Azam benar-benar sudah kehilangan kendali. Teriakan serta jeritan Alena tak ia dengarkan sama sekali. Pria itu seakan menulikan telinganya, yang ada di otaknya hanyalah kebencian dan dendam.
Dalam sekali tarik lingerie tipis itupun telah lepas dari tubuh Alena. Azam melempar lingerie yang sudah tak berbentuk itu kesembarang arah. Tatapannya seketika berubah saat melihat pemandangan indah yang tersaji di hadapannya. Amarah bercampur nafsu kini telah menyelimuti diri pria itu."Aku mohon jangan lakukan ini Tuan Azam!" Alena terisak memohon seraya menyilangkan tangannya menutupi dua area sensitifnya."Heh, aku suamimu kita sudah menikah dan aku berhak melakukannya," jawab Azam mencibir perkataan Alena.Memang yang Azam lakukan saat ini bukanlah sesuatu yang melanggar hukum. Mereka sudah sah menjadi suami istri. Tentu saja apa yang Azam lakukan pada Alena saat ini, justru adalah suatu kewajiban."Iya kau memang berhak atas diriku! Tapi itu jika pernikahan kita didasari atas cinta! Dan dalam pernikahan ini tidak ada cinta diantara kita!" Alena berteriak putus asa.Wanita itu benar-benar tak sanggup jika kehormatannya harus direnggut oleh pria yang sama sekali tidak ia cintai. Terlebih lagi Azam melakukan ini hanya untuk balas dendam. Tidak, Alena tentu tidak rela dan tidak akan pernah sudi. Namun, wanita itu juga tak bisa melawan Azam.Plak!Azam menampar pipi Alena hingga sudut bibir wanita itu sobek. Alena memegangi pipinya yang terasa sangat panas seraya mengelap darah yang keluar dari sudut bibirnya."Kau berani berteriak pada ku!" Azam begitu emosi medengar Alena berkata begitu lantang padanya.Pria itu tanpa aba-aba langsung menyerang tubuh Alena tanpa ampun. Azam merenggut kehormatan Alena bahkan tanpa pemanasan. Hal itu tentu saja membuat Alena merasakan perih yang teramat diarena bawah tubuhnya."Akhhh sakit! Tidak!" erang Alena dengan isak tingisnya.Air matanya mengalir deras membasahi pipinya mengingat jika hal yang paling berharga kini telah hilang. Hati Alena semakin hancur, rasa sakitnya kian bertambah. Mengingat kehormatan yang ia jaga selama ini hanya untuk Jonatan nyatanya sia-sia. Tak ada lagi kebanggaan dalam dirinya, hilang direnggut pria berhati iblis dihadapannya.'Maafkan aku Kak Jonatan, maafkan aku.' Alena membatin terisak membayangkan wajah Jonatan. Sementara Azam, pria itu begitu menikmati permainan panasnya diatas tubuh Alena. Azam begitu puas karena akhirnya, pria itu bisa memiliki Alena."Rupanya akulah pria pertama untuk mu hem." Azam berbisik di telinga Alena disela-sela permainannya.Pria itu menyadari jika ternyata ini adalah yang pertama bagi Alena. Azam benar-benar tak menyangka jika Jonatan belum pernah melakukannya. Padahal mereka sudah cukup lama berpacaran.Alena tak menjawab, wanita itu hanya memalingkan wajahnya. Ia begitu jijik pada Azam dan juga pada dirinya sendiri. Melihat ekspresi Alena, Azam justru semakin bersemangat. Pria itu tersenyum licik dan semakin menggila."Menarik!" Azam bergumam seraya tersenyum licik, mengingat jika Jonatan pasti akan bertambah hancur.Saat menyadari wanita yang telah dia jaga selama bertahun-tahun ternyata jatuh ke pelukan sang kakak tiri. Pria itu meraih wajah Alena kemudian membungkam mulut wanita itu dengan ciuman. Alena tentu saja berontak akan tetapi, tenaganya lagi-lagi kalah oleh Azam.'Dasar iblis!' batin Alena memaki Azam.Selang satu jam kemudian akhirnya Azam mendapatkan klimaksnya. Pria itu, akhirnya ambruk disamping tubuh polos Alena. Sedangkan Alena, wanita itu kembali terisak sesak, apalagi wajah Jonatan saat ini memenuhi pikirannya."Terima kasih istriku sayang," ucap Azam tersenyum mengejek seraya memejamkan mata.Azam rupanya begitu lelah hingga pria itu langsung tertidur. Sementara Alena, wanita itu bangkit dan melangkah menuju kamar mandi. Langkahnya tertatih, namun ia tetap melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.Alena tak tahan lagi ia ingin segera membersihkan dirinya. Wanita itu merasa begitu kotor dan hina saat ini. Sesampainya di kamar mandi, Alena langsung menyalakan shower, yang langsung mengguyur tubuhnya. Wanita itu bahkan menyalakan shower dengan kucuran air paling kencang. Berharap derasnya air mampu menghapus jejak pria berhati iblis itu."Akhhh! Aku sudah kotor! Kak Jonatan maafkan aku." Alena terisak terduduk di lantai kamar mandi dengan derasnya air yang tak henti menguyur tubuhnya.Ia tak peduli malam semakin larut dan hawa dingin semakin menyeruak. Alena hanya ingin membersihkan tubuh kotornya. Wanita itu bahkan menggosok kasar bagian-bagian dimana Azam meninggalkan bekas kemerahan.Sudah setengah jam Alena berada di bawah guyuran air. Tubuhnya pun sudah mulai dingin, akan tetapi tak ada niat sedikitpun wanita itu berhenti membasahi tubuhnya. Alena tak kuat lagi wajahnya semakin memucat. Wanita itupun akhirnya pingsan karena terlalu lama dibawah guyuran air.Sementara Azam, pria itu tertidur begutu pulas. Sepertinya malam ini adalah malam dimana dirinya bisa beristirahat dengan sangat nyenyak.Ia sama sekali tak menyadari jika saat ini istrinya tengah pingsan di kamar mandi. Hingga pukul tiga dini hari, pria itu terbangun. Azam langsung tersentak saat dirinya tidak mendapati sosok Alena disampingnya.Pria bergegas memakai pakaiannya kemudian langsung mencari keberadaan Alena. Tanpa pikir panjang Azam langsung keluar kamarnya kemudian turun menuju pos scurity. Azam rupanya begitu yakin jika Alena pasti telah kabur."Pak Luhur kau melihat Nona Alena keluar?" tanya Azam langsung to the point."Tidak Tuan muda, sedari tadi saya berjaga dan tidak ada satupun orang yang keluar." Scurity itu menjawab penuh keyakinan."Atau Tuan muda bisa melihat rekaman CCTV," ucapnya lagi mencoba memberi solusi."Kau benar ikut aku ke ruangan CCTV." Azam langsung bergegas menuju ruang CCTV diikutin oleh scurity bernama Luhur itu.Azam menatap dengan serius setiap sudut ruangan rumah megahnya. Pria itu bahkan berulang kali memutar CCTV yang ada di depan kamarnya dan juga halaman bawah kamarnya. Azam sempat berpikir jika Alena mungkin kabur lewat jendela. Namun, disana pun Azam tak menemukan tanda-tanda Alena. Azam menjabak rambutnya frustasi, karena belum juga menemukan petunjuk kemana istrinya itu pergi."Maaf Tuan muda em ... Apa Anda sudah mencari Nona di kamar mandi mungkin?" ujar sang scurity memberanikan diri membuka suara."Kau benar Pak aku sampai lupa!" Azam terpekik dan langsung bergegas kembali kekamarnya. Dengan langkah tergesa-gesa Azam masuk kedalam kamar."Brak!"Alena buka pintunya! Apa kau ada disana?!" ujar Azam berteriak seraya menggebrak pintu.Tak ada jawaban dari dalam kamar mandi membuat Azam semakin gusar. Pria itu terdiam sejenak, kemudian mundur beberapa langkah melakukan ancang-ancang. Pria itu rupanya ingin mendobrak pintu kamar mandi karena ia yakin jika Alena ada di dalam."Alena!" teriakannya panik ketika melihat tubuh Alena tergeletak di bawah guyuran air."Heh gadis bodoh bangun!" Azam kembali berteriak seraya menepuk pipi Alena pelan.Tak mendapatkan respon, Azam langsung menggendong tubuh dingin Alena menuju ranjang.Azam mematikan AC kemudian memakaikan baju serta menyelimuti tubuh Alena. Pria itu kemudian meraih ponselnya dan langsung menghubungi Pras dokter pribadi sekaligus sahabatnya. Azam tak peduli meski saat ini jam masih menunjukan pukul 03.30 dini hari. Selang 20 menit kemudian sang dokter pun datang. Dokter Pras menatap lekat wajah pucat Alena.Tersersit tanda tanya besar mengingat ini adalah pertama kalinya bagi Azam membawa seorang wanita. Tatapannya semakin kaget saat melihat pipi sebelah kanan Alena yang terlihat sedikit memar dengan sudut bibir yang juga sedikit sobek."Pras! Apa kau hanya akan memandangi wajah istriku?" tegur Azam melihat Pras sedari tadi terdiam mengamati Alena."Istri? Dia istrimu? Jadi kapan kalian menikah? Dan iya, apa kau memukul istrimu Zam?" Pras memberondong Azam dengan banyak pertanyaan. Sontak saja Azam melotot geram mendapati pertanyaan dari sahabatnya itu."Bukan urusan mu! Cepat kau periksa dia," elak Azam tak ingin banyak bicara.Mendengar tanggapan Azam yang tak menjawab satupun pertanyaannya, membuat Pras hanya menggeleng tak habis pikir. Dokter tampan itu pun langsung memeriksa Alena."Dia hanya shock dan kedinginan, dalam beberapa jam kemudian tubuhnya akan mengalami demam untuk itu, berikan obatnya setelah itu biarkan dia istirahat, agar demamnya tidak semakin parah," ujar sang dokter seraya memberikan beberapa obat pada Azam untuk Alena."Ok." Azam berujar singkat seraya menerima obat yang diberikan Pras untuk Alena."Oh iya, aku harap kau lebih lembut padanya Zam, jangan membuatnya trauma," ucap Pras kembali memberi nasehat seraya melangkah keluar diikuti Azam dari belakang.Azam tak menjawab pria itu hanya menatap Pras dengan tatapan pembunuhnya. Mengisyaratkan jika Pras tak perlu ikut campur. Sepeninggal dokter Pras, Azam mendekat pada Alena. Pria itu menatap lekat wajah pucat Alena dengan luka di wajahnya."Inilah akibatkanya karena kau adalah wanita yang sangat dicintai Jonatan, aku akan membuat Jonatan memohon dan menangis sepanjang hari kerena melihat wanita yang dia cintai hidup menderita!" ujar Azam kembali emosi.Pria itu kemudian meraih ponselnya dan mencari nama Jonatan pada kontak telponnya. Azam kemudian mengirim beberapa foto dan vidio. Dimana foto-foto itu adalah foto pernikahannya dengan Alena. Bukan hanya itu, bahkan vidio Alena mengenakan lingerie pun ia kirimkan pada Jonatan.'Malam pertama bersama istri tercinta' kata-kata itulah yang Azam tambahkan dipesan yang ia kirim pada Jonatan. Pria itu yakin Jonatan pasti akan kaget dan hancur saat melihat ini."Hah! Aku sungguh tak sabar melihat reaksi mu Jonatan." Azam tergelak pria itu tak sabar melihat bagaimana reaksi Jonatan sang adik tiri.Sementara di London, Jonatan yang baru saja hendak beristirahat mengurungkan niatnya. Saat pria itu melihat ponselnya bergetar tanda jika ada pesan yang masuk.Jonatan menyerengit saat menatap layar ponselnya yang menampakan nama kontak sang kakak tiri."Foto? Tumben sekali dia mengirimi ku pesan," gumam Jonatan menatap layar ponselnya.Karena ini pertama kalinya Azam kakak tirinya itu mengiriminya pesan terlebih dahulu. Karena bisanya Azam bahkan selalu menghindari komunikasi dengan dirinya.Jonatan pun langsung membuka pesan yang dikirim oleh Azam. Detik berikutnya Jonatan dibuat shok. Pria itu melotot sempurna ketika melihat isi pesan yang diberikan sang kakak tiri."Tidak! Apa ini! Alena." Jonatan berteriak mengamuk seraya membuang barang-barang yang ada di hadapannya.Pria itu langsung memesan penerbangan pertama. Jonatan ingin segera pulang dan menanyakan kebenaran tentang Alena sang kekasih. Sungguh Jonatan saat ini benar-benar tak karuan.Malam yang panjang kini telah berganti dengan pagi yang begitu cerah. Alena membuka perlahan kelopak matanya. Sinar matahari rupanya sudah mulai muncul menembus celah jendela kamar Azam. "Eummm ...." leguh Alena mencoba mengumpulkan kesadarannya. Namun, matanya seketika melotot saat mendapati sosok pria yang tidur disampingnya. Pria yang tidur dengan bertelanjang dada itupun seketika membuat ia melihat keadaannya sendiri. Alena begitu shock, wanita itu seakan tersadar. Ingatannya kembali pada kejadian semalam. Dimana Azam telah berhasil merenggut kesuciannya yang telah ia jaga selama 19 tahun. Kesucian yang hanya akan ia persembahkan untuk Jonatan sang kekasih kini telah hilang. Air mata Alena kini jatuh tak tertahankan, kala mengingat apa yang terjadi semalam adalah kenyataan. Statusnya kini sebagai Nyonya Azam jelas bukanlah mimpi. "Tidak! Akhh!" Elena meringis terjatuh ketika wanita itu bangkit dan hendak pergi dari kamar Azam. "Kau! Mau kemana, hah!" ujar Azam terbangun ketik
Nyonya Reina tersentak tak percaya dengan kata-kata Azam, yang terdengar seakan tanpa dosa. Lagi pula mana mungkin wanita paruh baya itu mau memberi restu pada hubungan yang akan membuat hati putranya hancur. Terlebih lagi, saat melihat mereka berdua terlihat mesra seakan Alena dengan suka rela menikah dengan Azam. "Apakah selama ini kau hanya mempermainkan putraku!" teriak Nyonya Reina melupakan amarahnya, seraya bangkit dari duduknya dengan tangan yang menunjuk kearah Alena. Sungguh wanita paruh baya itu benar-benar tak percaya. Jika ternyata selama ini gadis yang begitu dicintai oleh sang putra ternyata hanyalah seorang pengkhianat. Padahal Jonatan sudah merencanakan akan melamar Alena saat ia libur semester. Bahkan Jonatan juga sudah berencana akan langsung menikahi Alena begitu ia selesai dengan pendidikannya beberapa bulan lagi. "A-aku—" Alena tak tinggal diam wanita itu mencoba menjawab akan tetapi perkataannya langsung terhenti. Azam rupanya dengan cepat menggenggam tanga
Azam menatap lekat wajah Alena yang tengah tertidur. Pria itu baru saja keluar dari kamar mandi dan kini, dirinya sudah bersiap pergi menemui Zen sang asisten. Beberapa saat lalu Azam kemabli memalukan penyatuan bersama Alena.Azam benar-benar tak memiliki hati, ia benar-benar menganggap Alena sebagai budaknya di atas ranjang. Azam melakukannya tanpa cinta apalagi kelembutan sama sekali. Hanya kebencian yang ada dalam dirinya, apalagi saat mengingat Alena begitu mencintai Jonatan. Darahnya mendidih, bukan karena ia mencintai Alena. Melainkan ia begitu membenci orang-orang yang memiliki cinta dan kasih sayang pada Jonatan.Kring!Dering ponsel Azam terdengar seketika memutus tatapannya pada Alena. Pria itu meraih ponselnya kemudian menerima panggilan yang ternyata itu dari sistemnya Zen."Kau sudah bersamanya?" ucap Azam pada sang asisten tanpa basa-basi."Sudah Tuan,""Ada perkembangan?""Iya Tuan dan ini seperti dugaan Tuan,""Aku segera kesana."Azam menutup telponnya sepihak, denga
"Azam! Azam!" teriak Jonatan dengan penuh emosi memanggil nama Azam seraya melangkah kedalam rumah Azam. Sebelumnya pria itu tidak diperbolehkan masuk oleh satpam. Namun, Nyonya Reina yang ngotot dan mengancam pada sang satpam dengan membawa nama Tuan Abraham. Membuat satpam tersebut dengan terpaksa membuka pintu gerbang dan membiarkannya masuk.Jonatan yang terbang dari London kemarin malam langsung bertolak ke kediaman Azam. Untung saja hanya Nyonya Reina yang mengetahui kepulangan sang putra. Karena, jika Tuan Abraham sampai tahu, mungkin pria paruh baya itu pun tak mengijinkan Jonatan pergi ke rumah Azam. "Maaf Tuan Jonatan, Nyonya besar, Tuan Azam sedang pergi dan—" Mbok Nani menyahut, dengan berlari terponggoh-ponggoh menghampiri Jonatan dan Nyonya Reina."Alena! Alena!" teriak Nyonya Reina memotong perkataan Mbok Nani. Nyonya besar itu memanggil nama Alena tanpa menghiraukan perkataan sang asisten rumah tangga yang sedang menjelaskan keberadaan majikannya. "Alena!" Mendengar
Jonatan menatap sengit perlakuan Azam pada Alena. Tatapan Jonatan begitu penuh emosi seakan ingin menerkam Azam yang ada dihadapannya ini. Jonatan yang sebelumnya selalu menaruh sikap segan pada sang kakak tiri, kini seolah berubah tak bersahabat. Hanya ada kebencian yang mendalam pada sosok Azam yang begitu tega melakukan ini padanya. Padahal Jonatan selama ini selalu bersikap hormat dan menyayangi sang kakak. Namun, apa yang ia dapati, justru perlakuan yang begitu menyakitkan dari sang kakak. Pengkhianatan yang tak pernah disangka, karena selama ini Jonatan melihat sosok Azam yang begitu pendiam. Pria itu tak menyangka jika ternyata sang kakak tiri memiliki dendam padanya. Azam benar-benar menyembunyikan rapi kebenciannya pada Jonatan dan sang mamah. Andai Jonatan tahu rencana Azam mungkin, pria itu sudah lebih dulu menikahi Alena. "Jadi ini maksudmu tentang balas dendam itu?" ucap Jonatan seraya berdiri memegangi perutnya yang masih terasa nyeri akibat pukulan Azam. "Heh kau
Alena melangkah kedalam kamar dengan wajah yang terus ia tundukan, kakinya seakan begitu berat. Sementara, Azam menatap Alena dengan senyum yang terlihat begitu sumringah. Pria itu benar-benar menikmati kemenangan yang tengah ia dapatkan saat ini. Melihat wajah kehancuran Jonatan, membuat Azam begitu bahagia. Namun, tentu saja balas dendam Azam tak cukup sampai disini. Pria itu belum benar-benar puas jika belum melihat Jonatan putus asa. Apalagi dugaannya tentang nyonya Reina yang ia curigai sebagai pembunuh sang mamah. Membuat pria itu tidak akan berhenti sampai disini. Azam tentu akan melakukan hal yang lebih dari apa yang ia lakukan hari ini. Sedangkan untuk Alena sendiri, Azam tak memungkiri jika ia sudah sangat menikmati saat-saat permainan panasnya bersama Alena.Azam seolah sudah merasa candu pada wanita berparas cantik yang berstatus istrinya itu. Akan tetapi sayangnya, Azam hanya menganggap Alena sebagai pemuas nafsunya diatas ranjang. Azam tetap membenci Alena karena wani
Pagi hari yang cerah Alena sudah bersiap, wanita itu terlihat cantik dan rapi. Iya, pagi ini Alena akan memulai lagi kegiatan belajarnya di kampus. Setelah beberapa hari ini ia tidak masuk kuliah dikarenakan pernikahannya dengan Azam. Alena bahkan sempat berpikir jika, dirinya sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk berkuliah. Namun ternyata Azam pria kejam itu, mengijinkannya untuk kembali berkuliah. Meski Alena harus mengikuti segala aturan yang Azam berikan padanya. "Selamat pagi," ucap Alena menyapa Azam yang berada di meja makan."Kau sudah siap? Duduklah, dan sarapan." Azam menjawab dingin sapaan Alena seraya meneliti penampilan istrinya itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sementara Alena, wanita itu hanya mengangguk kemudian mendudukan bokongnya perlahan di kursi meja makan. Alena pun mengambil roti tawar kemudian mengolesinya dengan selai kacang. Tak ada lagi suara baik dari Azam maupun Alena. Suasana menjadi hening seketika karena kini, keduanya sarapan dengan tena
Azam tersentak ketika melihat seorang wanita berpenampilan seksi dan pria paruh baya sudah ada di dalam ruangannya. Azam tersenyum miring kemudian melangkah masuk. Azam sudah tahu apa tujuan pria paruh baya dan wanita muda dihadapannya ini datang pagi-pagi sekali menemuinya. "Azam!" panggil wanita muda berpenampilan seksi nan cantik itu seraya menghampiri dan langsung memeluk lengan Azam posesif. "Karen tolong jangan seperti ini." Azam berkata tegas seraya langsung melepaskan tangan Karen yang membelit di lengannya. Iya, wanita muda nan seksi itu bernama Karen. Karen adalah wanita yang begitu tergila-gila dan mencintai Azam. Karen sudah menganggap Azam sebagai calon suaminya. Tak hanya itu, Tuan Antonio papah Karen dan Tuan Abraham sudah merencanakan pernikahan mereka. Namun, sayangnya Azam yang keras kepala menolak dan bahkan sekarang pria itu sudah menikah diam-diam dengan Alena. Azam yakin kehadiran Karen beserta papahnya ini, pasti sudah diatur oleh Nyonya Reina. Karena sehar
Hari berganti hari, kini sudah dua bulan Alena bekerja di perusahaan sang suami. Banyak karyawan yang menyukai Alena disana. Bagiamana tidak, wanita ramah dengan paras cantik serta penuh sopan santun. Jelas membuat banyak karyawan suka pada sosok Alena. Apalagi Alena juga termasuk karyawan yang cerdas. Terbukti saat ia diminta membuat rancangan untuk prodak terbaru Galaxy grup. Alena mampu mempersembahkan maha karya yang begitu apik. Dan itu jelas semakin membuat para karyawan terpesona pada sosok Alena. Namun, tak sedikit pula yang membenci Alena. Itu karena mereka sudah terhasut oleh kata-kata Mery. Iya Mery dan Nara semakin kesal ketika Nara yang rencananya akan kembali ke Galaxy grup dengan bantuan Nyonya Reina. Nyatanya gagal total, karena Azam menolak mentah-mentah usulan itu. Alhasil kini, Zen lah yang merangkap sebagai sekertaris Azam.Hal itu membuat Mery dan Nara mengubah rencana mereka. Mereka berdua kini justru memanfaatkan interaksi Alena dengan Azam yang kini semakin
Alena melangkah mantap menuju ruangan Azam. Bumil itu sebenarnya masih malas berhadapan dengan Azam, sang suami. Namun, apa boleh buat. Ia harus profesional karena ini adalah panggilan kerja. Alena langsung mengetuk pintu ruangan Azam. Akan tetapi, pintu tak kunjung dibuka. Alena menghembuskan nafas beratnya, mulai merasakan kekesalan di hatinya. "Dasar kekanak-kanakan!" gerutu Alena langsung membuka pintu ruangan Azam. "Akhhh!" Alena sontak berteriak ketika tiba-tiba saja, tangannya ditarik dari belakang. Rupanya Azam sengaja tidak membuka pintu dan membiarkan Alena membukanya sendiri. Sementara, pria itu bersembunyi di balik pintu. "Pak tolong lepaskan say—eummm!" protes Alena langsung dibungkam dengan ciuman oleh Azam. Pria itu mencium begitu bringas namun, masih dengan kelembutan. Ciuman Azam begitu panas, seolah pria itu tengah menegaskan sesuatu. Merasakan ada sesuatu yang lain dari suaminya. Alena yang tadinya berontak kini mulai mengalungkan tanganya. Membalas ciuman Azam
Nara langsung mengadu pada Nyonya Reina. Gadis licik itu tak mau begitu saja pergi dari Galaxy group. Rencananya bahkan belum sepenuhnya ia jalankan. "Kamu tenang saja, aku akan membuat Azam menerimamu kemabli. Tapi, ingat jangan pernah berbuat gegabah lagi! Dan mulai sekarang aku yang akan mengendalikan dan menyusun rencana. Jangan pernah berbuat diluar perintahku mengerti!" ucap Nyonya Reina geram. Wanita paruh baya itu begitu kesal dengan sikap Nara yang terlalu gegabah. "Baik Nyonya kali ini aku berjanji tidak akan bertindak gegabah lagi." Nara berkata seraya tertunduk menyesali tindakannya yang terlalu cepat. Nara begitu Pedenya berpikir jika Azam pasti akan tergoda padanya. Karena bagaimana pun, Nara sedang berperan sebagai wanita masa lalunya. Sementara, dilain tempat, Azam tengah gelisah. Pria itu terus menatap jam dinding yang terpampang di ruangannya. Azam begitu menantikan saat-saat jam pulang kantor. Pria itu ingin secepatnya bertemu dan berbicara menjelaskan kesalahpah
Keesokan harinya Alena Kembali masuk ke kantor. Insiden kemarin yang mengakibatkan Mery sang manajer dihukum akibat ulahnya pada Alena. Ternyata membuat Mery justru tambah membenci Alena. Apalagi kemarin sore setelah pulang dari kantor. Nara yang sempat menggantikan tugas Alena karena suruhan Zen. Memutuskan untuk bertemu dengan Mery. Dalam pertemuan itu, Nara rupanya langsung mengajak Mery bekerja sama. Nara nyalin betul jika Mery pasti membenci Alena. Apalagi ketika Zen juga ikut memarahinya. Mery rupanya adalah salah satu karyawan yang mengagumi bahkan menaruh rasa pada Zen. Wanita itu begitu sakit hati ketika Zen, dengan terang-terangan memarahinya hanya karena seorang Alena. Dan karena itulah Mery semakin membenci Alena.Hingga wanita itu langsung mengiyakan begitu Nara mengajaknya bekerjasama. Sedangkan Nara, wanita itu tersenyum penuh kemenangan. Mendengar Mery yang mau bekerjasama dengannya. Karena itu artinya Nara tidak perlu menggunakan tangannya untuk mengerjai Alena."Z
Azam berjalan cepat menuju departemen design produksi. Pria berparas tampan. itu benar-benar emosi. Pagi ini moodnya dibuat kacau tidak karuan. Mendapati Nara, wanita masa kecilnya yang mati-matian ia hindari demi Alena. Kini justru berada dekat dengannya. Niat hati ingin melihat sang istri dari kejauhan untuk meredakan kekesalan hatinya. Azam justru dibuat begitu emosi. Ketika melihat sang istri harus repot-repot membuat belasan minuman untuk karyawannya. "Mery!" teriak Azam langsung masuk ke dalam ruangan Mery manager design produksi. "Tuan Azam." Mery begitu terkejut melihat kedatangan Azam yang begitu tiba-tiba. "Apa di Galaxy group kekurangan OB! Apa aku perlu menambah OB untuk membuat minuman untuk para karyawan!" bentak Azam seraya menggebrak meja kerja Mery membuat wanita berusia 35 tahun itu tersentak kaget. "Ma-maaf Tuan Azam apa maksud Anda?" Mery bertanya dengan gagap, maksud kemarahan Azam sesungguhnya. "Maksud ku? Kau tanya maksudku! Kau menyuruh anak magang untuk
Nara masuk ke ruangan Azam dengan langkah gemulainya. Wanita itu begitu percaya diri menatap Azam yang terlihat terkejut. Iya, Nara rupanya dipersiapkan oleh Nyonya Reina untuk menjadi sekertaris Azam. Sementara, sekertaris Azam sendiri, sudah disuap dengan sejumlah uang untuk mengundurkan diri. Nyonya Reina benar-benar tak segan menghabiskan uang untuk memuluskan jalannya. Wanita paruh baya itu benar-benar ingin menghancurkan Azam dan Alena. "Selamat pagi Pak Azam, perkenalkan saya Anara Hendropriyono. Saya adalah mahasiswi magang, tapi saya ditempatkan untuk menjadi sekertaris Bapak," ujar Nara memperkenalkan diri. Azam terdiam menatap Nara apalagi ternyata wanita itu tegah memakai kalung berliontin separuh hati. Tentu saja pria itu terpaku, pasalnya ia tahu betul makna dari liontin itu sendiri. Meski detektif suruhnya sudah memberitahu siapa wanita masa kecilnya sekaligus pemilik liontin itu. Namun, entah mengapa hari pria itu sama sekali tak tersentuh. Azam ingin melupakan ten
Hari yang ditunggu-tunggu oleh Alena pun akhirnya tiba. Dimana hari ini adalah hari pertamanya sebagai mahasiswa magang. Alena berdandan begitu cantik dengan setelan formalnya. Meski kandungannya sudah menginjak usia 5 bulan. Namun, Alena masih terlihat begitu cantik. Perutnya yang sedikit membuncit tak mengurangi keindahan tubuh Alena. Justru wanita itu semakin terlihat seksi. "Sayang, kau yakin akan ke kantor?" tanya Azam seraya memeluk Alena dari belakang. Alena tersenyum, wanita yang tengah mematut dirinya di depan cermin, akhirnya membalikan tubunya menghadap ke arah sang suami. "Iya Mas, bukankah sudah dari satu minggu lalu aku melamar dan kau juga kan yang menyetujuinya." Alena menangkap wajah sang suami yang terlihat sendu. Entah kenapa satu minggu ini Azam menjadi pria yang begitu maja. Bak anak kecil, Azam kadang tak segan merengek minta dimanja. "Tapi kalau kamu cantik begini, apa aku bisa rela. Lagi pula kenapa status harus disembunyikan si sayang," rengek Azam lagi-la
Tiga hari setelah pertemuannya dengan ayah dan mamah tirinya. Azam terlihat semakin posesif. Tentu saja kejadian beberapa bulan lalu, ketika Alena diculik oleh Nyonya Reina dan Karen. Membuat Azam begitu posesif kali ini. Bagaimana pun pria itu tahu betul bagaimana sikap Karen dan mamah tirinya itu. Azam tentu tidak ingin ambil resiko. Apalagi saat ini Alena tengah mengandung buah cintanya. "Mas, bukankah magangku empat hari lagi, tapi kenapa sekarang aku sudah harus itu kamu ke kantor?" tanya Alena pada Azam. Kini mereka tengah berada dalam mobil yang hendak ke kantor Galaxy group. "Sayang, bukankah kau harus mengenal lebih dekat perusahaan yang akan kau singgahi." Azam menjawab pertanyaan Alena tanpa mengalihkan pandangannya ke layar laptop. "Baiklah, bararti aku langsung ke kampus setelah makan siang ya Mas," ujar Alena seraya memakan sandwich sisa sarapannya yang ia bawa. "Siapa yang menyuruhmu pergi ke kampus?" "Maksud Mas?" "Kau akan di kantor menemani ku sampai jam pulang
Pernyataan Tuan Abraham sontak membuat Azam dan Alena terkejut. Bagiamana tidak, sang ayah begitu entengnya meminta dirinya untuk menikahi wanita lain. Padahal saat ini jelas-jelas Alena ada di sampinya. Ditambah lagi, istrinya itu kini tengah mengandung. Namun, Tuan Abraham seolah tak perduli dan tak menganggap Alena sama sekali. Alena benar-benar tak ada harganya di mata kedua orang tua itu. "Apa Ayah sadar dengan permintaan Ayah barusan? Tidak kah Ayah lihat aku sedang bersama siapa? Bahkan istriku sedang hamil Yah, dan Ayah dengan entengnya memintaku untuk menikahi wanita itu!" Azam benar-benar geram, sambil menunjuk Karen. Pria itu meluapkan emosinya yang membuncah. "Persetan dengan pernihakan mu! Aku tidak merestuinya Azam! Pokoknya kau harus menikahi Keren secepatnya!" hardik Tuan Abraham tak berperasaan. "Heh, persetan dengan pernikahan ku? Kalau begitu aku pun sama, persetan dengan permintaan mu Ayah! Sampai kapanpun aku tidak akan menikahi wanita itu!" Azam membantah den