"Aku baik-baik saja, Ma." jawab Novi tersenyum.
"Bagaimana keadaan Nenekmu?" tanya Dila.
"Alhamdulillah, nenekku sudah membaik dan terima kasih atas bantuannya yang mau membayarkan semua biaya pengobatan nenekku." jawab Novi tersenyum menatap Dila yang duduk di depannya.
"Novi, jika kamu keberatan atas perjodohan ini, mama ikhlas memberikan bantuan itu dengan ikhlas," ucap Dila menatap ke arah Novi.
"Mama tahu kamu adalah wanita baik-baik dan kamu berhak menentukan mana yang akan menjadi pendamping hidupmu." lanjut Dila.
"Mama, jangan bilang seperti itu, aku ikhlas melakukan semua ini dan aku sudah menganggap mama seperti orang tuaku sendiri. Jadi, aku ingin menghalalkan hubungan layaknya ibu dengan anak yang sebenarnya dengan cara menikah." sahut Novi mantap
"Kamu yakin?" tanya Dila memastikan.
"Insya Allah, saya pasti bisa. Cinta akan tumbuh dengan sendirinya setelah menikah. Saya akui tidak mencintai Diki tapi saya berusaha belajar
Dila yang mendengar pertanyaan dari Dedi, ia melepaskan pelukannya. Dila menatap lekat ke arah kedua mata Dedi."Saat ini, Diki mengalami kritis dan walaupun ia dalam keadaan koma tetapi ia dapat mendengarkan semua pembicaraan kita." jelas Dila menatap kedua bola mata Dedi."Benarkah? Diki dapat mendengarkan ucapan dari kita. Baiklah, aku ingin meminta maaf kepadanya karena belum bisa menjadi papa yang baik untuk dirinya," ucap Dedi dan membuat semua orang yang berada di ruang itu tangisan mereka semakin pecah."Hiks... Hiks... Papa, maafkan Dissa. Semua ini salah Dissa yang selalu mencari masalah dengan kak Diki dan mengadu domba kalian agar mau membelaku. Sekalipun aku berbuat salah dan kalian tetap membenarkan semua sikap jahatku. Aku menyesal telah melakukan itu dan aku jahat karena hampir membunuh kakakku sendiri, hiks," ucap Dissa menangis."Jangan bilang begitu, itu bukan salahmu. Ini sudah takdirnya Diki dan kita sebagai manusia hanya bisa menerim
Hati Kenzo terasa berdetak lebih cepat dan rasanya tak menentu saat ia mendengarkan dengan kedua telinganya bahwa wanita yang ia inginkan ternyata menyukai dirinya.Kenzo mengambil kedua telapak tangan milik Nila dan ia menatap sendu ke arah kedua bola mata Nila."Apa benar dengan ucapanmu itu? Apakah kamu tidak malu jika menerimaku yang kotor ini dan aku dianggap sebelah mata oleh seluruh masyarakat dengan kejahatanku. Apakah kamu tidak takut apabila suatu hari nanti aku berubah seperti dulu lagi," ucap Kenzo panjang lebar di depan Nila."Tuan, jangan berbicara seperti itu. Semua orang pasti melakukan kesalahan dan dari kesalahan itulah menyadarkan kita agar tidak melakukan kesalahan lagi. Manusia berhak mengubah dirinya menjadi lebih baik tapi tidak menghakimi masa lalunya yang menjadi bahan menjatuhkan orang lain lebih hina daripada orang yang melakukan kesalahan itu sendiri." jelas Nila duduk di sebelah Kenzo."Bantu aku berubah dan tetaplah bersamaku
"Ehem," deheman Dissa mengalihkan pandangan Daniel dan Novi yang dari tadi saling menatap dan kini menatap ke arah dirinya. "Astaga, aku baru ingat bahwa pria ini ternyata incaran Risa. Ia pasti bahagia kalo aku bertemu prianya. Tapi, aku tidak boleh menjadi penghianat. Walaupun bagaimana pun keluarga ini sudah baik kepadaku dan aku harus membalas Budi mereka." kata Novi dalam hati. Novi berjalan menuju ke arah Diki dan ia mulai mengambil alat stateskop untuk memeriksa kondisi jantung Diki. Novi mendengar perdebatan kecil yang dilakukan oleh Dissa dan Daniel. "Kenapa?" tanya Dissa heran. "Tidak ada." jawab Daniel asal. "What? Kenapa kamu tidak nyambung sekali jawabannya." balas Dissa menatap ke arah Daniel. "Maaf, maksudku, aku tidak apa-apa. Perkenalkan namaku Daniel Saputra, aku sudah tahu tentang dirimu adik ipar," ucap Daniel tersenyum manis ke arah Novi. Dissa yang merasa terabaikan dan ia langsung memukuli lengan kanan Da
Waktu berganti dengan hari, hari berganti dengan minggu dan minggu berganti dengan bulan. Tepat hari ini dua bulan sudah, Nila merawat Kenzo. Semakin hari kondisi Kenzo lebih membaik dari sebelumnya. Nila yang terlatih dan disiplin untuk memberikan makanan sehat dan obat-obatan yang membantu kesembuhan psikis Kenzo. Nila tampak senang karena dapat membantu Kenzo dapat berubah menjadi lebih baik, seperti saat ini, mereka begitu dekat dan terkadang mereka seperti berpacaran."Tuan, makanlah nanti makanannya dingin dan tidak enak," ucap Nila seraya menyerahkan sendok yang berisi nasi+lunak di depan Kenzo."Tidak mau." jawab Kenzo segera mungkin menutup mulutnya dengan telapak tangannya."Ayolah Tuan, nanti kalo gak makan bisa sakit dan siapa yang akan nyakitin aku lagi," ucap Nila bercanda."Suster Nila," panggil dokter Reno yang berjalan menghampirinya di taman rumah sakit."Iya Dok." jawab Nila menoleh ke arah dokter Reno dan ia memposisikan dirinya
Criss berjalan menelusuri ruangan rumah sakit, ia berniat menjengguk mantan rekan kerjanya. Entah kenapa hatinya begitu senang, saat ia menemukan seseorang yang berhasil mencuri hati dan pikirannya. Sampailah dia di depan ruangan yang dicarinya sedari tadi. Baru saja, Criss memegang gagang pintu tetapi ia mendengar suara yang sangat familiar di dengarnya."Iya Nyonya, saya akan berusaha semaksimal mungkin dengan kemampuan yang saya miliki sebagai seorang dokter untuk menyembuhkan pasien yang terluka." jawab Novi."Sssttt... Panggil saya Mama, saya rasa kamu yang berhak menjadi wanita anakku." sahut Dila."Nyonya," ucap Novi yang mulai mengeluarkan make up alami di wajah cantiknya."Becanda, hehehe..." celetuk Dila."Astaga, saya kira benar perkataannya tadi, tapi ternyata sekedar bercanda. Untung saja, hati ini Made is God kalo dari Cina sudah retak dengan rasa kecewanya." kata Novi dalam hati."Siapa namamu?" tanya Dila."Nama saya N
"Daniel, tolong jaga adikku dan aku tidak ingin hal ini terjadi lagi. Jika benar memang hamil Alhamdulillah, jika belum maka bersabarlah." ucap Diki menatap ke arah Daniel."Jika tidak menuruti kemauanku maka habislah kamu aku hukum." kata Diki dalam hati."Iya Aunty, papa akan selalu menjaga aku dan mama dengan baik tapi lebih baiknya lagi cepat sembuh dan segera menikah dengan dokter cantik." celetuk Dissa dengan menirukan suara anak kecil di depan Diki."Menikah? Bukan perihal yang mudah untuk hidup bersama dengan dua orang asing dan saling berbagi hati," ucap Diki yang tak dapat mengeluarkan kata-kata itu secara langsung.Diki yang merasa dirinya ditindas, ia tersenyum ke arah Dissa. Ia mengusap perut rata Dissa. "Dedek imut, jangan bandel ya di dalam perut mama Dissa. Sehat terus di dalam sana dan Uncly akan menikah tapi nanti. Jodoh Uncly belum ketemu dan perlu menunggu sampai dirimu melihat du
Bandara Internasional Soekarno Hatta"Sebentar lagi pesawat akan mendarat dan diharapkan semua penumpang untuk tetap mengenakan alat pengaman di bagian tubuhnya masing-masing," ucap seorang pramugari wanita secara otomatis dari pesawat.Criss yang sedari awal tidak melepaskan alat pengaman di tubuhnya. Ia tampak duduk tenang di pinggir kaca pesawat. Criss menoleh ke arah luar kaca yang menampilkan beberapa atap gedung yang menjulang tinggi yang hampir menggapai awan yang tampak kecil dari atas langit. Ia tersenyum manis membayangkan saat ia bertemu dengan wanitanya.Akhirnya, pesawat yang ditumpangi oleh Criss telah mendarat dengan sempurna dan ia mengambil tas kopernya untuk berjalan menuju ke arah pintu luar pesawat."Alhamdulillah, welcome to Indonesia." gumam Criss pelan. Ia tersenyum memandangi suasana disekitarnya."Huft, banyak sekali kenangan indah yang tidak bisa dilupakan." lanjut Criss. "Tunggu aku, aku telah kembali." Criss tersenyum ma
Setelah memperbaiki motor milik Novi, Novi dan Yuni pamit pergi di depan Criss. Criss menatap punggung kedua gadis yang mengendarai motor matic yang melajukan motornya keluar dari gerbang rumah minimalis Novi. Semakin lama semakin tak terlihat dan ia tersenyum karena dapat menolong wanitanya yang ia ketahui bahwa Novi telah bertunangan dengan rekan kerjanya."Aku mencintaimu Novi." lirih Criss tulus."Tuan Criss," panggil Maid sopan.Criss mengalihkan pandangannya menuju ke arah belakang. Ia menatap seorang maid yang terlihat masih muda dan berwajah natural yang berdiri di belakangnya."Iya." jawab Criss dengan wajah datarnya."Mari tuan saya antar masuk ke dalam," Nona mengambil tas ransel dan tas koper dari genggaman Criss. Criss menepis tangan Nona agar ia tak mengangkat tasnya yang berat."Tidak usah, aku bisa membawanya sendiri. Kamu cukup tunjukkan saja ruang kamar mana untukku." sahut Criss dengan wajah datarnya."Ba-baiklah Tu
"Tapi aku tetap menginginkannya! Dan ingin sekali bertemu dan meminta pada Beri. Tapi, Kak Beri melarangku untuk pergi kekampus selama tiga hari." keluh Mini. "Kau tenang saja! Masalah Beri biar aku yang menanganinya," ucap Novi. "Besok aku yang akan meminta maaf kepada kamu sekaligus berterima kasih kepada kamu." "Benarkah?" tanya Mini, yang dijawab anggukan kepala oleh Novi. "Terima kasih Novi, aku sangat beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu." tubuh mini memeluk Novi. "Aku juga beruntung memiliki sahabat sepertimu." balas Novi, dengan tersenyum. Sementara itu dari kejauhan, Pak Lang menatap pada Nona Mini dan Nona Novi yang sedang berbicara.Dengan tersenyum, Pak Lang langsung melaporkan kejadian yang dilihatnya kepada Nyonya Dila. Karena sudah menjadi tugas Pak Lang untuk melaporkan segala sesuatu yang terjadi dimansion utama tanpa ada yang disembunyikan. keesokan harinya, seperti yang sudah terlihat Novi kepada Mini. Saat ini Novi sudah
Akhirnya Mini dan Rangga pulang ke mension dan sepertinya dewa Fortuna tidak berpihak pada Rangga. Perlahan Mini membuka pintu kamar mandi, sambil menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu. Sebab, ia merasa malu dengan tubuhnya yang tidak mengenakan apa pun. "Kak, aku menstruasi."lirih Mini. "Menstruasi?"tanya Rangga sambil berfikir dan langsung menepuk keningnya saat sadar apa dari kata menstruasi. "Kenapa sekarang harus keluar? Apa tidak bisa dihentikan dulu?"keluh Rangga menatap kearah miliknya yang masih berdiri tegak karena belum tersalurkan sama sekali. "Dihentikan? Memangnya air yang bisa dihentikan!" Sungut Mini.*** Mension Keluarga Richard. Novi yang baru pulang dari kantor bersama Diki, langsung ditarik oleh Mini kehalaman belakang mansion. Mini sudah tidak sabar untuk menceritakan semua yang terjadi pada hari ini. Dari sejak kejadian dikampus, sa
keesokan harinya. Rencana yang sudah disusun rapi dari kemarin oleh Diki, Novi, Mini dan Beri langsung dijalankan oleh Beri dan juga Mini. Di area kampus, mereka selalu jalan berdua. Membuat semua mahasiswa yang lain ikut iri dengan wanita Beri yang bisa jalan bersama blasteran secantik Mini. Sedangkan Beri yang selalu bercita-cita memiliki seorang istri blesteran agar bisa mengubah keturunannya, merasa sangat bahagia dekat dengan Mini. Walaupun kedekatan mereka hanya karena sebuah misi, tapi Beri berusaha untuk menjadi teman dan sahabat yang baik untuk Mini. Sementara itu diperusahaan Dimitri. Rend. Rangga kembali mendapatkan informasi dan foto-foto Mini dengan seorang pria. "Ini kan pria yang kemarin?" gumam Rangga menatap foto Mini bersama Beri yang sedang duduk di kursi taman kampus. Rangga terdiam sewaktu-waktu dan langsung meletakan ponselnya. Ada perasaan marah dalam diri Rangga saat melihat Mini kembali dekat dengan pria yan
Kafe Buaya DaratSetelah sempat mengunjungi halaman parkir kampus. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke cafe Buaya Darat yang berada di jalan JI. Senopati yang tidak jauh dari tempat kampus tersebut. Mereka berempati berbicara dengan sangat serius, terutama Novi yang sangat bersemangat untuk menjalankan misi yang ada di kepalanya. "Jadi, bagaimana Ber?" tanya Novi. "Kau mau membantu Mini?" pinta Novi dengan wajah yang penuh harap. Beri menatap kearah Novi dan Mini secara bergantian, lalu menghela nafasnya dengan berat. "Kenapa setiap kali bertemu denganmu, aku selalu dimintai tolong!" gumam Beru dengan menggarukan kepalanya yang tidak gatal. "Tapi Nov, kalau pun Beri mau membantuku untuk membuat Kak Rangga cemburu. Bagaimana caranya?" tanya Mini. "Kita tidak boleh membawa orang luar kedalam mansion utama? Lalu, bagaimana bisa Kak Rangga melihatku dengan Beri?" tanya Mini dengan mengerutkan kening
Tiga hari kemudian. Novi yang diperbolehkan untuk ikut kekampus Mini, merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa terbebas dan tidak berada didekat Diki. Namun rasa bahagia itu lenyap seketika saat Novi memasuki mobil yang ternyata sudah ada Diki yang duduk di kursi penumpang dengan gaya coolnya. "Aku kira kau tidak ikut bersama kami!" gerutu Novi pada Diki, sambil menatap malas menjnu suaminya terlihat datar tanpa ekspresi apa pun. Sementara Mini sudah duduk didepan bersama dengan Leo yang menyetir mobil. "Mana mungkin aku membiarkan istri tercintaku pergi sendirian!" Dafa menatap kearah Novi dengan seringai licin diwajahnya."Kau itu tidak bisa membedakannya ya! Mana yang pergi sendiri? Mana yang pergi berdua? Aku kan pergi bersama Mini!" protes Mini dengan mengerucutkan keinginannya. "Sayang kau jangan protes! Atau kita akan pergi ke kantorku saja!" ancam Diki. "lya... Iya. Tapi kau tunggu di mobil! Jangan
"Ah iya, boleh aku minta susu hangat." pinta Novi. "Susu hangat?" tanya Pak Lang dengan tatapan heran karena setahu Pak Lang, Nona Novi tidak suka susu. "Pak Lang!" seru Novi. "Baik Nona." Pak Lang langsung berjalan kedapur. "Aman." Novi mengusap punggungnya,l dan bersiap kembali untuk menguping. "Apa mereka sudah tidur ya?" gumam Novi karena dari tadi tidak mendengar apapun dan dari arah belakang, Novi merasa bahunya di tepuk oleh seseorang. "Taruh saja di meja Pak," ujar Novi tanpa menengok kearah belakang. Namun bahunya kembali ditepuk dari belakang. Membuat Novi merasa sangat kesal. "Aku sudah bilang taruh saja di --" Novi langsung terdiam saat melihat orang itu yang menepuk bahunya adalah Diki. "Sayang." Novi langsung tertawa dengan kaku. "Sedang apa kau disini?" tanya Diki dengan dingin. "Aku... Aku sedang menguping." jawab Novi sambil berl
"Aku tidak peduli? Yang aku inginkan hanya satu anak darimu, tidak peduli kau mau atau pun tidak." Diki mulai mencium leher Novi dengan sangat lembut. "Diki!" pekik Novi dengan merasa geli. "Tapi, kau harus meminjam dulu, bahwa kau hanya meminta satu anak dariku." "Aku janji satu dulu, setelah lahir kita bikin yang ke dua." Diki membawa Novi dan menghempaskan di atas tempat tidur. "Itu bukan satu, kau curang!" protes Novi. "Kau kan yang bilang sendiri padaku, sepuluh anak pun kau sanggup untuk memberikannya padaku." "Tapi kan, aku bilang kalau umurku sudah--" perkataan Novi terhenti saat bibir Diki memagut ini. Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuat Diki dan Novi menikmati ciumannya. "Tuan ini aku." seru Leo dari luar pintu kamar. "Sayang ada Leo," Diki pun langsung bangkit dan menikmati pakaiannya yang acak-acakan. Menuju ke arah pintu. "Bagaimana?" tanya Diki.
"Ada banyak faktornya, apa istri tuan menggunakan kb? Entah itu suntik kb atau minum pil kb atau kb yang lainnya?" tanya Dokter Maya. Diki pun langsung memberikan tatapan tajam pada Novi. "Apa kau menggunakan kb?" tanya Diki. "Ak-aku..." Novi merasa binggung harus menjawab jujur atau bohong. "Kalau kau berbohong, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" ancam Diki mencengkram tangan Novi."Aku-aku pakai suntik Kb." jawab Novi dengan ketakutan dan menundukkan kepalanya. Diki yang mendengar pengakuan Novi, ia langsung terkejut dan semakin mencengkram tangan Novi dengan kasar. "Sakit Diki," ucap Novi pelan yang mulai merasa sakit karena cengkraman tangan Diki yang menguat. Tanpa banyak berkata Diki langsung menarik Novi keluar dari ruangan Dokter Maya. Novi yang merasa ketakutan hanya bisa mengikuti Dafa dengan langkah-langkah yang terseret-seret. Sementara Dokter Maya yang melihat apa yang terja
"Ya kan Min?" tanya Novi pada Mini. "I-iya," jawa Mini. Dengan takut karena Kak Rangga pun menatap kearah dirinya dengan tajam. "Woi bro, apa kalian tahu kalau dua wanita ini sudah punya suami?" tanya Rangga dan langsung menggeser pria yang disebelah Mini dengan satu tangan. Kini Rangga duduk di samping Mini dengan melihat menuju pria yang kini duduk disebelahnya. Novi yang tahu kalau Diki sedang marah pada kedua pria tersebut, langsung menyuruh mereka untuk pergi. Namun pria yang disamping Novi tidak peduli, pria tersebut justru berani menatap kearah Diki dengan tajam. "Kalau sudah punya suami memangnya kenapa? Kalian hanya Bule nyasar di negara kami. Jadi, pergilah!" usir pria tersebut dengan tegas. Diki yang sudah mulai emosi, berusaha memukul pria yang tadi berbicara sombong kepadanya. Namun Rangga dan Novi langsung mencegahnya, Rangga yang sudah lebih berpengalaman pada masalah