"Dasar menantu tidak tahu diri!'' teriak Bu Lestari sore itu.Sejak Olip tinggal di rumah mertuanya, tidak ada ketenangan lagi di rumah Pak Eko. Selalu saja ada perselisihan antara Olip dan juga Bu Lestari. Contohnya saja sore ini. Kedua perempuan itu tengah berselisih pahaam di dapur karena Olip yang tiba-tiba saja datang memberikan baju kotor pada Bu Lestari yang sedang mencuci pakaian.Bagaimana Bu Lestari tidak marah? Ketika asyik mencuci pakaian kotor suami dan dirinya, dia dikejutkan dengan tingkah Olip itu.''Cuci baju kamu sendiri," ujar Bu Lestari yang langsung melempar pakaian milik Olip pada ke arah menantunya itu.Olip yang dilempari pun merasa terkejut. Dia menganga dengan menatap bagian bawah celananya yang basah akibat lemparan dari sang mertua. "Ibu ini apa-apaan sih? Basah dan kotor nih celana aku," ujar Olip dengan mengentakkan kakinya kesal.''Kamu yang apa-apaan?" Bu Lestari berkacak pinggang menatap menatunya tajam. "Main lempar-lempar pakaian kotor. Memangnya ak
"Mika. Aku sudah menemukan di mana keluarga ayah kandung kamu tinggal," ujar Noval ketika dia baru pulang dari bengkel. Dia pulang terlambat karena di bengkel banya pekerjaan.Pria itu langsung mencari keberadaan istrinya di kamar yang ternyata sedang melipat pakaiaaln.Apa yang dikatakan oleh Noval membuat Mika merasa terkejut sekaligus senang. "Benarkah?" tanyanya Kemudian. Dia meraih tangan Noval. Tanpa sadar dia menggenggamnya erat dan kuat. Bahkan bisa disebut mencengkeram.Noval mengangguk. "Ya.''Akhirnya setelah beberapa hari berlalu, buku pernikahan almarhum kedua orang tuanya bisa membantu Noval dalam mencari keberadaan keluarga orang tua kandung Mika."Bisakah kamu mengantarkan aku ke sana sekarang? Aku ingin bertemu mereka." Mika sangat bersemangat karena dia akan bertemu keluarga kandungnya.Noval mengerti kalau Mika pasti merasa tidak sabar untuk menemui mereka. Noval pun memegang tangan Mika dan berujar, ''Tempatnya agak jauh. Kalau kita ke sana sekarang, kita pasti sam
Setelah Mika memutuskan untuk mengurungkan niatnya menemui keluarga kandung almarhum sang ayah, Noval hanya membawa Mika berputar-putar keliling kota. Sampai akhirnya malam tiba, dia berhenti pada sebuah pasar malam yang kebetulan dilihat.Mika masih diam tidak merespon dan tetap duduk di tempatnya sembari menatap ke arah luar jendela. Noval sendiri memutuskan untuk turun. Dia mencari minuman untuk melepas dahaga yang sejak tadi dia rasakan. Mengingat mereka juga belum makan, Noval pun juga memesan makanan yang dia temukan di pasar malam itu. Dua gelas cup es teh dia dapat. Noval mengetuk kaca bagian tempat duduk Mika. Tak lama, kaca itu pun turun.Noval menggulurkan minuman yang baru saja dia beli. "Minum lah. kamu pasti merasa haus, kan?"Mika tersenyum tipis. Dia menerima minuman dari sang suami. "Terima kasih," ujarnya kemudian.Dia meneguk minuman itu dan merasakan dingin yang mengalir di tenggorokan. Menikmati rasa dingin itu, Mika memejamkan mata sesaat lalu menyadarkan kepala
Bu Lestari yang mendengar itu semakin dibuat kesal. Perempuan itu melotot sangat lebar. "Kenapa nggak mau? Kamu nggak mau makan?" tanyanya kemudian."Bukannya aku nggak mau makan, Bu. Tapi aku tidak pernah belanja. Aku tidak bisa," ujar Olip memberitahu.Bu Lestari terkejut mendengar kalau menantunya ini tidak pernah belanja. Lalu apa yang sebenarnya diajarkan oleh ibunya selama ini? Namun, dia tidak akan berhenti begitu aja. "Justru karena tidak bisa itu sekarang kamu harus belajar memulainya. Kamu sudah punya suami. Kamu juga harus bisa memasak. Dan sebelum memasak kamu harus belanja," ujar Bu Lestari menjelaskan pada Olip.Kedua kaki Olip mengentak ke lantai. Perempuan itu menggeram kesal. "Aduh, Ibu. Olip sudah bilang kalau Olip tidak bisa," ujarnya sekali lagi berharap kali ini ibu mertuanya ini akan mengerti.Sayangnya, tidak. Bu Lestari mencoba terus untuk membuat Olip pergi berbelanja. "Kamu hanya perlu datang ke warung lalu membeli apa saja yang akan kita masak hari ini. Kala
Sejak tidak diperbolehkan makan di rumah mertuanya sebelum dia membantu pekerjan rumah, Olip memang selalu makan di luar, membeli di warung makan. Namun, setelah berhari-hari makan di luar, uang Olip pun mulai menipis."Kalau dibiarkan seperti ini, bisa-bisa uang aku habis," ujar Olip dengan melihat isi dompetnya. Dia tampak kebingungan kali ini.Tiba-tiba saja Ridwan memasuki kamar. Pria itu baru saja selesai mandi, sedangkan Olip karena tidak ada kelas dia memilih untuk menunda madinya. Namun, rasa laparnya yang tidak bisa ditunda.Olip pun menemukan jalan. ''Kak. Minta uang dong," ujarnya kemudian. Dia menadahkan tangannya ke arah Ridwan.Ridwan yang sedang mengeringkan rambut pun merasa terkejut. Dia menatap Olip. "Aku, kan belum gajian. Lagian uang yang dikasih ibu kemarin bukannya sama kamu semua?" tanya Ridwan yang mengingat kalau ibu mertuanya memberikan sejumlah uang sebelum mereka pergi kemarin.Olip megerucutkan bibirnya. "Uangnya habis," ujarnya dengan menurunkan bahunya.
"Kamu yakin mau ke toko hari ini?" tanya Noval."Iya," jawab Mika yang kini sedang berada di boncengan Noval. Padahal, mereka sudah ada di atas motor untuk ke toko, tetapi Noval masih saja merasa ragu kalau Mika mau ke toko atau tidak.Pasalnya, sejak beberapa hari lalu ketika dia memutuskan untuk mendatangi kediaman keluarga mendiang ayahnya, berakhir Mika yang merasa malu melihat keluarga itu bukan keluarga sembarangan, Mika mengalami demam dan membuat perempuan itu harus beristirahat di rumah.Alhasil, berakhir dia yang mendapat ceramah dan olokan dari Bu Tuti. Katanya, "Ya gitu kalau orang nggak punya duit sok-soan mau jalan-jalan. Demam, kan kepikiran berapa uang yang udah dikeluarkan." Beruntung Mika tak mau menanggapinya."Aku sudah enakan ini. Kamu nggak usah khawatir," ujar Mika kemudian."Iya. Ingat yang aku katakan tadi." Sebelum berangkat, Noval mengatakan kalau Mika boleh ke toko asal dia tidak melakukan pekerjaan berat."Iya aku ingat." Mika menjawab paruh. Daripada Nova
"Berikan Kak Ridwan padaku, Kak." Mika yang mendengar ucapan adiknya yang santai itu melotot seketika. Ditatapnya Olip, sang adik, yang tampak sibuk dengan kuku-kuku jarinya. Mengagumi mereka yang baru saja mendapatkan perawatan."Kamu ngomong apa tadi?'' Mika memastikan apa yang baru saja dia dengar."Aku yakin Kak Mika mendengar dengan jelas,” balas Olip tenang. “Aku ingin Kak Mika memberikan Kak Ridwan untuk aku." "Gila kamu?" tanya Mika kemudian. Masih tidak percaya dengan yang ia dengar. "Yang kamu minta barusan itu orang loh, Lip. Pacar kakak. Bukan makanan.”Olip hanya mengedikkan bahunya tak acuh. "Aku hanya merasa kalau Kak Ridwan itu lebih pantas untuk aku ketimbang Kakak,” ucap Olip kemudian. “Makanya aku minta Kakak putus saja sama dia dan berikan dia padaku."Mika menunjukkan ekspresi tidak paham. Satu alisnya menukik naik."Dari mana kamu bisa mengatakan hal itu?" tanya gadis itu.Bagian mananya yang tidak pantas antara dirinya dan sang pacar? Olip mengembuskan napas
"A-ah–pelan-pelan, Kak Ridwan–" Tubuh Mika membeku. Suara familier yang disertai desahan itu membuat jantungnya berdebar tak karuan.Tidak … tidak mungkin–“Ah! Ya–umh, lebih cepat, Kak ….”Suara itu kembali terdengar. Mika mendekati sumber suara, sebuah pintu di mana dia tahu itu adalah kamar sang kekasih. Logikanya sudah bisa menduga apa yang terjadi di dalam, tapi hatinya menolak untuk percaya.Hingga perlahan, tangannya bergerak pelan meraih handle pintu lalu membukanya. Dia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kekasihnya bergerak liar di atas tubuh sang adik tanpa memakai busana apa pun. Tanpa terasa air asin sudah jatuh membasahi pipi."Jadi ini kelakuan kalian di belakangku?'' ucap Mika kemudian dengan suara tertahan, tapi cukup keras untuk bisa didengar. Wajahnya sudah basah dengan air mata.Ridwan dan Olip yang mendengar itu pun terkejut. Ridwan langsung melepaskan penyatuannya dengan Olip dan bangkit. "Mi---Mika." Suara Ridwan terbata. Pandangannya mengedar dan l
"Kamu yakin mau ke toko hari ini?" tanya Noval."Iya," jawab Mika yang kini sedang berada di boncengan Noval. Padahal, mereka sudah ada di atas motor untuk ke toko, tetapi Noval masih saja merasa ragu kalau Mika mau ke toko atau tidak.Pasalnya, sejak beberapa hari lalu ketika dia memutuskan untuk mendatangi kediaman keluarga mendiang ayahnya, berakhir Mika yang merasa malu melihat keluarga itu bukan keluarga sembarangan, Mika mengalami demam dan membuat perempuan itu harus beristirahat di rumah.Alhasil, berakhir dia yang mendapat ceramah dan olokan dari Bu Tuti. Katanya, "Ya gitu kalau orang nggak punya duit sok-soan mau jalan-jalan. Demam, kan kepikiran berapa uang yang udah dikeluarkan." Beruntung Mika tak mau menanggapinya."Aku sudah enakan ini. Kamu nggak usah khawatir," ujar Mika kemudian."Iya. Ingat yang aku katakan tadi." Sebelum berangkat, Noval mengatakan kalau Mika boleh ke toko asal dia tidak melakukan pekerjaan berat."Iya aku ingat." Mika menjawab paruh. Daripada Nova
Sejak tidak diperbolehkan makan di rumah mertuanya sebelum dia membantu pekerjan rumah, Olip memang selalu makan di luar, membeli di warung makan. Namun, setelah berhari-hari makan di luar, uang Olip pun mulai menipis."Kalau dibiarkan seperti ini, bisa-bisa uang aku habis," ujar Olip dengan melihat isi dompetnya. Dia tampak kebingungan kali ini.Tiba-tiba saja Ridwan memasuki kamar. Pria itu baru saja selesai mandi, sedangkan Olip karena tidak ada kelas dia memilih untuk menunda madinya. Namun, rasa laparnya yang tidak bisa ditunda.Olip pun menemukan jalan. ''Kak. Minta uang dong," ujarnya kemudian. Dia menadahkan tangannya ke arah Ridwan.Ridwan yang sedang mengeringkan rambut pun merasa terkejut. Dia menatap Olip. "Aku, kan belum gajian. Lagian uang yang dikasih ibu kemarin bukannya sama kamu semua?" tanya Ridwan yang mengingat kalau ibu mertuanya memberikan sejumlah uang sebelum mereka pergi kemarin.Olip megerucutkan bibirnya. "Uangnya habis," ujarnya dengan menurunkan bahunya.
Bu Lestari yang mendengar itu semakin dibuat kesal. Perempuan itu melotot sangat lebar. "Kenapa nggak mau? Kamu nggak mau makan?" tanyanya kemudian."Bukannya aku nggak mau makan, Bu. Tapi aku tidak pernah belanja. Aku tidak bisa," ujar Olip memberitahu.Bu Lestari terkejut mendengar kalau menantunya ini tidak pernah belanja. Lalu apa yang sebenarnya diajarkan oleh ibunya selama ini? Namun, dia tidak akan berhenti begitu aja. "Justru karena tidak bisa itu sekarang kamu harus belajar memulainya. Kamu sudah punya suami. Kamu juga harus bisa memasak. Dan sebelum memasak kamu harus belanja," ujar Bu Lestari menjelaskan pada Olip.Kedua kaki Olip mengentak ke lantai. Perempuan itu menggeram kesal. "Aduh, Ibu. Olip sudah bilang kalau Olip tidak bisa," ujarnya sekali lagi berharap kali ini ibu mertuanya ini akan mengerti.Sayangnya, tidak. Bu Lestari mencoba terus untuk membuat Olip pergi berbelanja. "Kamu hanya perlu datang ke warung lalu membeli apa saja yang akan kita masak hari ini. Kala
Setelah Mika memutuskan untuk mengurungkan niatnya menemui keluarga kandung almarhum sang ayah, Noval hanya membawa Mika berputar-putar keliling kota. Sampai akhirnya malam tiba, dia berhenti pada sebuah pasar malam yang kebetulan dilihat.Mika masih diam tidak merespon dan tetap duduk di tempatnya sembari menatap ke arah luar jendela. Noval sendiri memutuskan untuk turun. Dia mencari minuman untuk melepas dahaga yang sejak tadi dia rasakan. Mengingat mereka juga belum makan, Noval pun juga memesan makanan yang dia temukan di pasar malam itu. Dua gelas cup es teh dia dapat. Noval mengetuk kaca bagian tempat duduk Mika. Tak lama, kaca itu pun turun.Noval menggulurkan minuman yang baru saja dia beli. "Minum lah. kamu pasti merasa haus, kan?"Mika tersenyum tipis. Dia menerima minuman dari sang suami. "Terima kasih," ujarnya kemudian.Dia meneguk minuman itu dan merasakan dingin yang mengalir di tenggorokan. Menikmati rasa dingin itu, Mika memejamkan mata sesaat lalu menyadarkan kepala
"Mika. Aku sudah menemukan di mana keluarga ayah kandung kamu tinggal," ujar Noval ketika dia baru pulang dari bengkel. Dia pulang terlambat karena di bengkel banya pekerjaan.Pria itu langsung mencari keberadaan istrinya di kamar yang ternyata sedang melipat pakaiaaln.Apa yang dikatakan oleh Noval membuat Mika merasa terkejut sekaligus senang. "Benarkah?" tanyanya Kemudian. Dia meraih tangan Noval. Tanpa sadar dia menggenggamnya erat dan kuat. Bahkan bisa disebut mencengkeram.Noval mengangguk. "Ya.''Akhirnya setelah beberapa hari berlalu, buku pernikahan almarhum kedua orang tuanya bisa membantu Noval dalam mencari keberadaan keluarga orang tua kandung Mika."Bisakah kamu mengantarkan aku ke sana sekarang? Aku ingin bertemu mereka." Mika sangat bersemangat karena dia akan bertemu keluarga kandungnya.Noval mengerti kalau Mika pasti merasa tidak sabar untuk menemui mereka. Noval pun memegang tangan Mika dan berujar, ''Tempatnya agak jauh. Kalau kita ke sana sekarang, kita pasti sam
"Dasar menantu tidak tahu diri!'' teriak Bu Lestari sore itu.Sejak Olip tinggal di rumah mertuanya, tidak ada ketenangan lagi di rumah Pak Eko. Selalu saja ada perselisihan antara Olip dan juga Bu Lestari. Contohnya saja sore ini. Kedua perempuan itu tengah berselisih pahaam di dapur karena Olip yang tiba-tiba saja datang memberikan baju kotor pada Bu Lestari yang sedang mencuci pakaian.Bagaimana Bu Lestari tidak marah? Ketika asyik mencuci pakaian kotor suami dan dirinya, dia dikejutkan dengan tingkah Olip itu.''Cuci baju kamu sendiri," ujar Bu Lestari yang langsung melempar pakaian milik Olip pada ke arah menantunya itu.Olip yang dilempari pun merasa terkejut. Dia menganga dengan menatap bagian bawah celananya yang basah akibat lemparan dari sang mertua. "Ibu ini apa-apaan sih? Basah dan kotor nih celana aku," ujar Olip dengan mengentakkan kakinya kesal.''Kamu yang apa-apaan?" Bu Lestari berkacak pinggang menatap menatunya tajam. "Main lempar-lempar pakaian kotor. Memangnya ak
"Sorry," ujar Mika sebelum dia menutup panggilan dengan Sinta. Harii ini, mereka berniat untuk ke tempat kerja masing-masing dengan terlambat karena Mika ingin menjalankan rencananya.Apa rencana Mika?Mika berencana untuk memasuki kamar kedua orang tuanya lagi untuk mencari petunjuk perihal kedua orang tua kandungnya. Mika yakin akan ada sesuatu di sana."Dah," ujar Mika pada Noval. Mika harus memberitahu Sinta kalau dia akan datang terlambat. Sedangkan Noval sendiri sudah memberitahukan orang di bengkel sejak tadi.Noval mengangguk. "Bagus. Kita tinggal tunggu Bapak dan Ibu pergi saja. Semoga ini akan berhasil,'' ujar Noval kemudian. Mereka menunggu dua orang tua itu keluar.Jika Pak Purnomo akan pergi mengojek, maka biasanya Bu Tuti akan pergi untuk bergosip dengan tetangga sekitar. Sejak pernikahan Olip, Bu Tuti tidak melakukannya karena dialah yang menjadi bahan pembicaraan di desa. Namun, sejak dua hari yang lalu dia sudah melakukan kebiasaannya dulu itu."Kalian tidak kerja?" t
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika Olip dan Ridwan baru saja sampai di kediaman Pak Eko. Dua orang itu membawa koper besar berisi pakaian mereka. Wajah Olip menunjukkan kekesalan karena dia harus kalah dari Mika dan berakhir dirinya yang harus pergi dari rumah."Sudah. Daripada kita tinggal di sana tapi mendapat kesialan terus. Mending kita di sini saja. Toh sama saja, kan. Setidaknya kita aman di sini," ujar Ridwan mencoba menghibur Olip.Olip mendengus. Sama saja bagaimana? Kalau di rumahya sendiri, kan dia pasti diratukan oleh kedua orang tuanya. jelas itu. Kalau di sini, jelas dia yang harus berbagi mengingat ada adik Ridwan yang masih bersekolah. Belum lagi sikap bapak mertuanya yang terang-terangan tidak menyukai Olip.''Kamu harus segera buatin aku rumah. Sebagai seorang suami itu sudah tanggung jawab kamu," ujar Olip menatap tajam Ridwan.Ridwan menghela napas dalam. Permintaan Olip ini terlalu banyak. Ya meskipun itu tidak salah karena memang sejatinya seorang
''Kok bisa sih bannya kempes?" tanya Ridwan ketika mendapati ban motornya kempes. Dia memerhatikan ban itu yang tak memiliki angin sama sekali.Detik kemudian pandangannya jatuh pada Noval yang baru saja mengeluarkan motornya. Dia terus memerhatikan gerak-gerik Noval yang saat ini sedang memanasi motornya. Tatapann Ridwan pun menjadi curiga."Val. Kamu yang membuat ban motor aku kempes?" tanya Ridwan yang jelas sekali kalau itu adalah bentuk tuduhan.Noval yang sebelumnya tengah sibuk dengan motornya sendiri pun langsung menatap Ridwan dengan datar. Dia memerhatikan ban motor milik adik iparnya itu yang sudah dalam keadaan kempes. Noval menggeleng lalu kembali fokus pada kendaraannya sendiri.Ridwan melotot lebar. ''Val. Jangan bohong kamu." Dia tidak percaya dengan jwaban Noval.Noval kembali menatap Ridwan. Kali ini dia brsuara, ''Bukan aku." Dia masih menjawab dengan santai.Mika kebetulan keluar dari rumah dan mendekati suaminya. Dia melihat seperti ada sitegang antara sang suami