Suara pintu yang dibuka dari luar membuat wanita cantik itu tersadar dari lamunan. Dengan kasar, Cassandra menghapus jejak air mata di pipinya. Alfian mendekat dan ikut menghenyak di sisi ranjang, menatap wajah sembab sang istri dengan rasa kasihan.
"Sayang, kamu masih shock ya sama kejadian tadi?" tanya Alfian pada istri cantiknya itu."Ti-tidak kok, Mas. Aku hanya tak habis pikir, kenapa ada yang tega melakukan hal seperti itu pada kita," kilah Cassandra berusaha menutupi rasa gugup."Entahlah sayang, aku juga tak habis pikir. Siapa yang bisa melakukan hal sekeji itu.""A-apa mungkin ini semua ulah Dira ya, Mas. Tadi siang dia kelihatan marah banget sama aku." Celetukan Cassandra membuat Alfian sedikit terkejut, bagaimana mungkin istrinya bisa berpikiran seperti itu. Alfian tahu betul watak Dira, tak mungkin gadis itu bisa melakukan ini semua."Aduh, Sayang. Itu nggak mungkin banget, Dira bukan tipe orang pendendam seperti itu. Meskipun judes tapi sebenarnya dia baik banget lho." Alfian menyangkal pendapat istrinya.Secara spontan, Cassandra mengerucutkan bibirnya karena sang suami lebih mempercayai orang lain dibanding dirinya."Kok kamu malah belain dia sih, Mas. Udah jelas kita ini diteror setelah berantem sama dia, kalau bukan Dira lalu siapa lagi pelakunya?" kesal wanita itu memutar badannya memunggungi sang suami.Alfian yang melihat wajah cemberut sang istri justru semakin dibuat gemas olehnya. Lelaki itu langsung memeluk tubuh ramping Cassandra dari belakang dan merebahkannya ke ranjang. Namun, saat Alfian hendak mengecup bibir ranum pink alami itu, sang pemilik malah memalingkan mukanya ke arah lain."Nggak jadi ada jatah malam pertama, aku kesel sama kamu." Cassandra mendorong tubuh sang suami dengan cukup kuat hingga membuatnya terguling ke samping."Ya ampun, Sayang. Kok gitu? Padahal Ibu udah pengen punya cucu lho," goda Alfian yang kembali memeluk tubuh sang istri.Cassandra tak bergeming, hanya diam tanpa membalas ataupun menepis pelukan dari sang suami. Alfian yang merasa tak lagi mendapat penolakan mulai melancarkan aksinya. Disibaknya rambut panjang sang istri, lelaki itu mulai mendaratkan ciumannya di leher jenjang nan putih milik Cassandra yang hanya bisa memejamkan mata merasakan hangatnya hembusan napas sang suami yang membuat bulu kuduknya meremang.Tangan kekar milik Alfian mulai memutar tubuh sang istri menghadapnya, kedua sudut bibirnya tertarik kala melihat wajah sayu sang istri yang membuatnya semakin bergairah. Dikecupnya bibir tipis nan ranum itu dengan lembut namun semakin lama berubah menjadi ciuman yang menuntut hingga entah siapa yang memulai, keduanya telah sampai di puncak permainan. Saling berbagi peluh penuh kenikmatan hingga Cassandra terkulai lemas dalam pelukan Alfian sampai pagi menjelang.********Sang bagaskara telah kembali menyapa bersama harum aroma embun pagi yang menetes di dedaunan, diiringi kicauan merdu burung-burung yang berhasil mengusik nyenyak tidur seorang pria tampan berhidung bangir dan beralis tebal yang masih asyik bergelung di bawah selimut setelah nikmatnya pertempuran semalam.Alfian membuka mata kala tangannya meraba dan mendapati sisi ranjang di sampingnya telah kosong. Lelaki itu segera beranjak untuk membersihkan diri dan buru-buru turun ke lantai bawah saat melihat jam di dinding sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Kedua sudut bibir lelaki itu tertarik kala melihat sang istri dan ibunya tengah menikmati sarapan sembari sesekali bercanda."Sayang, kok aku nggak dibangunin sih?" rengek Alfian setelah menghenyak di samping sang istri."Tadi aku bantuin Ibu masak, lagian ngapain kamu bangun pagi-pagi? Kan masih libur kerja sampai seminggu ke depan," balas Cassandra sembari mengambilkan makanan untuk sang suami.Bu Yuni menyunggingkan senyum melihat kebahagiaan sepasang pengantin baru itu."Mumpung masih cuti, kalian jalan-jalan gih. Atau mau liburan sekalian honeymoon?" tawar Bu Yuni pada keduanya."Nggak usah, Bu. Honeymoon di rumah kan sama saja, malah bisa sama-sama Ibu terus lagi," tolak Cassandra secara halus."Kalau gitu nanti siang kita jalan-jalan aja gimana, Sayang? Belanja sama nonton, biar kayak masih pacaran." Alfian memberikan sebuah alternatif yang langsung mendapat persetujuan dari sang istri."Boleh tuh, aku pengen nonton Sewu Dino. Film horor yang lagi viral itu lho," jawab Cassandra antusias."Boleh, nanti siang kita berangkat ya." Alfian langsung menyetujui keinginan sang istri.Hari telah menjelang siang, Cassandra telah siap dengan sebuah mini dress berwarna navy tanpa lengan yang memperlihatkan paha mulusnya. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai dengan sentuhan curly pada ujungnya, wajah yang sudah cantik alami ia poles dengan sentuhan make natural yang menyempurnakan kecantikan parasnya. Sementara Alfian duduk di tepi ranjang, menatap kagum pada sang istri yang tengah mengambil tas selempang kecil dari dalam lemari."Ayo berangkat, Sayang," ajak Cassandra seraya tersenyum lebar memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi."Ayo, istriku ini memang cantik sekali."Alfian menggandeng tangan sang istri menuju ke lantai bawah untuk pamit pada Bu Yuni. Wanita paruh baya itu menarik kedua sudut bibirnya kala melihat pasangan yang begitu serasi itu."Ibu, Cassandra sama Alfian mau keluar dulu. Nanti malam Ibu nggak usah masak ya, biar kita bawain makanan aja," pamit Cassandra mencium tangan Ibu mertuanya."Iya sayang, hati-hati ya kalian. Alfian, kamu jagain istri kamu baik-baik ya," pesan wanita paruh baya itu pada putranya."Siaap, Ibu." Alfian meletakan empat jarinya di dahi seolah memberi hormat.Kedua sejoli itu bergandengan tangan menuju ke mobil yang terpakir di car port. Alfian terlebih dahulu membukakan pintu untuk Cassandra, kemudian masuk dan menghenyak di kursi kemudi. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang untuk menuju salah satu pusat perbelanjaan. Tujuan utama mereka tentunya adalah bioskop, sesuai dengan permintaan Cassandra. Sepanjang perjalanan, tangan Alfian terus menggenggam jemari sang istri. Bahkan tak jarang, mencuri ciuman kala berada di lampu merah hingga tanpa terasa mobil yang mereka tumpangi telah sampai di tempat tujuan."Mau belanja dulu, atau mau nonton dulu nih?" tawar Alfian pada istri cantiknya itu."Emb, langsung ke bioskop aja deh, Mas. Aku lagi nggak mood buat belanja," jawab Cassandra dengan gaya bicaranya yang manja.Setelah mendapatkan dua tiket bioskop dan beberapa cemilan, keduanya segera masuk. Suasana film horor yang cukup mencekam membuat Cassandra merapatkan tubuhnya pada sang suami hingga Alfian malah salah tingkah karena merasakan dua buah melon kenyal milik sang istri menempel di lengannya. Mati-matian Alfian harus menahan hasrat sampai film selesai diputar. Lelaki itu bernapas lega ketika lampu ruangan bioskop kembali menyala dengan terang."Mas, kamu kenapa? Kok keringetan begitu?" heran Cassandra melihat keringat yang mengucur di dahi sang suami."Emb, gara-gara kamu mepetin aku. Aku malah jadi keringat dingin karena harus nahan hasrat biar nggak makan kamu di sana," jawab Alfian kemudian nyengir, memamerkan deretan giginya yang rapi."Ihh ... dasar mesum." Cassandra mencubit gemas pinggang sang suami."Ya udah, sekarang kita makan dulu yuk. Nanti malam giliran aku makan kamu." Lelaki itu mengerlingkan sebelah matanya nakal menatap sang istri, membuat pipi mulus Cassandra kembali merona."Ayuk, aku pengen makan sushie donk," pinta Cassandra yang sudah bergelayut manja di lengan sang suami."Oke, kebetulan di sini ada restoran jepang yang enak lho."Alfian mulai mengayunkan langkah kakinya memasuki sebuah restoran jepang yang cukup terkenal bersama sang istri yang mengekor di belakangnya.Ting.Sebuah notifikasi pesan dari aplikasi berlogo huruf W berwarna hijau membuat wanita itu menghentikan langkah untuk mengambil handphone dari dalam tas kecilnya. Lagi-lagi kebahagiaan Cassandra harus dirusak oleh pesan dari pria yang sangat ia kenal sebelumnya.Sepertinya kamu bahagia sekali bisa nonton film dengan suamimu itu. Apa kalian juga melakukan hal panas seperti yang selalu kita lakukan saat di bioskop dulu?"Mas Randa, kenapa kamu bisa tahu semua yang aku lakukan. Apa jangan-jangan kamu memata-mataiku," batin Cassandra yang meremas kuat benda pipih di tanganya.Karena terlalu lama melamun, Cassandra sampai tak menyadari jika Alfian sudah lebih dahulu duduk di sebuah meja. Buru-buru wanita itu menyusul sang suami hingga tanpa sengaja menabrak seorang pelayan restoran yang tengah membawa minuman. Baju Cassandra seketika basah karena terkena tumpahan minuman yang dibawa oleh pelayan tadi."Maaf, Mbak. Saya nggak sengaja," ujar pelayan wanita itu dengan wajah takut."Eh, nggak apa-apa, Mbak. Saya yang salah karena jalan nggak lihat-lihat.""Sayang, kamu kenapa?" tanya Alfian yang segera menghampiri sang istri setelah melihat kejadian tadi."Nggak apa-apa kok, tadi aku jalan nggak lihat-lihat jadi nabrak Mbak ini," jawab Cassandra dengan senyum tipis."Terus gimana, Sayang? Itu baju kamu kotor lho kena tumpahan minuman begitu? Apa kita beli baju baru aja buat ganti baju kamu yang kotor itu?" tawar Alfian pada sang istri yang dibalas dengan sebuah gelengan kepala oleh sang istri."Nggak usah, Mas. Aku coba bersihin dulu di toilet ya, kalau nggak bisa biar aku beli yang baru. Kamu tolong pesenin makanan buat aku ya," pinta Cassandra dengan lembut, Alfian langsung mengangguk mengiyakan permintaan sang istri.Cassandra kembali menyeret langkah kakinya menuju sebuah toilet yang sepi untuk membersihkan bajunya yang terkena tumpahan minuman tadi. Namun, saat tiba di sebuah lorong yang cukup sepi, tangannya ditarik oleh seseorang untuk masuk ke dalam sebuah toilet yang di pintunya sudah ditempeli dengan tulisan toilet rusak.Wanita itu hendak berteriak, namun sebuah tangan kekar telah lebih dahulu membekap mulutnya. Mata Cassandra melotot, seolah ingin lepas dari tempatnya kala tahu siapa yang telah melakukan hal itu. Rasa takut merasuk ke dalam hatinya, membuat air mata meleleh begitu saja dari kedua netra indah miliknya.Sungguh Cassandra tak pernah menyangka jika lelaki yang saat ini sedang membekap dirinya adalah Randa Maulana, mantan kekasihnya. Ah bukan, lebih tepatnya mantan sugar daddy yang selama ini mencukupi semua kebutuhannya."Hai Cassandra, jangan berteriak atau aku akan melakukan sesuatu yang lebih nekat dari ini," ancam lelaki itu tepat di telinga Cassandra, wanita itu bergidik ngeri mendengar suara dingin Randa yang dulu selalu menjadi candu untuknya.Perlahan, Cassandra memutuskan untuk menganggukkan kepalanya karena ia tahu pasti jika Randa tak pernah main-main dengan ancamanya. Lelaki itu segera melepaskan tangannya dan menatap ke arah Cassandra dengan pandangan amarah sekaligus nafsu."Aku ingin dirimu sekarang juga," ucap Randa yang semakin mengikis jarak di antara keduanya."Ta-tapi kita sudah selesai, Mas. Dan suamiku su ... embh ..." Kalimat Cassandra terhenti karena Randa sudah menyumpal bibir wanita itu dengan bibirnya.Casasandra mencoba menolak dengan berusaha memalingkan wa
Dada Cassandra seketika bergemuruh kala mendengar kata "mantan" yang terlontar dari bibir Randa. Matanya langsung tertuju pada sosok sang suami yang tengah menautkan kedua alisnya dengan wajah bingung."Mantan?" Alfian mengulang kata itu penuh penakanan."Iya, Mas. Pak Randa ini mantan, mantan bos aku. Aku dulu kerja sebagai sekretaris di kantor beliau ini," dusta Cassandra membuat Randa tersenyum miring.Seketika Alfian menghembuskan napas lega. Hampir saja lelaki itu berpikiran negatif pada sang istri jika saja Cassandra tak buru-buru memberikan penjelasan padanya."Oalah, mantan bos. Hampir saja aku berpikir kalau kalian ini mantan kekasih, tapi mana mungkin. Om Randa kan sangat mencintai almarhum tante Rina," kelakar Alfian kemudian tertawa."Ya, kamu benar Alfian. Cassandra ini sekretaris terbaik dan multitalenta yang pernah saya miliki," puji Randa dengan ekor mata melirik ke arah wanita yang hanya bisa menundukan kepalanya di sebelah Alfian.Cassandra menarik ujung kemeja Alfia
Bola mata Cassandra seketika membola setelah mendengar celetukan dari sang suami. Lagi-lagi wanita itu harus memutar otak agar Alfian tak curiga dengan permainanya dan Randa."Kan Mas sendiri yang buat itu, kok malah tanya ke aku sih?" Wanita itu berusaha bersikap sesantai mungkin agar Alfian tak semakin curiga.Alfian terdiam sejenak, bahkan mata lelaki itu memincing. Jari telunjuknya menari-nari menelusuri noda merah di dada sang istri hingga membuat Cassandra memejamkan mata karena sensasi geli yang dibuat oleh sang suami."Aku seperti tak merasa jika sydah membuat sebanyak ini semalam, tapi sudahlah. Kamu memang terlalu menggoda sampai membuatku lupa daratan."Cassandra tersenyum lega mendengar ucapan sang suami yang selalu mempercayai setiap dusta yang terlontar dari bibir tipis miliknya. Alfian langsung menenggelamkan wajahnya di dua buah melon kembar milik sang istri. Menikmatinya seperti seorang bayi yang tengah kelaparan. Cassandra menggigit bibir bawahnya, menikmati setiap r
Keesokan harinya, Cassandra sudah bersiap untuk menemui Randa di tempat yang sudah disebutkan lelaki itu, kemarin. Sengaja Cassandra memilih memakai pakaian formal agar sang suami tak menaruh curiga pada dirinya, kemeja kerja lengan pendek warna cream dan rok span berwarna hitam selutut yang dipadukan dengan sepatu hak tinggi berwarna hitam menjadi pilihan Cassandra. Sejenak Alfian kembali dibuat terpesona dengan penampilan sang istri yang selalu terlihat sempurna di matanya. Lelaki itu merasa semakin jatuh cinta pada sang istri setiap harinya."Sayang, kamu mau bawa mobil sendiri nggak?" tawar Alfian pada sang istri."Nggak, Mas. Aku mau naik taksi online aja, panas banget di luar. Pasti jalanan juga macet, malas banget kalau harus nyetir sendiri," jawab Cassandra bersamaan dengan sebuah mobil taksi online yang sudah berhenti di depan pagar rumah Alfian. Wanita itu langsung mencium punggung tangan suami dan ibu mertuanya sebagai tanda pamit kemudian melenggang pergi dan segera masuk
Tanpa basa-basi, Randa langsung menindih tubuh Cassandra dan mengikat kedua tangan wanita cantik itu ke sisi ranjang."Mas, apa yang akan kamu lakukan padaku?" pekik Cassandra, wajahnya mulai pias karena panik.Randa tersenyum miring setelah berhasil mengikat kedua tangan Cassandra. Mata tajamnya seolah sedang menelanjangi tubuh wanita yang menjadi tawanannya saat ini."Mau apa? Tentu saja aku mau manikmati waktu bersamamu. Karena kamu adalah tawanan cintaku!" Suara Randa terdengar dingin dan mengerikan, jari telunjuknya menari-nari di wajah Cassandra, memberikan sensasi aneh pada diri wanita itu.Sedangkan Cassandra mulai pustus asa, ia tak ingin kejadian di mall terulang lagi. Pasti Alfian dan Bu Yuni akan curiga jika tiba-tiba ia pulang dengan pakaian yang berbeda."Mas, aku mohon jangan rusak bajuku. Nanti suami dan mertuaku akan curiga. Setelah itu pasti mereka tak akan mengizinkan aku untuk bekerja di kantormu. Apa kamu mau terus kesulitan untuk menemuiku," rayu Cassandra dengan
Randa sedikit berjingkat kala mendengar suara pekikan Cassandra yang kembali masuk ke dalam kamar. Dahi lelaki itu mengernyit, menatap wanita yang tengah berdiri di depan pintu sembari bertolak pinggang."Cassandra, mau apa lagi? Apa kamu masih mau main lagi?" sindir Randa dengan tatapan remeh."Bukan, Mas. Kok kamu bisa lupa sih, uang saku buat aku mana?" Cassandra menadahkan telapak tangannya pada lelaki paruh baya itu.Randa mendesah kesal melihat tingkah wanita pujaanya itu. Uang saja yang di pikirannya. Tapi apa boleh buat, Randa benar-benar tak bisa melepaskan Cassandra."Duit, duit, duit terus! Lihatlah m-bankingmu, aku udah transfer dua puluh lima juta ke rekeningmu!"Seketika mulut Cassandra menganga setelah mendengar kalimat yang terlontar dari bibir Randa, dengan buru-buru wanita itu merogoh benda pipih yang berada di dalam tas. Jemari tangannya menari-nari, membuka aplikasi m-banking yang ada di sana. Senyumnya seketika mengembang kala melihat nominal yang disebutkan Randa
Tentu saja Cassandra langsung menurut, wanita itu segera masuk ke dalam ruangan yang lebih mirip disebut dengan sebuah kamar. Ruangan itu memang biasa dipakai Randa untuk beristirahat kala pekerjaan kantor tengah menumpuk dan lelaki itu malas menyetir mobil untuk pulang ke rumah. Pandangan mata wanita cantik nan seksi itu menelisik ke seluruh sudut ruangan kemudian tertuju pada sebuah baju yang tergeletak di atas ranjang empuk.Langkah kaki Cassandra terus terayun semakin mendekat ke arah ranjang, mata wanita itu seketika membelalak sempurna kala melihat pakaian kerja yang telah disiapkan oleh Randa untuknya. Sebuah lingerie kostum ala anak SMA yang roknya sangat pendek dan atasan super ketat yang sengaja dibuat berlubang pada bagian puncak kedua buah melon kembar miliknya, lengkap dengan sebuah G-string renda tipis yang sebenarnya sama sekali tak akan berfungsi untuk menutupi area intinya. Namun, hanya berfungsi sebagai pemanis yang akan membuat penampilannya nampak semakin menggoda
Cassandra seketika melebarkan mata karena panik, bagaimana jika tiba-tiba orang yang berdiri di depan pintu masuk ke dalam dan melihat keadaan mereka yang saat ini tengah polos sembari bermain kuda-kudaan. Dengan terpaksa Randa harus kembali mencabut benda pusaka yang sudah hampir masuk setengahnya. Terlihat raut kekesalan luar biasa di wajah tampan yang muali terdapat sedikit kerutan meski sama sekali tak mengurangi kesempurnaan parasnya.Dengan buru-buru Randa memakai pakaian celananya kembali. Sedangkan Cassandra memilih berlari untuk bersembunyi di bawah kolong meja kerja milik Randa. Lelaki itu duduk di kursi kebesarannya dengan wajah kesal karena gairah yang harus ia tunda, sedang pintu ruangannya juga belum berhenti diketuk."Masuk!" perintah Randa dengan suara dingin, menyuruh orang yang berdiri di depan pintu untuk segera masuk ke dalam dan menyelesaikan urusannya agar bisa segera kembali bermain dengan wanita pujaannya."Maaf, Pak. Tapi pintunya dikunci dari dalam." Suara it
Mata Alfian membulat sempurna kala menatap layar laptop milik Dira yang berisi foto-foto Cassandra tengah berpose mesra dengan lelaki. Bukan hanya dengan Randa, tapi juga dengan Dion yang merupakan mantan kekasih Dira."Cassandra juga melakukan hal yang sama bersama Dion?" Alfian mencoba memastikan dugaanya seraya menahan gejolak emosi yang bergemuruh di dalam dada."Apa kamu akan percaya jika aku menceritakan semuanya?" Suara Dira terdengar sedikit ragu.Alfian mengangguk mantap, ia ingin segera mengetahui semua tentang Cassandra.Dira mulai menceritakan semuanya, ingatan gadis itu terlempar ke masa lalu di mana Cassandra memporak-porandakan hidup dan kebahagiaanya.Malam itu, Dira tengah bersiap untuk datang ke rumah Dion, sang kekasih yang tengah berulang tahun. Sebuah kado istimewa juga telah disiapkan oleh Dira. Sebelumnya, Dira sengaja menelepon Dion dan mengatakan bahwa ia tak bisa datang karena ada urusan pekerjaan di luar kota.Dira baru saja turun dari mobil, ia berniat untu
Alfian segera mencekal tangan Bu Yuni sebelum wanita paruh baya itu keluar dari kamar."Jangan, Bu!" Suara Alfian membuat mata sang ibu mendelik dengan alis bertaut.Wanita paruh baya itu menatap sang putra dengan pandangan penuh tanya."Kenapa, Alfian? Ibu sudah menyayangi dia selayaknya anak kandung, tapi dia malah dengan tega meyakitimu kamu. Ibu nggak terima!" Gurat kemarahan dan kekecewaan tergambar jelas di wajah Bu Yuni yang biasanya selalu terlihat teduh.Alfian menghembuskan napas berat, ia mengajak sang ibu untuk kembali duduk di atas ranjang dan berbicara dengan kepala dingin."Bu, Alfian baru saja mengetahui kebobrokan Cassandra dari Dira. Dan dia bilang Alfian nggak boleh gegabah, Alfian harus punya bukti perselingkuhan mereka terlebih dahulu. Jadi sementara kita pura-pura nggak tahu apa-apa aja dulu, Bu. Besok Alfian akan temui Dira, dia janji akan menceritakan semua rahasia Cassandra," jelas Alfian panjang lebar.Bu Yuni terdiam sejenak sebelum menganggukan kepala."Jad
Kening Alfian berkerut tajam, perasaanya campur aduk antara bingung dan marah setelah membaca pesan dari sang sahabat. Tanda tanya besar muncul di benak lelaki itu, mengapa Dira seolah malah merasa bahagia dengan gugurnya janin yang dikandung oleh Cassandra. Alfian tahu dati awal jika Dira sama sekali tak menyukai Cassandra, tetapi tak sepantasnya ia merasa bahagia atas duka yang dialami oleh Casandra. Apalagi Alfian juga ikut merasakan duka itu."Mas, kamu kenapa sih? Kok kayaknya lagi mikirin sesuatu?" tanya Cassandra setelah keduanya sampai di dalam kamar, ia melihat wajah Alfian berubah murung."Aku nggak apa-apa kok, kamu istirahat dulu ya. Aku harus telepon Dira karena ada hal penting yang harus aku bicarakan sama dia." Alfian sengaja berbohong karena tak ingin Cassandra murka dan semakin bersedih jika mengetahui apa yang baru saja Dira katakan tentang dirinya."Memangya penting banget ya, kamu 'kan sudah izin untuk nggak masuk kantor hari ini." Tampak jelas jika Cassandra tak s
Cassandra tergagap setelah mendengar pernyataan dari sang suami, ia merutuki kebodohannya. Harusnya ia tak gegabah dalam mengarang cerita."Cassandra, kamu baik-baik saja?" Suara Alfian menyadarkan Cassandra dari lamunan, wanita iti tersenyum kikuk untuk menutupi kegugupanya."Eh nggak apa-apa, Mas. Pak Randa memang nggak tahu kalau aku sempat jatuh, karena aku jatuh kepleset di kamar mandi. Makanya dia bilang ke kamu kalau aku kecapekan aja." Cassandra berusaha berkelit agar Alfian tak curiga.Alfian hanya bisa manggut-manggut tanda mengerti, ia tak ingin bertanya lebih jauh karena saat ini kondisi Cassandra belum stabil.Sementara Bu Yuni hanya diam, ada sesuatu hal yang terasa mengganjal di hati. Ia merasa, duka yang dialami Cassandra saat ini hanyalah sebuah kepalsuan."Alfian, Cassandra sekarang sudah sadar. Biar Ibu yang jaga, kamu makan saja dulu," titah Bu Yuni kepada sang putra."Alfian nggak lapar, Bu." Alfian menolak dengan halus, ia tak tega jika harus meninggalkan sang is
Mobil milik Alfian telah sampai di parkiran rumah sakit. Lelaki itu segera berlari menyusuri koridor rumah sakit untuk menuju ruang UGD, di mana sang istri tengah ditangani oleh dokter.Dari kejauhan, Alfian melihat Randa yang tengah mondar-mandir dengan wajah tak kalah panik. Lelaki itu segera melebarkan langkah untuk menghampiri atasan istrinya."Om, apa yang terjadi kepada istri saya sebenarnya? Kenapa dia sampai pendarahan begini?" cecar Alfian setelah sampai di hadapan Randa."Eh, maaf, Alfian. Saya sama sekali tidak tahu kalau Cassandra sedang hamil, ia juga tak bilang. Tadi, Cassandra pendarahan setelah selesai rapat dengan client, mungkin dia kelelahan. Sekali lagi, maafkan saya yang tak bisa me jaga istri kamu," jelas Randa dengan penuh kebohongan."Argh, padahal saya sudah menyuruhnya untuk istirahat." Wajah tampan Alfian dipenuhi penyesalan.Kedua lelaki itu terus mondar-mandir sampai pintu ruang UGD dibuka dari dalam. Sesosok wanita dengan jas putih dan stetoskop mengalung
Cassandra masih bergeming, ia tahu jika pilihan yang akan diberikan oleh Randa pasti bukanlah sesuatu yang baik. Lelaki itu tak mungkin membuat pilihan yang tak menguntungkan dirinya."Bagaimana? Apa kamu tak mau tahu, pilihan apa yang akan aku berikan untukmu?" Randa mengulang kalimatnya.Mau tak mau, Cassandra harus menjawab. Ia tak ingin rumah tangga yang ia bina bersama Alfian hancur begitu saja, apalagi wanita itu yakin jika benih yang ada di rahimnya saat ini adalah buah cintanya bersama sang suami."Pi-pilihan apa, Mas?" Suara Cassandra rasanya tercekat di tenggorokan.Randa mendekati wanitanya hingga tak berjarak, membelai lembut daun telinga Cassandra dengan ujung lidahnya, membuat wanita itu menggelinjang merasakan sapuan dari daging lembab di kulitnya."Kamu harus tetap menjadi pemuas ranjangku, atau aku akan membongkar permainan rahasia kita di depan Alfian dan mengatakan kepada lelaki bodoh itu jika bayi yang ada dalam kandunganmu adalah milikku!" Ancaman Randa terdengar
Mentari telah bersinar, cuitan suara burung-burung mengiringi seorang wanita yang baru saja turun dari mobil milik sang suami. Matanya nanar, menatap ke arah sebuah gedung perkantoran yang menjulang tinggi. Tak seperti biasanya, kini Cassandra merasa enggan untuk masuk ke dalam sana. Apalagi mengingat Randa yang sudah tentu menunggunya untuk berganti kostum dengan pakaian seksi dan bermain bersama mengejar nikmat surgawi dunia.Tangan Cassandra mengelus perut yang masih rata, memutar otak, mencari cara agar bisa menghindar dari godaan nafsu dan rupiah yang diberikan oleh lelaki paruh baya yang kini tengah menunggu di ruang durektur. Wanita cantik itu menarik napas panjang dan menghembuskan secara perlahan. Mulai melangkah memasuki lobby kantor setelah menemukan sebuah alasan agar tak perlu melayani pria paruh baya berhidung belang itu.Dengan langkah gontai, Cassandra keluar dari dalam lift kemudian masuk ke dalam ruangan Randa dengan wajah masam. Benar saja, Randa langsung menyongson
Suara Cassandra yang begitu memekakan telinga membuat Alfian terbangun dari tidurnya karena kaget. Lelaki itu berdecak kesal mengingat sang istri sudah mulai berdrama sepagi ini. Namun, Alfian berusaha untuk meredam emosinya. Bagaimanapun juga ia tetap menyadari jika saat ini sang istri tengah mengandung calon anak mereka. Apalagi semalam Bu Yuni sudah memberikan nasihat untuknya."Ada apa sih, Sayang? Kenapa teriak-teriak begitu?" tanya Alfian setelah emosinya mereda.Cassandra memonyongkan bibirnya, wanita itu mendekat dan menghenyak di samping sang suami, "Semalam kan aku minta nasi banting dan sate telur puyuh, Mas.""Iya, terus waktu aku pulang kamu kan udah tidur?" Alfian mengingatkan sang istri tentang kejadian semalam."Kok kamu nggak bangunin aku? Terus nasi bantingnya mana?" Wanita itu menadahkan tangan di depan wajah sang suami.Alfian memutar bola matanya malas, untung semalam ia mengikuti saran Bu Yuni. Terlepas makanan itu sudah basi atau tidak."Aku simpan di dapur, tap
Fokus pandangan mata Alfian langsung tertuju ke arah sisi ranjang yang kosong. Lelaki itu langsung bangkit dari posisinya, kepalanya celingukan mencari sosok sang istri yang tak lagi berada di sampingnya. Entah ke mana perginya wanita cantik itu."Cassandra, kamu di mana, Sayang?" Alfian setengah berteriak memanggil nama sang istri. Namun, sama sekali tak ada jawaban. Hanya sayup-sayup terdengar suara tangisan, Alfian mulai mengayun langkah kaki untuk mencari sumber suara itu, hingga menemukan sosok Cassandra yang tengah menangis di balkon kamar sembari memeluk lutut. Sama persis seperti kejadian tadi ketika wanita cantik itu menangis karena ingin memakan mi ayam yang sebelumnya ia lihat di media sosial.Alfian menggaruk tengkuk yang sebenarnya tak terasa gatal, menatap sang istri yang masih meyembunyikan wajah di antara kedua lutut, "Kok perasaanku jadi nggak enak begini, jangan-jangan akan ada drama ngidam lagi ini."Tanpa diduga, ternyata Cassandra mendengar suara sang suami yang t