“Kanara, ini ada Araya,” ucap Arayi yang kebetulan pulang kantor tak selarut biasanya. Di sampingnya ada Araya yang memakai kemeja dengan jas dokter yang ia sampirkan pada lengannya.
Araya melemparkan senyum pada Kanara. “Hai, Kanara,” sapanya.Kanara tersenyum, “Hai, Mas. Tumben banget ke sini, biasanya sibuk terus," ucap Kanara ramah."Kebetulan lagi luang, Ra, jadi main aja ke sini."Kanara mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Kebetulan banget temenku juga main ke sini. Kami baru aja bikin brownies,” kata Kanara senang.“Oh ya? Mana dia?” tanya Arayi celingak-celinguk mencari seseorang.“Di dapur, bentar aku panggilin dulu, sekalian bawain brownies yang aku buat.” Tak lama setelahnya, Kanara sudah menghilang di balik pintu dapur.Sementara itu, Arayi dan Araya memilih duduk di sofa ruang tengah. Arayi menyalakan televisi agar suasana tidak terlalu sepi.Sayup-sayup terdengar perdebatan antara Kanara"Mas ada masalah?" Pertanyaan yang dilontarkan Kanara pada Arayi membuat makan malam itu menjadi cukup hening.Arayi meletakkan sendoknya di piring, ia memandang Kanara dengan kernyitan di kening selagi mengunyah makanannya."Tumben banget nanyain, kenapa memangnya?" Bukannya menjawab, Arayi malah bertanya balik.Kanara menggelengkan kepalanya. "Mas kelihatan murung akhir-akhir ini."Helaan napas terdengar. Arayi sepenuhnya menghentikan kegiatan makannya. Ia meneguk air, lalu memfokuskan perhatiannya pada Kanara sepenuhnya. Lelaki itu tersenyum, "Cuma masalah kecil."Kanara berdecak kesal. "Masalah kecil tapi bikin Mas Arayi kepikiran berhari-hari? Hampir tiga bulan menikah tuh memang waktu yang singkat, tapi bukan berarti aku gak kenal sama Mas Arayi. Mas gak mungkin sampai kaya gitu cuma gara-gara masalah kecil."Arayi mengusap wajahnya. Ia melirik sendok dan garpu yang ada di piringnya seraya berpikir. Memang benar apa yang di
Seperti yang diperintahkan oleh Araya kemarin, Arayi sudah memblokir nomor Andriana. Namun rupanya perempuan itu tak kapok menghubunginya.Hari ini sebuah nomor baru masuk ke ponsel Arayi. Arayi yakin nomor itu milik Andriana kala membaca pesannya.08xxxxxxxxx : Arayi, jangan blokir akuSudah jelas, itu adalah Andriana. Arayi menghela napasnya lelah. Ia menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya seraya memijit kepalanya yang pusing.Memang benar bahwa perasaannya masih tertinggal pada Andriana. Namun, bukanlah keinginan Arayi untuk menghianati Kanara.Ia pun sudah mengatakan hal itu pada Kanara. Ia sudah berjanji dan itu bukanlah hal yang pantas untuk diingkari.Kembali bersama Andriana pun hanya akan berujung pada masalah besar. Arayi tidak segila itu untuk melakukan hal yang jelas-jelas salah.Ia tidak akan lepas dari tanggung jawabnya. Fokusnya kini hanyalah Kanara, bukan yang lain. Terlepas bagaimana Andriana yang
Permintaan Kanara benar-benar dituruti oleh Arayi. Kala jam telah menunjukkan pukul 10 malam, mereka memutuskan naik bianglala.Kanara tak henti mengerjap kagum melihat pemandangan di bawah sana. Senyum di wajahnya tak hilang seakan menjelaskan bahwa ia sangat menikmati malam ini.Arayi yang duduk di seberangnya ikut tersenyum. Ia merasa senang bisa membuat Kanara tersenyum bahagia hari ini. "Senang?" tanya Arayi.Kanara refleks mengangguk. "Senang banget! Kayanya nanti kita harus ke sini lagi!" ujar Kanara."Kalau ada waktunya ya, Sayang," ucap Arayi. Ia meraih tangan Kanara untuk digenggam, menyalurkan rasa hangat yang membuat Kanara terpaku untuk beberapa saat."Aku senang deh kita bisa nikmatin waktu kaya gini," ungkap Kanara.Arayi mengangguk setuju, "Mas juga senang lihat kamu bahagia kaya begini."Dengkusan geli terdengar, "Aku mah selalu bahagia kalau sama Mas!" "Enggak ah, buktinya kadang kamu ngambek
Kemarin Jessica pulang tepat saat jam menunjukkan pukul 10 malam. Ketika Arayi masuk ke kamar, Kanara telah tertidur pulas.Arayi pun menyusul tak lama setelahnya.Pagi ini, saat Arayi turun dari kamar mereka, ia menemukan Kanara yang telah duduk di meja makan. Wanita itu yang tak meliriknya sama sekali."Kamu kok gak bangunin aku?" tanya Arayi yang memilih duduk di depan Kanara."Ngapain harus aku bangunin? Manja banget!" cibir Kanara yang lantas mengundang tatapan keheranan dari sang suami.Arayi melirik Bi Ani, yang diberi gelengan oleh Bi Ani karena asisten rumah tangga itu juga tak mengerti apa yang salah dengan Kanara."Kamu marah?" tanya Arayi, menyorot langsung pada Kanara yang masih sibuk sarapan.Kanara mengunyah makanannya, ia balas melirik Arayi dengan raut datar, berbeda sekali dengan ekspresi yang ia perlihatkan biasanya. "Pikir aja sendiri," ujarnya cuek.Arayi menghela napasnya. Niatnya yang akan
Di Minggu pagi ini, Kanara berhasil membuat Arayi kaget dengan membawa puzzle berisi 1000 pasang padanya."Mas! Ayo bantuin aku pasang ini!" ujar Kanara dengan senyum cerah.Arayi menghampiri Kanara dengan pandangan tak habis pikir. Ia duduk di atas karpet, tepat di depan Kanara yang sudah membongkar puzzlenya."Kamu beli ini kapan?" tanya Arayi keheranan."Kemarin, aku gak nyangka datang hari ini, kirain bakal dua atau tiga harian lagi," jawab Kanara antusias. Ia mulai memasang puzzle Sedaya melihat kertas petunjuk di tangannya.Sementara Arayi masih melongo tak percaya. "Kok bisa kepikiran beli ini sih?" tanyanya seraya mulai membantu Kanara memasang puzzle yang banyak ya tak terkira itu. Arayi menduga mereka membutuhkan waktu seharian untuk memasang puzzle ini."Waktu itu gak sengaja liat adik sepupuku main ginian, jadi pengen, ya udah aku beli aja," ujar Kanara.Arayi mendengkus geli, "Kamu ini memang persis bocil b
"Happy Birthday, Sayang." Itu adalah kalimat pertama yang Kanara dengar begitu ia membuka matanya.Kanara menyipitkan matanya, berusaha membiasakan matanya dengan sinar matahari yang masuk melalu celah jendela."Mas Arayi?" ucapnya serak.Arayi tersenyum, "Iya, Sayang. Ini aku, selamat ulang tahun Kanara sayangnya Mas," ucap Arayi. Ia mengusap kepala Kanara, membantu wanita itu untuk bangkit dari tidurnya.Senyum di wajah Kanara muncul ketika menyadari bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia tak bisa menyembunyikan rasa senangnya karena Arayi tahu hari ulang tahunnya."Kok Mas tahu kalau hari ini hari ulang tahun aku?" tanya Kanara dengan wajah ceria."Apa sih yang Mas gak tahu?" balas Arayi yang lantas membuat Kanara berdecih."Banyak, Mas. Buktinya Mas gak tahu warna kesukaan aku itu ungu, Mas juga gak tahu buah kesukaan aku, terus makanan kesukaan aku juga gak—" Belum sempat Kanara menyelesaikan ucapannya, Arayi
"Mas, aku mau keluar sebentar bareng Alea boleh gak? Mau nyari gelang sekalian jajan," ucap Kanara pada Arayi.Arayi yang baru saja mandi mengernyit keheranan. Ia memandang Kanara yang sudah siap dengan pakaiannya. "Gak mau sama Mas aja?" tawar Arayi seraya mendekat.Kanara menggeleng, "Gak perlu, Mas mending istirahat aja, pasti capek habis pulang kerja. Aku sebentar aja kok, nanti jam sembilan udah pulang.""Buat apa sih emangnya? Penting banget ya?" Arayi bertanya, merasa terlalu sulit memberi izin."Buat seneng-seneng aja sih, Mas," jawab Kanara."Gak mau besok aja? Ini udah malam lho, Mas khawatir," ujar lelaki itu. Kanara berekspresi sebal, ia menatap Arayi sambil menggerutu kesal karena Arayi seakan menahannya agar tak pergi."Please deh, aku gak bakal kenapa-kenapa. Lagian aku pake mobil juga, sama Alea, jalanan ramai, gak ada yang perlu dikhawatirkan, Mas. Kamu gak perlu sampe segitunya," ucap Kanara berusaha m
Setelah mengatakan kalimat itu, Andriana memutuskan untuk pulang. Arayi berusaha gak ambil pusing dengan apa yang diucapkan mantan kekasihnya itu, namun tetap saja, ia khawatir dengan apa yang bisa Andriana lakukan pada Kanara.Hingga pagi menjelang sampai kembali berganti malam, Arayi terus memikirkan kalimat yang diucapkan Andriana. Ia terlampau khawatir pada Kanara sampai membuatnya kehilangan fokus pada pekerjaannya.Malam ini ada pesta yang diadakan oleh rekan bisnisnya yang mengharuskan Arayi membawa serta Kanara ke sana. "Udah siap?" tanya Arayi pada Kanara yang tengah memasang antingnya."Tunggu sebentar," ujar Kanara, lalu beberapa detik kemudian ia berbalik, "udah, Mas. Yuk berangkat."Arayi dan Kanara kemudian berjalan menuju mobil untuk segera pergi menuju gedung di mana pesta digelar. Sepanjang jalan, Kanara mengusap tangan Arayi, bermaksud menenangkan karena sejak tadi lelaki itu tampak kalut."Kenapa, Mas? Ada masalah?" tan
ByurrArayi menceburkan badannya pada kolam renang. Lelaki itu muncul ke permukaan setelah menenggelamkan diri selama setengah menit.Tatapannya jatuh pada Kanara yang memakai cardigan berwarna biru seraya memeluk dirinya sendiri. Tampaknya perempuan itu sedang kedinginan."Gak mau ikut berenang juga?" Arayi sadar, pertanyaan itu hanya sebagai pemecah keheningan di antara mereka. Karena sudah dipastikan Kanara tidak akan mau ikut menceburkan badannya ke dalam kolam di malam hari.Kanara menggeleng, ia duduk di kursi santai sambil masih melirik Arayi yang berenang sangat cepat. Perempuan itu menggigil beberapa kali karna suhu yang kelewat dingin. Kebetulan, tadi baru saja hujan."Gak dingin kamu, Mas? Masa berenang pas lagi kaya gini, aku mending selimutan di kasur," ucap Kanara.Arayi kembali memunculkan kepalanya, "Dingin, tapi seru," jawabnya."Kamu emang sering berenang malam gini ya, Mas?" Kanara bertanya, ia berjala
Arayi melirik takjub berbagai macam makanan yang terhidang di meja makan. Ini masih pagi, namun Kanara sudah memasak banyak makanan yang membuat Arayi keheranan."Kamu ngapain masak makanan sebanyak ini?" tanya Arayi dengan alis berkerut. Ia memandang Kanara yang berdiri di depannya seraya memangku Mocca.Kanara mengendikkan bahunya, "Pengen aja, sih."Arayi semakin keheranan dibuatnya. Masalahnya, makanan yang dimasak Kanara bukan porsi yang sedikit, belum lagi tidak hanya ada satu jenis makanan di sini. Arayi bahkan sampai tak habis pikir, kenapa istrinya ini selalu memberikan kejutan-kejutan tak terduga?"Ini .... terlalu banyak, Kanara," ucap Arayi.Kanara mengangguk, membenarkan perkataan Arayi. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal seraya memandang Arayi dengan cengiran khas. "Bahan masakan udah pada mau layu, Mas. Jadi daripada dibuang, mending dibikin makanan aja. Sekalian aku belajar masak yang lain dan gak itu-itu aja."
Tatapan Kanara kini tertuju pada Arayi. Matanya menatap tajam sang suami selagi berujar, "Jelasin sekarang!"Arayi menganggukkan kepalanya, "Mau ku jelasin dari mana?""Dari awal, semuanya!" jawab Kanara.Arayi lagi-lagi mengangguk, "Oke.""Jadi .... aku menikah sama kamu memang karena putus dari Andriana. Kamu udah tahu kan sebelumnya bahwa Araya lah yang seharusnya menikah sama kamu, tapi karna Araya belum siap dan bertepatan aku yang baru putus, jadi aku yang mengajukan diri buat menggantikan Araya menikahi kamu," ucap Arayi memulai ceritanya.Baru awal, Kanara sudah memelotot tak terima, ia hendak melayangkan protes jika saja Arayi tak lebih dulu bersuara."Jangan protes dulu, oke? Aku jelasin semuanya." Arayi mengusap-usap punggung Kanara sembari lanjut menjelaskan. "Aku sama Andriana putus karena Andriana dijodohkan orang tuanya dengan Aryan. Andriana gak bisa menolak, jadi dia menerima perjodohan itu dan meninggalkan aku. Kebetulan hubungan kami waktu itu memang tidak direstui
"Emang lo tuh gobl*k banget masalah cewek, gak bisa mikir, otak lo ditaruh di mana sih? Di dengkul?!" serang Araya begitu kembarannya menyelesaikan ceritanya mengenai permasalahannya dengan Kanara.Arayi mengusap wajahnya putus asa, ia kelewat lelah dengan semuanya. Permasalahan Andriana dan Kanara belum juga kunjung surut, malah sekarang jadi semakin parah. Arayi tak bisa menyelesaikannya sendiri, itulah alasan kenapa ia sekarang berada di apartemen sang kembaran yang kebetulan baru saja pulang bekerja.Bayangkan saja, posisi Araya sekarang tengah kelelahan karena baru saja menangani banyak pasien seharian ini. Lelaki itu hanya ingin istirahat, namun kedatangan sang kakak kembaran justru membuatnya harus menunda istirahatnya."Terus gue harus gimana? Kanara marah banget sama gue," ucap Arayi frustasi, jas kerja masih melekat di badannya. Lelaki itu tak sempat untuk sekedar melepas jas kerjanya akibat terlalu kalut."Lo tuh!" Araya meremas rambutn
"Bahkan meski aku bilang aku akan memaafkan Mas Arayi pun, Mas tetap diam. Itu artinya benar ya, Mas? Apa yang dikatakan Andriana itu benar?"Kembali, setetes air mata keluar dari sudut matanya yang lain. Kanara berusaha menahan tangisnya dengan menutup mulutnya. Rasa sesak itu bertambah berkali-kali lipat sakitnya.Kanara menggelengkan kepalanya tak percaya, napasnya tercekat, ia hendak pergi dari ruang kerja Arayi tatkala suaminya itu berucap."Kanara .... Mas minta maaf.""Aku gak butuh permintaan maaf Mas Arayi! Aku butuh penjelasan dan Mas Arayi gak menjelaskan apapun!" seru Kanara tanpa berbalik menghadap Arayi."Aku gak nyangka bahwa Mas Arayi berani menikah di saat perasaan Mas Arayi masih untuk wanita lain! Aku gak nyangka kalau selama ini aku gak begitu berharga sampai dijadikan sebagai pelarian. Aku sakit hati banget, Mas, asal kamu tau aja."Kala itu Arayi tak bisa mengatakan apapun, bahkan sesederhana kalimat penenan
Kanara mendengkus kasar, ia menghempaskan tangan Arayi dengan ekspresi dingin. "Oke, tinggal lihat nanti Mas bisa buktiin ucapan Mas atau enggak." Arayi menghela napasnya. "Mas mencintai kamu Kanara," ucapnya tiba-tiba. Kanara berdecak kesal. Ia memandang sang suami dengan mata menyipit. "Setengah mencintai aku! Setengahnya lagi mungkin buat orang lain. Asal Mas Arayi tahu, aku gak bakal maafin Mas hanya dengan Mas Arayi bilang begitu!" Kanara benar-benar pergi setelahnya, meninggalkan Arayi yang frustasi di tempatnya. Membujuk Kanara ternyata lebih sulit dari apa yang ia kira. Kanara terlanjur marah besar padanya. Semoga setelah ini tak ada lagi masalah yang menghampirinya. ••• "Gue gak nyangka kalau hubungan Mas Arayi sama Andriana itu lebih dari sekedar mantan pacar," ucap Kanara pada Alea di seberang sana. Perempuan itu menempelkan telepin genggamnya pada telinga untuk mendengar balasan dari sang sahabat.
"Untuk apa lagi kamu menemui aku gini, Na?" tanya Arayi begitu ia duduk di depan Andriana.Andriana menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Harapan aku satu-satunya cuma kamu, Ar. Tolongin aku, aku gak bisa terus-terusan terjebak sama Aryan. Dia mukul aku lagi tadi, dia gak mau memutuskan hubungan kami."Arayi mengusap wajahnya. Kemarahan Kanara sudah cukup membuatnya frustasi, ia tidak ingin Andriana semakin menambahinya. "Kamu bisa minta tolong Jessica, Liam, atau Kevin. Kenapa harus aku?" tanya Arayi. "Karna aku pengennya sama kamu!" ucap Andriana dengan tangis yang telah menghiasi pipinya.Arayi mengacak rambutnya. Tangannya terkepal kencang, napasnya memberat karena rasa kesal yang mendominasi."Bukannya aku udah bilang kalau aku gak bisa? Jangan nyari penyakit, Na, cukup sampai sini kamu memohon sama aku seperti ini."Andriana menggelengkan kepalanya. Keinginannya masih tetap sama, ia tak akan menyerah selagi Arayi masi
Andriana tak menggubris pertanyaan Kanara. Ia mencoba mengintip dari balik badan Kanara dengan maksud mencari Arayi."Arayi ada?" tanya Andriana dengan raut yang tampak menyebalkan di mata Kanara."Ngapain nyari suami saya? Mbak ada urusan apa ke sini?" tanya Kanara dengan wajah dongkol. Ia telah kehilangan respect dengan perempuan di depannya ini setelah segala sikap menyebalkan Andriana padanya.Kanara lebih dari paham cara menjaga Arayi agar tidak terlalu dekat dengan Andriana. Terlebih dengan status mereka yang adalah mantan kekasih. Tentunya Kanara semakin hati-hati dan tidak ingin hal buruk terjadi, seperti cinta yang bersemi kembali contohnya.Meskipun Kanara sangat percaya pada Arayi, namun Andriana belum tentu bisa dipercaya kan? Kanara tidak ingin Arayi digoda oleh perempuan ini. Pokoknya, Andriana tidak boleh menyentuh Arayi seujung jari pun."Saya ada urusan, kamu gak perlu tau, gak penting juga buat kamu. Ini menyangkut hubun
"Aku mau memutuskan pertunangannya sama Aryan." Andriana langsung berucap tanpa aba-aba. Hal itu berhasil membuat kedua orang tuanya melotot kaget."Ngomong apa kamu ini?! Gak ada yang boleh membatalkan pertunangan kalian!" ucap Sarah, ibu dari Andriana."Kalian akan menikah tahun depan, memutuskan pertunangan kalian hanya akan merusak hubungan keluarga kita dengan keluarga Aryan!" tambah Aditya selaku ayahnya.Sudah Andriana duga bahwa reaksi orang tuanya akan seperti ini. Andriana sudah tak heran lagi."Aku gak mencintai Aryan," ungkap Andriana yang mengundang dengkusan dari sang ibu."Cinta bisa datang seiring berjalannya waktu. Pernikahan tetap bisa dilaksanakan tanpa berlandaskan cinta, seperti apa yang Mami dan Papi lakukan."Andriana menggelengkan kepalanya. "Aku gak akan bisa mencintai Aryan, aku mencintai Arayi!" Andriana menekankan suaranya di akhir kalimat. Ia merasa terlalu lelah menjelaskan pada kedua orang tuanya ba