Di salah satu kamar sempit di penginapan itu Almira sedang menangis histeris sambil membekap mulutnya sendiri dengan bantal, dia tidak bisa tidak menangis, terlalu sakit rasanya! Dia harus menangis demi kesehatan jiwanya, begitu berat...TERLALU BERAT!!TERLALU SAKIT!! Almira ingin berteriak, menjerit, melolong..tapi yang bisa dilakukannya hanya menangis lirih.Awalnya, saat mendengar suara seorang pria yang sedang menerima telepon, Almira mengabaikannya.Akan tetapi semakin lama suara itu semakin mirip suara Bastian. Almira segera mendekat, menempelkan telinganya di pintu, saat dia yakin itu suaminya, tangan dan kakinya gemetar, seluruh tubuhnya gemetar!!!! Suaminya melintasi ribuan kilometer untuk mencarinya.... Almira menangis dalam kelegaan, air matanya deras mengalir. Kemudian dengan masih bercucuran air mata dia akan membuka pintu ketika kalimat Bastian berikutnya bagai petir menyambar, menghantamnya dan menghentikan langkahnya, tangannya menggantung di udara, p
"Mrs Gran, saya mau keluar sebentar saja.""Kalau ke apotik, tidak usah, biar Mr Gran saja, kau istirahat saja di rumah." "Bukan ke apotik, Mrs Gran." "Dia mau ke perpustakaan." Sela Mr Gran.Tadi sebelum keluar Almira sempat bertanya kepada Mr Gran di mana dia bisa memakai komputer."Baiklah, cepatlah kembali." Almira mengangguk dan bergegas pergi. 'Aku tahu, kamu pasti mencariku setelah aku mengirim pesan "take care" aku hanya ingin kau baik-baik saja, Dad! Kau memang pria terbaikku, kau selalu mengambil alih semua bebanku dan menggendongnya di pundakmu,' Almira bermonolog dalam hati.Almira berusaha menyamarkan wajah dan tubuhnya, sebenarnya dia takut keluar, tapi dia harus mengirimkan email agar Bastian tidak cemas.Sampai detik ini, Almira masih meneteskan airmata bila teringat apa yang di ucapkan Bastian.'begitu luar biasanya suamiku, aku menyesal tidak ada di sisinya saat ini, dalam kesedihannya pasti repot sekali ngurus semua sendiri.'Almira berjalan cepat, dia sib
Kosong..Hanya ada telepon yang berbunyi di atas ranjang kecil, tubuh Bastian lemas, bersandar di pintu sambil memegang kepalanya."TIDAKKKKK RA..."Bastian merosot jatuh..."Jangan lagi menghilang, Ra! Jangan...!"Bastian tahu dia tidak boleh membuang waktu, kembali Bastian berdiri dan akan beranjak ketika sesuatu menghentikan langkahnya."Dad...." Hanya desahan tapi bagaikan bunyi genderang di telinga Bastian, dengan tenaga yang tersisa Bastian membalikkan badannya dan melihat istrinya..ISTRINYA! Ya Tuhan, istrinya sedang berdiri di hadapannya.. dan dalam gerak lambat perlahan Almira jatuh pingsan."Almiraaa...Sayang bangun, jangan coba-coba pergi saat aku baru mendapatkanmu kembali, Ra!""Bast?"Tiba-tiba Ryan ada di samping Bastian."Mark, tolong panggil dokter, Mark! Istriku butuh dokter, dia jatuh pingsan." "Tenang Bastian kita akan langsung ke rumah sakit, kebetulan tidak jauh dari sini."Ryan segera menelepon Leo, yang selalu ready 24 jam menunggu panggilan dari majikan
"Bastian?" Bastian memalingkan kepala dan melihat sahabatnya sedang berjalan menghampirinya.Setelah dekat Samuel segera bertanya,"Gimana keadaan Almira, Bast?""Kami harus menunggu selama 3 jam, itu berarti 10 menit lagi aku bisa masuk ke dalam dan menemani istriku!""Baby-nya?" kembali Samuel bertanya sambil mengernyitkan dahinya."Juga baik-baik saja!""Syukurlah."Kemudian Bastian memperkenalkan Samuel dengan Mark yang selalu menemaninya, meninggalkannya hanya untuk membeli kopi, membeli burger, membeli air mineral, dan lain lain."Bagaimana anak-anak ku, Sam?""Aman Bast, aku menyuruh mereka pindah diam-diam ke rumahku!""Thank you, setelah semua kerumitan ini mereda, kau segeralah bikin acara, terserah, apapun biar aku bisa punya alasan untuk membantumu."Samuel memukul pelan bahu sahabatnya."Tenang aja, aku sudah pernah bilang padamu kalau tiba waktunya kau harus membayar dengan bunga penuh, Bro!"Mereka bertiga tersenyum, karena Samuel berbicara dengan bahasa Inggris sehing
"Memang hanya kalian bertiga yang selalu ada di hatiku," jawab Almira mesra.Bastian menarik tubuhnya, mengecup bibir Almira kemudian kembali merebahkan tubuh istrinya."Nah, sambil rebahan, aku ingin kau menceritakan padaku apa yang harus aku ketahui, Ra.""Ceritanya panjang dan terputus putus, Dad."Wajah Bastian kini jadi serius mendengar penuturan Almira."Terputus karena?""Karena awalnya aku dibius jadi ingatanku tentang itu sangat kabur, seolah-olah aku menunggu memori itu muncul ke permukaan, kadang-kadang timbul dengan kuat dan seperti hampir lengkap, tapi kemudian tenggelam kembali."Bastian mengernyitkan dahinya tapi tetep diam saja."Seseorang menolongku Dad, Ryan White, tapi saat itu aku tidak tahu siapa diriku, bukan karena pengaruh obat bius tapi karena amnesia.""Whattt?""Iya Dad, cukup lama aku tidak tahu siapa aku, dengan siapa aku hamil? Aku seorang istri atau aku wanita bebas yang liar? Untung ada Ryan yang menemaniku dan dengan sabar menguatkanku."Bastian memb
"Dad, gak cemburu kan sama, Ryan?""Jawabanku akan membawa kita naik atau turun? Atauuu tidak membawa pengaruh apapun?""Nggak pengaruh Dad, kamu bilang cemburu aku tetap cinta, kamu bilang nggak cemburu ya aku tetap cinta." Almira menjawab sambil bergerak mencari posisi duduk yang lebih nyaman."Masa cemburu sama nggak cemburu, efeknya sama, yang kreatif dong, Sayang!"Almira melihat ekspresi menggoda di wajah Bastian."Bukannya nggak kreatif Dad, itu namanya konsisten, biarpun bumi bergoncang kau tetap_""__Indonesiaku." Lanjut Bastian.Kemudian Bastian tergelak setelah menimpali jawaban cerdas istrinya."Ya udah kalau nggak mau di rayu, nggak masalah," kata Almira sambil memanyunkan bibirnya.Kemudian Bastian berhenti tertawa, masih sambil tersenyum Bastian membelai wajah Almira dengan lembut."Mau, Ra! Ayo rayu aku!"Almira melihat wajah tampan pria luar biasa itu."Biarpun bumi bergoncang kau tetap satu-satunya pria dalam hati dan hidupku." Sambil menjawab Almira menatap Basti
Almira melepaskan pelukannya di pinggang Bastian."Dad, keluar dulu gih." Almira mendorong Bastian dengan wajah merona.Masih bisa merona? Sudah mau melahirkan anak pertama mereka tapi masih merona? Luar biasa istriku!Bastian memandang pujaan hatinya, dia masih merasa melayang-layang, belum benar-benar menginjak bumi.Karena di dorong, akhirnya Bastian keluar duluan, setelah menutup pintu kamar mandi dan sedang berjalan menuju tempat tidur... Bastian terkejut! Bastian melihat Samuel berdiri di tengah ruangan.Shitttt!Bastian memaki pelan hingga Samuel membalikkan badannya dan langsung tersenyum lebar."Wow, sebenarnya daya tarik rumah sakit itu terletak di dokter-dokternya yang hebat, atau peralatannya yang canggih, gitu kan?"Bastian hanya mengangguk, tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh Samuel, dalam hati Bastian berdoa semoga Almira tidak jengah dan merona, bisa malah tambah menjadi-jadi Samuel ngeledek mereka. "Kok cuma ngangguk-ngangguk, Bos?""Terus kamu pinginn
Bastian terdiam mendengar uraian istrinya. Siapa dia?Aneh!Bagaimana bisa ada penculik baik hati? Seharusnya penculik adalah orang yang memikirkan kepentingannya sendiri, bukannya malah memikirkan kepentingan orang yang dia culik! Nggak cocok sebenarnya. Nampak Samuel pun terpana dan tidak bisa berkata apa-apa hingga Bastian yang memecahkan keheningan. "Memang banyak hal yang harus kita waspadai dan cermati, termasuk sekeliling kita, orang-orang yang terlihat baik, orang-orang yang terlihat lemah lembut dan bersahabat yang ternyata menikam dari belakang." Kini Samuel mendekat sambil bersuara."Sebenarnya kita harus tetap mengejar si pelaku penculikan ini, akan tetapi ada sisi lain yang harus dipikirkan bahwa Almira telah kita temukan dan kalian sudah kembali bersama bukan?" "Di mana semangat pejuangmu yang panas membara?" Celetuk Bastian dengan wajah tersenyum cerah. "Bos, wajahmu nggak cocok sama pembahasan kita," ujar Samuel saat melihat wajah bahagia Bastian.Bastian semaki