Bastian terdiam mendengar pertanyaan Ibunya. "Almira...istriku baik baik saja." Hanya itu yang Bastian katakan.Mrs Philip hanya mengangguk dengan wajah sedih. "Mom, urusan dengan Dad, sudah beres?" Bastian bertanya."Belum, sudahlah jangan dipikirkan itu, ada yang lebih penting!" jawab Mom."Kapan Dad datang nyusul Mom?" Bastian masih berusaha mencari tahu seberapa parah kerusakan yang terjadi di antaranya kedua orang tuanya. "Nggak akan, prinsip Daddymu adalah jika terjadi pertikaian dengan wanita, bukan pria yang harus merangkak-rangkak," jawab ibu Bastian sendu.Bastian tidak mendebat prinsip Daddy-nya, tapi dalam hati Bastian berkata, kalau untuk mendapatkan cinta Almira dia harus merangkak, maka dia akan merangkak!! 'Yaah... walaupun ayah dan anak, karakter kami memang berbeda.'"Mom, aku harus segera berangkat, tolong Mom beritahu anak-anak, cium anak-anak untukku." Bastian bersyukur anak-anak masih tidur, hingga dia tidak harus melihat wajah anak-anak yang menangis."
Ryan mengamati pria itu dan melihat ada keragu-raguan di wajahnya.Kemudian Ryan menghampiri pria itu, tapi tidak terlalu dekat, seolah-olah Ryan pun sedang punya kegiatan sendiri yang tidak berhubungan dengan pria itu."Excuse me."Ryan mendengar si pria menegurnya dari belakang punggungnya.'ini saatnya...ok mari kita mainkan dengan benar,' kata hati Ryan.Kemudian Ryan berbalik menghadap pria yang menegurnya.Ryan menilai postur mereka hampir sama, tinggi hampir sama, postur tubuh tegap yang sama, berat badan kemungkinan besar nyaris sama, dan ...kesedihan yang sama di wajah mereka berdua.FIX! Ini dia orangnya, sesuai dengan perkiraannya di awal, berarti ada satu lagi persamaan mereka yaitu mencintai wanita yang sama."Can i help you?" Ryan berusaha menjawab dengan suara datar, untunglah dia memakai kacamata hitam, hingga tidak susah menyembunyikan sorot pengenalan di matanya.Terlihat si pria sedang memikirkan apa yang akan diucapkannya, mempertimbangkan mungkin? 'Good jo
Bastian segera memasuki penginapan sebelah kiri, penginapan ini dikelola oleh dua orang pria gay, John dan Paul, mereka adalah pasangan kekasih yang sudah lama bersama.Tidak seperti hari biasanya saat mereka akan menjaga bergantian, hari ini mereka menjaga penginapan bersama-sama, karena Paul merasa ada yang harus mereka percakapkan sehubungan dengan 'hubungan' mereka yang sedang berada di titik jenuh.Saat itulah pintu terbuka, dan masuklah seorang pria tampan, betul-betul pria maskulin, agak susah menebak dari mana asalnya, karena tidak ada ciri khusus yang terlalu menonjol, yang pasti pria ini sangat memukau walau raut wajahnya sangat muram."Morning, ada yang bisa kami bantu?" tanya John."Aku ingin menginap di sini, hanya waktunya tidak tahu untuk berapa lama, bisakah? Tidak masalah jika aku harus membayar jaminan!"WOW...John dan Paul bergumam dalam hati, tampan dan kaya raya, fix! Pasangan idaman."Boleh.""Bisa."John dan Paul menjawab bersamaan.Kemudian Bastian mengelua
Sambil menunggu orang kepercayaan penyanyi penghuni mansion datang, Bastian dan Ryan bercakap-cakap dengan pelan.Entah apa yang mereka percakapkan, yang jelas kelihatan kalau mereka dapat saling mengimbangi dan nyaman dengan interaksi diantara mereka.Ding..Kembali tanda peringatan saat pintu terbuka itu pun berbunyi.Semua orang melihat ke arah pintu, nampaklah Leo yang masuk, kali ini dengan baju dan celana yang patut, Leo yang otomatis akan sedikit menganggukkan kepala dengan santun tiap ketemu majikan terlihat berusaha menahan gerakannya.Siang ini dia harus menahan diri agar tidak menganggukkan kepalanya karena perannya bukan sebagai anak buah Ryan, tapi sebagai pesuruh dari penyanyi yang tinggal di mansion.Bastian segera mengulurkan tangannya,"Bastian Navarell.""Leo Ibrahim."Kemudian Ryan menambahkan bahwa Bastian ingin bertanya tentang majikan Leo."Kau jawablah yang menurutmu boleh kami ketahui, tapi menurutku sih selama tidak kami bocorkan ya amanlah, kau bisa perca
Di salah satu kamar sempit di penginapan itu Almira sedang menangis histeris sambil membekap mulutnya sendiri dengan bantal, dia tidak bisa tidak menangis, terlalu sakit rasanya! Dia harus menangis demi kesehatan jiwanya, begitu berat...TERLALU BERAT!!TERLALU SAKIT!! Almira ingin berteriak, menjerit, melolong..tapi yang bisa dilakukannya hanya menangis lirih.Awalnya, saat mendengar suara seorang pria yang sedang menerima telepon, Almira mengabaikannya.Akan tetapi semakin lama suara itu semakin mirip suara Bastian. Almira segera mendekat, menempelkan telinganya di pintu, saat dia yakin itu suaminya, tangan dan kakinya gemetar, seluruh tubuhnya gemetar!!!! Suaminya melintasi ribuan kilometer untuk mencarinya.... Almira menangis dalam kelegaan, air matanya deras mengalir. Kemudian dengan masih bercucuran air mata dia akan membuka pintu ketika kalimat Bastian berikutnya bagai petir menyambar, menghantamnya dan menghentikan langkahnya, tangannya menggantung di udara, p
"Mrs Gran, saya mau keluar sebentar saja.""Kalau ke apotik, tidak usah, biar Mr Gran saja, kau istirahat saja di rumah." "Bukan ke apotik, Mrs Gran." "Dia mau ke perpustakaan." Sela Mr Gran.Tadi sebelum keluar Almira sempat bertanya kepada Mr Gran di mana dia bisa memakai komputer."Baiklah, cepatlah kembali." Almira mengangguk dan bergegas pergi. 'Aku tahu, kamu pasti mencariku setelah aku mengirim pesan "take care" aku hanya ingin kau baik-baik saja, Dad! Kau memang pria terbaikku, kau selalu mengambil alih semua bebanku dan menggendongnya di pundakmu,' Almira bermonolog dalam hati.Almira berusaha menyamarkan wajah dan tubuhnya, sebenarnya dia takut keluar, tapi dia harus mengirimkan email agar Bastian tidak cemas.Sampai detik ini, Almira masih meneteskan airmata bila teringat apa yang di ucapkan Bastian.'begitu luar biasanya suamiku, aku menyesal tidak ada di sisinya saat ini, dalam kesedihannya pasti repot sekali ngurus semua sendiri.'Almira berjalan cepat, dia sib
Kosong..Hanya ada telepon yang berbunyi di atas ranjang kecil, tubuh Bastian lemas, bersandar di pintu sambil memegang kepalanya."TIDAKKKKK RA..."Bastian merosot jatuh..."Jangan lagi menghilang, Ra! Jangan...!"Bastian tahu dia tidak boleh membuang waktu, kembali Bastian berdiri dan akan beranjak ketika sesuatu menghentikan langkahnya."Dad...." Hanya desahan tapi bagaikan bunyi genderang di telinga Bastian, dengan tenaga yang tersisa Bastian membalikkan badannya dan melihat istrinya..ISTRINYA! Ya Tuhan, istrinya sedang berdiri di hadapannya.. dan dalam gerak lambat perlahan Almira jatuh pingsan."Almiraaa...Sayang bangun, jangan coba-coba pergi saat aku baru mendapatkanmu kembali, Ra!""Bast?"Tiba-tiba Ryan ada di samping Bastian."Mark, tolong panggil dokter, Mark! Istriku butuh dokter, dia jatuh pingsan." "Tenang Bastian kita akan langsung ke rumah sakit, kebetulan tidak jauh dari sini."Ryan segera menelepon Leo, yang selalu ready 24 jam menunggu panggilan dari majikan
"Bastian?" Bastian memalingkan kepala dan melihat sahabatnya sedang berjalan menghampirinya.Setelah dekat Samuel segera bertanya,"Gimana keadaan Almira, Bast?""Kami harus menunggu selama 3 jam, itu berarti 10 menit lagi aku bisa masuk ke dalam dan menemani istriku!""Baby-nya?" kembali Samuel bertanya sambil mengernyitkan dahinya."Juga baik-baik saja!""Syukurlah."Kemudian Bastian memperkenalkan Samuel dengan Mark yang selalu menemaninya, meninggalkannya hanya untuk membeli kopi, membeli burger, membeli air mineral, dan lain lain."Bagaimana anak-anak ku, Sam?""Aman Bast, aku menyuruh mereka pindah diam-diam ke rumahku!""Thank you, setelah semua kerumitan ini mereda, kau segeralah bikin acara, terserah, apapun biar aku bisa punya alasan untuk membantumu."Samuel memukul pelan bahu sahabatnya."Tenang aja, aku sudah pernah bilang padamu kalau tiba waktunya kau harus membayar dengan bunga penuh, Bro!"Mereka bertiga tersenyum, karena Samuel berbicara dengan bahasa Inggris sehing