Setelah memperbaiki motor milik Novi, Novi dan Yuni pamit pergi di depan Criss. Criss menatap punggung kedua gadis yang mengendarai motor matic yang melajukan motornya keluar dari gerbang rumah minimalis Novi. Semakin lama semakin tak terlihat dan ia tersenyum karena dapat menolong wanitanya yang ia ketahui bahwa Novi telah bertunangan dengan rekan kerjanya.
"Aku mencintaimu Novi." lirih Criss tulus.
"Tuan Criss," panggil Maid sopan.
Criss mengalihkan pandangannya menuju ke arah belakang. Ia menatap seorang maid yang terlihat masih muda dan berwajah natural yang berdiri di belakangnya.
"Iya." jawab Criss dengan wajah datarnya.
"Mari tuan saya antar masuk ke dalam," Nona mengambil tas ransel dan tas koper dari genggaman Criss. Criss menepis tangan Nona agar ia tak mengangkat tasnya yang berat.
"Tidak usah, aku bisa membawanya sendiri. Kamu cukup tunjukkan saja ruang kamar mana untukku." sahut Criss dengan wajah datarnya.
"Ba-baiklah Tu
Novi terpukau menatap betapa indahnya pemandangan taman mini yang berada di hadapannya. Novi tersenyum lebar menatap bentuk susunan beberapa bentuk love yang mengelilingi jalan masuk ke dalam ruangan Diki. "Cantik sekali dekorasi ruangan itu, rasanya aku seperti di alam mimpi." kata Novi dalam hati. Novi asyik menyelusuri tata dekorasi yang kreatif dan indah untuk dinikmati. Ia tak menghiraukan orang-orang terus memanggil namanya. Hingga akhirnya, ia mengenali suara berat yang dirindukannya. "Ngapain kamu masih disitu? Gak capek ya berdiri terus. Ayo jalan kesini, ada sesuatu untukmu," ucap Diki menatap Novi yang masih berdiri di depan pintu ruangan ICU VIP. Novi tersadar dari lamunannya, ia mengatur nafasnya sejenak untuk mengontrol jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya. "Aku kenapa?" kata Novi dalam hati. Novi mengalihkan pandangannya menuju ke arah Diki yang duduk di atas ranj
Setelah mengurusi semua berkas kepulangan Kenzo dari rumah sakit. Nila tidak ada pilihan lain dan ia terpaksa mengajak Kenzo untuk tinggal sementara waktu di rumahnya.Semua tas ukuran sedang yang berisi semua barang pakaian Kenzo telah dibawa dan mereka terus sampai di depan rumah sederhana dan asri.Nila berjalan menuju ke arah pintu teralis mini yang menutupi teras rumahnya yang terpagar dinding mini. Ia membuka pintu teralis itu dan ia mengajak Kenzo agar mau menginjakkan kaki di rumah sederhana tetapi sejuk dan asri ditinggali."Assalamualaikum," Nila mengetuk pintu rumahnya."Wa'alaikumsalam." sahut suara nenek yang membuka pintu rumahnya dan nenek itu bernama Rosa yang berdiri di depan Nila dan Kenzo.Nila mencium punggung tangan neneknya dan Kenzo mengikuti sikap Nila menyalami neneknya.Nenek Rosa tersenyum menatap ke arah Nila. "Cucu nenek sudah pulang dan siapa dia?"tanya Nenek Rosa dengan tatapan menelisik ke arah Kenzo.
Novi yang mendengar ucapan itu, ia langsung menutup mulutnya dengan rapat dan ia menyentuh bagian mulutnya dan ternyata ada sedikit air liur yang menetes dari mulutnya."Haduh... Aku malu," keluh Novi langsung menghapus air salivanya dengan jas kerjanya."Sudah jangan seperti itu, kamu terlihat lebih jorok." celetuk Diki yang masih setia berjongkok di depan Novi.Novi menatap malas ke arah Diki, "Kamu sudah membaik?" tanya Novi menatap Diki yang berjongkok tanpa merasa lelah."Hem..." deheman Diki mengiyakan ucapan dari Novi."Bagaimana? Maukah kamu menjadi pendamping hidupku?" tanya Diki."Ak-ku..." ucapan Novi terpotong saat mendengar ocehan dari Dissa."Terimalah, Kak Diki itu lelaki baik, setia dan kaya raya. Aku pastikan kamu akan hidup bahagia dengannya. Kak Diki menjadi ahli waris pemilik perusahaan Richard," ucap Dissa dengan penuh penekanan di akhir katanya."Dissa, nggak boleh seperti itu." tegur Dila."Aku han
Diki terharu dengan keputusan Mama Dila, ia tidak menyangka ternyata ia sangat disayangi oleh Mama Dila. Diki langsung memeluk mama Dila. "Terima kasih Ma, aku berjanji tidak akan mengecewakan Mama dan aku akan menjaga Novi dengan sebaik mungkin," ucap Diki masih dalam memeluk Dila.Dissa dan Daniel terharu menonton adegan drama di hadapannya.Tok! Tok! Tok!"Permisi, maaf menunggu terlalu lama, saya ingin memeriksa keadaan Diki yang..." ucapan Novi terhenti saat menatap kedua mama dan anak yang sedang berpelukan.Dissa memberi kode diam ke arah Novi, Novi mengangguk mengerti. Novi pun berjalan menuju ke arah tempat duduk yang terletak di pinggir ranjang tidur, ia mengambil ponselnya dan ia melihat-lihat akun medsosnya.Satu jam kemudian, belum ada tanda-tanda akan adanya drama yang selesai.Dissa menghela nafas sejenak, ia berdiri dari duduknya dan ia menghampiri Mama Dila dan Diki yang masih berpelukan ala teletabis dan menangis-nangis. Di
Novi menikmati hidangan makanan yang dibuatkan oleh Mama Raya. Saat ia menoleh ke arah Mama Raya, ia menyerhitkan keningnya menatap aneh wajah Mama Raya menahan tawa."Kenapa Ma?" tanya Novi heran."Eh-emmm... Tidak, wajahmu terlihat belepotan dan sini biar mama bantu membersihkan sisa makananmu." jawab Raya seraya berdiri dari duduknya dan ia berjalan mendekati ke arah Novi. Sebelum menghentikan langkah kakinya, Raya mengambil tisu untuk menghapus sisa makanan di pipi cantik Novi."Sudah bersih dan tidak cemong lagi," ucap Raya dengan menampilkan sederet gigi putihnya."Terima kasih, Ma." Novi menatap Mama Raya yang sedang berdiri di hadapannya."Hahaha..." gelak tawa seorang pria dan wanita yang berjalan menuju ke arah ruang dapur.Novi dan Raya mengalihkan pandangannya menuju ke arah dua orang yang berjalan santay menuju ke arah ruang dapur. Namun, ruang dapur harus melewati ruang makan dan kebetulan Novi dan Raya sedang menikmati m
Keesokan harinya, Novi bersiap-siap melakukan aktivitas di pagi harinya hingga sore hari untuk mengais rezeki. Walaupun, selama ini ia selalu mengurusi Diki dari keadaan koma hingga saat ini. Ia tak pernah mengeluh dan ia bersyukur karena mau membantu meluntasi hutangnya kepada rentenir. Meskipun, itu tidak gratis dan ia harus setuju menikah dengan Diki. Novi tetap semangat dan banyak bersyukur ya setidaknya kedua orang tuanya dan adiknya mau menerima kehadirannya.Setelah memarkirkan motornya di area parkiran pegawai rumah sakit. Novi berjalan menuju ke arah pintu rumah sakit."Huft! Tetap semangat Novi." gumam Novi menyemangati dirinya sendiri.Novi berjalan menelusuri setiap lorong ruangan rumah sakit dan selalu saja ada sapaan yang ia terima oleh para pengagum pasiennya. Langkah kaki jenjangnya terhenti di depan ruangan yang akan ia tempati. Novi mengatur ritme nafasnya dan ia mulai mengangkatkan tangannya untuk mengetuk pintu itu.Tok! Tok! Tok!
Saat ini, Novi berada di ruang pimpinan rumah sakit dan pria paruh baya yang terlihat tetap tampan dengan wajah menuanya itu, sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri."Pak, saya yakin dengan keputusan saya dan saya bersedia terima konsekuensi dari keputusan saya. Keputusan saya tidak bersangkut paut dengan masalah apapun yang saya hadapi," ucap Novi berusaha tersenyum di depan Reyhan.Reyhan menghela nafasnya sejenak, dan ia menatap sendu ke arah Novi. "Baiklah, jika itu memang keputusanmu tapi ingatlah, mencari pekerjaan itu susah dan perjuanganmu dari nol hingga sampai di titik sekarang itu butuh proses yang sangat panjang. Semoga keputusanmu selalu terbaik untukmu," ucap Reyhan panjang lebar."Tanda tangan di sebelah ini." lanjut Reyhan mengarahkan Novi agar mendatang tangani bagian surat mengundurkan diri."Iya Pak." balas Novi mengambil pena yang diberikan oleh Reyhan, ia mulai mengarahkan tangannya untuk mendatang-tangani bagian surat itu. Tangan No
"Kamu panggil aku Diki." sahut Diki menatap intens ke arah Novi."Iya Diki, apakah ada yang sakit?" tanya Novi memulai percakapan."Tidak." jawab Diki singkat."Baiklah, kalau begitu." balas Novi."Kenapa kamu mau menyetujui perjanjian untuk menikah denganku? Apakah kamu berniat merampas harta keluargaku?" tanya Diki menatap dingin ke arah Novi."Aku tidak begitu, aku hanya..." ucapan Novi dipotong oleh Diki."Hanya ingin mengangkat derajat keluargamu menjadi tinggi dimata orang." ucap Diki asal.Novi yang mendengar ucapan dari Diki, ia merasa kaget dengan kata tajam yang dilontarkan dari mulut Diki. "Cukup Tuan, saya tahu anda merupakan lelaki kaya raya dan penerus pemilik perusahaan terkaya kedua di dunia, tapi saya bukan tipikal wanita gila harta," ucap Novi berdiri dari duduknya dan ia berdiri di depan Diki. "Saya sadar bukan terlahir dari keluarga terkaya di dunia dan saya menerima penawaran perjanjian itu karena saya harus meneb
"Tapi aku tetap menginginkannya! Dan ingin sekali bertemu dan meminta pada Beri. Tapi, Kak Beri melarangku untuk pergi kekampus selama tiga hari." keluh Mini. "Kau tenang saja! Masalah Beri biar aku yang menanganinya," ucap Novi. "Besok aku yang akan meminta maaf kepada kamu sekaligus berterima kasih kepada kamu." "Benarkah?" tanya Mini, yang dijawab anggukan kepala oleh Novi. "Terima kasih Novi, aku sangat beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu." tubuh mini memeluk Novi. "Aku juga beruntung memiliki sahabat sepertimu." balas Novi, dengan tersenyum. Sementara itu dari kejauhan, Pak Lang menatap pada Nona Mini dan Nona Novi yang sedang berbicara.Dengan tersenyum, Pak Lang langsung melaporkan kejadian yang dilihatnya kepada Nyonya Dila. Karena sudah menjadi tugas Pak Lang untuk melaporkan segala sesuatu yang terjadi dimansion utama tanpa ada yang disembunyikan. keesokan harinya, seperti yang sudah terlihat Novi kepada Mini. Saat ini Novi sudah
Akhirnya Mini dan Rangga pulang ke mension dan sepertinya dewa Fortuna tidak berpihak pada Rangga. Perlahan Mini membuka pintu kamar mandi, sambil menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu. Sebab, ia merasa malu dengan tubuhnya yang tidak mengenakan apa pun. "Kak, aku menstruasi."lirih Mini. "Menstruasi?"tanya Rangga sambil berfikir dan langsung menepuk keningnya saat sadar apa dari kata menstruasi. "Kenapa sekarang harus keluar? Apa tidak bisa dihentikan dulu?"keluh Rangga menatap kearah miliknya yang masih berdiri tegak karena belum tersalurkan sama sekali. "Dihentikan? Memangnya air yang bisa dihentikan!" Sungut Mini.*** Mension Keluarga Richard. Novi yang baru pulang dari kantor bersama Diki, langsung ditarik oleh Mini kehalaman belakang mansion. Mini sudah tidak sabar untuk menceritakan semua yang terjadi pada hari ini. Dari sejak kejadian dikampus, sa
keesokan harinya. Rencana yang sudah disusun rapi dari kemarin oleh Diki, Novi, Mini dan Beri langsung dijalankan oleh Beri dan juga Mini. Di area kampus, mereka selalu jalan berdua. Membuat semua mahasiswa yang lain ikut iri dengan wanita Beri yang bisa jalan bersama blasteran secantik Mini. Sedangkan Beri yang selalu bercita-cita memiliki seorang istri blesteran agar bisa mengubah keturunannya, merasa sangat bahagia dekat dengan Mini. Walaupun kedekatan mereka hanya karena sebuah misi, tapi Beri berusaha untuk menjadi teman dan sahabat yang baik untuk Mini. Sementara itu diperusahaan Dimitri. Rend. Rangga kembali mendapatkan informasi dan foto-foto Mini dengan seorang pria. "Ini kan pria yang kemarin?" gumam Rangga menatap foto Mini bersama Beri yang sedang duduk di kursi taman kampus. Rangga terdiam sewaktu-waktu dan langsung meletakan ponselnya. Ada perasaan marah dalam diri Rangga saat melihat Mini kembali dekat dengan pria yan
Kafe Buaya DaratSetelah sempat mengunjungi halaman parkir kampus. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke cafe Buaya Darat yang berada di jalan JI. Senopati yang tidak jauh dari tempat kampus tersebut. Mereka berempati berbicara dengan sangat serius, terutama Novi yang sangat bersemangat untuk menjalankan misi yang ada di kepalanya. "Jadi, bagaimana Ber?" tanya Novi. "Kau mau membantu Mini?" pinta Novi dengan wajah yang penuh harap. Beri menatap kearah Novi dan Mini secara bergantian, lalu menghela nafasnya dengan berat. "Kenapa setiap kali bertemu denganmu, aku selalu dimintai tolong!" gumam Beru dengan menggarukan kepalanya yang tidak gatal. "Tapi Nov, kalau pun Beri mau membantuku untuk membuat Kak Rangga cemburu. Bagaimana caranya?" tanya Mini. "Kita tidak boleh membawa orang luar kedalam mansion utama? Lalu, bagaimana bisa Kak Rangga melihatku dengan Beri?" tanya Mini dengan mengerutkan kening
Tiga hari kemudian. Novi yang diperbolehkan untuk ikut kekampus Mini, merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa terbebas dan tidak berada didekat Diki. Namun rasa bahagia itu lenyap seketika saat Novi memasuki mobil yang ternyata sudah ada Diki yang duduk di kursi penumpang dengan gaya coolnya. "Aku kira kau tidak ikut bersama kami!" gerutu Novi pada Diki, sambil menatap malas menjnu suaminya terlihat datar tanpa ekspresi apa pun. Sementara Mini sudah duduk didepan bersama dengan Leo yang menyetir mobil. "Mana mungkin aku membiarkan istri tercintaku pergi sendirian!" Dafa menatap kearah Novi dengan seringai licin diwajahnya."Kau itu tidak bisa membedakannya ya! Mana yang pergi sendiri? Mana yang pergi berdua? Aku kan pergi bersama Mini!" protes Mini dengan mengerucutkan keinginannya. "Sayang kau jangan protes! Atau kita akan pergi ke kantorku saja!" ancam Diki. "lya... Iya. Tapi kau tunggu di mobil! Jangan
"Ah iya, boleh aku minta susu hangat." pinta Novi. "Susu hangat?" tanya Pak Lang dengan tatapan heran karena setahu Pak Lang, Nona Novi tidak suka susu. "Pak Lang!" seru Novi. "Baik Nona." Pak Lang langsung berjalan kedapur. "Aman." Novi mengusap punggungnya,l dan bersiap kembali untuk menguping. "Apa mereka sudah tidur ya?" gumam Novi karena dari tadi tidak mendengar apapun dan dari arah belakang, Novi merasa bahunya di tepuk oleh seseorang. "Taruh saja di meja Pak," ujar Novi tanpa menengok kearah belakang. Namun bahunya kembali ditepuk dari belakang. Membuat Novi merasa sangat kesal. "Aku sudah bilang taruh saja di --" Novi langsung terdiam saat melihat orang itu yang menepuk bahunya adalah Diki. "Sayang." Novi langsung tertawa dengan kaku. "Sedang apa kau disini?" tanya Diki dengan dingin. "Aku... Aku sedang menguping." jawab Novi sambil berl
"Aku tidak peduli? Yang aku inginkan hanya satu anak darimu, tidak peduli kau mau atau pun tidak." Diki mulai mencium leher Novi dengan sangat lembut. "Diki!" pekik Novi dengan merasa geli. "Tapi, kau harus meminjam dulu, bahwa kau hanya meminta satu anak dariku." "Aku janji satu dulu, setelah lahir kita bikin yang ke dua." Diki membawa Novi dan menghempaskan di atas tempat tidur. "Itu bukan satu, kau curang!" protes Novi. "Kau kan yang bilang sendiri padaku, sepuluh anak pun kau sanggup untuk memberikannya padaku." "Tapi kan, aku bilang kalau umurku sudah--" perkataan Novi terhenti saat bibir Diki memagut ini. Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuat Diki dan Novi menikmati ciumannya. "Tuan ini aku." seru Leo dari luar pintu kamar. "Sayang ada Leo," Diki pun langsung bangkit dan menikmati pakaiannya yang acak-acakan. Menuju ke arah pintu. "Bagaimana?" tanya Diki.
"Ada banyak faktornya, apa istri tuan menggunakan kb? Entah itu suntik kb atau minum pil kb atau kb yang lainnya?" tanya Dokter Maya. Diki pun langsung memberikan tatapan tajam pada Novi. "Apa kau menggunakan kb?" tanya Diki. "Ak-aku..." Novi merasa binggung harus menjawab jujur atau bohong. "Kalau kau berbohong, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" ancam Diki mencengkram tangan Novi."Aku-aku pakai suntik Kb." jawab Novi dengan ketakutan dan menundukkan kepalanya. Diki yang mendengar pengakuan Novi, ia langsung terkejut dan semakin mencengkram tangan Novi dengan kasar. "Sakit Diki," ucap Novi pelan yang mulai merasa sakit karena cengkraman tangan Diki yang menguat. Tanpa banyak berkata Diki langsung menarik Novi keluar dari ruangan Dokter Maya. Novi yang merasa ketakutan hanya bisa mengikuti Dafa dengan langkah-langkah yang terseret-seret. Sementara Dokter Maya yang melihat apa yang terja
"Ya kan Min?" tanya Novi pada Mini. "I-iya," jawa Mini. Dengan takut karena Kak Rangga pun menatap kearah dirinya dengan tajam. "Woi bro, apa kalian tahu kalau dua wanita ini sudah punya suami?" tanya Rangga dan langsung menggeser pria yang disebelah Mini dengan satu tangan. Kini Rangga duduk di samping Mini dengan melihat menuju pria yang kini duduk disebelahnya. Novi yang tahu kalau Diki sedang marah pada kedua pria tersebut, langsung menyuruh mereka untuk pergi. Namun pria yang disamping Novi tidak peduli, pria tersebut justru berani menatap kearah Diki dengan tajam. "Kalau sudah punya suami memangnya kenapa? Kalian hanya Bule nyasar di negara kami. Jadi, pergilah!" usir pria tersebut dengan tegas. Diki yang sudah mulai emosi, berusaha memukul pria yang tadi berbicara sombong kepadanya. Namun Rangga dan Novi langsung mencegahnya, Rangga yang sudah lebih berpengalaman pada masalah