannya pada kolam renang. Lelaki itu muncul ke permukaan setelah menenggelamkan diri selama setengah menit.Tatapannya jatuh pada Kanara yang memakai cardigan berwarna biru seraya memeluk dirinya sendiri. Tampaknya perempuan itu sedang kedinginan."Gak mau ikut berenang juga?" Arayi sadar, pertanyaan itu hanya sebagai pemecah keheningan di antara mereka. Karena sudah dipastikan Kanara tidak akan mau ikut menceburkan badannya ke dalam kolam di malam hari.Kanara menggeleng, ia duduk di kursi santai sambil masih melirik Arayi yang berenang sangat cepat. Perempuan itu menggigil beberapa kali karna suhu yang kelewat dingin. Kebetulan, tadi baru saja hujan."Gak dingin kamu, Mas? Masa berenang pas lagi kaya gini, aku mending selimutan di kasur," ucap Kanara.Arayi kembali memunculkan kepalanya, "Dingin, tapi seru," jawabnya."Kamu emang sering berenang malam gini ya, Mas?" Kanara bertanya, ia berjala
Arayi melirik takjub berbagai macam makanan yang terhidang di meja makan. Ini masih pagi, namun Kanara sudah memasak banyak makanan yang membuat Arayi keheranan."Kamu ngapain masak makanan sebanyak ini?" tanya Arayi dengan alis berkerut. Ia memandang Kanara yang berdiri di depannya seraya memangku Mocca.Kanara mengendikkan bahunya, "Pengen aja, sih."Arayi semakin keheranan dibuatnya. Masalahnya, makanan yang dimasak Kanara bukan porsi yang sedikit, belum lagi tidak hanya ada satu jenis makanan di sini. Arayi bahkan sampai tak habis pikir, kenapa istrinya ini selalu memberikan kejutan-kejutan tak terduga?"Ini .... terlalu banyak, Kanara," ucap Arayi.Kanara mengangguk, membenarkan perkataan Arayi. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal seraya memandang Arayi dengan cengiran khas. "Bahan masakan udah pada mau layu, Mas. Jadi daripada dibuang, mending dibikin makanan aja. Sekalian aku belajar masak yang lain dan gak itu-itu aja."
Tatapan Kanara kini tertuju pada Arayi. Matanya menatap tajam sang suami selagi berujar, "Jelasin sekarang!"Arayi menganggukkan kepalanya, "Mau ku jelasin dari mana?""Dari awal, semuanya!" jawab Kanara.Arayi lagi-lagi mengangguk, "Oke.""Jadi .... aku menikah sama kamu memang karena putus dari Andriana. Kamu udah tahu kan sebelumnya bahwa Araya lah yang seharusnya menikah sama kamu, tapi karna Araya belum siap dan bertepatan aku yang baru putus, jadi aku yang mengajukan diri buat menggantikan Araya menikahi kamu," ucap Arayi memulai ceritanya.Baru awal, Kanara sudah memelotot tak terima, ia hendak melayangkan protes jika saja Arayi tak lebih dulu bersuara."Jangan protes dulu, oke? Aku jelasin semuanya." Arayi mengusap-usap punggung Kanara sembari lanjut menjelaskan. "Aku sama Andriana putus karena Andriana dijodohkan orang tuanya dengan Aryan. Andriana gak bisa menolak, jadi dia menerima perjodohan itu dan meninggalkan aku. Kebetulan hubungan kami waktu itu memang tidak direstui
"Emang lo tuh gobl*k banget masalah cewek, gak bisa mikir, otak lo ditaruh di mana sih? Di dengkul?!" serang Araya begitu kembarannya menyelesaikan ceritanya mengenai permasalahannya dengan Kanara.Arayi mengusap wajahnya putus asa, ia kelewat lelah dengan semuanya. Permasalahan Andriana dan Kanara belum juga kunjung surut, malah sekarang jadi semakin parah. Arayi tak bisa menyelesaikannya sendiri, itulah alasan kenapa ia sekarang berada di apartemen sang kembaran yang kebetulan baru saja pulang bekerja.Bayangkan saja, posisi Araya sekarang tengah kelelahan karena baru saja menangani banyak pasien seharian ini. Lelaki itu hanya ingin istirahat, namun kedatangan sang kakak kembaran justru membuatnya harus menunda istirahatnya."Terus gue harus gimana? Kanara marah banget sama gue," ucap Arayi frustasi, jas kerja masih melekat di badannya. Lelaki itu tak sempat untuk sekedar melepas jas kerjanya akibat terlalu kalut."Lo tuh!" Araya meremas rambutn
"Bahkan meski aku bilang aku akan memaafkan Mas Arayi pun, Mas tetap diam. Itu artinya benar ya, Mas? Apa yang dikatakan Andriana itu benar?"Kembali, setetes air mata keluar dari sudut matanya yang lain. Kanara berusaha menahan tangisnya dengan menutup mulutnya. Rasa sesak itu bertambah berkali-kali lipat sakitnya.Kanara menggelengkan kepalanya tak percaya, napasnya tercekat, ia hendak pergi dari ruang kerja Arayi tatkala suaminya itu berucap."Kanara .... Mas minta maaf.""Aku gak butuh permintaan maaf Mas Arayi! Aku butuh penjelasan dan Mas Arayi gak menjelaskan apapun!" seru Kanara tanpa berbalik menghadap Arayi."Aku gak nyangka bahwa Mas Arayi berani menikah di saat perasaan Mas Arayi masih untuk wanita lain! Aku gak nyangka kalau selama ini aku gak begitu berharga sampai dijadikan sebagai pelarian. Aku sakit hati banget, Mas, asal kamu tau aja."Kala itu Arayi tak bisa mengatakan apapun, bahkan sesederhana kalimat penenan
Kanara mendengkus kasar, ia menghempaskan tangan Arayi dengan ekspresi dingin. "Oke, tinggal lihat nanti Mas bisa buktiin ucapan Mas atau enggak." Arayi menghela napasnya. "Mas mencintai kamu Kanara," ucapnya tiba-tiba. Kanara berdecak kesal. Ia memandang sang suami dengan mata menyipit. "Setengah mencintai aku! Setengahnya lagi mungkin buat orang lain. Asal Mas Arayi tahu, aku gak bakal maafin Mas hanya dengan Mas Arayi bilang begitu!" Kanara benar-benar pergi setelahnya, meninggalkan Arayi yang frustasi di tempatnya. Membujuk Kanara ternyata lebih sulit dari apa yang ia kira. Kanara terlanjur marah besar padanya. Semoga setelah ini tak ada lagi masalah yang menghampirinya. ••• "Gue gak nyangka kalau hubungan Mas Arayi sama Andriana itu lebih dari sekedar mantan pacar," ucap Kanara pada Alea di seberang sana. Perempuan itu menempelkan telepin genggamnya pada telinga untuk mendengar balasan dari sang sahabat.
"Untuk apa lagi kamu menemui aku gini, Na?" tanya Arayi begitu ia duduk di depan Andriana.Andriana menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Harapan aku satu-satunya cuma kamu, Ar. Tolongin aku, aku gak bisa terus-terusan terjebak sama Aryan. Dia mukul aku lagi tadi, dia gak mau memutuskan hubungan kami."Arayi mengusap wajahnya. Kemarahan Kanara sudah cukup membuatnya frustasi, ia tidak ingin Andriana semakin menambahinya. "Kamu bisa minta tolong Jessica, Liam, atau Kevin. Kenapa harus aku?" tanya Arayi. "Karna aku pengennya sama kamu!" ucap Andriana dengan tangis yang telah menghiasi pipinya.Arayi mengacak rambutnya. Tangannya terkepal kencang, napasnya memberat karena rasa kesal yang mendominasi."Bukannya aku udah bilang kalau aku gak bisa? Jangan nyari penyakit, Na, cukup sampai sini kamu memohon sama aku seperti ini."Andriana menggelengkan kepalanya. Keinginannya masih tetap sama, ia tak akan menyerah selagi Arayi masi
Andriana tak menggubris pertanyaan Kanara. Ia mencoba mengintip dari balik badan Kanara dengan maksud mencari Arayi."Arayi ada?" tanya Andriana dengan raut yang tampak menyebalkan di mata Kanara."Ngapain nyari suami saya? Mbak ada urusan apa ke sini?" tanya Kanara dengan wajah dongkol. Ia telah kehilangan respect dengan perempuan di depannya ini setelah segala sikap menyebalkan Andriana padanya.Kanara lebih dari paham cara menjaga Arayi agar tidak terlalu dekat dengan Andriana. Terlebih dengan status mereka yang adalah mantan kekasih. Tentunya Kanara semakin hati-hati dan tidak ingin hal buruk terjadi, seperti cinta yang bersemi kembali contohnya.Meskipun Kanara sangat percaya pada Arayi, namun Andriana belum tentu bisa dipercaya kan? Kanara tidak ingin Arayi digoda oleh perempuan ini. Pokoknya, Andriana tidak boleh menyentuh Arayi seujung jari pun."Saya ada urusan, kamu gak perlu tau, gak penting juga buat kamu. Ini menyangkut hubun
"Aku mau memutuskan pertunangannya sama Aryan." Andriana langsung berucap tanpa aba-aba. Hal itu berhasil membuat kedua orang tuanya melotot kaget."Ngomong apa kamu ini?! Gak ada yang boleh membatalkan pertunangan kalian!" ucap Sarah, ibu dari Andriana."Kalian akan menikah tahun depan, memutuskan pertunangan kalian hanya akan merusak hubungan keluarga kita dengan keluarga Aryan!" tambah Aditya selaku ayahnya.Sudah Andriana duga bahwa reaksi orang tuanya akan seperti ini. Andriana sudah tak heran lagi."Aku gak mencintai Aryan," ungkap Andriana yang mengundang dengkusan dari sang ibu."Cinta bisa datang seiring berjalannya waktu. Pernikahan tetap bisa dilaksanakan tanpa berlandaskan cinta, seperti apa yang Mami dan Papi lakukan."Andriana menggelengkan kepalanya. "Aku gak akan bisa mencintai Aryan, aku mencintai Arayi!" Andriana menekankan suaranya di akhir kalimat. Ia merasa terlalu lelah menjelaskan pada kedua orang tuanya ba