Ini adalah pernikahan impian semua wanita. Aku dan Hugo menggelar acara pernikahan di San Ysidro Ranch yang dianggap sebagai tempat tersembunyi legendaris di Montecito, California. Aktris sekelas Audrey Hepburn juga menikah disana.Ya, akhirnya aku menikah. Aku sudah tidak bisa membayangkan lagi seperti apa masa depanku. “Emily, sudah waktunya,” kata Mom. Aku hanya menganggukkan kepala. Seminggu yang lalu aku menandatangani surat perjanjian pra-nikah dan juga kesepakatan terkait pernikahan kontrak-ku dan Hugo. Aku harus menjadi istri Hugo selama tiga tahun.Seharusnya perasaanku sama seperti yang dialami calon pengantin lainnya. Terbang melayang saking bahagianya karena menikah dengan orang yang mereka cintai. Apakah aku tidak mencintai Hugo? Tentu saja aku cinta. Tapi, apakah aku bahagia? Tidak, aku tidak bahagia. Aku melakukan semua ini untuk mendapatkan hak asuh anakku dan juga demi kebahagian orang tuaku. Kurang dari satu jam aku akan menjadi Mrs. Hart. Sebelum aku menggandeng
“Hugo, ada apa denganmu?”Aku berusaha mengalihkan perhatian Hugo untuk meredakan ketegangan pada raut wajahnya. Matanya menatapku sesaat dan beralih ke arah dokter Oscar. “Apa bayi kembar kami baik-baik saja dok?” tanya Hugo. Aku sempat berpikir bahwa dia tidak menyukai kehadiran anak kembar. Toh apa masalahnya bagi dia. Aku yang akan memiliki hak asuh penuh atas bayi-bayiku setelah perceraian kami nanti. Namun melihat kepeduliannya terhadap bayi kembar yang ada dalam perutku, sepertinya bukan itu alasan Hugo berubah seperti mayat hidup beberapa saat yang lalu. “Jangan khawatir, mereka baik-baik saja. Detak jantungnya akan semakin menguat seiring dengan tumbuh kembang memasuki di trimester kedua ini. Tapi Emily, kau perlu menambah asupan gizimu. Untuk saat ini jangan sampai kau kehilangan berat badan, okay. Astaga, suamimu adalah seorang chef besar,” kata dokter Oscar. Gurauannya berhasil membuat Hugo hidup kembali.“Apakah mereka kembar identik?” tanya Hugo lagi.“Kedua janin me
Bagaimana bisa selama ini aku tidak tau bahwa Hugo memiliki saudara kembar? Benjamin Enthan Hart. Itu adalah nama saudara kembar laki-laki Hugo. Dan dia juga memiliki aset di perusahaan. Kenapa Hugo tidak memberitahuku?Aku menemukan sebuah data perusahaan yang mencatat bahwa The Glam merupakan bisnis perhiasan berlian milik Benjamin dan Theo. Jadi Theo juga dekat dengan Benjamin. Luar biasa! Hugo benar-benar pintar menyimpan rahasia. Dugaanku senentara ini mereka pasti memiliki masalah. Saat aku bertemu dengan Hugo pertama kalinya, cukup jelas bahwa dia tampak kerepotan mengurus perusahaan. Itulah kenapa dia sampai merekrut personal asisten. Pasti telah terjadi sesuatu. Kematian Theo bisa menjadi penyebab atau akibat dari permasalahan diantara mereka. Yang jelas mereka tidak baik-baik saja. “Matilda, berapa lama kau bekerja untuk Hugo?” tanyaku kepada Matilda melanjutkan penyelidikanku yang tertunda.“Mungkin lima tahun. Kenapa, Mam?” balas Matilda. “Tidak ada, aku hanya gugup k
Theodore adalah cucu kesayangan kakek Oliver karena mewarisi wajah yang mirip dengan Mom. Sedangkan aku lebih mirip Dad. Menurut kakek Oliver, Theodore lebih berdarah Italia daripada aku, cucu perempuannya.Ruang kerja Theo tidak salah lagi pasti terinspirasi dari rumah kakek Oliver. Penuh dengan misteri dengan desain interior seperti film The Godfather. Dan aku yakin, pasti Theo menyembunyikan banyak rahasia disini.Aku duduk di kursi bos dan menghentakkan kaki di atas karpet. Tidak ada apa-apa. Aku mulai meraba meja kayu besar dan meneliti setiap incinya sambil mengingat memori saat aku dan Theo liburan ke rumah kakek Oliver. Ketemu! Tepat di balik meja ada sebuah tuas terbuat dari logam yang kokoh. Aku menariknya ke depan tapi tidak bergerak. Kuulangi lagi untuk menarik tuasnya ke belakang dan samping kanan kiri tapi juga tidak ada yang terjadi. Kemudian tanganku reflek menekan tuas itu kedalam dan terdengar sebuah bunyi. Aku melongok ke dalam kolong meja dan melihat sebuah lapis
“Kau yakin kau tidak ingin aku mengantarmu ke atas sayang?” Hugo bertanya kepadaku setibanya kami di kantor pagi ini. Es diantara kami mulai mencair. Aku mencoba memperbaiki kesalahpahaman yang terjadi. “Tidak perlu, Angela bisa membantuku. Sampai jumpa nanti, okay?” jawabku. Hugo mengedipkan satu matanya dan dia menuju ke ruang studio untuk bertemu dengan Max. Jadwal Hugo hari ini padat karena ada beberapa pengambilan gambar, jadi aku bisa membongkar ruangan Theo dan menemukan kunci dari semua teka-teki ini. Seharusnya aku memikirkan ini jauh-jauh sebelumnya. Theo lah orang yang membawaku ke tempat ini. Semua penyelidikanku bersumber darinya. Dan aku akan mencari tau semua itu dengan cara yang benar kali ini. Angela sudah berada di depan lift khusus direksi untuk menjemputku. “Selamat pagi Mrs. Hart, aku tidak sabar untuk bekerja untukmu,” sapanya. “Percayalah Angela, aku juga sangat bersemangat hari ini.” Kami menuju ruang kerja di dalam Restaurant ‘Are You Hungry Baby?’ di l
Sebuah drama besar pasti telah terjadi diantara Hugo, Theo dan Benjamin. Sampai saat ini, aku masih belum bisa menebak siapa yang lebih dekat dengan siapa dan sebaliknya. Pikiranku teralihkan ketika terdengar suara telepon berbunyi. Pasti Angela menelepon dari ruangannya. “Ya?” “Emily, Tuan Hugo bertanya apa kau ingin makan siang dengannya?” tanya Angela.“Astaga. Dia bisa meneleponku langsung,” jawabku.“Dia memang meneleponmu, Mam. Tapi kau tidak menjawabnya.” Aku buru-buru mengecek handphone. Ada tiga panggilan tak terjawab. Aku melewatkan dua panggilan telepon. Dua dari Hugo dan satu dari nomor tak dikenal. “Oh, tolong katakan ya, aku mau makan siang dengannya. Dan handphoneku dalam mode getar, thank you,” kataku. Waktuku tidak banyak sebelum tiba jam makan siang. Hugo pasti akan ke ruanganku untuk menjemputku dan juga memastikan bahwa aku tidak melakukan hal-hal yang dia tidak sukai. Aku segera melanjutkan investigasiku. Ternyata tidak ada banyak data di akun milik Theo. I
“Ceritakan kepadaku semua hal yang kau ketahui tentang Benjamin Ethan Hart.”Aku sedang bersama Anthony. Kami bertemu dia ruang kerjaku yang baru. Anthony tampak berhati-hati dan sudah mempersiapkan diri untuk pertanyaan itu. “Dia saudara kembar Hugo. Kau tau cerita Three Musketeers? Kurang lebih seperti itulah hubungan si kembar dan Theo. Jika Hugo adalah orang yang penuh dengan orisinalitas, maka Ben adalah orang yang sangat inovatif dan energik. “Ben selalu mengembangkan ide dari Hugo. Namun ketika berbicara bisnis, Hugo tidak punya pilihan lain kecuali menuruti kemauan Ben yang dinamis. Emily, yang kau miliki saat ini adalah ide asli dari seorang Hugo.” Antony memberikan jeda pada penjelasannya untuk melihat bagaimana responku. “Siapa yang lebih dekat dengan Theo?” tanyaku. “Aku tidak tau pasti karena Theo tidak pernah benar-benar memasukkanku ke dalam circle merela. Tapi setauku, jika menyangkut bisnis, Theo lebih sering berkoordinasi dengan Hugo. Namun sifat Hugo yang kaku m
“Kita tidak perlu jet besar,” kataku.“Tentu perlu. Kita berempat. Aku naik jet besar untuk pergi ke Las Vegas melihat Super Bowl, Em. Sekarang kita akan ke Bali. Itu berada di bumi bagian bawah kita bukan?” balas Hugo.“Kurasa. Oh God! We're going on a honeymoon!” Aku sudah tidak sabar.“Yeah baby! Honeymoon yang baik dan benar kali ini,” sahut Hugo.Di dalam hatiku aku ingin segera mencari tau apa yang Benjamin kerjakan di Asia. Tapi sebelumnya aku akan melakukan perjalanan bersama Hugo ke Bali. Aku harus mendapatkan hatinya agar bisa mengambil alih kendali. Perjalanan kami memakan waktu selama kurang lebih enam belas jam. Aku senang karena kami menggunakan sebuah private jet sehingga bisa menempuh penerbangan langsung dari Los Angeles ke Bali. Sebenarnya aku tidak terlalu menyukai pantai. Begitu juga Hugo. Banyak pantai-pantai surgawi dan fancy di Eropa seperti Santorini atau Positano dan pantai mewah lainnya di pesisir Brazil. Tapi aku menemukan satu artikel yang bercerita tenta
“Apa kau sudah gila?” Aku menjauhkan wajahku dari Benjamin. Dia masih merapatkan tubuhnya. Kedua tangannya merengkuh pinggangku. Dia benar-benar tidak peduli apapun. “Tidak ada CCTV disini,” sahutnya. Benjamin benar-benar membuat skandal ini menjadi sesuatu yang sangat serius. Harus kuakui aku sedikit menikmati tantangan ini, namun aku harus lebih hati-hati. “Aku tau. Tapi bukan berarti kau bisa berbuat semaumu. Kenapa kau sudah datang?” tanyaku mengalihkan perhatiannya. “Apa lagi? Tentu saja agar aku bisa mengunjungi kantor barumu.” Ben akhirnya melepaskan pelukannya dan merebahkan tubuhnya di sofa. “Ruangan ini dulu juga seperti ruanganku sendiri. Apa kau tau Theo memiliki ruangan rahasia?” Pertanyaan Ben membuatku melirik ke arahnya. “Apa maksudmu?” tanyaku. “Theo menghabiskan hampir sebagian waktunya di gedung ini. Ada penthouse di lantai atas yang sering dia gunakan untuk istirahat. Anehnya karyawan disini hampir tidak ada yang melihat Theo. Melihat kebiasaannya, dia pas
Aku masih menunggu jawaban Hugo. Apakah dia akan membiarkanku menjadi pengacara Hugo, atau dia akan melarangku seperti sebelumnya. Hugo memandangku dengan tatapan dingin. Aku sudah tidak menemukan lagi dimana tatapan Hugo yang penuh cinta kepadaku sebelumnya. “Sepertinya kau sudah mulai akrab dengan Benjamin, Emily.” Kata-kata Hugo membuat jantung Emily mulai berdebar. “Entahlah, ku pikir juga begitu. Dia mencarimu. Aku mencarimu. Tapi justru aku dan dia yang bertemu karena kami tidak tau kemana kau pergi,” jawab Emily dengan nada bicara menyindir. “Kau mencari masalah yang seharusnya tidak harus kau temui karena aku sudah berusaha menjauhkan dari semua itu. Tapi sepertinya usahaku sia-sia. Kau benar. Kau berhak tau apapun mulai dari sekarang. Semakin lama kau semakin salah paham. Baiklah, mengapa kita tidak makan malam bersama dengan Benjamin. Layaknya sebuah keluarga,” kata Hugo. Aku terkejut mendengar rencana Hugo untuk mengadakan makan malam bersama Benjamin. Kami bertiga akan
“Sampai kapan kau akan memelukku, Ben? Seseorang bisa saja memergoki kita,” kataku. Aku sudah menyerah untuk mencoba melepaskan diri dari Benjamin yang tiba-tiba memelukku dari belakang. “Anak-anak berada di rumah barat bersama Mathilde. Hugo masih akan kembali saat akhir pekan. Kenapa kau tidak bisa tenang, Em?” keluh Benjamin. “Tidakkah kau sadar saat ini aku sedang berselingkuh dengan adik iparku sendiri?” balasku. Menyebutkan kata berselingkuh membuatku ngeri. “Berselingkuh? Emily, kau tau Hugo tidak benar-benar mencintaimu. Dia menikahimu karena rasa bersalahnya kepada Theo. Dan kau pemilik saham utama. Berselingkuh? Yang benar saja,” jawab Benjamin. Aku masih merasakan sedikit sakit hati saat Benjamin mengatakan bahwa Hugo tidak benar-benar mencintaiku. “Aku berpikir apa yang kita lakukan kemarin adalah kesalahan saja. Dan kita tidak akan mengulanginya,” kataku lirih sambil menghela nafasnya. Benjamin mendekatkan bibirnya ke telingaku, dia masih memeluk tubuhku dari belaka
“Aku tidak bisa mengatakannya sekarang. Kita juga harus menunda keberangkatan kita ke Afrika karena ada masalah di Kimberly,” jawab Ben. Kurasa dia meneleponku bukan untuk mengajakku ke Afrika. Ada urusan lain yang dia inginkan dariku. “Apa maksudmu? Kenapa kita ada masalah dengan Kimberly?” tanyaku. Semua berlian yang diperjualbelikan di hampir seluruh dunia harus memiliki sertifikat dari organisasi Kimberly buatan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mereka bertugas untuk memastikan bahwa berlian yang dijual perusahaan-perusahaan perhiasan adalah hasil dari penambangan legal. “Tidak semua berlian yang kita peroleh adalah berlian bebas konflik. Sebagian adalah berlian berdarah,” kata Ben. Kurasakan kakiku gemetar mendengar informasi dari Ben. Oh God. Apa yang telah mereka semua lakukan selama ini? “Em, dengarkan aku. Aku juga baru mengetahuinya. Tapi kita hanya perusahaan pembeli. Kita akan menyalahkan penjual yang memberikan berlian dari daerah konflik. Aku tidak bisa sembarangan menyer
Ben membalas tamparanku dengan ciuman yang kasar dan keras. Tubuhku reflek memberontak. Namun Ben mencengkeram erat kedua tanganku hingga aku tidak bisa bergerak. Aku tak berdaya menghadapi Ben yang terus melumat habis bibirku. Tenagaku melemah. Perlawananku tidak ada artinya. Namun saat Ben mencium leherku, aku merasakan getaran yang hebat di sekujur tubuhku. “Emily, aku lebih pantas untukmu. Kau akan bahagia bersamaku. Kau dan aku. Kita bersama akan menaklukkan semuanya. Percayalah padaku.” Ben menatapku tajam. Dia bicara kepadaku sambil memegang kedua pipiku untuk memastikan aku mendengar ucapannya. Mataku nanar melihat Ben seakan aku sedang beradu pandang dengan Hugo, laki-laki yang pernah membuatku tergila-gila. Mata sayu Benjamin membuat hatiku ragu. Pandangannya dalam dan tajam. Sosok yang selama ini datang di setiap mimpi burukku berubah dari seoramg monster menjadi bajingan liar yang menawan. Sial! Aku pasti sudah gila.Ben mendekatkan bibirnya yang gemetar oleh desahan n
“Kau dengr aku, Em. Tinggalkan Hugo dan pergi bersamaku.” Benjamin mengulangi perkataan yang sama sekali tidak masuk akal untukku. Ini seperti kisah drama telenovela murahan. Aku jelas tidak ingin mengiyakan, namun terlalu takut untuk menolak. Bagaimana jika Benjamin berbuat nekat?Belum ada sepatah katapun keluar dari mulutku. Dadaku sesak penuh penyesalan karena keputusanku yang salah kaprah. Suasana menjadi hening dan menegangkan. Aku tidak mendengar pergerakan Benjamin. Tiba-tiba kedua tangan Benjamin memegang lenganku. Dia berada di depanku. Sepertinya dia sedang berjongkok menghadap ke arahku. Perlahan tangannya mulai membuka tali penutup mataku. Aku mengerjap beberapa kali, kemudian mataku beradu pandang dengan mata tajam Benjamin. Sepasang mata yang terlihat tidak mengenal rasa takut. Benjamin belum melepaskan kedua tanganku yang masih terikat u kursi. “Maafkan aku, Emily. Seharusnya kau mengenalku lebih dulu. Tapi kematian Theo sangatlah tidak mudah. Jika saja kita berte
“Benjamin! Demi Tuhan aku adalah kakak iparmu! Lepaskan aku.” Aku tidak percaya Ben berani menutup mataku dan mengikat kedua tanganku persis seperti adegan saat pertama kali aku mengunjungi Restoran Are You Hungry Baby. Ben tidak menghiraukanku dan tetap mengikat tanganku. Dia tidak melepaskanku. Aku mencoba melepaskan ikatan tanganku tapi usahaku sungguh sia-sia. “Hanya dengan cara seperti ini kau mendengarkanku, Em. Aku mencoba membuatmu terkesan dengan hati-hati, tapi kau menolaknya.” Suara Ben terdengar menjauh. Aku tidak tau pasti apa yang dia lakukan. Jantungku berdegup kencang memikirkan apa yang akan Ben lakukan terhadapku. Apakah dia akan membunuhku? Atau… Oh, shit! Tidak mungkin dia akan menjadikanku submisif-nya. Aku adalah kakak iparnya. Istri dari saudara kembarnya. Ini semua benar-benar salah. Seharusnya aku mendengar nasehat Anthony untuk menunggu Hugo menyeleseaikan masalah ini. Semua terlambat. Kini aku menjadi tawanan Benjamin. Aku masih belum mendengar pergera
“Em, tunggu dulu. Kau sebaiknya menunggu Hugo.” Anthony mencoba mencegahku menghubungi Benjamin dan bertemu dengannya.“Hugo pasti memiliki alasan yang kuat untuk tidak atau belum melibatkanmu. Tenangkan dirimu, Em. Benjamin bisa menjadi pilihan yang lebih buruk daripada menunggu keputusan Hugo,” kata Anthony panjang lebar. Aku menahan tanganku untuk tidak menjawab panggilan dari Benjamin. Setelah Natal yang terasa salah kaprah, jelas aku tidak bisa berdiam diri. Seharusnya Sinterklas yang datang menemui anak-anakku. Bukan sekelompok penguntit yang menyeramkan dan membuatku kehilangan akal sehat. “Aku sudah memberikan cukup waktu kepada Hugo. Kau tau betapa aku sangat menghindari untuk terlibat dalam kegilaan ini. Penyelundupan berlian. Kau percaya semua itu? Sial!” bentakku.Anthony mengatupkan bibirnya dan menarik nafas panjang. Aku pun tidak kalah frustasi mendengar kenyataan kelam itu. Bahkan kini semua aset warisan dari Theo akan terancam hilang jika kasus ini sampai diketahu
“Dia jelas mengincarku,” kataku sambil melambaikan tangan kepada Everly yang sedang belajar berjalan. Aku sedang bersama Anthony di halaman belakang rumah saat dia berkunjung. “Bagaimana hubunganmu dengan Hugo setelah anak kalian lahir?” tanya Anthony. Setengah hati aku menjawab, “Tidak lebih baik.” Anthony menghela nafas. Cepat atau lambat dia akan menghadapi perceraianku dengan Hugo, dan itu membutuhkan tenaga extra. “Aku harus menyelematkan semua asetku untuk masa depan anak-anakku. Saat ini Hugo masih sibuk memisahkan bisnis ilegal untuk membersihkan hartanya. Kau tau itu hampir mustahil untuk dilakukan,” kataku.“Kau benar. Hubungan Hugo dan Benjamin semakin intens karena rencana pemisahan yang Hugo lakukan. Em, ini berpotensi menyebabkan masuknya pihak ketiga. Kau tidak khawatir dengan itu?” Anthony menatapku dan mata kami beradu. “Jika ada pihak ketiga yang muncul, mereka pasti bukan orang baru. Mereka selama ini bersembunyi dibalik bayang-bayang. Aku harus segera pergi seb